Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Melihat pesatnya perkembangan zaman di abad 21, menjadikan teknologi

menjadi semakin canggih. Tatanan kehidupan masyarakat menjadi lebih modern.

Perkembangan globalisasi secara tidak langsung juga dapat merubah moral remaja

di era milenial. Pada era milenial manusia mulai meninggalkan kebiasaan

konvensional dan digantikan dengan gaya hidup yang lebih fresh and youth atau

lebih dikenal dengan kekinian. Gaya hidup modern dapat membawa dampak

positif bagi kehidupan masyarakat dalam kemajuan peradaban, namun juga

banyak membawa dampak negatif terhadap perkembangan moral remaja.

Kemudahan dalam mengakses segala informasi menjadi kekhawatiran tersendiri

bagi pergaulan remaja, bisa saja para remaja mendapatkan informasi yang tidak

selayaknya mereka dapatkan. Dan yang paling dikhawatirkan lagi jika para remaja

mencontoh atau mengikuti gaya hidup dari sosial media yang banyak tidak

mendidik dan cenderung mengabaikan nilai-nilai moral dan nilai agama termasuk

juga perilaku seks bebas. Dariyo mengatakan bahwa:

Masa remaja (adolescence) adalah masa transisi atau peralihan dari


masa kanak- kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya
perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Secara kronologis yang
tergolong remaja adalah anak yang berusia antara usia 12 – 19 tahun.
Untuk menjadi seorang dewasa, menurut pendapat Erikson maka remaja
akan melalui masa krisis di mana remaja berusaha untuk mencari identitas
diri (search for self - identity), selain itu sifat remaja yang labil dan unik
salah satu dapat terbawa dalam pergaulan yang mengkhwatirkan yaitu
pergaulan bebas. Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk perilaku

1
2

menyimpang dengan melanggar norma agama maupun norma kesusilaan


yang dilakukan oleh remaja.1 Sedangkan menurut Lickona remaja marak
terlibat masalah perilaku seks bebas. Perilaku seks bebas dimaknai sebagai
suatu perilaku seksual yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan tanpa
ikatan resmi pernikahan yang memiliki dampak negatif baik secara psikis,
sosial, dan akademis remaja yang melakukannya. Perilaku seks bebas ini
merupakan dampak nyata dari perkembangan zaman, arus globalisasi, dan
pesatnya kemajuan teknologi terhadap kehidupan remaja. dampak yang
paling nyata adalah terbentuknya sikap baru tentang perilaku seksual
remaja.2

Masa remaja merupakan masa perpindahan dari kanak-kanak menuju dewasa,

pada masa ini akan terjadi perubahan bentuk fisik serta pengalaman emosi,

berbagai keingintahuan akan muncul pada masa remaja misalnya keinginan

mencoba hal-hal baru. Banyak orang bilang masa remaja adalah masa yang penuh

dengan guncangan dimana remaja mulai mengenal masalah percintaan. Masa ini

juga merupakan masa yang paling sulit bagi orang tua karena remaja merasa

dirinya sudah mampu melakukan kegiatan apapun tanpa bantuan dan nasihat dari

orang lain. Akibatnya banyak dijumpai remaja yang mengalami degradasi moral

akibat pergaulan bebas, yang mendorong remaja untuk melakukan seks bebas.

Penyebab perilaku seks bebas menurut Azwar:

Remaja yang melakukan perilaku seks pranikah dapat termotivasi oleh


pengaruh kelompok (teman sebaya) dalam upaya ingin menjadi bagian
dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah dianut oleh
kelompoknya (melakukan perilaku seks pranikah. Selain itu, didorong oleh
rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum
diketahui.3

1
Farid Hidayat dan Edris Zamroni, “Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Home Room
Untuk Meningkatkan Sikap Anti Seks Bebas,” Jurnal Prakarsa Paedagogia 1, no. 2 (2018).
2
Dwi Adhinda Junaidi Putri, “Hubungan Pola Asuh Otoritatif Dan Kontrol Diri Dengan
Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seks Bebas,” Consilium : Berkala Kajian Konseling Dan Ilmu
Keagamaan 6, no. 1 (2019): 9, https://doi.org/10.37064/consilium.v6i1.4860.
3
Linda Suwarni, “Monitoring Parental Dan Perilaku Teman Sebaya Terhadap Perilaku
Seksual Remaja SMA Di Kota Pontianak,” Monitoring Parental Dan Perilaku Teman Sebaya
Terhadap Perilaku Seksual Remaja SMA Di Kota Pontianak 4, no. 2 (2009): 127–33,
https://doi.org/10.14710/jpki.4.2.127-133.
3

Perilaku seks bebas sangat dikhawatirkan dikalangan remaja, segala bentuk

informasi berupa tulisan, gambar, video, dan sebagainya mudah didapatkan

melalui sosial media, hal ini membuat remaja cepat terpengaruh dan cenderung

punya rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba hal-hal yang baru saja

didapatkan dan belum diketahui sebelumnya. Teman sepermainan yang cenderung

ke arah negatif seperti pergaulan bebas yang mengarah pada perilaku seks juga

akan mempengaruhi sekelompok teman lainnya. Alhasil banyak kasus seks bebas

di sekolah-sekolah misalnya di Sekolah Menengah Pertama, dimana usia SMP

rasa ingin tahu dan ingin mencoba hal-hal baru sangat tinggi. Oleh karena itu,

masa SMP sangatlah dikhawatirkan masuk dalam pergaulan bebas seperti seks

bebas. Ciri-ciri seks bebas menurut Sarwono:

(1) pacaran; (2) berpegangan tangan; (3) mencium pipi; (4) mencium
bibir; (5) meraba-raba pasangan; (6) melakukan hubungan seks seksual.4
Hal tersebut sependapat dengan Hurlock perilaku seksual terdiri dari
beberapa tahapan yaitu berciuman, bercumbu ringan, bercumbu berat dan
ber-senggama.5 Pendapat ini serupa juga dengan Kinsey bahwa perilaku
seksual meliputi empat tahap sebagai berikut (1) bersentuhan (touching)
mulai dari berpegangan tangan sampai berpelukan; (2) berciuman (kissing)
mulai dari ciuman singkat; hingga berciuman bibis dengan
mempermainkan lidah; (3) bercumbuan (petting) menyentuh bagian yang
sensitif dari tubuh pasangan dan mengarah pada pembangkita gairah
seksual; (4) berhubungan kelamin.6

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pacaran,

berpegangan tangan, mencium pipi, mencium bibir, meraba-raba pasangan,

4
Ghea Gendys Renjana Putri dan Drs. Sutijono, MM., “Penerapan Bimbingan Kelompok
Teknik Home Room Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Bahaya Seks Bebas,”
Journal Mahasiswa Bimbingan Konseling, 2013.
5
Rony Setiawan dan Siti Nurhidayah, “Pengaruh Pacaran Terhadap Perilaku Seks
PranikaSetiawan, R., & Nurhidayah, S. (2008). Pengaruh Pacaran Terhadap Perilaku Seks
Pranikah. Jurnal Soul, 1(2), 59–72. Https://Doi.Org/10.1002/Pitsh,” Jurnal Soul 1, no. 2 (2008):
59–72, https://doi.org/10.1002/pits.
6
Sunanti Zalbawi Soejoetie, “Perilaku Seks Di Kalangan Remaja Dan Permasalahannya,”
Media of Health Research and Development, 2012, https://doi.org/10.22435/mpk.v11i1Mar.910.
4

berpelukan, bercumbu, dan bersentuhan, merupakan ciri-ciri dari seks bebas.

Perlunya pegetahuan bagi peserta didik mengenai seks bebas, minimnya

pengetahuan yang dimiliki dapat menyebabkan perilaku seks pada peserta didik

karena tidak adanya kemampuan untuk mengendalikan rasa keingin tahuan yang

besar mengenai seks bebas. Pergaulan bebas seperti perilaku seks merupakan

perilaku yang negatif maka perlu adanya perhatian khusus dari semua lapisan

masyarakat. Demikian peserta didik adalah generasi muda yang akan menjadi

penerus bangsa, maka proses perkembangan peserta didik baik di lingkungan

sekolah mapun di lingkungan masyarakat harus selalu diperhatikan supaya

terhindar dari perilaku seks bebas. Dalam Q.S Al-Isro’:32, Allah SWT berfirman:

         


Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.7

Berdasarkan surat Al-Isro’, dijelaskan bahwa zina adalah perbuatan paling keji

dan sesungguhnya zina itu benar-benar amat buruk dan seburuk-buruk tindakan

adalah perzinaan dan Allah melarang semua hambanya mendekati perzinaan.

Perilaku seks bebas pada remaja sangat dikhawatirkan, karena dapat merusak

masa depan generasi muda, fenomena hamil diluar nikah akhir-akhir ini banyak

terjadi dikalangan sekolah SMP maupun SMA, akibatnya mereka dikeluarkan dari

sekolah. Hal tersebut dipicu oleh kurangnya pengawasan orang tua terhadap

pesatnya perkembangan teknologi di zaman sekarang yang secara tidak langsung

dapat mempengaruhi perilaku remaja. Rasa ingin tahu dan mencoba hal-hal baru

7
Alquran dan terjemahnya, Bandung, CV Penerbit Diponegoro, 2010
5

pada masa remaja sangat dikhawatirkan jika tidak adanya pengawasan dari semua

lapisan masyarakat, karena banyak remaja yang awalnya mencoba-coba seks

bebas tanpa tahu dampak dari seksual sehingga mereka tidak dapat

mempertanggung jawabkan resiko apa yang mereka lakukan. Upaya yang dapat

dilakukan untuk mencegah perilaku seks bebas pada remaja adalah dengan

memberikan pendidikan serta pengetahuan tentang bahaya seks bebas,

sebagaimana tujuan dari pendidikan yaitu membina serta mengarahkan peserta

didik menjadi insan kamil yang pada akhirnya akan mendapat derajat yang lebih

tinggi dimata Allah SWT ataupun dimata sesama umatnya. Sebagaimana dalam

firman Allah SWT dalam Q.S, Mujadalah:11, sebagai berikut:

       


        
       
       

Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:


"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.8

Ayat tersebut menjelaskan bahwa pendidikan terjadi antara pendidik dan peserta

didik yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kemuliaan manusia dengan

kemampuan ataupun kecerdasan secara intelektual dan kepribadian

Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Devi Nurhidayati dan Titin

Indah Pratiwi, fenomena kurangnya pemahaman tentang bahaya seks bebas di

8
Alquran dan terjemahnya, Bandung, CV Penerbit Diponegoro, 2010
6

kalangan remaja juga terjadi pada siswa di SMA Negeri 1 Soko Tuban. Hasil

wawancara yang dilakukan dengan guru BK, dijelaskan bahwa sekitar 40% siswa

di SMA Negeri 1 Soko Tuban mengalami permasalahan hubungan seksual.

Permasalahan yang terjadi diantaranya pacaran di luar norma kesusilaan, melihat

video porno di telepon seluler, pacaran di lingkungan sekolah dan beberapa siswa

melakukan pernikahan di usia dini.9

Penelitian tersebut serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghea

Gendys Renjana Putri dan Sutijono, peneliti menjumpai Fenomena disalah satu

sekolah SMA di mojokerto tepatnya di SMA Negeri I Kota Mojokerto.

Berdasarkan wawancara dengan guru BK peneliti mendapatkan informasi bahwa

siswa di SMA Negeri I Kota Mojokerto pernah dijumpai menyimpan video porno

saat diadakan razia handphone, dan pada waktu itu juga seorang guru BK

langsung memanggil siswa yang terdapat Hpnya yang menyimpan video porno

atau gambar-gambar yang seronok. Guru BK khawatir karena melihat siswanya

yang kurang paham tentang bahaya seks bebas, dikhawtirkan siswanya terjerat

dalam pergaulan yang tidak bertanggung jawab yang akan merusak masa

depannya kelak. 10

Hal tersebut serupa dengan yang terjadi di SMP Negeri 14 Bandar Lampung

khususnya kelas VIII, dari pengamatan dan wawancara dengan guru Bimbingan

dan Konseling pada saat melakukan pra penelitian. Dari pengamatan selama

melakukan pra penelitian peneliti mendapati peserta didik yang menunjukka

9
Devi Nurhidayati dan Titin Indah Pratiwi, “Pengembangan Media Video Untuk
Meningkatkan Pemahaman Bahaya Seks Bebas Di Kalangan Remaja SMA Negeri 1 Soko Tuban,”
Jurnal BK UNESA 1, no. 1 (2013): 281–90, http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-
bk-unesa/article/view/3444/5734.
10
Ghea Gendys Renjana Putri, Sutijono. Ibid. Hal 81.
7

perilaku ke arah seks bebas seperti berduaan dengan lawan jenis saat jam

pelajaran berlangsung, berpegangan tangan dengan lawan jenis tanpa ada rasa

malu. Sedangkan hasil wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling di SMP

Negeri 14 Bandar Lampung menjelaskan bahwa banyak peserta didik khusunya

kelas VIII yang sudah berpacaran dan berciuman, ada beberapa anak yang sudah

pernah menonton video pornografi, serta terdapat beberapa anak yang melakukan

chattingan mesra dengan pacarnya yang mengarah pada perilaku seks.

Hal tersebut diperkuat dengan adanya catatan perilaku seks oleh guru

Bimbingan dan Konseling yang menyatakan adanya beberapa peserta didik yang

melakukan hal serupa baik saat berada di sekolah maupun diluar sekolah. Terlihat

pada tabe 1 sebagai berikut:

Tabel. 1
Gambaran Awal Perilaku Seks Bebas Peserta Didik Kelas VIII Di
SMP Negeri 14 Bandar Lampung
No Kasus Jumlah Siswa Kelas

1 Berpacaran dengan berciuman 2 VIII

Menonton video porno lewat


2 streaming dan video yang dikirim 5
melalui Whats App

Chat mesra dengan pacar dengan


3 7
emoticon cium, pelukan

Membicarakan hubungan seks


4 1
dengan pacar lewat chatting

Adanya siswa yang berpacaran


5 dengan siswa SMA dan orang yang 2
sudah bekerja

6 Berpacaran yang sudah berkencan 4


8

seperti makan bersama, jalan-jalan,


dan nonton bioskop

Jumlah 21

Sumber: Dokumentasi catatan kasus guru BK SMP Negeri 14 Bandar


Lampung.11

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat beberapa siswa kelas

VIII yang sudah mengarah pada perilaku seks, dilihat dari enam kasus dalam

catatan guru BK tedapat 21 peserta didik yang sudah terindikasi. semakin banyak

peserta didik yang tidak memiliki pengetahuan mengenai dampak dari seks bebas

maka individu akan semakin sulit membatasi diri dalam pergaulan bebas atau

interaksi dengan lawan jenis.

Peneliti menyimpulkan apabila hal ini dibiarkan, maka dapat berdampak pada

kegagalan proses belajar serta perkembangan peserta didik. Dampak perilaku seks

yang dapat muncul misalnya rasa bersalah yang dapat menyebabkan depresi,

merasa malu dengan lingkungan sosial, perasaan kecewa pada diri sendiri, merasa

tertipu, dan frustasi yang disebabkan oleh perasaan menyesal, dampak lainnya

yaitu dikeluarkannya peserta didik akibat hamil diluar nikah. Apabila hal tersebut

tidak ditangani lebih lanjut oleh pihak sekolah, maka hal ini akan menjadi masalah

bagi perkembangan generasi muda di masa depan akibat dari degradasi moral.

Guru bimbingan dan konseling sangat berperan penting dalam memberikan

layanan kepada peserta didik agar mencapai perkembangan dengan baik. Maka

dari itu perlu adanya layanan dasar yang bersifat antisipatoris sebagai bentuk

11
Dokumentasi SMP Negeri 14 Bandar Lampung
9

preventif dan pengembangan yang diberikan kepada peserta didik. Layanan dasar

menurut Gysbers & Henderson yaitu:

Mengemukakan bahwa salah satu asumsi dalam konsep BK


komprehensif adalah diperlukan sebuah materi (content) dimana semua
siswa butuh untuk mempelajarinya secara sistematik, dan cara yang
berurutan. Hal ini berarti konselor sekolah harus mengembangkan
kurikulum, yaitu kurikulum bimbingan.12

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa layanan dasar sebagai proses

pemberian bantuan kepada seluruh peserta didik melalui kegiatan yang dirancang

dan dilaksanakan secara sistematis dan tersetruktur sebagaimana dalam

kurikulum, bertujuan untuk membantu peserta didik memperoleh perkembangan

yang normal, memiliki mental yang sehat, atau dengan kata lain sebagai proses

pemberian bantuan melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara

klasikal dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan

tahap dan tugas perkembangan. Bentuk layanan yang diberikan dapat berupa

bimbingan kelas, layanan orientasi, layanan informasi, bimbingan kelompok, serta

layanan pengumpulan data. Dalam layanan dasar guru BK diharapkan mampu

memberikan sex education, untuk mendukung proses pelaksanaan layanan dasar

tersebut, maka perlu adanya sebuah media Bimbangan dan Konseling untuk

memudahkan proses pemberian informasi pengetahuan mengenai bahaya seks

bebas . Berikut media Bimbingan dan Konseling menurut Mochamad Nursalim:

Media bimbingan dan konseling adalah segala sesuatu yang dapat


digunakan untuk menyalurkan pesan bimbingan dan konseling yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa/konseli
untuk memahami diri, mengarahkan diri, mengambil keputusan serta

12
Aip Badrujaman et al., “Pengaruh Model Evaluasi Layanan Dasar Berorientasi
Akuntabilitas Terhadap Peningkatan Akuntabilitas Guru Bk Smp,” PARAMETER: Jurnal
Pendidikan Universitas Negeri Jakarta 27, no. II (2015): 158,
https://doi.org/10.21009/parameter.272.08.
10

memecahkan masalah yang dihadapi.13 Sedangkan menurut Association


for Educational Communication and Technology (AECT) mendefinisikan
media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk proses penyaluran
informasi.14 Pendapat ini serupa dengan Djamarah dan Aswan
mendefinisikan media sebagai alat bantu apa saja yang dapat dijadikan
sebagai wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan guna
mencapai tujuan pembelajaran. Dalam konteks media sebagai sumber
belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda,
ataupun peristiwa yang memungkinkan peserta didik memperoleh
pengetahuan dan ketrampilan.15

Dari pengertian terebut dapat disimpulkan bahwa media adalah sebagai alat

bantu dalam menyampaikan informasi dapat berupa media cetak ataupun

perangkat keras. Dengan adanya media penyampaian informasi berupa

pengetahuan mengenai bahaya seks bebas akan berjalan dengan lebih menarik,

serta lebih memudahkan guru BK dalam mengaplikasikan layanan dasar kepada

peserta didik.

Semakin meningkatnya siswa yang memiliki dan menggunakan perangkat

mobile maka semakin besar peluang penggunaan perangkat teknologi dalam

pendidikan. Media pembelajaran yang memanfaatkan teknologi merupakan salah

satu alternatif pengembangan media pembelajaran yang inovatif. Dewasa ini,

informasi dan teknologi memengaruhi aktivitas sekolah dengan sangat masif.

Informasi dan pengetahuan baru menyebar dengan mudah dan aksesibel bagi

siapa saja yang membutuhkannya.

Pendidikan mengalami disrupsi yang sangat hebat sekali. Peran guru yang

selama ini sebagai satu-satunya penyedia ilmu pengetahuan sedikit banyak


13
Rima Hazrati, Wirda Hanim, and Dharma Setiawaty R., “Pengaruh Media Dalam
Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Pengaturan Diri Siswa Kelas Xi Di Sman 56 Jakarta,”
Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5, no. 1 (2016): 94, https://doi.org/10.21009/insight.051.14.
14
Umar, “Peran Dan Fungsinya Dalam Pembelajaran,” Al-Afkar : Jurnal Keislaman &
Peradaban, 2014.
15
Ali Muhson, “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi,”
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia 8, no. 2 (2010), https://doi.org/10.21831/jpai.v8i2.949.
11

bergeser menjauh darinya. Di masa mendatang, peran dan kehadiran guru di ruang

kelas akan semakin menantang dan membutuhkan kreativitas yang sangat tinggi. 16

Oleh sebab itu dalam penelitian ini, peneliti menggunakan aplikasi berbasis

android dengan jenis edukasi, untuk memudahkan dalam menyampaikan materi

kepada peserta didik dan mengikuti alur perkembangan teknoligi agar lebih

inovatif.

Dari permasalahan yang sudah dipaparkan diatas, maka peneliti memiliki

solusi menggunakan media BK Flipcharth berbasisandroid dalam memberikan

pendidikan berupa pengetahuan mengenai dampak buruk dari seks bebas, dengan

menggunakan media tersebut peserta didik dapat memperoleh pengetahuan secara

mudah dan menyenangkan. Media Flipchart adalah kumpulan ringkasan, skema,

gambar, table yang dibuka secara berurutan berdasarkan topik materi

pembelajaran, yang dibuat semenarik mungkin untuk menarik minat peserta didik

dalam pembelajaran.17

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Happy Karlina Marjo dan Auliya

Safitri menunjukkan adanya hubungan yang positif antara media pembelajaran

flipchart dengan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan motivasi

berprestasi peserta didik kelas X di SMAN 11 Jakarta.18

Hal ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Reski Matte di

SMA Negeri 10 Gowa yang menunjukkan bahwa media flipchart sangat efektif
16
Habib Ratu Perwira Negara Et Al., “Meningkatkan Minat Belajar Siswa Melalui
Pemanfaatan Media Belajar Berbasis Android Menggunakan Mit App Inventor,” Selaparang
Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 2019, https://doi.org/10.31764/jpmb.v2i2.887.
17
Auliya Safitri and Happy Karlina Marjo, “Pengembangan Media Pembelajaran Visual
Dengan Menggunakan Flipchart Untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi Melalui Layanan
Bimbingan Kelompok,” INSIGHT: Jurnal Bimbingan Konseling 7, no. 2 (2019): 185–94,
https://doi.org/10.21009/insight.072.08.
18
Happy Karlina Marjo, Auliya Safitri. Ibid. Hal 192.
12

digunakan dalam memberikan pendidikan kesehatan remaja tentang HIV/AIDS.19

Melihat hasil penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan

yang baik antara proses pemberian layanan dalam mengatasi permasalahan peserta

didik dengan menggunakan media flipchart.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Pengembangan Media Flipchart Berbasis Android Sebagai

Layanan Dasar Dalam Meningkatkan Pemahaman Tentang Bahaya Seks Bebas

Peserta Didik Kelas VIII di SMP Negeri 14 Bandar Lampung”

B. Identifikasi Masalah

Bersdasarkan data-data yang diperoleh peneliti, maka teridentifikasi beberapa

masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Teridentifikasi 2 peserta didik yang sudah berpacaran dengan berciuman

2. Teridendifikasi 5 peserta didik yang menonton video porno lewat

streaming ataupun melalui kirimin Whats App.

3. Teridentifikasi 7 peserta didik melakukan chat mesra dengan pacar dengan

emoticon cium dan pelukan.

4. Teridentifikasi 1 peserta didik yang sudah membicarakan hubungan seks

dengan pacar lewat chat

5. Teridentifikasi 2 peserta didik yang berpacaran dengan siswa SMA dan

orang yang sudah bekerja

6. Teridentifikasi 4 peserta didik yang sudah berkencan seperti makan

bersama, jala-jalan, dan nonton bioskop.


19
Reski Matte, “Efektivitas Pendidikan Kesehatanmelalui Media Flip Chartdan Media
Video Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Hiv/Aids Di Sma Negeri 10 Gowa,” Skripsi, 2018.
13

C. Batasan Masalah

Supaya ranah pembahasan dalam penelitian ini terarah dan seseuai dengan

masalah yang ada maka fokus penelitian ini hanya membahas “Pengembangan

Media Flipchart Berbasis Android Sebagai Layanan Dasar Dalam Meningkatkan

Pemahaman Tentang Bahaya Seks Bebas Peserta Didik Kelas VIII di SMP Negeri

14 Bandar Lampung”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dijelaskan bahwa kurangnya pemahaman

peserta didik mengenai dampak dari seks bebas, maka yang menjadi rumusan

masalah yaitu “Apakah media Flipchart Berbasis Android dapat meningkatkan

pemahaman Tentang Bahaya Seks Bebas?”

E. Tujuan Penelitan

Tujuan dilakukan sebuah penelitian diantaranya untuk mendeskripsikan,

menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan fenomena dari peristiwa-peristiwa

yang terjadi dilapangan yang menjadi sebuah pertanyaan bagi peneliti.20 Sehingga

tujuan penelitian yang diharapakan yaitu mampu menjawab pertanyaan dari

rumusan masalah yang telah dipaparkan. Maka dari itu tujuan yang ingin dicapai

oleh peneliti terbagi menjadi dua, yaitu:

Tujuan Umum

Untuk mengembangkan media Flipchart dalam permasalahan seks bebas pada

remaja

Winarno.M.E, “Metodologi Penelitian Dalam Pendidikan Jasmani,” Center For Human


20

Capacity Development Jakarta, 2004, 2012.


14

Tujuan khusus

Untuk meningkatkan pemahaman peserta didik tentang bahaya seks bebas.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu:

1) Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengembangan ilmu

khususnya dalam layanan bimbingan dan konseling, untuk membantu

meningkatkatkan pemahaman peserta didik tentang bahaya seks bebas.

2) Praktis

a) Bagi peserta didik

Hasil penelitia dapat menambah pengetahuan tentang bahaya seks

bebas Peserta didik kelas VIII SMP Negeri 14 Bandar Lampung.

b) Bagi guru bimbngan dan konseling

Penelitian ini dapat menambah wawasan guru bimbingan dan

konseling dalam menjalankan layanan dasar sebagai upaya

pencegahan perilaku seks bebas.

c) Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagi sekolah

mengenai peran guru bimbingan dan konseling dalam mencegah

perilaku seks bebas.

d) Bagi Peneliti
15

Menambah pengetahuan serta pengalaman bagi penulis dalam

mengembangkan media flipchart berbasis android, yang nantinya

dapat menjadi bekal sebagai konselor dalam membimbing peserta

didik.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini lebih jelas, terarah, dan tidak menyimpang dari tujuan,

maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian, diantaranya yaitu:

1) Ruang lingkup ilmu

Penelitian ini tergolong dalam ruang lingkup ilmu Bimbingan dan

Konseling.

2) Ruang Lingkup Objek

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini yaitu pengembangan media

flipchart untuk meningktkan pemahaman tentang bahaya seks bebas

peserta didik yang dilaksanakan di Sekolah.

3) Ruang Lingkup Subjek

Ruang lingkup dalam subjek penelitian ini yaitu peserta didik kelas

VIII SMP Negeri 14 Bandar Lampung.

4) Ruang Lingup Wilayah

Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini yaitu SMP Negeri 14

Bandar Lampung.

5) Ruang Lingkup Waktu


16

Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilakukan pada semester

ganjil 2020/2021.

Anda mungkin juga menyukai