Anda di halaman 1dari 19

VOLUME 2 NO 2 | April 2021 ISSN 2686-5718

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP AKTIVITAS PERPAJAKAN


(PENGGUNAAN LAYANAN DARING, INTENSITAS LAYANAN
ADMINISTRASI PAJAK, & PERILAKU KEPATUHAN PAJAK)
Ryan Agatha Nanda Widiiswaa, Hendy Prihambudib, Ahmad Kosasihc
a Direktorat Jenderal Pajak. Email: ryanagatha01@gmail.com
b Direktorat Jenderal Pajak. Email: hendyprihambudi@gmail.com
c Badan Pusat Statistik. Email: ahmad_kosasih@gmail.com

ABSTRACT
The COVID-19 pandemic, which began at the end of 2019, has globally changed so
many aspects. The decline in people's consumption levels, the increase in unemploy-
ment, uncertainty for the business world, and changes in people's behaviour towards
digital caused disruption for the Indonesian tax system. This study tries to look at the
impact caused by the COVID-19 pandemic on taxation activities in Indonesia. Such
activities will be seen from the quantity of tax service administration, the use of digital by
taxpayers, and taxpayer’s compliance report. The study took the period until the third
quarter (September) 2020 and then it was compared with the circumstances in 2019
(January-September). This research is quantitative research by applying descriptive
statistic methods as well as t-test analysis. This research is expected to provide an over-
view to the policy makers in understanding the changes resulting from the COVID-19
pandemic to the taxation activities in Indonesia.

Keywords: tax policy, COVID-19 Pandemic, tax compliance, digital behaviour, tax administration

ABSTRAK
Pandemi COVID-19 yang berawal di akhir tahun 2019, telah mengubah begitu banyak
aspek kehidupan seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Penurunan tingkat
konsumsi masyarakat,, peningkatan pengangguran, ketidakpastian bagi dunia usaha,
hingga perubahan perilaku masyarakat ke arah digital menyebabkan disrupsi bagi
sistem perpajakan Indonesia. Penelitian ini mencoba melihat dampak yang disebabkan
oleh pandemi COVID-19 pada aktivitas perpajakan di Indonesia. Rentang waktu yang
diambil adalah capaian hingga triwulan ketiga (Bulan September) tahun 2020, untuk
kemudian dibandingkan dengan keadaan pada tahun 2019 (Januari-September).
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menerapkan metode analisis
statistik deskriptif serta analisis uji beda t test. Dari penelitian ini, diharapkan dapat

160
Ryan A. N. W., Hendy P., Ahmad K. / Dampak Pandemi COVID-19... (2021) 160-178

memberikan gambaran kepada pengambil kebijakan perpajakan dalam memahami


perubahan yang dihasilkan akibat pandemi COVID-19 pada aktivitas perpajakan di
Indonesia.

Kata kunci: kebijakan perpajakan, pandemi COVID-19, kepatuhan perpajakan, perilaku digital,
administrasi pajak

1. PENDAHULUAN pemerintah G-20 mengeluarkan paket


1.1 Latar Belakang stimulus 3 (tiga) kali lipat dari krisis
finansial pada tahun 2008.
Pada akhir tahun 2019, virus dengan Sedangkan terkait dengan
nama ilmiah SARS-CoV-2 merebak dari perubahan perilaku digital sendiri,
kota Wuhan, Cina hingga menjadi disebutkan Mckinsey & Company (2020)
pandemi di seluruh dunia. Penyakit ini bahwa pengambil kebijakan pada sektor
memiliki nama resmi dari World Health bisnis percaya bahwa transaksi secara
Organization sebagai COVID-19. Seiring digital memiliki peranan hingga 2 (dua)
dengan merebaknya COVID-19 ke kali lipat dibandingkan masa sebelum
seluruh dunia, segala aspek kehidupan pandemi. Penelitian terkait transformasi
yang telah biasa kita jalani, dipaksa digital oleh Soto-Acosta (2020)
untuk mengalami perubahan. menyebutkan bahwa pandemi
Sebutan new normal pun menjadi COVID-19 mengakselerasi berbagai
hal yang sering digaungkan dalam taraf sektor (bisnis & pemerintahan) pada
kebijakan publik pemerintah. Kehadiran proses bisnis operasional.
new normal ini yang memberikan Pemanfaatan teknologi digital
pembeda bagi jalannya kehidupan sendiri menjadi syarat tak terelakkan
selama tahun 2020 melalui pembatasan bagi keberlangsungan organisasi di
kegiatan kerumunan melalui jaga jarak, tengah pandemi. Hal ini juga sejalan
cuci tangan, hingga mengenakan dengan yang disebutkan oleh A. Barua
masker ketika beraktivitas di luar rumah (2020) bahwa dengan berubahnya
(WHO, 2020). perilaku masyarakat menuju digital,
Dari laporan yang diterbitkan oleh sektor yang tidak dapat bertransformasi
McKinsey & Company (2020) disebutkan digital pada saat pandemi terjadi akan
terdapat beberapa hal esensial yang mengalami dampak paling negatif.
bakal menandai implementasi new Begitu juga dengan sektor
normal, di antaranya terdiri dari perilaku layanan publik, berdasarkan laporan
konsumen terhadap adopsi teknologi yang diterbitkan oleh Accenture (2020)
digital, perubahan kebutuhan tenaga maupun OECD (2020a) disebutkan
kerja yang berkaitan dengan bahwa layanan publik pemerintah
kemampuan digital, perubahan dituntut untuk dapat memanfaatkan
bentuk bisnis perusahaan agar dapat teknologi digital agar pelayanan
bertahan, dan ketidakjelasan tatanan masyarakat tetap berjalan secara efektif
situasi yang ada hingga menyebabkan di masa pandemi. Oleh karena itu,

161
Ryan A. N. W., Hendy P., Ahmad K. / Dampak Pandemi COVID-19... (2021) 160-178

di tengah pandemi ini, pemerintah menyebabkan resesi secara global pada


termasuk di antaranya sektor tahun 2020 dengan ditandai penurunan
perpajakan, harus dapat memanfaatkan GDP secara global (World Bank, 2020).
sarana digital dalam penyelenggaraan Resesi yang diprediksi terjadi pada
layanan kepada masyarakat. tahun 2020 diprediksi menjadi resesi paling
Kemudian, jika ditarik perspektif besar keempat sejak tahun 1870 dengan
kepatuhan perpajakan sendiri, disrupsi dilandasi pada perhitungan atas
pandemi yang terjadi terhadap penurunan aktivitas ekonomi,
pelayanan tidak hanya dapat perdagangan internasional, penjualan
mempengaruhi jalannya pelayanan yang retail, hingga konsumsi atas minyak. ILO
terjadi, tetapi juga dapat berdampak sendiri dalam laporannya (2020)
terhadap kepatuhan wajib pajak. menambahkan bahwa kebijakan lockdown
Penelitian yang dilakukan oleh Mittone hingga pembatasan aktivitas pada tataran
(2006) menyebutkan bahwa layanan new normal menyebabkan banyak tenaga
yang buruk dari kantor pajak dapat kerja kehilangan pekerjaan serta
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. kehilangan jumlah jam bekerja, dan jika
Indonesia menganut sistem ditarik garis lurus dapat menyebabkan
self assessment yang berlandaskan pada tekanan pada perekonomian.
mekanisme voluntary compliance World Bank (2020) memprediksi
(Harahap, 2004), dimana layanan yang GDP Indonesia pada tahun 2020 akan
ada dapat merefleksikan hubungan yang mencapai angka pertumbuhan sebesar 0
baik antara institusi perpajakan dengan persen atau terjadi penurunan
wajib pajak memiliki peranan penting dibandingkan proyeksi kenaikan sebesar
dalam kepatuhan perpajakan 5,1 persen pada awal tahun. Direktur
(Braithwaite, 2003). Tantangan yang Jenderal Pajak, Suryo Utomo pada
muncul tidak hanya dari sisi peringatan Hari Pajak 2020 menyebutkan
bagaimana institusi perpajakan dapat bahwa paling tidak ada tiga dampak
menyelenggarakan layanan digital yang pandemi COVID-19 terhadap
dapat merefleksikan perubahan perilaku perekonomian yang pada akhirnya
masyarakat saat pandemi, tetapi juga menyebabkan penurunan pada
menjaga kualitas layanan seperti saat penerimaan pajak.
sebelum pandemi agar tetap dapat Konsumsi masyarakat yang turun,
menjaga kepatuhan wajib pajak. menimbulkan ketidakpastian yang
Di lain sisi, dari sudut pandang berkepanjangan bagi iklim investasi serta
ekonomi, pandemi ini telah memberikan dunia usaha dan pelemahan ekonomi
tekanan pada pertumbuhan ekonomi. yang menyebabkan harga komoditas serta
Pembatasan aktivitas masyarakat, aktivitas ekspor Indonesia berkurang (CNN
hingga ketidakjelasan akan masa Indonesia, 2020). Secara singkat, disrupsi
mendatang dalam kondisi pandemi yang terjadi pada dunia perekonomian
menyebabkan daya konsumsi memberikan tekanan terhadap capaian
masyarakat serta ruang investasi penerimaan pajak yang berjalan (Zhao,
menjadi menyempit. Hal ini diprediksi 2020) (Clemens & Veuger, 2020).

162
Ryan A. N. W., Hendy P., Ahmad K. / Dampak Pandemi COVID-19... (2021) 160-178

Kondisi perekonomian inilah jika tahun 2019 (Januari – September). Selain


dipandang dari sudut pandang itu, belum adanya penelitian sejenis
perpajakan, tidak hanya mempengaruhi yang meninjau perubahan aktivitas wajib
penerimaan pajak yang akan didapat, pajak selama pandemi berlangsung juga
tetapi juga respon wajib pajak terhadap menjadi dasar dilakukannya penelitian
kewajiban perpajakan. Pada penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian
yang dilakukan oleh Heinemann (2010), kuantitatif dengan menerapkan metode
disebutkan bahwa ketika dalam situasi analisis statistik deskriptif serta analisis uji
krisis ekonomi, dorongan wajib pajak beda t test.
dalam mematuhi kewajiban perpajakan Pada penelitian ini, peneliti akan
mengalami penurunan. menggunakan data pada tingkatan
Situasi ini jika dipandang dari sisi Kantor Wilayah DJP dengan tidak
wajib pajak seperti yang dikutip dalam mengikutkan Kantor Wilayah DJP Wajib
penelitian Brondolo (2009) bahwa ketika Pajak Besar. Hasil dari penelitian ini
terjadi krisis ekonomi, wajib pajak akan diharapkan dapat memberikan
berpikir bahwa penegakan hukum tidak gambaran kepada pengambil kebijakan
akan seketat sebelumnya. Selain itu, perpajakan dalam memahami
wajib pajak juga akan merasa bahwa perubahan yang dihasilkan oleh
selalu ada wajib pajak lain yang pandemi COVID-19 pada aktivitas
melakukan penghindaran lebih besar perpajakan di Indonesia.
sehingga apa yang dilakukan oleh wajib
pajak tersebut memiliki risiko yang lebih
kecil serta lebih dapat diterima secara 1.2 Kerangka Teoritis
sosial ketika terjadi krisis ekonomi. 1.2.1 Pandemi COVID-19 & Layanan
Dua kondisi inilah yaitu Digital
perubahan perilaku digital beserta
perlambatan pada perekonomian Pandemi COVID-19 berdampak pada
menjadi latar belakang bagi peneliti perubahan perilaku masyarakat dalam
untuk melakukan penelitian dengan berbagai aspek, salah satunya adalah
melihat bagaimana perubahan aktivitas aspek penggunaan sarana digital dalam
perpajakan pada saat terjadi pandemi memenuhi kebutuhan konektivitas.
COVID-19 tahun 2020. Perubahan Soto-Acosta (2020), menyatakan bahwa
aktivitas perpajakan tersebut akan sejak Desember 2019 sampai dengan
ditinjau dari penggunaan sarana daring Mei 2020, penggunaan internet di
oleh wajib pajak, dari kuantitas layanan seluruh dunia meningkat sampai
administrasi perpajakan terkait data dengan 60% dibandingkan dengan
pokok wajib pajak, serta kepatuhan periode sebelum adanya pandemi.
pelaporan wajib pajak pada rentang Dengan kondisi tersebut, maka
waktu bulan Januari hingga bulan masyarakat akan lebih banyak
September tahun 2020. menjalankan aktivitas yang
Kondisi tersebut akan memanfaatkan teknologi digital.
dibandingkan dengan kondisi pada saat Begitu juga dari sisi pemerintah,

163
Ryan A. N. W., Hendy P., Ahmad K. / Dampak Pandemi COVID-19... (2021) 160-178

dimana pemerintah harus dapat pengurangan PPh Pasal 25, dan


bersifat responsif dengan implementasi pemberitahuan pelaporan SPT Tahunan
digitalisasi layanan publik pada saat menggunakan lampiran yang
pandemi (Accenture, 2020). Hal ini disederhanakan.
berlaku juga di sektor perpajakan. Pada penelitian ini sendiri, peneliti
Laporan yang dikeluarkan OECD akan mencoba melihat perubahan
(2020b) sendiri menyebutkan bahwa tingkat penggunaan sarana daring bagi
dalam kondisi pandemi, peranan layanan perpajakan yang diakses oleh
layanan digital akan sangat krusial wajib pajak. Layanan perpajakan yang
dengan mengurangi beban administrasi akan diteliti adalah layanan pendaftaran
wajib pajak. Begitu juga dengan laporan NPWP serta pelaporan SPT Tahunan.
yang dikeluarkan oleh UN/DESA (2020) Pemilihan dua layanan tersebut sebagai
bahwa layanan berbasis teknologi pada objek yang diteliti dikarenakan dua
saat pandemi sangat krusial untuk layanan tersebut telah memiliki saluran
menjamin efektivitas dari layanan publik. secara daring untuk dapat digunakan
Pada saat terjadi pandemi COVID-19 wajib pajak sejak awal tahun 2019
sendiri, Direktorat Jenderal Pajak telah sehingga dapat dibandingkan secara
melakukan beberapa tindakan yang baik dengan kondisi pada saat pandemi
responsif melalui penyediaan layanan terjadi.
konsultasi secara daring melalui media Peneliti akan melihat tingkat
whatsapp maupun email oleh penggunaan sarana daring oleh wajib
masing-masing Kantor Pelayanan Pajak. pajak dengan melihat persentase
DJP sendiri juga melakukan penggunaan sarana daring yang
perluasan atas layanan administrasi dihasilkan dari pembagian antara jumlah
yang dapat diakses secara daring. penggunaan sarana daring dengan
Terhitung terdapat 17 layanan jumlah keseluruhan pengunaan atas
administrasi baru yang dapat diakses layanan tersebut.
melalui menu login www.pajak.go.id.
Layanan tersebut adalah e-PHTB,
konfirmasi dokumen, konfirmasi NTPN, 1.2.2 Perlambatan pada Perekonomian
pemberitahuan memilih dikenai & Perpajakan
ketentuan umum PPh, perubahan data
wajib pajak, surat keterangan PP Setiap terjadi perlambatan pada
23/2018, fasilitas PPh Pasal 21, fasilitas perekonomian, implikasi yang
pengurangan PPh Pasal 25, Surat ditimbulkan menjadi tantangan bagi
Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 22, pengadministrasian penerimaan pajak di
SKB PPh Pasal 22 alat kesehatan, SKB seluruh dunia (IMF, 2009). Laporan yang
PPh Pasal 23 alat kesehatan, pelaporan diterbitkan Brondolo (2019)
realisasi PPh 21 ditanggung pemerintah menyebutkan bahwa ketika krisis
(DTP), pelaporan realisasi PPh Final ekonomi terjadi, beberapa faktor
UMKM DTP, pelaporan realisasi SKB yang paling besar dalam
PPh Pasal 22, pelaporan realisasi menggerus penerimaan pajak adalah

164
Ryan A. N. W., Hendy P., Ahmad K. / Dampak Pandemi COVID-19... (2021) 160-178

(1) penurunan basis pajak, (2) penurunan merupakan aktor determinan dalam
harga komoditas dan keuntungan dari capaian penerimaan pajak. Dengan
sektor terkait, (3) diskresi pada kebijakan demikian, problematika yang timbul
perpajakan, dan (4) perubahan dalam kondisi perlambatan
kepatuhan wajib pajak. perekonomian adalah bagaimana
Lalu, dilihat dari apa yang membuat proses pemulihan ekonomi
disebutkan oleh Johnson et al. (2010) dapat berjalan dengan cepat sehingga
bahwa pada saat terjadi resesi di pertumbuhan PDB dapat menjadi
Amerika Serikat pada tahun 2008, terjadi normal kembali.
penurunan penerimaan pajak hingga 11 Ditambah lagi, sifat perpajakan
persen. Penurunan ini disebabkan oleh apabila tidak dilakukan secara hati-hati
peningkatan tingkat pengangguran, dapat menimbulkan sentiment negatif
penurunan gaji, serta penurunan pada pertumbuhan ekonomi (Ferede &
aktivitas ekonomi. Dahlby, 2012), terlebih ketika dunia
Sedangkan dari konteks pandemi tengah dilanda perlambatan pada
COVID-19 sendiri, penelitian yang perekonomian. Pada penelitian S. Barua
dilakukan oleh Zhao (2020) dengan (2020) disebutkan bahwa dalam proses
menggunakan konteks pada negara pemulihan ekonomi, pajak akan
bagian New Englands, Amerika Serikat, memainkan peran kunci terutama untuk
dinyatakan bahwa pada tahun 2021 meningkatkan investasi serta
dampak dari pandemi COVID-19 masih pembuatan lapangan kerja pada
akan menyerang negara bagian sektor-sektor tertentu.
tersebut. Peranan tersebut salah satunya
Bahkan, jika pemulihan ekonomi dapat diimplementasikan melalui insentif
berjalan lambat, penerimaan pajak pada pajak. Insentif pajak sendiri dalam
tahun 2021 diprediksi menurun hingga perspektif kondisi pandemi COVID-19
20-30 persen. Dengan demikian, dapat dapat ditujukan pada ketahanan
dilihat bahwa ketika negara dihadapkan ekonomi (OECD, 2020c), termasuk untuk
dalam posisi berhadapan dengan menunjang sektor kesehatan serta
perlambatan perekonomian akibat sektor yang terdampak langsung
pandemi COVID-19, dampak yang pandemi COVID-19. Hal ini didukung
ditimbulkan terhadap penerimaan pajak oleh penelitian Brondolo (2009) bahwa
tidak dapat dihindari. dalam kondisi perlambatan
Akan tetapi relasi antara perekonomian, salah satu peranan
perpajakan dengan perlambatan utama institusi perpajakan adalah
perekonomian tidak berhenti di situ, hal membantu pelaku usaha untuk tetap
ini dikarenakan penerimaan pajak bertahan melalui krisis yang terjadi, salah
bertumpuan pada pertumbuhan satunya melalui stimulus perpajakan.
ekonomi (Gupta, 2007). Bahkan, dalam Bentuk kepedulian pemerintah
penelitian yang dilakukan oleh Castro & melalui pemberian stimulus perpajakan
Camarillo (2014) disebutkan bahwa PDB dapat diartikan sebagai bantuan bagi
(Pendapatan Domestik Bruto) perkapita pelaku usaha untuk bertahan selama

165
Ryan A. N. W., Hendy P., Ahmad K. / Dampak Pandemi COVID-19... (2021) 160-178

perlambatan perekonomian terjadi Pandemi COVID-19 yang terjadi


melalui peningkatan profil institusi menyebabkan perubahan secara sosial
perpajakan. Pengalaman Yunani dalam maupun ekonomi di masyarakat (Leung
menghadapi krisis ekonomi adalah et al., 2020). Pembatasan aktivitas yang
dengan membangun profil institusi harus dilakukan untuk menekan laju
perpajakan yang baik sebagai salah satu pertumbuhan penyebaran virus
strategi untuk menjaga kepatuhan wajib COVID-19 mengakibatkan sektor usaha
pajak (Kaplanoglou et al., 2016). secara umum tidak dapat berjalan
Oleh karena itu, melalui insentif secara normal, sehingga mengakibatkan
perpajakan yang direncanakan dan terjadinya tekanan pada perekonomian.
dikelola secara efektif dan efisien, tidak Menurut Young (2007), perlambatan
hanya dapat membantu pemulihan perekonomian dapat mempengaruhi
ekonomi secara lebih cepat tetapi juga norma sosial wajib pajak terhadap
pada keberlanjutan anggaran ke kepatuhan perpajakan. Hasil penelitian
depannya terutama setelah perlambatan tersebut juga didukung oleh Heinemann
pada perekonomian berakhir. (2010) yang menyebutkan bahwa ketika
Direktorat Jenderal Pajak sendiri terjadi perlambatan perekonomian,
telah mengeluarkan beberapa insentif moral dari wajib pajak mengalami
terkait dengan merespon perlambatan penurunan yang berdampak pada
perekonomian yang terjadi, yaitu melalui kepatuhan.
pemberian insentif PPh Pasal 21 Dengan demikian, kondisi
ditanggung pemerintah untuk pandemi COVID-19 yang terjadi, dapat
penghasilan yang diterima pegawai, memberikan tekanan pada kepatuhan
pembebasan dari pemungutan PPh perpajakan. Pada penelitian OECD
Pasal 22 Impor, pengurangan angsuran (2004) disebutkan bahwa terdapat
PPh Pasal 25, restitusi PPN dipercepat, empat pilar kepatuhan, di mana salah
insentif PPh & PPN untuk alat kesehatan satu pilar pertama adalah pendaftaran.
& pendukungnya, PPh UMKM Penelitian ini sendiri ingin melihat
(PP 23/2018) ditanggung pemerintah, bagaimana aktivitas wajib pajak
pengurangan penghasilan bruto terhadap kegiatan pendaftaran. Pada
atas sumbangan dalam rangka penelitian ini, aktivitas pendaftaran akan
penanganan COVID-19, PPh tarif 0% diperluas pada layanan administrasi
untuk petugas di bidang kesehatan yang terkait dengan data pokok wajib
dalam rangka penanganan COVID-19, pajak.
PPh 0% atas persewaan tanah bangunan Layanan administrasi terkait data
dalam rangka penanggulangan pokok wajib pajak terdiri dari
COVID-19, dan insentif untuk pembelian pendaftaran NPWP, penghapusan
kembali saham di bursa efek. NPWP, perubahan data wajib pajak,
pengukuhan pengusaha kena pajak
(PKP), pembatalan penghapusan
1.2.3 Dampak pada Kuantitas Layanan NPWP, pembatalan pencabutan PKP,
Administrasi Perpajakan dan pemindahan wajib pajak.

166
Ryan A. N. W., Hendy P., Ahmad K. / Dampak Pandemi COVID-19... (2021) 160-178

Ketujuh layanan tersebut merupakan Dari sudut pandang yang berbeda,


bagian dari layanan yang diatur pada Brondolo (2009) menyebutkan bahwa
PER-04/PJ/2020 tentang Petunjuk Teknis krisis ekonomi menyebabkan wajib pajak
Pelaksanaan Administrasi Nomor Pokok menjadi lebih berani dalam mengambil
Wajib Pajak, Sertifikat Elektronik, dan risiko untuk melakukan ketidakpatuhan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. perpajakan jika dibandingkan risiko
Peneliti akan melihat bagaimana yang didapat dalam menghadapi
perubahan total penggunaan layanan kebangkrutan usaha.
administrasi terkait data pokok wajib Hal ini berlandaskan pada narasi
pajak pada tahun 2019 dengan kondisi kepatuhan pajak yang diungkapkan
pada saat pandemi terjadi dengan Allingham & Sanmo (1972) bahwa
rentang waktu Januari hingga kepatuhan perpajakan digerakkan oleh
September. perhitungan antara risiko denda yang
didapat ketika tertangkap melakukan
ketidakpatuhan dengan keuntungan
1.2.4 Dampak pada Kepatuhan yang didapat ketika melakukan
Perpajakan kepatuhan perpajakan.
Sedangkan pada perlambatan
Perlambatan pada perekonomian yang perekonomian, perhitungan yang
terjadi tidak hanya berdampak pada dialami wajib pajak bertambah dengan
angka-angka capaian ekonomi yang kemungkinan kebangkrutan yang
ada, tetapi juga mempengaruhi perilaku dialami. Lebih lanjut, Brondolo (2009)
masyarakat. Kepatuhan perpajakan wajib menyebutkan bahwa pada saat kondisi
pajak didorong pada norma sosial tekanan pada sektor ekonomi, wajib
pribadi untuk mematuhi kewajiban pajak akan berpikir bahwa penegakan
perpajakan (Torgler, 2007). hukum tidak akan seketat pada saat
Pada kondisi terjadi perlambatan sebelumnya serta berprasangka bahwa
perekonomian, perubahan realita yang selalu ada wajib pajak lain yang
terjadi dapat mempengaruhi norma melakukan penghindaran lebih besar
sosial wajib pajak terhadap kepatuhan sehingga wajib pajak tersebut memiliki
perpajakan (Young, 2007). Sedangkan, risiko yang lebih kecil serta pembenaran
pada hasil penelitian Heinemann (2010) secara sosial.
disebutkan bahwa ketika terjadi krisis Terkait dengan ketidakpatuhan
ekonomi, moral pajak dari wajib pajak yang terjadi sendiri pada saat terjadi
mengalami penurunan sehingga tekanan pada perekonomian, Brondolo
mempengaruhi keberlanjutan (2009) menyebutkan bahwa bentuk
penganggaran negara. ketidakpatuhan terdiri dari (1) melakukan
Oleh karena itu, dapat diambil transaksi yang memiliki kewajiban
kesimpulan, bahwa ketika terjadi perpajakan tetapi tanpa terdaftar di
perlambatan perekonomian maka institusi perpajakan (non NPWP), (2)
dorongan wajib pajak terhadap kepatuhan tidak melaporkan SPT secara tepat
perpajakan dapat mengalami disrupsi. waktu, (3) memperkecil kewajiban

167
Ryan A. N. W., Hendy P., Ahmad K. / Dampak Pandemi COVID-19... (2021) 160-178

perpajakan yang dilaporkan, atau (4) pandemi terjadi (Januari 2019 –


membayar pajak lebih kecil dari kewajiban September 2019).
yang ada. b.Tingkat ketepatan waktu pelaporan
Pada penelitian ini, peneliti mencoba SPT Tahunan
melihat perubahan tingkat kepatuhan wajib Pada penelitian ini, peneliti akan
pajak pada saat terjadi pandemi dari dari melihat tingkat ketepatan waktu
poin ketidakpatuhan yang mungkin terjadi pelaporan SPT Tahunan baik wajib
pada saat terjadi tekanan pada sektor pajak badan maupun orang pribadi.
ekonomi pada laporan (Brandolo, 2009). SPT Tahunan yang ditinjau sendiri
Kepatuhan wajib pajak dalam penelitian ini, adalah untuk tahun pajak 2019 yang
terjabar sebagai berikut. dilaporkan pada rentang waktu tahun
a. Tingkat penggunaan identitas NPWP 2020 (Januari – September 2020).
ketika melakukan pembayaran pajak. Kemudian akan dibandingkan dengan
Pada penelitian Brandolo (2009) tingkat ketepatan waktu pelaporan
sendiri disebutkan bahwa ketika terjadi SPT Tahunan tahun pajak 2018 yang
krisis ekonomi, maka wajib pajak dilaporkan pada tahun 2019 (Januari –
memiliki kecenderungan untuk September 2019). Batas waktu
melakukan transaksi yang memiliki pelaporan SPT Tahunan yang
kewajiban perpajakan tetapi tanpa digunakan sesuai dengan pasal 3 ayat
terdaftar di institusi perpajakan. Pada (3) UU Ketentuan Umum Perpajakan
penelitian ini sendiri, peneliti akan Nomor 28 Tahun 2007, yaitu:
melihat penggunaan identitas NPWP 1. Batas waktu penyampaian SPT
pada pembayaran PPN atas kegiatan Tahunan Badan pada akhir bulan
membangun sendiri (PER-25/PJ/2012) April
serta pada pembayaran pajak PPh atas 2. Batas waktu penyampaian SPT
pengalihan hak atas tanah dan atau Tahunan Orang Pribadi pada bulan
bangunan (PER-18/PJ/2017). Maret.
Dikarenakan pada kedua Pada konteks SPT Tahunan
pembayaran tersebut, wajib pajak Orang Pribadi tahun pajak 2019 yang
yang belum memiliki NPWP dapat dilaporkan pada tahun 2020, peneliti
menggunakan identitas non NPWP akan menggunakan batas waktu
ketika melakukan pemenuhan pelaporan pada akhir bulan April 2020
kewajiban perpajakannya. Peneliti sehubungan dengan kebijakan
sendiri akan membandingkan relaksasi penyampaian SPT Tahunan
persentase wajib pajak yang Orang Pribadi pada KEP-156/PJ/2020
menggunakan NPWP ketika tentang Kebijakan Perpajakan
melakukan pembayaran pajak PPN Sehubungan Dengan Penyebaran
atas kegiatan membangun sendiri atau Wabah Virus Corona 2019.
PPh atas pengalihan hak atas tanah c. Tingkat ketepatan waktu pelaporan
dan atau bangunan ketika kondisi saat SPT Masa PPN
pandemi terjadi (Januari 2020 – Penelitian ini akan melihat tingkat
September 2020) dengan sebelum ketepatan waktu pelaporan SPT Masa PPN.

168
Ryan A. N. W., Hendy P., Ahmad K. / Dampak Pandemi COVID-19... (2021) 160-178

Peneliti sendiri mengambil tingkat yang tidak masuk dalam kategori


kepatuhan dari perspektif kepatuhan sebagai Wajib Pajak Non Efektif seperti
pelaporan SPT Masa PPN dikarenakan yang tertera pada Pasal 24 Ayat 2
pada konteks pandemi sendiri, sektor PER-04/PJ/2020 tentang Petunjuk
PPN terlepas dari insentif perpajakan Teknis Pelaksanaan Administrasi
sehingga kewajiban pelaporan yang Nomor Pokok Wajib Pajak, Sertifikat
melekat pada PKP masih tetap ada. Elektronik, Dan Pengukuhan
Tingkat ketepatan waktu Pengusaha Kena Pajak.
pelaporan yang akan diteliti diambil Selain itu, variabel kepatuhan
dari persentase wajib pajak PKP wajib pajak yang akan diteliti juga
(Pengusaha Kena Pajak) yang melihat pada empat pilar kepatuhan
melakukan pelaporan SPT Masa PPN yang terjabar pada OECD (2004), di
tepat waktu sepanjang rentang waktu mana tingkat penggunaan identitas
(Januari-September) dibandingkan NPWP ketika melakukan pembayaran
dengan total jumlah wajib pajak PKP pajak merupakan kepatuhan secara
yang ada. Kepatuhan dari perspektif pendaftaran, serta tingkat ketepatan
pelaporan ini dihitung dari kewajiban waktu pelaporan SPT Tahunan & SPT
pelaporan SPT Masa PPN yang ada Masa PPN merupakan kepatuhan
pada rentang waktu Januari hingga secara pelaporan.
September, yaitu masa pajak Sedangkan untuk dua pilar
Desember tahun sebelumnya, masa kepatuhan lainnya yaitu penyampaian
pajak Januari, Februari, Maret, April, laporan secara akurat serta
Mei, Juni, Juli, dan Agustus. Batas pembayaran pajak secara tepat waktu
waktu pelaporan SPT Masa PPN yang tidak dimasukkan dalam model
digunakan adalah akhir bulan penelitian ini. Pengambilan dua aspek
berikutnya dari masa pajak tersebut dari empat pilar kepatuhan yang ada
sesuai dengan Pasal 10 dan 11 sendiri didasari pada rentang waktu
PMK-9/PMK.03/2018. Tetapi apabila penelitian yang dilakukan serta
batas penyampaian tersebut bertepat keterbatasan data yang tersedia.
pada hari libur maka batas waktu Rentang penelitian yang dilakukan
pelaporan akan jatuh pada hari pada saat terjadi pandemi membatasi
berikutnya sesuai dengan Pasal 12 ayat peneliti untuk dapat melakukan
(1) PMK-243/PMK.03/2014. pengujian terhadap keakuratan
Peneliti akan membandingkan pelaporan yang telah dilakukan oleh
persentase yang didapat pada tahun wajib pajak maupun pembayaran yang
2020 dengan tahun 2019. PKP yang dilakukan.
menjadi objek penelitian adalah wajib
pajak aktif yang telah menjadi PKP
sejak awal tahun 2019 serta masih 1.3 Pengembangan Hipotesis
menjadi PKP aktif hingga bulan 1.3.1 Perbedaan Pengunaan Layanan
September 2020. Pengertian wajib Perpajakan secara Daring saat
pajak aktif merupakan wajib pajak Pandemi COVID-19

169
Ryan A. N. W., Hendy P., Ahmad K. / Dampak Pandemi COVID-19... (2021) 160-178

Berdasarkan penelitian Soto-Acosta perpajakan sendiri Heinemann (2010)


(2020) disebutkan bahwa kondisi menyebutkan bahwa ketika terjadi krisis
pandemi COVID-19 mengakselerasi ekonomi, moral pajak dari wajib pajak
perilaku digital masyarakat. Dari sisi untuk melakukan melaksanakan
pemerintah sendiri, UN/DESA (2020) kepatuhan perpajakan mengalami
menyebutkan bahwa layanan publik penurunan.
berbasis digital pada saat pandemi Peneliti akan melihat perbedaan
sangat krusial untuk menjamin efektivitas tingkat penggunaan layanan
dari layanan publik. administrasi perpajakan yang berkaitan
Peneliti akan melihat penggunaan dengan data pokok wajib pajak saat
layanan perpajakan secara daring untuk pandemi COVID-19 terjadi. Hal ini selain
layanan pendaftaran NPWP dan dikarenakan data pokok wajib pajak
pelaporan SPT Tahunan, dikarenakan merupakan hal yang berkaitan dengan
ketersediaan atas sarana daring atas identitas wajib pajak, dimana identitas
kedua layanan tersebut sejak awal tahun wajib pajak merupakan pintu awal dari
2019. Berangkat dari kondisi tersebut, kepatuhan wajib pajak pada tingkat
hipotesis yang akan diuji adalah: selanjutnya. Berangkat dari penjelasan di
H1: Tingkat penggunaan layanan atas, hipotesis yang akan diuji adalah:
perpajakan secara daring ditinjau H3: Tingkat penggunaan layanan
dari pelaporan SPT Tahunan administrasi perpajakan yang
cenderung lebih tinggi saat terjadi berkaitan dengan data pokok
pandemi COVID-19 wajib pajak cenderung lebih
H2: Tingkat penggunaan layanan rendah saat terjadi pandemi
perpajakan secara daring ditinjau COVID-19
dari pendaftaran NPWP
cenderung lebih tinggi saat terjadi
1.3.3 Perbedaan Tingkat Kepatuhan
pandemi COVID-19
Wajib Pajak saat Pandemi
COVID-19
1.3.2 Perbedaan Tingkat Penggunaan
Layanan Administrasi Perpajakan yang Seperti yang telah dijabarkan pada
Berkaitan dengan Data Pokok Wajib bagian landasan teori bahwa Pandemi
Pajak saat Pandemi COVID-19 COVID-19 memberikan perubahan
perilaku masyarakat ke arah digital serta
Pandemi COVID-19 yang terjadi tekanan pada sektor ekonomi
menyebabkan perubahan perilaku di dikarenakan pembatasan aktivitas
masyarakat. Penerapan new normal ekonomi dan faktor kesehatan pada
(WHO, 2020) mengharuskan masyarakat masa pandemi (McKibbin & Fernando,
untuk melakukan social distancing 2020). Dari dampak tersebut, peneliti
hingga pembatasan aktivitas di luar melihat bahwa ketika terjadi tekanan
rumah (Leung et al., 2020). Sedangkan, pada sektor perekonomian, maka hal
dari perspektif pemenuhan kewajiban tersebut dapat berdampak secara negatif

170
Ryan A. N. W., Hendy P., Ahmad K. / Dampak Pandemi COVID-19... (2021) 160-178

juga terhadap kepatuhan perpajakan digunakan dalam penelitian ini karena


wajib pajak. Belum lagi perubahan data akan dikelompokkan dalam dua
tingkah laku masyarakat ke arah digital, kelompok yang saling berhubungan,
yang memaksa institusi perpajakan yaitu kelompok data sebelum terjadi
harus dapat bersifat responsif terhadap pandemi COVID-19 pada rentang waktu
perubahan yang terjadi. (Januari – September 2019) dengan
DJP sendiri telah melaksanakan kelompok data saat terjadinya pandemi
beberapa kebijakan untuk merespon COVID-19 pada rentang waktu (Januari –
dampak yang disebabkan oleh pandemi September 2020). Variabel yang akan
COVID-19, mulai dari pemberian insentif diujikan pada penelitian ini, adalah:
perpajakan pada sektor yang a. Tingkat penggunaan layanan perpajakan
terdampak, pembukaan layanan secara daring ditinjau dari pelaporan SPT
konsultasi secara digital, hingga Tahunan
perluasan layanan administrasi yang b. Tingkat penggunaan layanan perpajakan
dapat diakses secara daring. Berangkat secara daring ditinjau dari pendaftaran
dari penjelasan di atas, hipotesis yang NPWP
akan diuji adalah: c. Tingkat penggunaan layanan administrasi
H4: Tingkat kepatuhan perpajakan perpajakan yang berkaitan dengan data
ditinjau dari tingkat penggunaan pokok wajib pajak
identitas ber-NPWP ketika d. Tingkat kepatuhan perpajakan ditinjau
melakukan pembayaran pajak dari tingkat penggunaan identitas
cenderung lebih rendah setelah ber-NPWP ketika melakukan
saat pandemi COVID-19. pembayaran perpajakan
H5: Tingkat kepatuhan perpajakan e. Tingkat kepatuhan perpajakan melalui
melalui tingkat ketepatan waktu tingkat ketepatan waktu pelaporan SPT
pelaporan SPT Tahunan Tahunan
cenderung lebih rendah saat f. Tingkat kepatuhan perpajakan melalui
terjadi pandemi COVID-19. tingkat ketepatan waktu pelaporan SPT
H6: Tingkat kepatuhan perpajakan Masa PPN
melalui tingkat ketepatan waktu Penelitian ini menggunakan
pelaporan SPT Masa PPN sumber data sekunder secara kuantitatif.
cenderung lebih rendah saat Populasi pada penelitian adalah seluruh
terjadi pandemi COVID-19. Kantor Wilayah DJP se-Indonesia,
dengan mengeleminasi Kantor Wilayah
DJP Wajib Pajak Besar. Eliminasi Kantor
2. METODOLOGI PENELITIAN Wilayah DJP Wajib Pajak Besar
dikarenakan wajib pajak pada kantor
Penelitian ini merupakan penelitian wilayah tersebut berisikan wajib
secara kuantitatif dengan uji beda pajak-wajib pajak dengan tingkat
paired sample t-test untuk mengetahui pembayaran pajak terbesar di Indonesia
apakah ada perbedaan keadaan serta jumlah wajib pajak pada kantor
variabel. Uji beda paired sample t-test wilayah tersebut berjumlah lebih sedikit

171
Ryan A. N. W., Hendy P., Ahmad K. / Dampak Pandemi COVID-19... (2021) 160-178

dibandingkan dengan kantor wilayah dalam Kantor Wilayah DJP tersebut.


lainnya. Dengan adanya agregasi
Pengeliminasian ini diharapkan bertingkat tersebut, maka hasil
dapat membuat data yang akan diteliti pengolahan data di tingkat Kantor
berdistribusi normal. Maka, diperoleh 33 Wilayah secara tidak langung akan
kantor wilayah yang menjadi objek memberikan gambaran yang baik dari
penelitian pada penelitian ini. Dengan perilaku pada tingkat wajib pajak.
mempertimbangkan keterbatasan data Pengumpulan data pada penelitian ini
serta jangka waktu penelitian yang ada, dilakukan dengan metode penelitian
peneliti mengambil objek penelitian arsip. Data pada penelitian ini diperoleh
pada tingkatan data kantor wilayah. atas data historis dari sumber yang
Tetapi data yang digunakan sendiri relevan yaitu basis data Direktorat
merupakan agregasi pula dari data Jenderal Pajak. Pengolahan data
seluruh wajib pajak yang terdaftar pada tersebut adalah dengan langkah pada
Kantor Pelayanan Pajak yang tercakup Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Pengolahan Data
Variabel Keterangan
Tingkat penggunaan layanan
perpajakan secara daring
ditinjau dari pelaporan SPT = Jumlah SPT Tahunan yang dilaporkan melalui sarana daring
Tahunan Jumlah seluruh SP Tahunan yang dilaporkan
Tingkat penggunaan layanan
perpajakan secara daring = Jumlah Permohonan Pendaftaran NPWP yang dilakukan melalui sarana daring
ditinjau dari pendaftaran Jumlah seluruh Permohonan Pendaftaran NPWP
NPWP
Tingkat penggunaan layanan = Jumlah layanan yang digunakan oleh wajib pajak
administrasi perpajakan yang
berkaitan dengan data pokok Layanan tersebut terdiri dari:
wajib pajak • Pendaftaran NPWP
• Penghapusan NPWP
• Perubahan Data Wajib Pajak
• Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
• Pembatalan Penghapusan NPWP
• Pembatalan Pencabutan PKP
• Pemindahan Wajib Pajak
Tingkat kepatuhan
perpajakan ditinjau dari
tingkat penggunaan
identitas berNPWP ketika =
melakukan pembayaran
pajak Pembayaran pajak yang dimaksud adalah:
a. Pembayaran PPh atas Pengalihan Hak atas Tanah dan/ Bangunan, dan
b. Pembayaran PPN Kegiatan Membangun Sendiri
Tingkat kepatuhan
perpajakan melalui tingkat
ketepatan waktu pelaporan
SPT Tahunan =
Tingkat kepatuhan
perpajakan melalui tingkat
ketepatan waktu pelaporan =
SPT Masa PPN
PKP yang dimaksud disni sendiri adalah Wajib Pajak aktif yang telah menjadi PKP
sejak awal tahun 2019 serta masih menjadi PKP aktif hingga bulan September
2020.

172
Ryan A. N. W., Hendy P., Ahmad K. / Dampak Pandemi COVID-19... (2021) 160-178

Peneliti akan melakukan analisis untuk mengetahui perbedaan data


dengan menggunakan analisis deksriptif akbibat pandemi. Pengolahan dilakukan
untuk mengetahui gambaran data dan dengan menggunakan SPSS versi 25
pengujian paired sample t-test dan Microsoft Excel.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN dengan pengujian deksriptif yang


3.1 Pengujian Deskriptif, Validitas, memberikan gambaran atau deskripsi
dan Reliabilitas atau deskripsi atas data yang akan
digunakan dalam penelitian ini, dengan
Pengujian dalam penelitian ini dimulai hasil sebagai berikut.

Tabel 2 Uji Statistik Deskriptif


Std.
Variabel N Minimum Maximum Mean
Deviation
Tingkat penggunaan Sebelum Pandemi
33 0,88 1 0,9307 0,0311
layanan perpajakan COVID-19
secara daring ditinjau
Saat Pandemi COVID-
dari pelaporan SPT 33 0,9 1 0,9544 0,02232
19
Tahunan
Tingkat penggunaan Sebelum Pandemi
33 0,05 0,36 0,2157 0,06766
layanan perpajakan COVID-19
secara daring ditinjau Saat Pandemi COVID-
dari pendaftaran NPWP 33 0 0,56 0,3983 0,11727
19
Tingkat penggunaan Sebelum Pandemi
33 10.544 700.996 227.237 151.056,3
layanan administrasi COVID-19
perpajakan yang
Saat Pandemi COVID-
berkaitan dengan data 33 4.604 372.580 151.284 88.245,4
19
pokok wajib pajak
Tingkat kepatuhan Sebelum Pandemi
perpajakan ditinjau dari 33 0,3 1 0,7828 0,1806
COVID-19
tingkat penggunaan
identitas berNPWP
ketika melakukan Saat Pandemi COVID-
33 0,31 0,99 0,7561 0,18999
pembayaran 19
perpajakan
Tingkat kepatuhan Sebelum Pandemi
perpajakan melalui 33 0,81 0,95 0,9166 0,02712
COVID-19
tingkat ketepatan
waktu pelaporan SPT Saat Pandemi COVID-
33 0,7 0,94 0,8832 0,05146
Tahunan 19
Tingkat kepatuhan Sebelum Pandemi
perpajakan melalui 33 0,15 0,74 0,4231 0,12789
COVID-19
tingkat ketepatan
waktu pelaporan SPT Saat Pandemi COVID-
33
Masa PPN 19 0,13 0,59 0,3546 0,10431

Berdasarkan Tabel 2, semua standar deviasi. Hal ini menunjukkan


variabel yang diuji pada penelitian ini bahwa kualitas data dari variabel
memiliki nilai rata-rata lebih besar dari nilai tersebut baik, karena nilai rata-rata yang

173
Ryan A. N. W., Hendy P., Ahmad K. / Dampak Pandemi COVID-19... (2021) 160-178

lebih besar dari nilai standar deviasinya untuk melihat signifikansi perbedaan
mengidentifikasikan bahwa standar eror tiap pasangan variabel yang diuji.
dari variabel tersebut kecil dan Pengujian hipotesis sendiri dilakukan
pergerakannya tidak fluktuaktif (Ghazali, dengan melihat nilai ∆ mean dan nilai
2006). signifikansi yang ada. ∆ mean
Selanjutnya akan dilakukan menunjukkan perubahan yang
pengujian normalitas atas data yang terjadi antara nilai rata-rata yang
ada. Berdasarkan Central Limit Theorm didapat saat terjadi pandemi dengan
(CLT) jika jumlah sampel penelitian lebih sebelum terjadi pandemi. Sehingga
besar dari 30 maka di asumsikan bahwa ∆ mean bernilai positif menunjukkan
data dalam penelitian telah terdistribusi terjadi kenaikan, sedangkan ∆ mean
dengan normal (Gujarati, 2003). Dengan bernilai negatif menunjukkan terjadi
demikian, dapat dikatakan bahwa data penurunan. Signifikansi digunakan
yang ada dalam penelitian ini untuk menentukan apakah perbedaan
berdistribusi normal. yang ditimbulkan signifikan, dengan
Berikut akan dilakukan pengujian melihat apabila nilai signifikansi di
pengujian paired sample T-Test bawah 0,05.

Tabel 3 Paired Sample T-Test

Paired Differences
Hipotesis Std. Std. Error t df Sig.
∆Mean
Deviation Mean
Tingkat penggunaan layanan
perpajakan secara daring ditinjau dari
H1 0,02 0,02 0,00 8,67 32 0,0
pelaporan SPT Tahunan (Saat - sebelum
Pandemi COVID-19)

Tingkat penggunaan layanan


perpajakan secara daring ditinjau dari 10,7
H2 0,18 0,10 0,02 32 0,0
pendaftaran NPWP (Saat - sebelum 8
Pandemi COVID-19)

Tingkat penggunaan layanan


administrasi perpajakan yang berkaitan -
H3 85.998 14.970 -5,07 32 0,0
dengan data pokok wajib pajak (Saat - 75.953,5
sebelum Pandemi COVID-19)
Tingkat kepatuhan perpajakan ditinjau
dari tingkat penggunaan identitas
H4 berNPWP ketika melakukan -0,03 0,04 0,01 -3,46 32 0,0
pembayaran perpajakan (Saat -
sebelum Pandemi COVID-19)
Tingkat kepatuhan perpajakan melalui
tingkat ketepatan waktu pelaporan SPT
H5 -0,03 0,04 0,01 -4,30 32 0,0
Tahunan (Saat - sebelum Pandemi
COVID-19)

Tingkat kepatuhan perpajakan melalui


tingkat ketepatan waktu pelaporan SPT
H6 -0,07 0,03 0,01 -13,1 32 0,0
Masa PPN (Saat - sebelum Pandemi
COVID-19)

174
Ryan A. N. W., Hendy P., Ahmad K. / Dampak Pandemi COVID-19... (2021) 160-178

Dari tabel di atas dapat diketahui pembayaran perpajakan, tingkat


bahwa dari perubahan mean serta kepatuhan perpajakan melalui tingkat
signifikasi, didapati hipotesis pertama & ketepatan waktu pelaporan SPT Masa
kedua dapat diterima bahwa tingkat PPN mengalami penurunan dilihat dari
penggunaan layanan perpajakan secara perbedaan mean yang menunjukkan
daring ditinjau dari pelaporan SPT angka negatif serta tingkat signifikansi
Tahunan maupun bahwa tingkat dibawah 0,05.
penggunaan layanan perpajakan secara Dari perbandingan nilai absolut uji
daring ditinjau dari pendaftaran NPWP statistik t yang menggambarkan
cenderung terjadi kenaikan dilihat dari perbedaan rata-rata antara data sebelum
perbedaan mean yang menunjukkan dan sesudah pandemi, nilai absolut uji
angka positif serta tingkat signifikansi statistik t dari layanan perpajakan secara
dibawah 0,05. daring pada pendaftaran NPWP lebih
Sedangkan untuk hipotesis ketiga besar dibandingkan pada pelaporan SPT
dapat diterima bahwa tingkat Tahunan. Sehingga dapat disimpulkan
penggunaan layanan administrasi bahwa peningkatan layanan perpajakan
perpajakan yang berkaitan dengan data secara daring pada pendaftaran NPWP
pokok wajib pajak cenderung terjadi memiliki perubahan yang lebih besar
penurunan dilihat dari perbedaan mean dibandingkan pada pelaporan SPT
yang menunjukkan angka negatif serta Tahunan. Sedangkan untuk tingkat
tingkat signifikansi di bawah 0,05. kepatuhan sendiri, dapat dilihat bahwa
Untuk hipotesis keempat, kelima penurunan terbesar terdapat pada
serta keenam dapat ditolak bahwa pelaporan SPT Masa PPN serta terendah
untuk tingkat kepatuhan perpajakan pada penggunaan identitas ber-NPWP
ditinjau dari tingkat penggunaan ketika melakukan pembayaran
identitas ber-NPWP ketika melakukan perpajakan.

Tabel 4 Paired Sample T-Test SPT Tahunan

Paired Differences
Perubahan SPT Tahunan Std. Std. Error t df Sig
∆Mean
Deviation Mean
Tingkat kepatuhan perpajakan
melalui tingkat ketepatan waktu
pelaporan SPT Tahunan Badan -0,041 0,031 0,005 -7,59 32 0,0
(Saat - sebelum Pandemi COVID-
19

Tingkat kepatuhan perpajakan


melalui tingkat ketepatan waktu
pelaporan SPT Tahunan Orang -0,032 0,048 0,008 -3,92 32 0,0
Pribadi (Saat - sebelum Pandemi
COVID-19

175
Ryan A. N. W., Hendy P., Ahmad K. / Dampak Pandemi COVID-19... (2021) 160-178

Peneliti juga mencoba kebijakan relaksasi pelaporan SPT


mendetailkan perubahan yang terjadi Tahunan wajib pajak orang pribadi pada
pada tingkat ketepatan waktu pelaporan KEP-156/PJ/2020 tentang Kebijakan
SPT Tahunan dengan membagi SPT Perpajakan Sehubungan Dengan
Tahunan Badan serta Orang Pribadi. Penyebaran Wabah Virus Corona 2019.
Dari tabel di atas dapat dilihat melalui Penurunan kepatuhan perpajakan
nilai t, dimana perubahan tingkat ini dapat dilihat dari relasi kondisi
kepatuhan pelaporan tepat waktu pada perekonomian, dimana pada saat terjadi
SPT Badan mengalami penurunan lebih perlambatan perekonomian maka hal
tinggi daripada SPT Tahunan Orang tersebut dapat mempengaruhi
Pribadi saat terjadi pandemi COVID-19. dorongan wajib pajak untuk melakukan
kepatuhan terhadap kewajiban
perpajakannya (Heinemann, 2010)
4. KESIMPULAN (Brondolo, 2009). DJP sendiri telah
melakukan beberapa terobosan selama
Melalui hasil dari penelitian ini dapat terjadi pandemi COVID-19, mulai dari
dilihat bahwa pada saat terjadi pandemi perluasan layanan administrasi
COVID-19, perilaku wajib pajak perpajakan yang dapat diakses secara
terdorong untuk lebih menggunakan daring, pemberian insentif pajak dalam
sarana daring dalam menggunakan rangka pemulihan ekonomi nasional,
layanan perpajakan. Selain itu, temuan hingga pengembangan layanan digital
lain pada penelitian ini menyebutkan perpajakan kedepannya melalui
bahwa terjadi penurunan layanan program 3C (Click, Call, & Counter).
administrasi perpajakan yang berkaitan Hal ini sejalan dengan apa yang
dengan data pokok wajib pajak. diutarakan pada Kaplanoglou et al.
Penurunan ini dapat dipahami bahwa (2016) bahwa membangun profil institusi
pandemi COVID-19 memberikan perpajakan yang baik dan responsif
tekanan pada aktivitas perekonomian terhadap kondisi yang ada sangat
masyarakat (McKibbin & Fernando, berdampak pada pengelolaan
2020). kepatuhan perpajakan secara
Melalui hipotesis 4, 5, & 6 dapat berkelanjutan di masa-masa setelah
dilihat bahwa tingkat kepatuhan kondisi perekonomian kembali normal.
perpajakan terjadi penurunan pada saat
terjadi pandemi COVID-19. Pada tingkat 5. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN
kepatuhan perpajakan melalui tingkat
ketepatan waktu pelaporan SPT Keterbatasan penelitian pada rentang waktu
Tahunan, jika dilihat secara lebih detail penelitian yang diambil maupun aspek pada
dapat diketahui bahwa penurunan empat pilar kepatuhan sesuai OECD (2004)
tingkat kepatuhan perpajakan pada yang belum dapat tercakup semua, dapat
wajib pajak badan lebih besar daripada menjadi acuan dalam penelitian selanjutnya,
wajib pajak orang pribadi. Perbedaan ini sehingga penelitian selanjutnya dapat
dapat dilihat sebagai dampak dari memberikan gambar secara holistik

176
Ryan A. N. W., Hendy P., Ahmad K. / Dampak Pandemi COVID-19... (2021) 160-178

atas pergerakan perilaku wajib pajak khususnya [9] CNN Indonesia. (2020). Bos Ditjen Pajak
terkait kepatuhan perpajakan. Perluasan atas ungkap 3 dampak corona terhadap
ekonomi. CNN Indonesia. Retrieved October
rentang waktu penelitian serta melakukan
10, 2020 from
pengamatan relasi atas pergerakan tingkat https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20
kepatuhan yang ada dengan pergerakan 200714122341-532-524446/bos-ditjen-pajak
tingkat penerimaan pajak selama pandemi -ungkap-3-dampak-corona-terhadap-ekon
COVID-19 terjadi juga dapat dilakukan untuk omi
[10] Ferede, W., & Dahlby, B. (2012). The impact
memperdalam penelitian yang ada.
of tax cuts on economic growth: Evidence
from the Canadian provinces. National Tax
6. DAFTAR PUSTAKA Journal, 65(3), 563-594.
https://doi.org/10.17310/ntj.2012.3.03
[11] Ghozali, I. (2006). Aplikasi analisis
[1] Accenture. (2020). Public services for a new multivariate dengan program SPSS. (4th ed.).
era. Accenture. Semarang: Badan Penerbit Universitas
https://www.accenture.com/_acnmedia/PDF-13 Diponegoro
1/Accenture-Public-Service-New-Era-UK-Final. [12] Gujarati, D. (2003). Ekonometri dasar.
pdf Terjemahan: Sumarno Zain. Jakarta:
[2] Allingham, M. G., & Sandmo, A. (1972). Income Erlangga
tax evasion: A theoretical analysis. Journal of [13] Gupta, A. S. (2007). Determinants of tax
Public Economics, 1, 323–338. revenue efforts in developing countries.
https://doi.org/10.1016/0047-2727(72)90010-2 International Monetary Fund Working
[3] Barua, A. (2020). Economic impact of epidemics Papers, 07/184, International Monetary Fund
and pandemics in Asia since 2000: COVID-19 [14] Harahap, A. A. (2004). Paradigma baru
will likely be harsher than others. Deloitte perpajakan indonesia perspektif
Insights ekonomi-politik. Jakarta: Integrita Dinamika
[4] Barua, S. (2020). Understanding coronanomics: Press
The economic implications of the coronavirus [15] Heinemann, F. (2011). Economic crisis and
(COVID-19) Pandemic. morale. European Journal of Law and
SSRN. http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.3566477 Economics, 32, 35-49.
[5] Braithwaite, V. (2003). Dancing with tax https://doi.org/10.1007/s10657-010-9165-z
authorities: Motivational postures and [16] International Labour Organization. (2020).
non-compliant actions. In V. Braithwaite, Taxing ILO monitor: COVID-19 and the world of
Democracy: Understanding Tax Avoidance and work (2nd ed.) [Briefing note]. International
Evasion, 1st (pp. 15-39). Ashgate Publishing Ltd, Labour Organization.
Aldershot, UK https://www.ilo.org/global/topics/coronaviru
[6] Brondolo, J. (2009). Collecting taxes during an s/impacts-and-responses/WCMS_740877/la
economic crisis: Challenges and policy options. ng--en/index.htm
International Monetary Fund Staff Position [17] International Monetary Fund. (2009). Debt
Note, 2009/017, International Monetary Fund bias and other distortions: crisis-related
[7] Castro, G. Á., & Camarillo, D. B. R. (2014). issues in tax policy. International Monetary
Determinants of tax revenue in OECD countries Fund Policy Papers. International Monetary
over the period 2001-2011. Contaduria y Fund
Administracion, 59(3), 35-59. [18] Johnson, N., Collins, C., & Singham, A.
https://doi.org/10.1016/S0186-1042(14)71265-3 (2010). State tax changes in response to the
[8] Clemens, J., & Veuger, S. (2020). Implications of recession. Center on Budget and Policy
the COVID-19 pandemic for state government Priorities.
tax revenues. National Tax https://www.cbpp.org/research/state-tax-ch
Journal, 73(3), 619-644. anges-in-response-to-the-recession
https://doi.org/10.17310/ntj.2020.3.01

177
Ryan A. N. W., Hendy P., Ahmad K. / Dampak Pandemi COVID-19... (2021) 160-178

[19] Kaplanoglou, G., Rapanos, V. T., & Daskalakis, [28] Soto-Acosta, P. (2020). COVID-19 pandemic:
N. (2016). Tax compliance behaviour during Shifting digital transformation to a
the crisis: the case of Greek SMEs. European high-speed gear. Information Systems
Journal of Law and Economics, 42, 405-444. Management, 37(4), 260-266.
https://doi.org/10.1007/s10657-016-9547-y https://doi.org/10.1080/10580530.2020.1814
[20] Leung, K., Wu, J. T., Liu, D., & Leung, G. M. 461
(2020). First-wave COVID-19 transmissibility [29] Torgler, B. (2013). Tax compliance and tax
and severity in China outside Hubei after morale: a theoretical and empirical analysis.
control measures, and second-wave. The Monograph Book
Lancet, 395(10233), 1382-1393. [30] United Nations Department of Economic
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)3074 and Social Affairs. (2020). COVID-19:
6-7 Embracing digital government during the
[21] McKibbin, W. J., & Fernando, R. (2020). The pandemic and beyond. Policy Brief No 61.
global macroeconomic impacts of United Nations.
COVID-19: seven scenarios. CAMA Working https://www.un.org/development/desa/dpa
Paper No. 19/2020. SSRN. d/publication/un-desa-policy-brief-61-COVI
http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.3547729 D-19-embracing-digital-government-during
[22] McKinsey & Company. (2020). COVID-19: -the-pandemic-and-beyond/
Briefing Materials Global Health & Crisis [31] World Bank. (2020). Global economic
Response. McKinsey & Company prospects. A World Bank Group Flagship
[23] Mittone, L. (2006). Dynamic behaviour in tax Report
evasion: An experimental approach. Journal [32] World Health Organization. (2020). The New
of Behavioral and Experimental Economics, Normal
35(5), 813-835. [33] Young, H. P. (2007). Social norms. Economics
https://doi.org/10.1016/j.socec.2005.11.065 Series Working Papers, 307, University of
[24] Organization for Economic Co-operation Oxford, Department of Economics
and Development. (2004). Compliance risk [34] Zhao, B. (2020). Forecasting the New
management: Managing and improving tax England States’ tax revenues in the time of
compliance. Organization for Economic the COVID-19 pandemic. Current Policy
Co-operation and Development Perspectives 88356. Federal Reserve Bank of
[25] Organization for Economic Co-operation Boston.
and Development. (2020a). Public servants
and the coronavirus (COVID-19) pandemic:
Emerging responses and initial
recommendations. Organization for
Economic Co-operation and Development
[26] Organization for Economic Co-operation
and Development. (2020b). Tax
administration responses to COVID-19:
Recovery period planning. Organization for
Economic Co-operation and Development
[27] Organization for Economic Co-operation
and Development. (2020c). Tax and fiscal
policy in response to the coronavirus crisis:
Strengthening confidence and resilience.
Organization for Economic Co-operation
and Development

178

Anda mungkin juga menyukai