Anda di halaman 1dari 31

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Audit Mutu Internal
2.1.1.1 Pengertian Audit Internal
Audit didefinisikan oleh ISO 19011: 2011 dan ISO 9000: 2005 sebagai
“Sistematis, independen, dan proses terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit
dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sejauh mana kriteria audit
dipenuhi”. (Arter, 2013,) ini adalah fleksibel dan definisi yang berguna, tetapi secara
umum dan tidak menyebutkan kualitas. Dengan kata lain, audit adalah suatu proses:
a. Untuk memeperoleh bukti (fakta didukung oleh data yang kredibel) berkaitan
dengan sistem, proses, daerah, subjek, atau kegiatan yang diaudit.
b. Untuk menentukan sejauh mana sistem, proses daerah, subjek, atau kegiatan yang
diaudit memenuhi beberapa kriteria tertentu.
c. Audit dilakukan secara objektif dan tidak memihak, definisi ini memberikan
landasan bagi banyak konsep yang dibutuhkan untuk mengelola dan melakukan
audit.
Definisi audit iternal menurut Hery (2010, hlm. 39) adalah “suatu fungsi
penilaian yang dikembangkan secara bebas dalam organisasi untuk menguji dan
mengevaluasi kegiatan-kegiatan sebagai wujud pelayanan terhadap organsasi
perusahaan.”
Menurut Priyadi (2012) “...pada dasarnya audit internal adalah menilai
keefektifan dan efesiensi organisasi atau perusahaan”. Audit sangat bermanfaat bagi
perusahaan untuk menjaga konsistensinya terhadap efisiensi yang harus
dipertahankan, karena dengan audit internal maka diperoleh masukan yang sangat
berguna bagi perusahaan.
Menurut Sawyer. et. al., (2005, hlm. 10) audit internal adalah sebuah
penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal
terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk

9
10

menentukan apakah: (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan
dapat diandalkan, (2) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi
dan diminimalisasi, (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur
internal yang bisa diterima telah diikuti, (4) kriteria operasi yang
memuaskan telah dipenuhi, (5) sumber daya telah dihunakan secara efisien
dan ekonomis, dan (6) tujuan organisasi dicapai secara efektif. Semua
dilakukan denga tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan
membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawab secara
efektif.
Konsorsium Organisasi Standar Profesi Audit Internal (Konsorium Organisasi
Profesi Audit Internal, 2004, hal. 9) mendefinisikan audit internal adalah kegiatan
assurance dan konsultasi yang independen dan obyektif, yang dirancang untuk
memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit
internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan
yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas
pengelolaan risiko, pengendalian dan proses governance.
Sedangkan menurut Arens et. al. (Arens, 2008, hal. 482) audit internal adalah
aktivitas konsutasi dan assurance yang objektif dan independen yang dirancang untuk
menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi. Hal tersebut membantu
organisasi untuk mencapai tujuan mereka dengan melakukan pendekatan yang
sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas dan
manjemn risiko, pengedalian dan proses pengaturan.

Tugiman (1999, hlm. 9) memberikan pengertian mengenai audit internal,


yaitu: “Internal auditing atau audit internal adalah suatu fungsi penilaian
independenyang dibuat dalam suatu organisasi dengan tujuan menguji dan
mengevaluasiberbagai kegiatan yang dilaksanakan organisasi”.

Pengertian audit mutu dapat dijumpai dalam Guidelines for auditing


management systems ISO 19011-2011. Dalam panduan tersebut, audit mutu
didefinisikan sebagai: “Systematic, independent and documented proscess for
obtaining audit evidence and evaluating it objectively to determine the etent to which
tehe audit criteria are fulfilled”. Audit sistem mutu biasanya dilakukan untuk
menetukan tingkat kesesuaian aktivitas organisasi terhadap standar sistem manajemen
mutu ISO yang telah ditentukan serta efektivitas dari penerapan sistem tersebut.
Berdasarkan uraian-uraian definisi audit internal tersebut dapat disimpulkan
bahwa audit internal adalah sebuah kegiatan penilaian dan verifikasi terhadap
11

kesesuain aktivitas organisasi dengan standar manajemen yang berlaku dan dilakukan
secara independen.

2.1.1.2 Prinsip Audit Mutu Internal


Berdasarkan Guidliness for auditing mangement systems ISO 19011-2011
audit mutu didasarkan pada beberapa prinsip. Kesesuaian dan kepatuhan terhadap
prinsip tersebut merupakan prasayarat untuk memberikan kesimpulan audit yang
sesuai. adapun prinsipnya sebagai berikut:
1. Integrity
2. Fair presentation
3. Due profesional care
4. Confidentially
5. Independence
6. Evidence-based approachedi

2.1.1.3 Panduan Kegiatan Audit Berdasarkan Guidliness For Auditing


Management ISO 19011-2011
Panduan untuk melakukan audit mutu internal ada pada klausul 6 di dalam
Guidliness for auditing mangement systems ISO 19011-2011. Berikut uraiannya:
1. Melakukan Audit (performing audit)
a. Audit dilakukan dengan mempertimbangkan prosedur standar (gambar
2.1) yang harus diikuti, namun urutannya dapat berbeda-beda tergantung pada
auditee, proses dan keadaan audit khusus.
12

1. Memulai audit
a. Umum
b. Membangun kontak awal dengan auditee
c. Menentukan kelayakan audit
2. Mempersiapkan kegiatan audit
a. Melakukan peninjauan ulang dokumen dalam persiapan untuk
audit
b. Mempersiapkan rencana audit
c. Menentukan pekerjaan tim audit
d. Menyiapkan dokumen kerja
3. Melakukan kegiatan audit
a. Melakukan pertemuan pembukaan
b. Melakukan review dokumen saat melakukan audit
c. Berkomunikasi selama proses audit
d. Megumpulkan dan memverifikasi informasi selama audit
e. Menghasilkan bukti audit
f. Mempersiapkan audit kesimpulan
g. Melakukan pertemuan penutup
4. Mempersiapkan dan mendistribusikan laporan hasil audit
a. Mempersiapkan laporan audit
b. Mendistribusikan laporan audit
5. Menyelesaikan audit

6. Melakukan tindak lanjut audit


(jika ditentukan dalam rencana audit)

Gambar 2. 1
Prosedur Kegiatan Audit

2. Initiating the audit (Memulai audit)


a. Umum
Setelah audit dimulai, tanggung jawab untuk melakukan audit jatuh kepada
pemimpin tim audit yang telah ditetapkan, mulai dari awal sampai dengan audit
selesai. Untuk memulai audit, langkah-langkah pada gambar 2.1 harus
dipertimbangkan. Adapun urutannya dapat berbeda tergantung kepada auditee,
proses dan spesifik keadaan audit.
b. Membangun kontak awal dengan auditee
13

Koontak awal dengan auditee untuk kinerja audit bisa melalui komunikasi
informal atau formal dan harus dilakukan oleh pemimpin tim audit. Tujuan dari
kontak awal adalah untuk membangun komunikasi dengan perwakilan auditee,
mengkonfirmasi wewenang untuk melakukan audit, serta menyediakan informasi
mengenai tujuan audit, ruang lingkup, metode dan komposisi tim audit (termasuk
ahli teknis).
c. Menentukan kelayakan audit
Kelayakan audit harus ditentukan untuk memberikan kepercayaan secara wajar
bahwa tujuan audit dapat dicapai. Penetuan kelayakan harus mempertimbangkan
faktor-faktor seperti ketersediaan informasi yang cukup dan tepat untuk
merencanakan dan melaksnakan audit, kerja-sama yang memadai dari auditee,
waktu yang cukup dan sumber daya untuk melakukan audit. Serta meninjau audit
yang tidak layak dan memberikan alternatif yang harus diajukan kepada klien
audit sesuai dengan pernjanjian auditee.
3. Preparing audit activities (Mempersiapkan kegiatan audit)
a. Melakukan peninjauan ulang dokumen dalam persiapan untuk audit
Dokumentasi manajemen sistem mutu yang relevan dari auditee harus ditinjau
ulang untuk mengumpulkan informasi dalam mempersiapkan kegiatan audit serta
menentukan dokumen mana yang dapat diproses, serta membentuk gambaran
tentang luasnya sistem dokumentasi untuk mendeteksi kemungkinan kesenjangan
lingkup kerja.
b. Mempersiapkan rencana audit
Pemimpin tim audit harus mempersiapkan sebuah rencana audit berdasarkan
informasi yang terkandung dalam program audit dan dokumentasi yang
disediakan oleh auditee. Rencana audit harus mempertimbangkan pengaruh
kegiatan audit terhadap proses kegiatan auditee dan menyediakana dasar untuk
perjanjian antara klien audit, audit tim dan auditee mengenai pelaksaaan audit.
c. Menentukan pekerjaan tim audit
14

Pemimpin tim audit dalam konsultasi dengan tim audit, harus menetapkan setiap
anggota tim untuk bertanggungjawab dalam proses audit tertentu, kegiatan
fungsi, atau lokasi.

d. Menyiapkan dokumen kerja


Anggota tim audit harus mengumpulkan dan meninjau informasi yang relevan
untuk tugas-tugas audit mereka dan mepersiapkan dokumen kerja sesuai
kebutuhan, untuk referensi dan untuk merekam bukti-bukti audit.
4. Conducting the audit activities (Melakukan kegiatan audit)
a. Melakukan pertemuan pembukaan
Tujuan dari pertemuan pembukaan adalah untuk mengkonfirmasi persetujuan
dari semua pihak (misalnya auditee, audit team) mengenai rencana audit,
memperkenalkan tim audit, memastikan bahwa semua kegiatan audit yang
direncakan dapat dilakukan.
b. Melakukan review dokumen saat melakukan audit
Dokumentasi yang relevan dari auditee harus ditinjau ulang untuk:
1) Menentukan kesesuaian dari sistem, sejauh mana yang didokumentasikan dengan
kriteria audit.
2) Mengumpulkan informasi untuk mendukung kegiatan audit review ini dapat
dikombinasikan dengankegiatan audit lainnya dan dapat terus berguna spanjang
audit, sejauh hal ini tidak merusak efektivitas pelaksanaan audit.
c. Berkomunikasi selama proses audit
Selama audit mungkin perlu utuk membuat pengaturan formal untuk
berkomunikasi dala tim audit, seperti dengan auditee, the audit client dan pihak
yang berpotensial dengan lingkup eksternal (misalnya regulator), terutama saat
dimana persyaratan hukum memerlukan pelaporan wajib non-kepatuhan. Tim
audit harus memberikan secara berkala untk bertukar informasi, menilai
kemajuan audit, dan menetapkan kembali kerja antara para anggota tim audiit,
yang diperlukan.
15

Selama audit, pemimpin tim audit secara berkala harus berkomunikasi mengenai
kemajuan audit dan kendala apapun untuk client audit dan auditee dengan
sebagaimana mestinya
d. Megumpulkan dan memverifikasi informasi selama audit
Selama proses audit, informasi yang relevan untuk tujuan audit, ruang lingkup
dan kriteria, termasuk informasi yang berkaitan dengan fungsi, kegiatan dan
proses, harus dikumpulkan dengan cara pengambilan contoh yang sesuai dan
harus diverifikasi. Hanya informasi yang dapat divrifikasi harus diertima sebagai
bukti-bukti audit. Bukti audit yang menuju ke arah temuan audit harus dicatat.
Gambar 2.3 memeberikan gmabaran umum dari proses, dari pengumpulan
informasi untuk mencapai kesimpulan audit.

Sumber Informasi

Mengumpulkan hal yang penting dan tepat untuk sampling

Bukti audit

Mengevaluasi audit kriteria

Temuan audit

peninjauan

Kesimpulan audit
Gambar 2. 2
Ikhtisar prosess megumpulkan dan memverifikasi informasi

Metode dalam megumpulkan informasi yang digunakan adalah sebagai


berikut:
1) Wawancara
16

2) Pengamatan
3) Review dokumen (termasuk catatan)
e. Menghasilkan bukti audit
Audit harus dievaluasi terhadap auit kriteria untuk menentukan temuan audit.
Temuan audit dapat menunjukan kesesuaian atau tidak sesuai dengan kriteria
audit. Bila ditentukan oleh rencana audit, temuan audit individu harus mencakup
kesesuaian dan praktek-praktek yang baik serta bukti pendukung mereka,
peluang untuk perbaikan, dan rekomendasi untuk audit. Ketidaksesuaian dan
bukti audit yang mendukung itu harus dicatat. Ketidaksesuaian harus dapat
diukur. Mereka harus meninjau ulang dengan auditee untuk memperoleh
pengakuan bahwa bukti-bukti tersebut akurat dan bahwa ketidaksesuaian dapat
dipahami.
f. Mempersiapkan audit kesimpulan
Tim audit harus memberikan pertemuan penutupan sebelumnya dalam rangka
untuk:
1) Meninjau hasil audit dan informasi tepat lainnya yang dikumpulkan selama audit
(yang berkaitan terhadap tujuan audit)
2) Setuju pada kesimpulan audit, memperhitungkan ketidakpastian yang melekat
dalam proses audit
3) Menyususn rekomendasi (bila ditentukan oleh rencana audit)
4) Membahas tindak lanjut audit (sebagaimana bila berlaku)
g. Melakukan pertemuan penutup
Pertemuan penutup difasilitasi oleh pemimpin tim audit, harus diadakan untuk
mempresentasikan temuan audit dan kesimpulan. Peserta closing meeting harus
meliputi orang yang berkaitan dengan manjemen audit dan pihak yang sesuai,
mereka yang bertanggung jawab atas fungsi atau proses yang telah diaudit, dan
mungkin juga termasuk klien audit dan pihak lainnya. jika berlakau, pemimpin tim
audit harus memberitahu situasi audit yang dihadapi selama proses audit yang
mungkin dapat mengurang kepercayaan diri untuk dapat ditempatkan di
kesimpulan audit. Jika didefinisikan dalam sistem manjemen atau dengan
17

kesepakatan dengan klien audit, peserta harus setuju pada kerangka waktu untuk
sebuah action plan audit untuk mengalamtkan temuan audit.
5. Preparing and distributing the audit report (Menyiapkan dan mendistribusikan
laporan audit)
a. Mempersiapkan laporan audit
Pemimpin tim audit harus melaporkan hasil audit sesuai dengan prosedur program
audit. Laporan audit harus memberikan catatan lengkap, akurat, ringkas dan jelas.
b. Mendistribusikan laporan audit
Laporan audit harus dikeluarkan dalam waktu yang telah disepakati. Jika itu
tertunda, alasan harus dikomunikasikan ke auditee dan orang-orang yang
mengelola program audit. Laporan audit yang tepat waktu, ditinjau dan disetuji,
sebagaimana mestinya sesuai dengan prosedur program audit. Laporan audit
selanjutnya akan dislaurkan kepada penerima sebagaimana didefinisikan dalam
prosedur audit atau rencana audit.
6. Completing the audit (Melengkapi audit)
Audit selesai ketika semua kegiatan audit yang direncanakan telah dilaksanakan,
atau karena adanya ketidaksetujuan denga klien audit (misalnya mungkin aada
situasi yang tak terduga yang mencegah audit selesai sesuai dengan rencana).
Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan audit harus disimpan atau dihancurkan
dengan perjanjian anara pihak-pihak yang berpartisipasi dan sesuai dengan
prosedur program audit dan persyaratan yang berlaku. Kecuali diwajibkan oleh
hukum, tim audit dan orang yng mengelola program audit tidak harus
mengungkapkan isi dokumen, dan informasi lainnya yang diperoleh selama audit
atau laporan auditee kepada pihak lain tanpa persetujuan eksplisit dari klien dan
jika dipperbolehkan persetujuan auditor maka pengungkapan dari isi dokumen
audit, audit klien dan auditee harus diberitahu segera mungkin. Pembeleajaran dari
audit harus dimasukan ke dalam proses perbaikan teus-menerus sistem manajemen
organisasi.
7. Conducting audit follow-up (Tindaklanjut audit)
18

Tindak lanjut dari kesimpulan audit dapat dilakukan (tergantung pada tujuan audit)
ketika ada indicatoor yang menunjukan perlunya untuk korelasi, atau tindakan
korektif, pencegahan atau perbaikan. Tindakan tersebut biasanya diputuskan dan
dilakkan oleh auditee dalam jangka waktu yang telah disepakati. Sebagaimana
mestinya auditee harus menjaga orang yang mengelola program audit dan tim
audit yang diberitahu tentang status tindakan ini. Penyelesaian dan efektiitas
tindakan ini harus diverifikasi. Verifikasi ini dapat menjadi bagian dari audit
berikutnya.
Sumber : ISO 19011 (2011): Guidelines for Auditing Management Systems

2.1.1.4 Bentuk Penilaian Audit dalam ISO


Dalam proses akhir audit tentunya akan ada temuan/hasil dari proses audit
itu sendiri. Ada tiga kriteria penilaian audit dalam sistem manajemen mutu ISO
9001:2015 yaitu:
1. Mayor
Temuan yang bersifat kritis berdasarkan pada:
a) Tidak ada sistem
b) Ada sistem tetapi tidak diterapkan
c) Ada sistem diterapkan terjai kesalahan yang berdampak besar
terahadap mutu
2. Minor
Temuan bersifat kritis dan tertutup daan apada suatu bagian
3. Observasi
Potensi ketidaksesuaian yang akan terjadi di kemudain hari jika tidak dilakukan
pencegahan.
Sumber: ISO, (2015). Standar Internasional ISO 9001:2015

2.1.1.5 Tujuan Audit Internal


Tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh internal auditor adalah untuk
membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggung
jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai
19

kegiatan yang diperiksanya. Selain itu hasil kerja satuan audit intern bisa
mempercepat dan mempermudah pelaksanaan pekerjaan akuntan publik.

Untuk mencapai tujuan tersebut, internal auditor harus melakukan kegiatan-


kegiatan berikut :
1. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem
pengendalian manajemen, pengendalian intern, dan pengendalian operasional
lainnya serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak
terlalu mahal.
2. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur yang
telah ditetapkan oleh manajemen.
3. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggung jawabkan dan
dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan
penyalahgunaan.
4. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat
dipercaya.
5. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan
oleh manajemen.
6. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan
efisiensi dan efektivitas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh manajemen agar internal audit dapat
terlaksana efektif dalam membantu manajemen dengan memberikan analisa,
penilaian, dan saran mengenai kegiatan yang diperiksanya adalah :
a) Internal audit department harus mempunyai kedudukan independen dalam
organisasi perusahaan, yaitu tidak terlibat dalam kegiatan operasional yang
diperiksanya.
b) Internal audit department harus mempunyai uraian tugas tertulis yang jelas
sehingga dapat mengetahui tugas, wewenang dan tanggung jawabnya.
c) Internal audit department harus pula memiliki internal audit manual yang berguna
untuk :
20

1) Mencegah terjadi penyimpangan pelaksanaan tugas


2) Menentukan standar untuk mengukur dan meningkatkan performance
3) Memberi keyakinan bahwa hasil akhir internal audit department telah sesuai
dengan requirement kepala internal audit
d) Harus ada dukungan kuat dari top management kepada Internal audit department,
dukungan tersebut dapat berupa :
1) Penempatan Internal audit department dalam posisi yang independen
2) Penempatan audit staf dengan gaji yang menarik
3) Penyediaan waktu yang cukup dari top manajemen untuk membaca,
mendengarkan dan mempelajari laporan–laporan Internal audit department dan
tanggapan yang cepat dan tegas terhadap saran-saran perbaikan yang diajukan
e) Internal audit department harus memiliki sumber daya yang profesional,
capable, bisa bersikap objective dan mempunyai integritas serta loyalitas yang
tinggi.
f) Internal audit  department  harus dapat  bekerja sama dengan  akuntan  publik.
Namun, sebagai mekanisme kontrol internal dipengaruhi oleh tata kelola
perusahaan, pengawasan dan pengelolaan mendorong para tata kelola perusahaan
yang penting untuk memastikan operasi yang efektif dari mekasnisme tersebut.

Sumber : ISO 19011 (2011): Guidelines for Auditing Management Systems

2.1.1.5.1 Tujuan Penugasan Audit Internal


Dalam standar 2210 yang tercantum pada The International Professional
Practices Framework (IPPF) yang diliris oleh The Institue of Internal Auditors (The
IIA) (2011, hlm. 2) disebutkan bahwa tujuan harus ditetapkan untuk setiap penugasan
yang dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa:
1. Auditor internal menetapkan tujuan penugasan sehubungan dengan risiko-risiko
terkait aktivitas yang sedang direview. Untuk penugasan-penugasan yang telah
direncanakan sebelumya, tujuan penugasan ini telah diindentifikasi dari proses
penilaian risiko pada saat menetapkan rencana (periodik) audit internal
keseluruhan. Sedangkan untuk penugasan-penugasan yang tidak direncanakan
21

dalam rencana (periodik) audit internal, tujuan penugasan harus ditetapkan


sebelum dimulainya penugasan dan dirumuskan untuk menjawab masalah-masalah
tertentu sesuai latar belakang penugasan.
2. Penilaian risiko pada tahap perencanaan penugasan (bedakan dengan perencanaan
periodik pada butir 1 di atas) selanjutnya digunakan untuk menentukan tujuan
awal serta untuk mengidentifikasi area-area pentinglainnya yang perlu
mendapatkan perhatian.
3. Setelah mengidentifikasi risiko-risiko yang relevan, auditor internal menentukan
prosedur yang harus dilakukan dan ruang lingkup (sifat, waktu dan luas) dari
prosedur tersebut. Prosedur penugasan yang dilakukan dalam lingkup yang tepat
menjadi sarana untuk memperoleh kesimpulan penugasan sesuai dengan tujuan
dimaksud.
Sebelum pelaksanaan audit mutu internal dilaksanakan, terlebih dahulu
diadakan pelatihan audit mutu internal. Menurut Pamungkas, B dan Iriyadi. (2007,
hlm. 85) tujuan diadakannya pelatihan audit adalah untuk memberikan pemahaman
mengenai prinsip dasar audit mutu internal sehingga pada akhirnya dapat
melaksanakan kegiatan audit berdasarkan pendekatan sistem, proses dan peningkatan
mutu berkesinambungan. Selain itu, pelaksanaan pelatihan ini juga bertujuan untuk
memberikan gambaran mengenai audit mutu internal, sehingga calon-calon auditor
maupun auditee mempunyai gambaran nyata mengenai audit mutu internal. Menurut
Prasetyo, Andrian Budi. (2014, hlm. 4) dalam penugasan audit internal terdapat
komite audit. Keberadaan komite audit diharapkan mampu meningkatkan kualitas
pengawasan internal perusahaan, serta mampu mengoptimalkan mekanisme checks
and balances. Abadi, Jimy dan Hidayat Widi. (2011, hlm. 26) menyatakan bahwa
komite audit yang efektif adalah komite yang menjalankan fungsinya dengan baik,
salah satunya komite tersebut harus berwenang untuk menyewa dan mengakhiri
hubungan dengan auditor perusahaan.
Berdasarkan ungkapan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari
adanya penugasan audit internal adalah untuk memastikan setiap prosedur yang telah
ditetapkan berjalan sesuai SOP yang telah disepakati. Kepastian suatu prosedur
22

berjalan sesuai dengan SOP, akan mempermudah pihak manajemen dalam


menetapkan apakah tujuan organisasi yang telah disepakati tercapai dengan baik atau
tidak.

2.1.1.6 Fungsi Audit Internal


Di dalam perusahaan, internal audit merupakan fungsi staff, sehingga tidak
memiliki wewenang untuk langsung memberi perintah kepada pegawai, juga tidak
dibenarkan untuk melakukan tugas-tugas operasional dalam perusahaan yang sifatnya
di luar kegiatan pemeriksaan.
Audit internal terlibat dalam memenuhi kebutuhan manajemen, dan staf
audit yang paling efektif meletakkan tujuan manajemen dan organisasi di atas rencana
dan aktivitas mereka. Tujuan-tujuan audit disesuaikan dengan tujuan manajemen,
sehingga auditor internal itu sendiri berada dalam posisi untuk menghasilkan nilai
tertinggi pada hal-hal yang dianggap manajemen paling penting bagi kesuksesan
organisasi.
Perumusan fungsi internal audit dalam perusahaan biasanya menyangkut
sistem pengendalian manajemen, ketaatan, pengungkapan  penyimpangan, efisiensi
dan efektivitas, manajemen risiko, dan proses tata kelola (good corporate
governance).
Fungsi internal audit menjadi semakin penting sejalan dengan semakin
kompleksnya operasional perusahaan. Manajemen tidak mungkin dapat mengawasi
seluruh kegiatan operasional perusahaan, karena itu manajemen sangat terbantu oleh
fungsi internal audit untuk menjaga efisiensi dan efektivitas kegiatan.
Sawyer (2005, hlm. 32) menyebutkan fungsi internal audit bagi manajemen
sebagai berikut :
1. Mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh
manajemen puncak.
2. Mengidentifikasi dan meminimalkan risiko.
3. Memvalidasi laporan ke manajemen senior.
4. Membantu manajemen pada bidang-bidang teknis.
5. Membantu proses pengambilan keputusan.
6. Menganalisis masa depan – bukan hanya untuk masa lalu.
7. Membantu manajer untuk mengelola perusahaan.
23

Fungsi audit internal adalah sebagai alat bantu bagi manajemen untuk
menilai efisien dan keefektifan pelaksanaan struktur pengendalian intern perusahaan,
kemudian memberikan hasil berupa saran atau rekomendasi dan memberi nilai
tambah bagi manajemen yang akan dijadikan landasan mengambil keputusan atau
tindak selanjutnya.
Menurut Konsersium Organisasi Profesi Audit Internal (Konsorium
Organisasi Profesi Audit Internal, 2004, hlm. 11), penanggungjawab fungsi audit
internal harus mengelola fungsi audit internal secara efektif dan efisien untuk
memastikan bahwa kegiatan fungsi tersebut memberikan nilai tambah bagi
organisasi.
Adapun menurut Ohanyan A. dan Harutyunyan H. (2016, hlm. 2) fungsi
audit internal dianggap sentral dalam berkontribusi terhadap pemerintahan yang
efektif, khususnya untuk membantu dalam identifikasi faktor risiko, untuk
menganalisis konsekuensi, serta untuk membantu manajemen dalam prioritas
manajemen risiko dan sistem kontrol. Selain itu fungsi audit untuk membantu
manajemen dan dewan dengan meningkatkan proses manajemen risiko dan
pengendalian, serta berperan fungsi penasihat di dalam organisasi yang menawarkan
analisis dan jaminan kepada dewan untuk fungsi risiko manajemen dan sistem
pengendalian intern.
Audit internal menambah nilai baik dengan mengevaluasi system
pengendalian internal dan analisis risiko yang terkait dengan kegiatan auditable dan
rekomendasi dicatat dalam laporan yang disusun dan disampaikan untuk tujuan
mencapai tujuan organisasi. Jadi, dengan kualifikasi tinggi itu merupakan alat yang
dapat menyoroti kesadaran manajemen dan membasmi amatirisme tersebut. Pihak
yang berkepentingan dalam perkembangan dari kegiatan yang dilakukan oleh entitas
memerlukan informasi tentang bagaimana keputusan manajemen menentukan hasil
dari entitas dan tertarik untuk mengadakan asuransi atau jaminan mengenai kualitas
proses manajemen. Kegiatan audit internal berdasarkan kerangka fleksibel referensi,
diterima secara luas yang memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan cirri khas
masing-masing negara, sesuai dengan pengaturan yang mengatur berbagai sector
24

kegiatan dan budaya entitas tertentu. Audit internal hanya dapat mencapai tujuan
organisasi jika system pengendalian internal yang terorganisasi dengan baik,
diinformalkan dan terdiri dari standar professional dan aturan, panduan procedural
dan kode etik.
Auditor internal adalah promotor dari nilai tambah dalam hal kerugian
dihindari karena tindakan mereka, tetapi juga nilai-nilai untuk hal yang dilakukan
merupakan upaya untuk menghasilkan pengehmatan dan peluang. Auditor harus
mencoba untuk mengukur hasil yang dicapai dari pelaksanaan rekomendasi yang
tercatat dalam laporan audit internal. Dengan demikian, jika rekomendasi untuk
meningkatkan system pengendalian internal melalui penyebaran mereka
membebaskan entitas dari pembayaran dalam jumlah tertentu. Pentingnya fungsi
audit internal digarisbawahi oleh evolusi dan pengakuan internasional melalui
pembentukan beberapa badan yang meliputi lembaga nasional dan anggota,
pemegang internal sertifikat auditor. Audit internal dianggap tingkat terakhir dari
pengendalian internal entitas.

2.1.1.7 Ruang Lingkup Audit Internal


Ruang lingkup menurut Guy (2002, hlm. 410), ruang lingkup audit internal
meliputi pemeriksaan dan evaluasi yang memadai serta efektifitas sistem
pengendalian internal organisasi dan kualitas kinerja dalam melaksanakan
tanggungjawab yang dibebankan.
Ruang lingkup audit internal menurut The Institute of Internal auditors (IIA)
yang dikutip oleh Boynton et al (Boynthon, 2003, hlm. 983)
“The scope of audit internal should encompass of the adequacy and
effectiveness the organizations system of performance in carrying out assigned
responsibilities; (1) reability and integrying of information; (2) compliance with
policies, plans, procedures, laws, regulations and contacts; (3) safeguarding of
assets; (4) economical and efficient use of resources; (5) accomplishment of
established objectives and goals for operations programs”. (Ruang lingkup audit
internal harus mencakup kecukupan dan efektivitas sistem kinerja organisasi dalam
melaksanakan tanggung jawab yang ditugaskan; (1) keandalan dan menyokong
informasi; (2) sesuai dengan kebijakan, rencana, prosedur, hukum, peraturan dan
kontak; (3) pengamanan aktiva; (4) penggunaan sumber daya yang ekonomis dan
efisien; (5) tercapainya target yang ditetapkan dan tujuan program operasi).
25

Menurut Hiro Tugiman (Tugiman, 2001, hlm. 17), lingkup pekerjaan


pemeriksaan internal harus meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan serta
efektivitas sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi dan kualitas
pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan.
Ruang lingkup audit internal menurut standar Audit APIP (2008) adalah
meliputi audit, review, pemantauan, evaluasi dan kegiatan pengawasan lainnya
berupa sosialisasi, asistensi dan konsultansi. Namun, peraturan ini hanya mengatur
mengenai Standar Audit APIP. Kegiatan audit yang dapat dilakukan oleh APIP pada
dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis audit berikut ini:
1. Audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan opini atas
kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
diterima umum.
2. Audit kinerja yang bertujuan untuk memberikan simpulan dan rekomendasi atas
pengelolaan instansi pemerintah secara ekonomis, efisien dan efektif.
3. Audit dengan tujuan tertentu yaitu audit yang bertujuan untuk memberikan
simpulan atas suatu hal yang diaudit. Yang termasuk dalam kategori ini adalah
audit investigatif, audit terhadap masalah yang menjadi fokus perhatian pimpinan
organisasi dan audit yang bersifat khas. (Standar Audit APIP:2008).
Dengan demikian, dapat ambil kesimpulan bahwa ruang lingkup audit
internal terdiri tiga proses. Tiga proses yang dimaksud adalah proses awal untuk
pengidentifikasian audit, proses inti terkait dengan proses pemantauan audit dan
proses akhir terkait dengan evaluasi serta pengawasan yang memberikan simpulan
terhadap suatu hal yang diaudit.

2.1.1.8 Laporan Audit Internal


Menurut Arens, et. al (2010, hlm. 6) tahap terakhir dalam proses audit
adalah menyiapkan laporan audit (audit report), yang menyampaikan temuan-temuan
auditor kepada pemakai. Laporan seperti ini memiliki sifat yang berbeda-beda, tetapi
semuanya harus memberi tahu para pembaca tentang derajat kesesuaian antara
informasi dan kriteria yang telah ditetapkan.
26

Menurut Standar Audit Internal Pemerintah, pelaporan mencakup


(Permenpan, 2008):
1. Kewajiban Membuat Laporan
Auditor harus membuat laporan hasil audit kinerja sesuai dengan penugasannya
yang disusun dalam format yang ssesuai segera setelah selesai melakuakn
auditnya.
2. Cara dan Saat Pelaporan
Laporan hasil audit kinerja harus dibuat secara tertulis dan segera yaitu pada
kesempatan pertama setelah berakhirnya pelaksanaan audit.
3. Bentuk dan Isi Laporan
Laporan hasil audit kinerja harus dibuat dalambentuk dan isi yang dapat
dimengerti oleh auditee dan pihak lain yang terkait. Bentuk laporan pada
dasarnya bisa berbentuk surat atau bab. Bentuk surat digunakan apabila dari hasil
audit tersebut tidak diketemukan banyak temuan. Sedangkan bentuk bab
digunakan apabila dari hasil pemeriksaan ditemukan banyak temuan. Auditor
harus melaporkan adanya kelemahan atas sistem pengendalian intern auditee.
Kelemahan atas sistem pengendalian intern yang dilaporkan adalah yang
mempunyai pengaruh signifikan. Sedangkan kelemahan yang tidak signifikan
cukup disampaikan kepada auditee dalam bentuk surat (management later).
Auditor juga harus melaporkan adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan, penyimpangan dan ketidakpatutan (abuse).
4. Kualitas Laporan
Laporan hasil audit kinerja harus tepat waktu, lengkap, akuran, obyektif,
meyakinkan, serta jelas dan seringkas mungkin.
5. Tanggapan Auditee
Auditor harus meminta tanggapan/pendapat terhadap kesimpulan, temuan dan
rekomendasi termasuk tindakan perbaikan yang direncanakan oleh auditee,
secara tertulis dari pejabat auditee yang bertanggungjawab.
6. Penerbitan dan Distribusi Laporan
27

Laporan hasil audit kinerja diserahkan kepada pimpinan organisasi, auditee, dan
pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil audit sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Menurut Mahdi, Suriara AR. (2014, hlm. 63) dalam laporan hasil kualitas
audit sangat bergantung pada persepsi auditor terhadap kompetensi, sikap
independensi, due professional care, gaya kepemimpinan, budaya organisasi dan
moral judgment yang dimiliki dan dirasakannya dalam setiap melaksanakan tugas
audit.
Dengan demikian, laporan hasil audit harus dilaporkan sesuai dengan apa
terjadi sebenarnya. Tidak dikurangi atau dilebih-lebihkan. Laporan yang sebenarnya,
akan memberikan gambaran untuk melakukan tindak lanjut berikutnya yang harus
organisasi lakukan.

2.1.1.9 Indikator Audit Mutu Internal


Menurut Arter (Arter, 2013) untuk mengetahui efektivitas dari pelakasanaan
audit mutu internal maka audit internal harus mencakup tiga fase yaitu fase I
(perencanaan audit), fase II (pelaksanaan audit) dan fase III (follow up audit) dengan
beberapa indikator di dalamnya untuk memeriksa kesesuaian antara apa yang
diharapkan dan apa yang ingin dicapai. Adapun rincian indikator dari audit mutu
internal menurut Arter (Arter, 2013) adalah sebagai berikut:

1. Fase I: Perencanaan Audit


A. Rencana/schedule audit
Jadwal pelaksanaan audit daan frekuensinya harus ditentukan berdasarkan
status dan pentingnya kegiatan yang diaudit. Faktor yang harus diperhatikan
dalam menyusun jadwal audt adalah sebagai berikut:
1) Lokasi
2) Unit dalam organisasi
3) Proses dan aktivitas yang akan diaudit
4) Lama pelaksanaan audit
5) Loading kerja auditee
6) Jam kerja dan jumlah shift
7) Jumlah makan siang/istirahat
8) Jumlah personel yang menjalankan kegiatan yang bersangkutan
9) Kerumitan (ceomplexity) dan pentingnya (criticality) proses
B. Pemilihan tim audit
28

Jumlah anggota tim audit bervaraiasi harus disesuaikan dengan:


1) Scope (jangkauan audit)
2) Personel (audotor) yang tersedia
3) Waktu yang tersedia untuk menyelesaikan audit
4) Kebutuhan keahlian atau pengalaman tertentu dari area tersebut
C. Hubungan organisasi yang akan diaudit
Dimaksudkan untuk mengkonfirmasikan jadwal audit dan mendapat
persetujuan waktu pelaksanaan audit dan mendapatkan dokumen infromasi
yang diperlukan untuk perencanaan audit dan membuat checklist.
Auditee juga sempat melakukan persiapan dokumen, record, personel yang
bersangkutan langsung terhadap aktivitas terkait, ruang/ area yang memadai.
D. Pengarahan untuk tim audit
Lead auditor dapat memberikan pegarahan mengenai: scope audit, schedule
audit, masalah spesifik dari area tertentu, pertimbangan atau pengarahan dari
manajemen, aktivitas dan area kritis yang harus diinvestigasi. Sehingga hal ini
memungkinkan auditor memahami performa area yang akan diaudit,
memahami kendala yang dirasakan oleh proses dalam unit, dan dapat
melakukan investigasi awal/perkiraan arah investigasi.

E. Pembuatan checklist audit


Tujuan pembuatan checklist audit adalah membantu auditor mengingat apa
yang harus diperiksa, membantu pengaturan waktu, membantu dalam
memastikan cakupan ruang lingkup, menentukan kriteria audit, pengumpulan
informasi/dokumentasi, memeriksa perencanaan dan memverifikasi
ketidaksesuaian.
2. Fase II: Pelaksanaan Audit
A. Opening meeting
Opening meeting diawali dengan memperkenalkan tim audit dan menguraikan
ruang lingkup audit. Menguraikan tujuan audit dan mengurikan rincian proses
audit (apa, siapa, kapan, dan dimana).
B. Pelaksanaan audit
Proses audit dilakukan dalam usaha untuk memeriksa conformity,
nonconformity & improvment opportunity dengan didukung oleh buki-bukti
objektif melalui wawancarai personil yang bertanggungjawab dan pelaksana
langdung dalam unit, mengobservasi praktik operasi terhadapa dokumen, dan
memeriksa bukti dokumentasi seperti prosedur, perencanaan, spesifikasi dan
catatan.
C. Membuat laporan audit
29

Catat semua temuan audit baik coformity, nonconformity ataupun


improvement opportunity berikut dengan bukti objektifnya.
D. Closing meeting
Meriview scope, tujuan audit dan hasil keseluruhan audit. Menjelaskan
masalah yag ditemukan dengan akibat yang dapat ditimbulkan sehingga
tindakan koreksi tidak hanya tidak hanya dilakukan terhadap hasil temuan
tetapi juga terhadap sistem. Dan merekomendasikan improvement untuk masa
yang akan datang.
3. Fase III: Follow up Audit
A. Memeriksa pelaksanaan tindakan perbaikan
B. Memeriksa keefektifan tindakan perbaikan
C. Menutup ketidaksesuaian

2.1.2 Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015


ISO 9001 merupakan standar internasional yang mengatur tentang sistem
manajemen mutu (quality management system). Oleh karena itu sering sekali disebut
“ISO 9001,QMS”. 9001:2015 adalah sistem manjemen mutu ISO hasil revisi versi
tahun 2015. ISO 9001 menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk
desai dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu, yang bertujuan untuk
menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk (barang atau jasa) yang
memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Persyaratan-persyaratan yang ditetapkan ini
dapat merupakan kebutuhan spesifik dari pelanggan, di mana organisasi yang
dikontrak itu bertanggungjawab untuk menjamin mutu dari produk-produk tertentu,
sebagaimana ditentukan oleh organisasi.
ISO 9001:2015 bukan merupakan standar produk, karena tidak menyatakan
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi produk (barang/jasa). Tidak ada kriteria
penerimaan produk dalam ISO 9001, sehingga kita tidak dapat menginpeksi suatu
produk terhadap standar-standar produk. ISO 9001:2015 hanya merupakan standar
sistem manajemen mutu. Dengan demikian apabila ada perusahaan mengiklankan
bahwa produknya telah memenuhi standar internasional, merupakan hal yang salah
dan keliru, karena seyogyanya manajemen perusahaan hanya boleh menyatakan
bahwa sistem manajemen mutunya telah memenuhi standar internasional, bukan
30

produk yang berstandar internasional, karena tidak ada kriteria untuk pengujian
produk dalam ISO 9001:2015.
Terdapat 10 klausul dalam ISO 9001:2015 yaitu:
1. Scope
2. Normative References
3. Terms and Definitions
4. Context of the Organization
4.1 Understanding the organization and its context
4.2 Understanding the needs and expectations of interested parts
4.3 Determining the scope of the quality management system
4.4 Quality management system and its processes
5. Leadership
5.1 Leadership and commitment
5.2 Policy
5.3 Organizational roles, responsibilities and authorities
6. Planning
6.1 Actions to address risks and opportunities
6.2 Quality objectives and planning to achieve them
6.3 Planning of changes
7. Support
7.1 Resources
7.2 Competence
7.3 Awareness
7.4 Communication
7.5 Documented Information
8. Operation
8.1 Operational planning and control
8.2 Requirements for products and services
8.3 Design and development of products and services
8.4 Control of externally provided processes, products and services
31

8.5 Production and service provision


8.6 Release of products and services
8.7 Control of nonconforming outputs
9. Perforance Evaluation
9.1 Monitoring, measurement, analysis and evaluation
9.2 Internal audit
9.3 Management review
10. Improvement
10.1 General
10.2 Nonconformity and corrective action
10.3 Continual improvement

Klausul 1. Scope
Ruang lingkup dari Sertifikasi ISO 9001:2015 harus tertulis jeals jenis
usahanya, produk atau jasanya termasuk juga dimana saja ISO ini akan
diterapkan. Statement dari kalusul ini juga akan muncul dalam manual mutu ISO
9001:2015 perusahaan dan disosialisasikan kepada semua karyawan.
Klausul 2. Normative Requirements
Normativerequirement atau persyaratan normatif maksudnya semua
dokumen manual yang dijadikan acuan dalam menerapkan sertifikasi Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2015.
Klausul 3. Terms and Definitions
Istilah dan definisi adalah penjelasan definisi secara detail beberapa istilah
yang sering digunakan dalam ISO 9001:2015-sistem manajemen mutu itu
sendiri. Sehingga terdapat kesamaan pemahaman tentang segala hal dalam
mengimplementasikan standar ini. Dengan adanya pemahaman akan
mempermudah dalam implementasinya demikian juga target-target lain yang
ditetapkan oleh manajemen organisasi.
Klausul 4. Organizational Context
32

Konteks organisasi maksudnya disini adalah memahami organisasi dan


konteksnya dalam arti memahami produk dan jasa organisasi yang diberikan, dan
scope atau ruang lingkup sistem manajemen itu sendiri. Memahami masalah
internal dan eksternal yang menjadi perhatian organisasi dan para pihak.
Demikian halnya pentingnya pemahaman akan kebutuhan dan harapan dari
para pihak berkepentingan. Perusahaan atau organisasi harus mengidentifikasi
“para pihak yang berkepentingan” atau stakeholder yang menerima layanan
organisasi atau yang mungkin terkena dampak terhadap proses bisnis perusahaan
atau organisasi, atau bisa juga para pihak yang dinyatakan mungkin memiliki
kepentingan yang besar dan dominan di dalam operasional perusahaan dan
proses bisnisnya.

Klausul 5. Leadership
Kepemimpinan Top Manajemen Level harus memberikan bukti
kepemimpinan dan komitmen untuk pengembangan dan pelaksanaan sertifikasi
Sistem Manajemen Mutu dan terus-menerus meningkatkan efektivitas.
Klausul 6. Planning
Pentingnya tindakan untuk mengatasi risiko dan peluang organisasi.
Organisasi harus mengambil peluang yang ada serta membuat identifikasi dan
mitigasi terhadap risiko yang akan dihadapi oleh organisasi di masa yang akan
datang.
Klausul 7. Support
Klausul mengenai informasi telah terdokumentasi, infrastruktur, SDM,
semua terangkum dalam klausul ini.
Klausul 8. Operation
Membahas mengenai operasional. Diawali dengan perencanaan realisasi
produk sampai dengan delivery dan bahkan after sales services. Kalusul ini juga
membahas tentang External Provided atau penyedia eksternal termasuk di
dalamnya supplier yang ada.
33

Klausul 9. Performance Evaluation


Dalam klausul ini membahas mengenai kepuasan pelanggan, analisis dan
evaluasi, audit internal, dan tinjauan manajemen.
Klausul 10. Improvement
Klausul ini membahas tentang ketidaksesuaian dan tindak korektif serta
mengenai perbaikan terus menerus yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
dan harapan pelanggan serta pihak lain yang berkepentingan sejauh mungkin.
2.1.3 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Dalam penelitian ini penulis memaparkan penelitian terdahulu yang relevan
dengan permasalahan yang akan diteliti berhubungan dengan pelaksanaan audit mutu
internal dalam sistem manajemen mutu ISO 9001:2015.
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan
penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam
melakukan penelitian. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal
terkait penelitian yang dilakukan:

Tabel 2. 1
Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Metode Hasil Penelitian


1. Apriyani Pengaruh Audit Mutu Penelitian Audit mutu internal
Merrysha & Internal Terhadap Kuantitatif mempengaruhi kinerja
Janah Kinerja Sekolah Di SMK sekolah sebesar 7,4%.
Sojanah Negeri 1 Bandung Sisanya sebesar 92,6%
(Survey Pada SMK kinerja sekolah
Negeri JurusanBisnis dipengaruhi oleh
Dan Manajemen Yang faktor lain.
Berstandar
ISO9001:2008)

2. Bambang Analisa Atas Penelitian Berdasarkan


34

Pamungkas Pelaksanaan Audit Mutu Kualitatif peninjauan dan


dan Iriyadi Internal Untuk penelitian yang telah
Mengevaluasi Efektifitas dilakukan penulis,
Penerapan Sistem maka hasilnya secara
Manajemen Mutu ISO umum mengenai
9001:2000 Studi kasus pelaksanaan Audit
pada PT. Murni Cahaya Mutu Internal dan
Pratama kesesuaiannya
terhadap persyaratan
standar ISO
9001:2000

3. Taufik Audit Internal dalam Penelitian Pelaksanaan audit


Ramadan Penerapan Sistem Kualitatif internal sistem
0908759 Manajemen Mutu ISO manajemen mutu ISO
Podi. 9001:2008 (Studi Kasus 9001:2008 di Fakultas
Akuntansi Fakultas X Universitas X sudah diterapkan
UPI Pendidikan Indonesia) sesuai dengan
Guidelines for
auditing management
systems ISO 19011-
2011. Hal ini dapat
dilihat dari 7 tahapan
dalam pelaksanaan
audit yang sudah
dilakukan di Fakultas
X. Adapun terdapat
beberapa faktor
penghambat
pelaksanaana audit
yaitu: (1) belum
35

meratanya
pemahaman mengenai
sistem manajemen
mutu ISO; (2)
aktivitas di Fakultas X
yang sering padat oleh
kegiatan external atau
internal, sehingga
menggangu jadwal
audit internal dan; (3)
belum teralokasinya
kompensasi/insentif
dari kegiatan
pelaksanaan sistem
manajemen mutu ISO
9001:2008 untuk para
pelaksana.

4. Dhiaa Factors Influence Penelitian Berdasarkan temuan,


Shamki & Internal Audit Kuantitatif kesadaran harus
Thuraiya Effectiveness dimaksimalkan pada
Amur Alhajri, karyawan untuk
International bekerja sama lebih
Journal of baik dengan staf audit
Business and internal untuk
Management; meningkatkan
Vol. 12, No. penerapan standar
10; 2017 audit internal. Manajer
ISSN 1833- sangat tertarik dengan
3850 E- kegiatan dan kinerja
ISSN 1833- organisasi tergantung
36

8119 pada temuan dan


Published by pengamatan audit
Canadian internal. Dewan
Center of direksi harus
Science and mempertimbangkan
Education alasan-alasan hasil
yang tidak signifikan
ini jika alasannya
tidak terkait dengan
ukuran sampel
manajer yang kecil.
Kontribusi penelitian
ini adalah untuk
memberikan bukti
mengenai pengaruh
tiga faktor yang
disebutkan pada
efektivitas audit
internal di sektor
publik

5. Khaled Ali Internal Auditor Penelitian penelitian ini


Endaya, Characteristics, Internal Kuantitatif memberikan bukti
Journal of Audit Effectiveness, And bahwa karakteristik
Economic Moderating Effect Of auditor internal secara
and Senior Management positif dan signifikan
Administrativ terkait dengan
e Sciences efektivitas audit
Vol. 32 No. internal, dan
2, 2016 pp. dukungan manajemen
160-176 senior sangat penting
37

©EmeraldGr dalam hubungan ini.


oupPublishin Temuan ini beralasan
gLimited tidak diperhatikan
1026-4116 karena kurangnya
DOI studi empiris di
10.1108/JEA bidang khusus ini
S-07-2015-
0023

6. Adhista Factors Affecting The Penelitian Hasil penelitian


Cahya Internal Audit Kuantitatif menunjukkan bahwa
Mustika, Effectiveness kompetensi,
Department independensi, dan
Accounting hubungan antara
Economics auditor internal dan
and Business eksternal berpengaruh
Faculty of signifikan dan positif
Diponegoro terhadap efektivitas
University audit internal.
Sementara dukungan
pihak yang diaudit
tidak memiliki efek
positif dalam
efektivitas audit
internal

7. Ayu Gede Analisis Peranan Audit Penelitian Dalam peningkatan


Willdahlia Mutu Internal Sebagai Kualitatif kualitas dengan
(JURNAL Alat Bantu Dalam memanfaatkan
PENJAMINA Menunjang Efektivitas efektifitas manajemen
N MUTU, Manajemen Pada Stmik dengan kegiaatan
38

Volume 3 Stikom Indonesia audit mutu internal


Nomor 2 setiap semesternya
Agustus masih ada beberapa
2017) hal yang perlu
http://ejournal diperbaiki dan
.ihdn.ac.id/in menjadi bahan
dex.php/JPM pertimbangan bagi
institusi guna
memanfaatkan hasil
audit sebagai alat
bantu manajemen
dalam
mempertahankan
kualitas yang dimiliki.

8 Sylvia Sysca Pengaruh Motif Internal Penelitian Motif internal dalam


Angela & Edi Dalam Kuantitatif pengimplementasian
Suryadi Pengimplementasian sistem manajemen
Sistem Manajemen Mutu mutu (ISO 9001:2008)
(ISO 9001:2008) memiliki pengaruh
Terhadap Kinerja yang positif terhadap
Operasional Sekolah Di kinerja operasional
Smk Negeri 1 Bandung sekolah. Dengan
demikian hal tersebut
menunjukan bahwa
semakin efektif
pengimplementasian
motif internal sistem
manajemen mutu (ISO
9001:2008), maka
akan semakin tinggi
39

pula kinerja
operasional sekolah di
SMK Negeri 1
Bandung

Berdasarkan tabel 2.1 mengenai penelitian terdahulu, dilihat dari beberapa


penelitian yang telah dilakukan sebelumnya bahwa Audit Internal memiliki dampak
positif di beberapa organisasi. Audit Mutu Internal sendiri merupakan salah satu
bagian atau syarat dalam menerapkan Sistem Manajemen Mutu. Oleh karena itu,
Audit Mutu Internal yang merupakan bagian dari SMM dapat membantu
kelangsungan organisasi dalam mencapai tujuannya.

Anda mungkin juga menyukai