Anda di halaman 1dari 4

4.

2 KELEMBAGAAN INFORMAL

Keberadaan lembaga informal tidak lepas dari adanya nilai dan norma dalam
masyarakat. Di mana nilai merupakan sesuatu yang baik dan di anggap penting bagi
masyarakat. Oleh karena itu, untuk mewujudkan nilai sosial masyarakat menciptakan
aturan-aturan yang tegas yang disebut norma sosial. Pada awalnya kelembagaan
informal terbentuk dari norma-norma yang dianggap penting dalam hidup
kemasyarakatan. Terbentuknya kelembagaan informal berawal dari individu yang
saling membutuhkan, kemudian timbul aturan-aturan yang disebut dengan norma
kemasyarakatan.

Ciri-ciri kelembagaan informal sebagai berikut :

1) Formalitas, adanya perumusan tertulis daripada peraturan-peraturan,


ketetapan-ketetapan, prosedur, kebijaksanaan, tujuan strategi dan seterusnya.
2) Hierarkhi, adanya suatu pola kekuasaan dan wewenang yang berbentuk
piramida artinya ada orang-orang tertentu yang memiliki kedudukan dan
kekuasaan serta wewenang yang lebih tinggi daripada anggota biasa pada
organisasi tersebut.
3) Besarnya dan kompleksnya, memiliki banyak anggota sehingga hubungan
sosial antar anggota adalah tidak langsung (impersonal), gejala ini biasanya di
kenal dengan gejala “birokrasi”.
4) Lamanya (duration), eksistensi suatu kelembagaan lebih lama daripada
keanggotaan orang-orang dalam organisasi itu.

Kelembagaan informal yang ada di desa Ule gedong kecamatan Sawang Aceh
Utara adalah Gapoktan, mereka mempunyai kebun jagung yang cukup luas yaitu 10
hektar yang di ketuai oleh Mahmudi yang berumur 34 tahun, beliau sudah menjadi
petani selama 4 tahun dan sudah menikah. Beliau sendiri memliki lahan sekitar 5
hektar. Nama Gapoktan yang ada di desa Ule gedong adalah GARPU ( Gerakan
Petani Ule Gedong). Anggota Gapoktan terdiri dari 12 orang, diantara anggota itu
ada juga yang memiliki lahan. Mereka menggunakan bibit yang biasa bukan bibit
unggul sehingga hasil produksi jagung tidak unggul. Cara pengelolaan lahannya itu
menggunakan tenaga dari anggota Gapoktan itu sendiri secara bergotong royong.
Untuk pupuk nya itu sendiri menggunakan pupuk urea. Hasil dari produksi jagung
tersebut kemudian di jual ke pasar, sebagian besar uang hasil penjualan untuk
mengembalikan modal berupa bibit, pupuk dan pengelolaan lahan, dan sisa uangnya
di bagi ke anggota Gapoktan tapi untuk yang punya lahan lebih besar.

Struktur GARPU ( Gerakan Petani Ule Gedong)

KETUA KELOMPOK

MAHMUDI

BENDAHARA SEKRETARIS

BILANI BALIYAH

ANGGOTA

1. BAKTIAR
2. M. JAFAR
3. M. NAZAR
4. FITRIANI
5. AINUL
MARDIYA
6. ISMAI
7. SAKDAH
8. TARMIJIH
9. NURLAILA

Anda mungkin juga menyukai