Disusun oleh :
AET 2
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ungkapkan kepada Allah swt. yang telah memberi
rahmat dan hidayah serta nikmat kesempatan yang diberikan kepada penulis
sehingga pembuatan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Selanjutnya
salawat dan salam penulis sanjungkan kepada Rasulullah saw. beserta keluarga
dan para sahabat Beliau yang telah membawa umat manusia dari masa kebodohan
ke masa yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Masalah.........................................................................................................2
1.3. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1. Asal-usul Tanaman Jagung...........................................................................3
2.2. Morfologi bunga tanaman jagung.................................................................5
2.3. Metode Pemuliaan Tanaman Jagung............................................................6
2.4. Persilangan Buatan Tanaman Jagung.........................................................16
BAB III PENUTUP.............................................................................................20
3.1. Kesimpulan.................................................................................................20
3.2. Saran............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Produksi jagung Indonesia tahun 2007 sebesar 17,28 juta ton pipilan kering
atau naik dari tahun 2006 yaitu sebesar 11,61 juta ton. Luas panen jagung di
seluruh Indonesia diperkirakan sekitar 4,2 juta hektar dengan laju pertumbuhan
1
3,6% per tahun. Pusat produksi jagung di dunia tersebar di negara tropis dan
subtropis. Tanaman jagung tumbuh optimal pada tanah yang gembur, drainase
baik, dengan kelembaban tanah cukup, dan akan layu bila kelembaban tanah
kurang dari 40% kapasitas lapang, atau bila batangnya terendam air. Pada dataran
rendah, umur jagung berkisar antara 3-4 bulan, tetapi di dataran tinggi di atas
1000 m dpl berumur 4-5 bulan. Umur panen jagung sangat dipengaruhi oleh suhu,
setiap kenaikan tinggi tempat 50 m dari permukaan laut, umur panen jagung akan
mundur satu hari (Hyene 1987).
1.2. Masalah
1) Bagaimana asal-usul tanaman jagung?
1.3. Tujuan
1) Untuk mengetahui asal-usul tanaman jagung.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di
Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di
Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura
dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain
sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji,
dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari
tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang
dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa
genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Banyak pendapat dan teori mengenai asal tanaman jagung, tetapi secara
umum para ahli sependapat bahwa jagung berasal dari Amerika Tengah atau
Amerika Selatan. Jagung secara historis terkait erat dengan suku Indian, yang
telah menjadikan jagung sebagai bahan makanan sejak 10.000 tahun yang lalu.
Tanaman jagung yang ada di wilayah Asia diduga berasal dari Himalaya. Hal ini
ditandai oleh ditemukannya tanaman keturunan jali (jagung jali, Coix spp.)
dengan famili Andropogoneae. Kedua spesies ini mempunyai lima pasang
kromosom. Namun teori ini tidak mendapat banyak dukungan.
3
Teori Asal Andean
Tanaman jagung berasal dari dataran tinggi Andean Peru, Bolivia, dan Ekuador.
Hal ini didukung oleh hipotesis bahwa jagung berasal dari Amerika Selatan dan
jagung Andean mempunyai keragaman genetik yang luas, terutama di dataran
tinggi Peru. Kelemahan teori ini adalah tidak ditemukan kerabat liar jagung
seperti teosinte di dataran tinggi tersebut. Mangelsdorf seorang ahli biologi
evolusi yang mengkhususkan perhatian pada tanaman jagung menampik hipotesis
ini.
Banyak ilmuwan percaya bahwa jagung berasal dari Meksiko, karena jagung dan
spesies liar jagung (teosinte) sejak lama ditemukan di daerah tersebut, dan masih
ada di habitat asli hingga sekarang. Hal ini juga didukung oleh ditemukannya fosil
tepung sari dan tongkol jagung dalam gua, dan kedua spesies mempunyai
keragaman genetik yang luas. Teosinte dipercaya sebagai nenek moyang
(progenitor) tanaman jagung.
4
Proses domestikasi teosinte telah berlangsung paling tidak 7.000 tahun yang
lalu oleh penduduk asli Indian, dibarengi oleh terjadinya mutasi alami dan
persilangan antarsubspesies, sehingga masuk gen-gen dari subspesies lain, di
antaranya dari Zea mays sp. Mexicana. Karena adanya proses persilangan alamiah
tersebut menjadikan jagung tidak lagi dapat hidup secara liar di habitat hutan,
karena memerlukan sinar matahari penuh. Hingga kini diperkirakan terdapat
50.000 varietas jagung, baik varietas lokal maupun varietas unggul hasil
pemuliaan. Sifat tanaman jagung yang menyerbuk silang memungkinkan
terjadinya perubahan komposisi genetik secara dinamis. Varietas lokal terbentuk
melalui proses isolasi genotipe yang mengalami aklimatisasi dan adaptasi
terhadap agroklimat spesifik.
Kingdom: Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledone
Ordo : Poales
Genus : Zea
5
Pada setiap tanaman jagung terdapat bunga jantan dan bunga betina yang
letaknya terpisah. Bunga jantan terdapat pada malai bunga di ujung tanaman,
sedangkan bunga betina terdapat pada tongkol jagung. Bunga betina ini biasanya
disebut tongkol selalu dibungkus kelopak-kelopak yang jumlahnya sekitar 6-14
helai. Tangkai kepala putik merupakan rambut atau benang yang terjumbai di
ujung tongkol sehingga kepala putiknya menggantung di luar tongkol. Bunga
jantan yang terdapat di ujung tanaman masak lebih dahulu daripada bunga betina.
Jagung memiliki buah matang berbiji tunggal yang disebut karyopsis. Buah ini
gepeng dengan permukaan atas cembung atau cekung dan dasar runcing. Buah ini
terdiri endosperma yang melindungi embrio lapisan aleuron dan jaringan perikarp
yang merupakan jaringan pembungkus (Warisno, 1998) dalam (Fitriani, 2016).
6
varietas lokal (Pingali, 2001). Berdasarkan data Nugraha et al. (2002), jagung
varietas unggul yang ditanam petani di Indonesia telah mencapai 75% (48% besari
bebas dan 27% hibrida). Dari data tersebut, nampak bahwa sebagian besar petani
jagung masih menggunakan benih jagung bersari bebas. Hal ini dilakukan oleh
petani dengan luas lahan terbatas dan pada daerah marjinal (kurang subur) karena
harga benih jagung bersari bebas yang lebih murah daripada harga benih hibrida,
atau karena benih hibrida sukar diperoleh terutama pada daerah-daerah terpencil.
Penanaman satu jenis varietas dalam skala luas dan secara terus menerus
menyebabkan penurunan hasil. Program pemuliaan diarahkan untuk menghasilkan
varietas yang beradaptasi spesifik untuk iklim dan lahan tertentu. Di samping itu,
pergiliran varietas perlu dilakukan untuk melestarikan efektifitas ketahanan
varietas terhadap hama/penyakit tertentu.
7
plasmanutfah yang mengandung gen-gen baik, pemuliaan tanaman tidak dapat
maju.
8
populasi, yang juga melibatkan seleksi generasi silang diri (selfing) akan
membantu meningkatkan toleransi terhadap inbreeding dan meningkatkan
kapasitas populasi untuk menghasilkan galur-galur yang lebih vigor dan unggul.
Beberapa peneliti telah melaporkan kemajuan seleksi pada jagung menggunakan
seleksi berulang bolak balik (resiprocal recurrent selection). Dari seleksi berulang
bolak balik ini Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan tiga varietas unggul
jagung bersari bebas dan delapan hibirida.
9
bebas dan hibrida, maka melalui kawin acak akan terjadi banyak kombinasi-
kombinasi baru. Dengan demikian varietas ini dapat bertindak sebagai kumpulan
gen (gene pool) yang amat bermanfaat bagi pemuliaan tanaman menyerbuk silang,
khususnya jagung.
Varietas hibrida adalah merupakan generasi pertama hasil persilangan
sepasang atau lebih tetua berupa galur inbrida, klon atau varietas bersari bebas
yang memiliki sifat unggul. Namun yang lebih banyak adalah persilangan antara
galur murni. Varietas hibrida dapat dibentuk baik pada tanaman menyerbuk
sendiri, maupun tanaman menyerbuk silang. Tanaman jagung merupakan tanaman
pertama yang menggunakan varietas hibrida secara komersial, yang telah
berkembang di Amerika Serikat sejak tahun 1930an (Hallauer 1987).
Ada beberapa metode seleksi pada pemuliaan tanaman jagung, berikut ialah
metodenya :
Musim I
Tanam populasi dasar dalam petak terisolasi yaitu tidak ada populasi lain
yang berbunga bersamaan pada jarak tertentu sehingga tidak terjadi kontaminasi
tepungsari. Gunakan kerapatan tanaman yang lebih rendah dari cara anjuran agar
genotipe dapat menunjukkan potensi yang maksimum, terutama untuk seleksi
hasil biji.
10
Pilih tanaman yang mempunyai karakter yang diinginkan. Pemilihan dapat
dilakukan bertahap, yaitu sebelum berbunga, setelah berbunga dan akhirnya pada
waktu panen hanya dipilih dari tanaman yang terpilih sebelumnya dan masih
menunjukkan karakter yang diinginkan. Biji hasil tanaman terpilih dicampur
menjadi satu untuk generasi berikutnya. Pencampuran dapat dilakukan dengan
mengambil jumlah yang sama untuk masing-masing tanaman terpilih agar semua
tanaman terpilih menyumbangkan frekuensi gamit yang sama.
Musim II
11
terhadap hasil biji jagng tersebut, karena digunakannya beberapa tehnik untuk
memperbaiki efisiensi seleksi individu tanaman, yakni dengan cara:
Seleksi dibatasi pada hasil saja, pengukuran yang lebih teliti pada biji-biji
yang telah dikeringkan sampai kadar air konstan.
Lahan pertanaman berukuran 0.2 – 0.3 ha dipelihara dengan pemberian
pupuk, irigasi dan pengendalian gulma yang seragam untuk memperkecil
keragaman lingkungan.
Lahan percobaan dibagi menjadi petak-petak yang lebih kecil dengan
ukuran ± 4 x 5 m.
Petak-petak seleksi terdiri dari 4 baris masing-masing 10 tanaman.
Tekanan seleksi 10% dilakukan secara seragam pada 4000 – 5000
tanaman, yakni 4 tanaman unggul dipilih dari masing-masing petak kecil
yang terdiri dari 40 tanaman.
Seleksi satu tongkol satu baris pada jagung, sedang pada tanaman lain
disebut head-to-row, yakni satu malai satu baris. Merupakan “halfsib selection”
Bagan pemuliaan ini awalnya dirancang oleh Hopkins (1899) dalam Dahlan,
(1994) di Universitas Illinois untuk menyeleksi persentase kandungan minyak dan
protein yang tinggi maupun yang rendah pada jagung. Bagan seleksi ini
merupakan modifikasi dari seleksi massa yang menggunakan pengujian keturunan
(progeny test) dari tanaman yang terseleksi, untuk membantu/memperlancar
seleksi yang didasarkan atas keadaan fenotip individu tanaman.
12
Musim II: Sebagian biji dari masing-masing tongkol ditanam dalam barisan-
barisan keturunan yang terisolasi, dan sisanya disimpan. Seleksi setiap individu
fenotip tanaman yang terbaik pada baris keturunan dengan membandingkan baris-
baris keturunan.
Musim III: Biji-biji sisa dari tetua yang keturunannya superior dicampur untuk
ditanam di tempat yang terisolasi dan terjadi perkawinan acak.
Musim 1
Tanam populasi dasar sekitar 3000 – 5000 tanaman. Pilih 300 – 400 tanaman yang
mempunyai karakter yang dikehendaki dan buat silangdiri untuk menghasilkan
galur S1. Panen terpisah tanaman hasil silangdiri yang masih mempunyai karakter
yang diinginkan.
Musim 2
Biji yang diperoleh pada musim 1 (S1) dari tiap tongkol ditanam satu baris
dengan ±25 tanaman. Seleksi secara fisual dilakukan antara famili dan dalam
13
famili (baris) yang tanamannya tegap, tidak rebah, bebas hama penyakit dan
sebagainya, dan pilih 3 - 5 tanaman dari baris yang terpilih untuk silangdiri. Panen
terpisah masing-masing tongkol, pilih 1 - 3 tongkol hasil silangdiri tiap baris
terpilih dan diperoleh biji S2.
Musim 3
Biji yang diperoleh pada musim 2 ditanam lagi biji dari tongkol hasil silangdiri
(S2) satu tongkol satu baris dengan 15-25 tanaman. Seleksi diteruskan antara baris
dan dalam baris. Pilih 3 - 5 tanaman dari baris yang terpilih untuk dibuat
silangdiri. Panen terpisah masing-masing tongkol dan diperoleh biji S3.
Musim 4
Biji yang diperoleh pada musim 3 hasil silangdiri (S3) yang terpilih tanaman lagi
seperti pada musim 3. Silangdiri dilakukan lagi sampai generasi keenam (S6)
untuk memperoleh galur yang mendekati homozigot. Pada pembuatan galur dapat
dilakukan seleksi terhadap hama dan penyakit utama dengan inokulasi/investasi
buatan.
14
terpilih dilanjutkan silangdiri tetapi biji dari 1-3 tongkol dari hasil silangdiri
masing-masing galur terpilih dicampur dan silangdiri dilanjutkan sampai
mencapai homozigot. Seleksi curah dapat menghemat biaya dan dapat dilakukan
dengan banyak populasi sekaligus.
Seleksi ini awalnya disarankan oleh Jenkins dengan anggapan bahwa daya gabung
dapat ditentukan sejak dini. Prosedur seleksi sebagai berikut:
15
Musim II: Sebagian benih S1 digunakan untuk membuat persilangan antara galur
S1 dengan populasi asal. Populasi itu sendiri digunakan sebagai tetua penguji.
Sisa benih S1 disimpan untuk digunakan dalam rekombinasi.
Musim III: Evaluasi famili saudara tiri (silang puncak) yang diperoleh pada
musim kedua. Evaluasi dalam rancangan acak kelompok atau rancangan latis
umum (generalized lattice) dengan 2 – 4 ulangan pada 1 – 3 lokasi. Berdasarkan
evaluasi ini pilih famili superior.
Musim IV: Rekombinasi famili terpilih dengan menggunakan biji S1 hasil pada
musim pertama dengan cara perbandingan jantan betina untuk membentuk
populasi baru.
Musim V: Tanam populasi hasil rekombinasi pada musim 4 dan buat persilangan
sendiri seperti ada musim I untuk daur kedua.
16
Gambar 2. Metode penyerbukan silang tanaman jagung
17
tanaman jagung dapat memperlihatkan secara jelas adanya sifat-sifat dominan
maupun resesif. Pada dasarnya, persilangan tanaman jagung dapat membantu
menjelaskan gejala genetik berupa pengaruh gamet jantan atau ayah pada
endosperm tanaman induk. Ekspresi gen yang dibawa tetua jantan secara dini
sudah diekspresikan pada organ betina (buah) atau generasi berikut ketika masih
belum mandiri (embrio/ endosperm). Tujuan utama melakukan persilangan adalah
menggabungkan semua sifat baik ke dalam satu genotipe baru, memperluas
keragaman genetik, dan memanfaatkan vigor hibrid, serta menguji potensi tetua
(uji turunan).
Dari keempat tujuan utama ini dapat kita ketahui bahwa hibridisasi
memiliki peranan penting dalam pemuliaan tanaman, terutama dalam hal
memperluas keragaman dan mendapatkan varietas unggul yang diinginkan.
Seleksi akan efektif apabila populasi yang diseleksi mempunyai keragaman
genetik yang luas.inkan pengaruh langsung dari pembuahan berganda (double
fertilization) yang terjadi pada tumbuhan berbunga dan proses perkembangan
embrio tumbuhan hingga biji masak. Embrio dan endosperm merupakan hasil
penyatuan dua gamet (jantan dan betina) dan pada tahap perkembangan embrio
sejumlah gen pada embrio dan endosperm bereaksi dan mempengaruhi
penampilan biji, bulir serta buah. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada
kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan jagung sebagai bahan
pangan. Terdapat 3 cara persilangan buatan pada tanaman jagung yaitu metode
kantong (tassel bag method), metode botol (bottle method), dan metode
pengaturan tanggal tanam (overall method).
18
yang seluruh rambutnya telah keluar dari klobot merupakan tongkol yang siap
diserbuki. Malai bunga jantan yang telah dikerodong dikumpulkan serbuk
sarinya untuk digunakan sebagai tetua jantan. Penyerbukan buatan dilakukan
dengan cara menaburkan serbuk sari di atas permukaan potongan rambut
jagung. Serbuk sari yang melekat pada kantong pembungkus adalah tanda-
tanda bahwa bunga jantan siap diserbukan. Setelah penaburan serbuk sari di
atas permukaan selesai, tongkol jagung kembali di tutup dengan kantong kertas
bertujuan agak tongkol yang telah kita serbuki tidak terserbuki kembali oleh
serbuk sari tanaman jagung yang lain. Kantong kertas tersebut di beri label
perlakuan yang di lakukan, tanggal dan waktu perlakuan, serta pelaku yang
melakukan perlakuan, agar tidak tertukar dengan perlakuan yang lain.
2. Metode botol (Bottle Method)
Metode botol ( bottle method ) merupakan metode modifikasi dari metode
pertama. Pada metode ini, malai bunga jantan yang telah keluar dipotong
menggunakan gunting kemudian dimasukkan ke dalam larutan bisulfit
(1:2000) agar tidak mengalami pembusukan (mencegah kekeringan dan
pembusukan oleh bakteri). Apabila malai sudah mekar (serbuk sari
menghambur), maka malai dibungkus bersama-sama dengan tongkol dalam
satu kerodong/kantong.
3. Metode pengaturan tanggal tanam (Overall Method)
Pada metode pengaturan tanggal tanaman (overall method) tanaman yang akan
disilangkan ditanam berdekatan atau di dalam pot. Saat penanaman diatur
sedemikian rupa dengan memperhatikan umur berbunga masing-masing tetua
sehingga keluarnya tongkol tetua betina bersamaan dengan keluarnya malai
tetua jantan. Tanaman tetua betina dan jantan yang siap melakukan
penyerbukan kemudian didekatkan dan dibungkus dalam satu kerodong.
Bulir jagung memiliki beberapa bagian jaringan, sebagian besar jaringan yang
memberikan pengaruh terhadap fenotipe adalah endosperm termasuk lapisan
luarnya (aleuron). Hal tersebut dikarenakan endosperma merupakan % dari
kandungan bulir sehingga sifatnya akan mendominasi kenampakan dari bulir
tersebut. Endosperma (sering disebut sebagai saudara kembar dari embrio)
merupakan hasil dari pembuahan ganda yang dihasilkan dari proses
19
penyerbukan. Dengan demikian, sifat dari bulir tersebut dapat dijadikan
sebagai penanda keberhasilan persilangan. Seperti yang kita ketahui bahwa
kenampakan dari bulir jagung sangat beragam. Sifat yang sangat terlihat adalah
warna serta kandungan gula dalam endosperma. Kandungan dalam
endosperma tersebut akan menghasilkan kenampakan yang berbeda.
Kandungan tersebut dipengaruhi pula oleh beberapa alel misal alel Su dan Sh.
Alel su (sugary) dan sh (shrunken) diyakini mempengaruhi kadar manis dalam
bulir jagung. Alel su dalam keadaan homozigot resesif memberikan fenotipe
berupa bulir keriput dan tembus pandang. Sedangkan alel sh memberikan
fenotipe bulir gembung, bening, rasa yang manis dan akan berubah menjadi
bersudut dan getis saat kering (Syukur dan Rifianto, 2013). Keberadaan Su
dominan akan menghasilkan jagung yang normal (tidak mengkerut).
20
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Banyak pendapat dan teori mengenai asal
tanaman jagung, tetapi secara umum para ahli sependapat bahwa jagung berasal
dari Amerika Tengah atau Amerika Selatan. Jagung secara historis terkait erat
dengan suku Indian, yang telah menjadikan jagung sebagai bahan makanan sejak
10.000 tahun yang lalu.
Bunga jagung tergolong bunga tidak lengkap karena struktur bunganya
tidak mempunyai petal dan sepal dimana organ bunga jantan (staminate) dan
organ bunga betina (pestilate ) tidak terdapat dalam satu bunga disebut berumah
satu. Bunga yang dimiliki oleh tanaman jagung terdiri atas bunga jantan dan
bunga betina, yang masing-masing terpisah atau diklin dalam satu tanaman atau
monoecious. Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman atau pada malai
bunga di ujung tanaman berupa karangan bunga (inflorescence), yang ditandai
dengan adanya rambut atau tassel dan bunga betina terletak di ketiak daun dan
akan mengeluarkan stil dan stigma. Bunga betina tersusun dalam tongkol yang
tumbuh diantara batang dan pelepah daun Bunga betina ini biasanya disebut
tongkol selalu dibungkus kelopak-kelopak yang jumlahnya sekitar 6-14 helai.
Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif
meskipun memiliki sejumlah bunga.
Ada beberapa tahap dalam pemuliaan tanaman yaitu: pembentukan
populasi dasar, perbaikan berulang populasi dasar, pembuatan galur untuk induk
21
pembuatan hibrida, sintetik dari populasi dasar yang telah diperbaiki, Untuk
melakukan penyerbukan buatan, maka perlu diperhatikan aspek biologi
tanaman jagung serta kontaminasi dari serbuk sari lain. Aspek biologi
mencakupi organ reproduksi pada jagung. Terdapat 3 cara persilangan buatan
pada tanaman jagung yaitu metode kantong (tassel bag method), metode botol
(bottle method), dan metode pengaturan tanggal tanam (overall method).
3.2. Saran
Materi dan pembelajaran tentang teknik pemuliaan tanaman jagung ini
memiliki ruang lingkup yang sangat luas, untuk itu diperlukan pemahaman dan
wawasan yang lebih dalam. Teori-teori dan materi tentang teknik pemuliaan
tanaman jagung yang digunakan masih terlalu sedikit sehingga diperlukan
referensi yang lebih banyak lagi.
22
DAFTAR PUSTAKA
Dowswell, C.R. R.L.Paliwal, and R.P.Cantrell. 1996. Maize in The Third World.
Westview Press.
Fitrianti, Irma. 2016. Uji Konsentrasi Formulasi Bacillus Subtilis Bnt8 Terhadap
Pertumbuhan Benih Jagung (Zea Mays L.) Secara In Vitro . Skripsi tidak
diterbitkan. Makasar. Uin Alauddin Makassar.
Gardner, E.J. and D.P. Snusta. 1981. Principles of Genetic. Six Edition. John
Wiley and Sons. New York.
23
Hallauer, A. R. and J.B. Miranda Fo. 1981. Quantitative genetics in Maize
Breeding. Iowa State Univ. Press, Ames.
Mangeldorf, P.C. 1974. Corn, its Origin, Evolution and Improvement. Cambridge,
MA, USA, Belknap Press, Harvard University Press.
Pingali, P. 2001. World Maize Facts and Trends. Meeting World Maize Needs:
Technological Opportunities and Priorities for the Public Sector 1999/2000.
Mexico, D.F. : CIMMYT.
24
Suprapto, & Marzuki. 2005. Botani Tanaman Jagung. Sumatera Utara:
Universitas Sumatera Utara Press.
Weatherwax, P. 1954. Indian corn in old America. New York, NY, USA,
MacMillian Publishing.
Weatherwax, P. 1955. History and Origin of corn. I. Early history of corn and
theories as to its origin. In G.F. Sprague, ed. Corn and Corn Improvement, 1
st ed., p. 1-16. New York, NY, USA, Academic Press.
25