Anda di halaman 1dari 28

EPIDEMIOLOGI

Disusun oleh :
Nur Nailis (PO7125218026)

Dosen pembimbing: Elfi Zahara,S.S.T,MKM

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunianya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktu
yang telah ditentukan. Shalawat beriring salam tak lupa pula kita sanjung sajikan
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya hingga
akhir zaman. Makalah ini dibuat sebagai bahan acuan mahasiswa untuk mengetahui
“EPIDEMIOLOGI”
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing dan seluruh pihak yang terkait dalam penyelesaian penulisan makalah
ini serta media buku yang tulisannya penulis kutip sebagai bahan penulisan makalah
ini. Apabila ada kesalahan penulisan ataupun pendapat, penulis mohon maaf
mengingat penulis masih dalam tahap pembelajaran. Terakhir penulis berharap
adanya kritik dan saran serta masukan dari pembaca dan dosen yang membangun
untuk pembenahan kedepannya. Semoga makalah ini berguna bagi kami dan kita
semua.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Aceh Besar, 25 Maret 2020


Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................2
DAFTAR ISI .........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................4
A. Latar Belakang……………………………………………………………4
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………...5
C. Tujuan Pembahasan…………………………………………………….....5
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………6
A. Konsep Penyebab Penyakit………………………………………………..6

B. Pengukuran Angka Kesakitan Dan Kematian…………………………..…11

C. Riwayat Perjalanan Penyakit……………………………………………....17

D. Scrining……………………………………………………………………19

E. PHP-M………………………………………………………………..........22
BAB III PENUTUP………………………………………………………………26
A. Kesimpulan………………………...………………………………………26
B. Saran……………………………………………………………………....27

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….28

3
BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Dalam epidemiologi, penyakit dipandang sebagai keadaan yang
disebabkan oleh banyak faktor, tidak hanya oleh karena adanya
mikroorganisme yang menganggu fungsi biologis tubuh, tetapi juga
dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti lingkungan fisik dan sosial. dengan
memandang keberadaan penyakit secara lengkap maka penanganan akan akan
dapat dilakukan dengan lebih komprehensif.
Terjadinya penyakit digambarkan dalam tiga konsep yaitu konsep
segitiga, jaring-jaring sebab akibat dan model roda. Dalam konsep segitiga
penanganan penyakit dapat dilakukan dengan menyeimbangkan interaksi
antara host, agent dan lingkungan. Dalam konsep jaring-jaring, penyakit dapat
ditangani dengan memutuskan salah satu rantai jaring-jaring. Dalam konsep
roda, penyakit dapat ditangani dengan adaptasi yang tepat sesuai pergeseran
roda kondisi lingkungan dan internal.
Penyakit tidak pernah dating tanpa sebab. Penyakit bukanlah nasib dan
bukan merupakan keseluruhan yang berada dalam tubuh kita dan
mengendalikan kita. Kebanyakan dari penyakit-penyakit disebabkan oleh
kesalahan sederhana terhadap hukum-hukum dari sebab dan akibat.
Terjadinya penyakit terutama adalah akibat dari pelanggaran terhadap hukum-
hukum kesehatan yaitu hukum-hukum aktivitas dan istirahat,hukum-hukum
nutrisi, dan hukum-hukum pikiran dan jiwa.
Kemiskinan dan kurangnya makanan menurunkan daya tahan tubuh
masyarakat, dan terbatasnya pengertian akan hal medis, sehingga perawatan-
perawatan sangat kurang efektif. Semua dari faktor-faktor ini menghasilkan
akibat dari penyakit-penyakit infeksi dan kematian dini, sebagaimana yang
masih sering terjadi di Negara-negara berkembang. Sekarang gambarannya
berbeda di Negara-negara berkembang, tetapi tidak selalu menjadi lebih baik.
Diet dan gaya hidup ala Barat menjadi semakin dan semakin populer bagi
setiap orang yang membayar. Pekerjaan kantor yang dilakukan sambil duduk
dan memiliki kenderaan-kenderaan menjadi tuntutan, para penjual makanan
siap saji gaya Barat yang menjual makanan-makanan dengan kadar lemak
tinggi semakin menjamur, penggunaan tembakau dan alkohol juga meningkat,
dan dengan adanya perubahan-perubahan semacam ini, demikianlah terjadi

4
penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi, juga penyakit-penyakit yang
disebabkan oleh gaya hidup yang semakin buruk.
Didalam atau seputar epidemiologi kita sering mendengar tentang
angak kesakitan dan angka kematian, dalam hal ini terdapat orang tempat dan
waktu, seperti yang telah kita ketahui RATE dibedakan menjadi 2 macam
incidence rate, yaitu terkait dengan kesakitan dan kematian yaitu: incidence
raet prevalence rate,atack rate dalam berhubungan dengan kematian akan
dibicarakan crude death, age spesific date rate, disease rate, disease spesific
fatality dari adjusted death rate Angka kesakitan adalah jumlah penderita yang
dicatat selama 1 tahun per seribu penduduk pada pertengahan tahun yang
sama. Angka kematian kasar adalah angka yang menunjukkan berapa
besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000
penduduk.
Masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak sesungguhnya
tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam
masyarakat dimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor
kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai
berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi
sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik
positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan,
misalnya, pacta dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana
peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah
mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak
yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap
beberapa makanan tertentu
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah :
1. Jelaskan tentag konsep penyebab peyakit
2. Jelaskan tentang pengukuran angka kesakitan dan kematian
3. Jelaskan tentang riwayat perjalanan penyakit
4. Jelaskan tentang scrining
5. Jelaskan tentang PHP-M

C. Tujuan Pembahasan
Berdasarka rumusan masalah diatas maka tujuan pembahasa adalah:
1. Untuk mengetahui konsep penyebab peyakit
2. Untuk mengetahui pengukuran angka kesakitan dan kematian
3. Untuk mengetahui riwayat perjalanan penyakit

5
4. Untuk mengetahui Scrining
5. Untuk mengetahui PHP-M

BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP PENEYEBAB PENYAKIT
1. Konsep Sehat Sakit
Prosesnya diawali dari keadaan keterpaparan dan penjamu harus
dalam keadaan kerentanan sehingga dapat memproses sakit
a. Keterpaparan dan Kerentanan
Sehat sakit mempunyai batas tidak jelas. Melalui proses yang
didahului oleh keterpaparan terhadap suatu unsur tertentu serta host dalam
kondisi kerentanan tertentu untuk menjadi sakit.
b. Keterpaparan
Suatu keadaan dimana host berada pada pengaruh atau berinteraksi
dengan unsur penyebab primer maupun sekunder atau dengan unsur
lingkungan yang dapat mendorong proses terjadinya penyakit.
c. Kerentanan
Suatu keadaan dimana host  mempunyai kondisi yang mudah
dipengaruhi atau berinteraksi dengan unsur penyebab sehingga
memungkinkan timbulnya penyakit.

2. Segitiga Epidemologi
Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang
memberi gambaran tentang hubungan antara tiga faktor yg berperan dalam
terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya
Interaksi Host, Agent, dan Lingkungan
a) Interaksi antara agen penyakit dan lingkungan
- Keadaan dimana agen penyakit langsung dipengaruhi oleh lingkungan
dan terjadi pada saat pre-patogenesis dari suatu penyakit.
- Misalnya: Viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin
sayuran di ruang pendingin, penguapan bahan kimia beracun oleh proses
pemanasan.
b) Interaksi antara Host dan Lingkungan
- Keadaan dimana manusia langsung dipengaruhi oleh lingkungannya pada
fase pre-patogenesis.

6
- Misalnya: Udara dingin, hujan, dan kebiasaan membuat dan menyediakan
makanan.

c) Interaksi antara Host dan Agen penyakit


- Keadaan dimana agen penyakit menetap, berkembang biak dan dapat
merangsang manusia untuk menimbulkan respon berupa gejala
penyakit.
- Misalnya: Demam, perubahan fisiologis dari tubuh, pembentukan
kekebalan, atau mekanisme pertahanan tubuh lainnya.
- Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, cacat,
ketidakmampuan, atau kematian.
d) Interaksi Agen penyakit, Host dan Lingkungan
- Keadaan dimana agen penyakit, manusia, dan lingkungan bersama-
sama saling mempengaruhi dan memperberat satu sama lain, sehingga
memudahkan agen penyakit baik secara langsung atau tidak
langsungmasuk ke dalam tubuh manusia
- Misalnya: Pencemaran air sumur oleh kotoran manusia, dapat
menimbulkan Water Borne Disease

3. Proses Terjadinya Penyakit


Gejala penyakit yang timbul merupakan suatu tanda bahwa ada sesuatu
yang tidak beres pada badan kita. Gejala itu ada yang dapat dilihat, dirasa,
dicium, atau diukur. Ada gejala yang dapat dirasakan oleh pasien, ada pula
gejala yang baru dapat diketahui oleh seorang dokter/perawat sewaktu diadakan
pemeriksaan. Apabila tingkat kesakitan dalam suatu populasi penduduk
diketahui, maka kita perlu membedakan antara populasi yang mempunyai dan
tidak mempunyai penyakit yang spesifik. Pada prakteknya cara
membedakannya sangat sulit. Umumnya penyakit-penyakit menahun
mempunyai sejarah alamiah penyakit (Natural history of disease) yang menarik.
Adanya sejarah alamiah dari suatu penyakit dapat dipakai sebagai cara dalam
usaha pencegahan attaupun pengontrolan dari penyakit tersebut.
Tingkatan dari sejarah alamiah suatu penyakit (Natural history of
disease) adalah sebagai berikut.
a. Tingkat kepekaan (stage of susceptibility)
Pada tingkat ini penyakit belum nampak, tetapi telah ada suatu
hubungan antara host (induk semang), agent (penyebab penyakit), dan
environment(lingkungan). Adanya hubungan yang saling mempengaruhi

7
antara ketiga faktor tersebut di atas, akan menimbulkan suatu hal yang
disebut faktor risiko (risk factor).
Sebagai contoh ialah sebagai berikut.
I. Seseorang (host) yang sangat capai disertai dengan konsumsi alkohol
yang berlebihan (agent), maka akan memudahkan menderita (risk factor)
penyakit infeksi saluran nafas (pneumonia).
II. Seseorang yang berbadan gemuk dengan kadar kolesterol dan tekanan
darah yang tinggi disertai perokok berat, maka orang tersebut akan
mempunyai resiko mendapat serangan jantung koroner.
Faktor risiko pada tingkat kepekaan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai hal,
yaitu sebagai berikut.
I. Umur seseorang
II. Jenis kelamin
III. Gaya hidup seseorang (life style)
IV. Keadaan budaya
V. Dan lain-lain

b. Tingkat sebelum sakit (stage of presymtomatic disease)


Pada tingkat ini penyakit belum tampak. Adanya faktor kepekaan dan
interaksi antara Host, Agent, dan Environment, akan timbul dan mulai
tampak adanya perubahan-perubahan secara patologis. Walaupun
demikian, perubahan-perubahan ini masih tetap berada di bawah garis yang
disebut linical horizon, yaitu garis perbatasan antara keadaan penyakit yang
sudah jelas tanda-tandanya (secara klinis) dan terjadiya perubahan secara
patologis. Perubahan atherosklerotik pada pembuluh darah koroner,
sebelum ada tanda-tanda stroke (mati mendadak).
c. Tingkat sakit secara klinis (stage of clinical disease)
Pada tingkat ini terjadi perubahan secara anatomis dan fungsional.
Adanya perubahan
tersebut akan menimbulkan gejala dan tanda-tanda dari suatu penyakit.
Pada tingkat sakit secara klinis ini suatu penyakit dapat diklasifikasikan,
misalnya berdasarkan lokasi, gambaran histologis serta fungsionalnya
(psychososial).
d. Tingkat kecacatan (stage of disability)
Ada penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa diberikan
suatu pengobatan. Ada pula penyakit yang tetap berlangsung sampai lama
walaupun sudah mengalami pengobatan dan dalam hal ini dapat
menimbulkan kerusakan pada bagian tubuh dan akan memberikan
kecacatan. Risiko dari keadaan tersebut adalah makin lamanya proses
penyakit tersebut yang bisa menimbulkan cacat pada bagian tubuh tertentu.
Sebagai contoh adalah:Penykit virus tertentu (campak) dapat sembuh
dengan sendirinya.akan tetapi jika kondisi penderita amat jelek dan tanpa
pengobatan, dapat menimbulkan komplikasi radang otak. Tingkat

8
kecacatan sebenarnya dapat diartikan dalam beberapa pengertian.
Pengertian cacat dalam masyarakat dapat berarti terbatasnya aktivitas
seseorang, misalnya terbatasnya komunikasi seseorang karena ia tuli.

4. Faktor Lingkungan
Unsur lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam
menentukan terjadinya sifat karakteristik individu sebagai pejamu dan ikut
memegang peranan dalam proses kejadian penyakit.
a. Lingkungan Biologis
Segala flora dan fauna yang berada di sekitar manusia yang antara lain
meliputi:
- Beberapa mikroorganisme patogen dan tidak patogen;
- Vektor pembawa infeksi
- Berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia, baik sebagai sumber kehidupan (bahan makanan dan obat-
obatan),maupun sebagai reservoir/sumber penyakit atau pejamu antara
(host intermedia) ;
- Fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu
terutama penyakit menular.
Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang
peranan yang penting dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan
unsur penyebab, baik sebagai unsur lingkungan yang menguntungkan manusia
(sebagai sumber kehidupan) maupun yang mengancam kehidupan / kesehatan
manusia.
b. Lingkungan fisik
Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia
baik secara langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan
sosial manusia. Lingkungan fisik (termasuk unsur kimiawi serta radiasi)
meliputi :
- Udara keadaan cuaca, geografis, dan golongan
- Air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai bentuk pemencaran
pada air, dan
- Unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan lain
sebagainya.
- Lingkungan fisik ini ada yang termasuk secara alamiah tetapi banyak pula
yang timbul akibat manusia sendiri.
c. Lingkungan social
Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistem
organisasi. Serta instusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang
membentuk masyarakattersebut. Lingkungan sosial ini meliputi :

9
- Sistem hukum, administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem
ekonomi yang berlaku;
- Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat
- Sistem pelayanan kesehatanserta kebiasaan hidup sehatmasyarakat
setempat, dan
- Kebiasaan hidup masyarakat
- Kepadatan penduduk. Kepadatan rumah tangga, serta berbagai sistem
kehidupan sosial lainnya.

5. Konsep Tingkat Pencegahan


Beaglehole membagi upaya pencegahan menjadi 3 bagian : primordial
prevention (pencegahan awal) yaitu pada pre patogenesis, primary prevention
(pencegahan pertama) yaitu health promotion dan general and specific
protection , secondary prevention (pencegahan tingkat kedua) yaitu early
diagnosis and prompt treatment dan tertiary prevention (pencegahan tingkat
ketiga) yaitu dissability limitation. Untuk lebih lanjut, akam diuraikan sebagai
berikut:
a. Pencegahan Premordial
Jenis pencegahan yang paling akhir diperkenalkan, adanya
perkembangan pengetahuan dalam epidemiologi penyakit kardiovaskular
dalam hubungannya dengan diet, dll. Pencegahan ini sering terlambat
dilakukan terutama di negara-negara berkembang karena sering harus ada
keputusan secara nasional.
Tujuan premordial prevention ini adalah untuk menghindari
terbentuknya pola hidup sosia-ekonomi dan kultural yang mendorong
peningkatan resiko penyakit. Upaya ini terutama sesuai untuk ditujukan
kepada masalah penyakit tidak menular yan dewasa ini cenderung
menunjukkan peningkatannya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penegahan awal ini
diarahkan kepada mempertahankan kondisi dasar atau status kesehatan
masyarakat yang bersifat positif yang dapat mengurangi kemungkinan
suatu penyakit atau faktor resiko dapat berkembang atau memberikan efek
patologis. Faktor-faktor itu tampaknya bersifat sosial atau berhubungan
dengan gaya hidup danpola makan. Upaya awal terhadap tingkat
pencegahan primordial ini merupakan upaya mempertahankan kondisi
kesehatan yang posotif yang dapat melindingi masyarakat dari gangguan
kondisi kesehatannya yang sudah baik.
b. Pencegahan Primer
Pencegahan primer ini bertujuan untuk mengurangi incidence dengan
mengontrol penyebab dan faktor-faktor risiko. Misal : penggunaan kondom
dan jarum suntik disposable pada pencegahan infeksi HIV, imunisasi, dll.
Biasanya merupakan Population Strategy sehingga secara individual

10
gunanya sangat sedikit : penggunaan seat-belt, program berhenti merokok,
dll.
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menyembuhkan dan
mengurangi akibat yang lebih  serius lewat diagnosis & pengobatan yang
dini. Tertuju pada periode diantara timbulnya penyakit dan waktu
didiagnosis & usaha ↓ prevalensi. Dilaksanakan pada penyakit dengan
periode awal mudah diindentifikasi dan diobati sehingga perkembangan
kearah buruk dapat di stop, Perlu metode yang aman & tepat untuk
mendeteksi adanya penyakit pada stadium preklinik. Misal : Screening
pada kanker cervik, pengukuran tekanan darah secara rutin, dll
d. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi komplikasi penting
pada pengobatan & rehabilitasi, membuat penderita cocok dengan situasi
yang tak dapat disembuhkan. Misal pada rehabilitasi pasien Poliomyelitis,
Stroke, kecelakaan dll.

B. PENGUKURAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN

1. Angka Kesakitan (Mordibitas)


Setiap gangguan di dalam fungsi maupun struktur tubuh seseorang
dianggap sebagai penyakit. Penyakit, sakit, cedera, gangguan dan sakit,
semua dikategorikan di dalam istilah MORDIBITAS.
Mordibitas merupakan derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu
populasi. Mordibitas juga merupakan suatu penyimpangan dari status sehat
dan sejahera atau keberadaan suatu kondisi sakit. Mordibitas juga mengacu
pada angka kesakitan, yaitu jumlah orang yang sakit dibandingkan dengan
populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang sehat atau
kelompok yang beresiko. Di dalam Epidemiologi, ukuran utama mordibitas
adalah angka insidensi dan prevalensi dan berbagai ukuran turunan dari
kedua indicator tersebut. Setiap kejadian penyakit, kondisi gangguan atau
kesakitan dapat diukur dengan angka insidensi dan angka prevalensi.

a. Insidensi
Adalah gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit
yang ditemukan pada suatu waktu tertentu di satu kelompok masyarakat.
Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
1). Incidence Rate
Yaitu jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu
jangka waktu tertentu (umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah

11
penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan
jangka waktu yang bersangkutan.
Yang dimaksud kasus baru adalah perubahan status dari sehat menjadi sakit.
Periode waktu adalah jumlah waktu yang diamati selama sehat hingga
menjadi sakit.

Rumus incidence rate = jumlah penderita baru : jumlah penduduk yang


mungkin terkena penyakit x K.
K = Konstanta (100%, 1000%)

Manfaat Incidence Rate adalah :


- Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi
- Mengetahui resiko untuk terkena masalah kesehatan yang dihadapi
- Mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh suatu fasilitas
pelayanan kesehatan.
2). Insiden Kumulatif (Incidence Risk)
Probabilitas individu beresiko berkembang menjadi penyakit dalam
periode waktu tertentu.
Berarti rata-rata resiko seorang individu terkena penyakit.
Incidence risk = jumlah kasus insidensi selama periode waktu tertentu :
jumlah orang yang beresiko pada permulaan waktu.
3). Attack Rate
Yaitu jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu
saat dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit
tersebut pada saat yang sama.
Manfaat Attack Rate adalah :
- Memperkirakan derajat serangan atau penularan suatu penyakit. Makin
tinggi nilai AR, maka makin tinggi pula kemampuan penularan penyakit
tersebt.

Rumus :
Attack Rate = jumlah penderita baru dalam satu saat : jumah penduduk yang
mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang sama x K.
4). Secondary Attack Rate
Adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada
serangan kedua dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi
orang/penduduk yang pernah terkena penyakit pada serangan pertama.
Digunakan menghitung suatu penyakit menular dan dalam suatu populasi
yang kecil (misalnya dalam Satu Keluarga).

12
Rumus :
SAR = jumlah penderita baru pada serangan kedua : jumlah penduduk-
penduduk yang terkena serangan pertama x K.

b. Prevalensi
Adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang
ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat
tertentu. Pada perhitungan angka prevalensi digunakan jumlah seluruh
penduduk tanpa memperhitungkan orang / penduduk yang kebal atau
penduduk dengan resikon(Population at Risk). Sehingga dapat dikatakan
bahwa angka prevalensi sebenarnya bukan suatu rate yang murni, karena
penduduk yang tidak mungkin terkena penyakit juga dimasukkan dalam
perhitungan.
Prevalensi tergantung pada 2 faktor :
- Berapa banyak jumlah orang yang telah sakit.
- Durasi/lamanya penyakit.
Secara umum nilai prevalensi dibedakan menjadi 2, yaitu :
1). Period Prevalensi Rate
Yaitu jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan
pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada
pertengahan jangka waktu yang bersangkutan. Nilai Periode Prevalensi Rate
hanya digunakan untuk penyakit yang sulit diketahui saat munculnya,
misalnya pada penyakit kanker dan Kelainan Jiwa.
Rumus :
Periode Prevalensi Rate = jumlah penderita lama dan baru : jumlah penduduk
pertengahan x K.
2). Point Prevalensi Rate
Adalah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat
dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu.
Dapat dimanfaatkan untuk mengetahui Mutu Pelayanan Kesehatan yang
diselenggarakan.
Rumus :
Point Prevalensi Rate = jumlah penderita lama dan baru saat itu : jumlah
penduduk saat itu x K.

2. Angka Kematian (Mordalitas)


Dewasa ini di seluruh dunia mulai muncul kepedulian terhadap ukuran
kesehatan masyarakat yang mencakup penggunaan bidang epidemiologi dalam
menelusuri penyakit dan mengkaji data populasi. Penelusuran terhadap

13
berbagai factor yang mempengaruhi status kesehatan penduduk paling baik
dilakukan dengan menggunakan ukuran data statistic yang distandardisasi,
yang hasilnya kemudian juga disajikan dalam tampilan yang distandardisasi.
Mortalitas merupakan istilah epidemiologi dan data statistic vital untuk
kematian. Dikalangan masyarakat kita, ada 3 hal umum yang menyebabkan
kematian, yaitu :
a) Degenerasi organ vital dan kondisi terkait.
b) Status penyakit.
c) Kematian akibat lingkungan atau masyarakat (bunuh diri, kecelakaan,
pembunuhan, bencana alam, dsb).
Macam-macam/ jenis angka kematian (Mortality Rate/Mortality Ratio)
dalam epidemiologi antara lain :
a) Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate)
Adalah jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu jangka waktu
(umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk pada pertengahan
waktu yang bersangkutan. Istilah crude digunakan karena setiap aspek kematian
tidak memperhitungkan usia, jenis kelamin, atau variable lain.
Rumus :
CDR/AKK = jumlah seluruh kematian : jumlah penduduk pertengahan x K.

b) Angka Kematian Perinatal (AKP) / Perinatal Mortality Rate (PMR)


PMR adalah jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan
28 minggu atau lebih ditambah dengan jumlah kematian bayi yang berumur
kurang dari 7 hari yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada
tahun yang sama. (WHO, 1981).
Manfaat PMR adalah untuk menggambarkan keadaan kesehatan
masyarakat terutama kesehatan ibu hamil dan bayi.
Factor yang mempengaruhi tinggi rendahnya PMR adalah :
1) Banyaknya Bayi BBLR.
2) Status gizi ibu dan bayi
3) Keadaan social ekonomi.
4) Penyakit infeksi, terutama ISPA.
5) Pertolongan persalinan.
Rumus :
PMR/AKP = jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan 28
minggu + dengan jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari
7 hari yang dicatat selama 1 tahun : jumlah bayi lahir hidup pad
tahun yang sama x K.

14
c) Angka Kematian Neonatal (AKN) = Neonatal Mortality Rate (NMR)
Adalah jumlah kematian bayi berumur kurang dari 28 hari yang dicatat
selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Manfaat NMR adalah untuk mengetahui :
1) Tinggi rendahnya usaha perawatan postnatal.
2) Program imunisasi.
3) Pertolongan persalinan.
4) Penyakit infeksi, terutama saluran napas bagian atas.
Rumus :
NMR/AKN = jumlah kematian bayi umur kurang dari 28 hari : jumlah lahir hidup
pada tahun yang sama x K.

d) Angka Kematian Bayi (AKB) / Infant Mortality Rate (IMR)


Adalah jumlah seluruh kematian bayi berumur kurang dari 1 tahun yang
dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Manfaat IMR adalah sebagai indicator yang sensitive terhadap derajat
kesehatan masyarakat.
Rumus :
IMR/AKB = jumlah kematian bayi umur 0-1 tahun : jumlah kelahiran hidup pada
tahun yang sama x K.

e) Angka Kematian Balita / Under Five Mortality Rate (UFMR)


Adalah jumlah kematian balita yang dicatat selama 1 tahun per 1000
penduduk ba;ota pada tahun yang sama.
Manfaat UFMR adalah untuk mengukur status kesehatan bayi.

Rumus :
UFMR = jumlah kematian balita yang cacat dalam 1 tahun : jumlah penduduk
balita pada tahun yang sama x K.

f) Angka Kematian Pasca-Neonatal (Postneonatal Mortality Rate)


Angka kematian pascaneonatal diperlukan untuk menelusuri kematian di
Negara belum berkembang, terutama pada wilayah tempat bayi meninggal pada
tahun pertama kehidupannya akibat malnutrisi,defisiensi nutrisi, dan penyakit
infeksi.
Postneonatal Mortality Rate adalah kematian yang terjadi pada bayi usia
28 hari sampai 1 tahun per 1000 kelahiran hidup dalam satu tahun.
Rumus :

15
Pasca-neonatal mortality rate = jumlah kematian bayi usia 28 hari-1 tahun :
jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama x K.

g) Angka Kematian Janin (Fetal Death Rate)


Istilah kematian janin penggunaannya sama dengan istilah lahir mati.
Kematan janin adalah kematian yang terjadi akibat keluar atau dikeluarkannya
janin dari rahim, terlepas dari durasi kehamilannya. Jika bayi tidak bernafas atau
tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan saat lahir, bayi dinyatakan meninggal.
Tanda-tanda kehidupan biasanya ditentukan dari Pernapasan, Detak Jantung,
Detak Tali Pusat atau Gerakan Otot Volunter. Angka Kematian Janin adalah
proporsi jumlah kematian janin yang dikaitkan dengan jumlah kelahiran pada
periode waktu tertentu, biasanya 1 tahun.
Rumus:
Angka Kematian Janin = jumlah kematian janin dalam periode tertentu : total
kematia janin + janin lahir hidup periode yang sama x K.

h) Maternal Mortality Rate (MMR) / Angka Kematian


Adalah jumlah kematian ibu sebagai akibat dari komplikasi kehamilan,
persalinan dan masa nifas dalam 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun
yang sama.
Tinggi rendahnya MMR berkaitan dengan :
1) Social ekonomi
2) Kesehatan ibu sebelum hamil, bersalin dan nifas
3) Pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil
4) Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifas.
Rumus :
MMR = jumlah kematian ibu hamil, persalinan dan nifas dalam 1 tahun : jumlah
lahir hidup pada tahun yang sama x K.

i) Age Spesific Mortality Rate (ASMR / ASDR)


Manfaat ASMR/ASDR adalah :
1) Untuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesehatan masyarakat
dengan melihat kematian tertinggi pada golomgam umur.
2) Untuk membandingkan taraf kesehatan masyarakat di berbagai wilayah.
3) Untuk menghitung rata-rata harapan hidup

j) Cause Spesific Mortality Rate (CSMR)

16
Yaitu jumlah seluruh kematian karena satu sebab penyakit dalam satu
jangka waktu tertentu (1 tahun) dibagi dengan jumlah penduduk yang mungkin
terkena penyakit tersebut.
Rumus :
CSMR = jumlah seluruh kematian karena sebab penyakit tertentu pada
pertengahan tahun x K.

k) Case Fatality Rate (CFR)


Adalah perbandingan antara jumlah seluruh kematian karena satu
penyebab penyakit tertentu dalam 1 tahun dengan jumlah penderita penyakit
tersebut pada tahun yang sama. Digunakan untuk mengetahui penyakit-penyakit
dengan tingkat kematian yang tinggi.
Rumus :
CFR = jumlah kematian karena penyakit tertentu : jumlah seluruh penderita
penyakit tersebut x K.

C. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT


1. Pengertian Riwayat Alamiah Penyakit
Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi
tentang perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai
sejak terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit,
seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi
preventif maupun terapetik (CDC, 2010c). Riwayat alamiah penyakit merupakan
salah satuelemen utama epidemiologi deskriptif (Bhopal, 2002, dikutip
Wikipedia, 2010). Singkatnya Jika ditinjau proses yang terjadi pada orang sehat,
menderita penyakit dan terhentinya penyakit tersebut dikenal dengan nama
riwayat alamiah perjalanan penyakit (natural history of disease) terutama untuk
penyakit infeksi.
Riwayat alamiah suatu penyakit adalah perkembangan penyakit tanpa
campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu penyakit
berlangsung secara natural.
Riwayat alamiah penyakit perlu dipelajari. Pengetahuan tentang riwayat
alamiah penyakit sama pentingnya dengan kausa penyakit untuk upaya
pencegahan dan pengendalian penyakit. Dengan mengetahui perilaku dan
karakteristik masing-masing penyakit maka bisa dikembangkan intervensi yang

17
tepat untuk mengidentifikasi maupun mengatasi problem penyakit tersebut
(Gordis, 2000; Wikipedia, 2010).
2. Riwayat Alamiah Penyakit (RAP)
Riwayat Alamiah Penyakit (Natural History of Disease) adalah
perkembangan suatu penyakit tanpa adanya campur tangan medis atau bentuk
intervensi lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural.
Tahapan Riwayat Alamiah Perjalanan Penyakit :
a. Tahap Pre-Patogenesa
Pada tahap ini telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit.
Tetapi interaksi ini masih diluar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di
luar tubuh manusia dan belum masuk kedalam tubuh pejamu.
Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda – tanda penyakit dan daya
tahan tubuh pejamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut
sehat.
b. Tahap Patogenesa
1) Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh
pejamu, tetapi gejala- gejala penyakit belum nampak.
Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda, ada yang
bersifat seperti influenza, penyakit kolera masa inkubasinya hanya 1- 2 hari,
penyakit Polio mempunyai masa inkubasi 7 - 14 hari, tetapi ada juga yang
bersifat menahun misalnya kanker paru-paru, AIDS dan sebagainya.
Jika daya tahan tubuh tidak kuat, tentu penyakit akan berjalan terus
yang mengakibatkan terjadinya gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh.
Pada suatu saat penyakit makin bertambah hebat, sehingga timbul
gejalanya. Garis yang membatasi antara tampak dan tidak tampaknya gejala
penyakit disebut dengan horison klinik.
2) Tahap Penyakit Dini
Tahap penyakit dini dihitung mulai dari munculnya gejala-gejala
penyakit, pada tahap ini pejamu sudah jatuh sakit tetapi sifatnya masih ringan.
Umumnya penderita masih dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dan karena
itu sering tidak berobat. Selanjutnya, bagi yang datang berobat umumnya
tidak memerlukan perawatan, karena penyakit masih dapat diatasi dengan
berobat jalan.
Tahap penyakit dini ini sering menjadi masalah besar dalam kesehatan
masyarakat, terutama jika tingkat pendidikan penduduk rendah, karena tubuh
masih kuat mereka tidak datang berobat, yang akan mendatangkan masalah
lanjutan, yaitu telah parahnya penyakit yang di derita, sehingga saat datang
berobat sering talah terlambat.
3) Tahap Penyakit Lanjut

18
Apabila penyakit makin bertambah hebat, penyakit masuk dalam tahap
penyakit lanjut. Pada tahap ini penderita telah tidak dapat lagi melakukan
pekerjaan dan jika datang berobat, umumnya telah memerlukan perawatan.
4) Tahap Akhir Penyakit
Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir. Berakhirnya
perjalanan penyakit tersebut dapat berada dalam lima keadaan, yaitu :
1. Sembuh sempurna : penyakit berakhir karena pejamu sembuh secara
sempurna, artinya bentuk dan fungsi tubuh kembali kepada keadaan sebelum
menderita penyakit.
2. Sembuh tetapi cacat : penyakit yang diderita berakhir dan penderita sembuh.
Sayangnya kesembuhan tersebut tidak sempurna, karena ditemukan cacat pada
pejamu. Adapun yang dimaksudkan dengan cacat, tidak hanya berupa cacat fisik yang
dapat dilihat oleh mata, tetapi juga cacat mikroskopik, cacat fungsional, cacat mental
dan cacat sosial.
3.      Karier : pada karier, perjalanan penyakit seolah-olah terhenti, karena
gejala penyakit memang tidak tampak lagi. Padahal dalam diri pejamu masih
ditemukan bibit penyakit yang pada suatu saat, misalnya jika daya tahan tubuh
berkurang, penyakit akan timbul kembali. Keadaan karier ini tidak hanya
membahayakan diri pejamu sendiri, tetapi juga masyarakat sekitarnya, karena
dapat menjadi sumber penularan
4.       Kronis : perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala penyakit
tidak berubah, dalam arti tidak bertambah berat dan ataupun tidak bertambah
ringan. Keadaan yang seperti tentu saja tidak menggembirakan, karena pada
dasarnya pejamu tetap berada dalam keadaan sakit.
5.       Meninggal dunia : terhentinya perjalanan penyakit disini, bukan karena
sembuh, tetapi karena pejamu meninggal dunia. Keadaan seperti ini bukanlah
tujuan dari setiap tindakan kedokteran dan keperawatan.

3. Manfaat
Manfaat riwayat mempelajari alamiah perjalanan penyakit :
- Untuk diagnostik : masa inkubasi dapat dipakai pedoman penentuan jenis
penyakit, misal dalam KLB (Kejadian Luar Biasa)
- Untuk Pencegahan : dengan mengetahui rantai perjalanan penyakit dapat
dengan mudah dicari titik potong yang penting dalam upaya pencegahan
penyakit.
- Untuk terapi : terapi biasanya diarahkan ke fase paling awal. Pada tahap
perjalanan awal penyakit, adalah waktu yang tepat untuk pemberian terapi,
lebih awal terapi akan lebih baik hasil yang diharapkan.

D. SCRINING
1. Definisi Skrining

19
Skrining merupakan suatu pemeriksaan asimptomatik pada satu atau
sekelompok orang untuk mengklasifikasikan mereka dalam kategori yang
diperkirakan mengidap atau tidak mengidap penyakit (Rajab, 2009). Tes
skrining merupakan salah satu cara yang dipergunakan pada epidemiologi
untuk mengetahui prevalensi suatu penyakit yang tidak dapat didiagnosis atau
keadaan ketika angka kesakitan tinggi pada sekelompok individu atau
masyarakat berisiko tinggi serta pada keadaan yang kritis dan serius yang
memerlukan penanganan segera. Namun demikian, masih harus dilengkapi
dengan pemeriksaan lain untuk menentukan diagnosis definitif (Chandra,
2009).
Berbeda dengan diagnosis, yang merupakan suatu tindakan untuk
menganalisis suatu permasalahan, mengidentifikasi penyebabnya secara tepat
untuk tujuan pengambilan keputusan dan hasil keputusan tersebut dilaporkan
dalam bentuk deskriptif (Yang dan Embretson, 2007). Skrining bukanlah
diagnosis sehingga hasil yang diperoleh betul-betul hanya didasarkan pada
hasil pemeriksaan tes skrining tertentu, sedangkan kepastian diagnosis klinis
dilakukan kemudian secara terpisah, jika hasil dari skrining tersebut
menunjukkan hasil yang positif (Noor, 2008).
Uji skrining digunakan untuk mengidentifikasi suatu penanda awal
perkembangan penyakit sehingga intervensi dapat diterapkan untuk
menghambat proses penyakit. Selanjutnya, akan digunakan istilah “penyakit”
untuk menyebut setiap peristiwa dalam proses penyakit, termasuk
perkembangannya atau setiap komplikasinya. Pada umumnya, skrining
dilakukan hanya ketika syarat-syarat terpenuhi, yakni penyakit tersebut
merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan, terdapat sebuah uji yang
sudah terbukti dan dapat diterima untuk mendeteksi individu-individu pada
suatu tahap awal penyakit yang dapat dimodifikasi, dan terdapat pengobatan
yang aman dan efektif untuk mencegah penyakit atau akibat-akibat penyakit
(Morton, 2008).

2. Tujuan dan Manfaat Skrining


Skrining mempunyai tujuan diantaranya (Rajab, 2009):
a. Menemukan orang yang terdeteksi menderita suatu penyakit sedini
mungkin sehingga dapat dengan segera memperoleh pengobatan.
b. Mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat.
c. Mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini
mungkin.

20
d. Mendidik dan memberikan gambaran kepada petugas kesehatan tentang
sifat penyakit dan untuk selalu waspada melakukan pengamatan terhadap
gejala dini.
e. Mendapatkan keterangan epodemiologis yang berguna bagi klinis dan
peneliti.
Beberapa manfaat tes skrining di masyarakat antara lain, biaya yang
dikeluarkan relatif murah serta dapat dilaksanakan dengan efektif, selain itu
melalui tes skrining dapat lebih cepat memperoleh keterangan tentang sifat dan
situasi penyakit dalam masyarakat untuk usaha penanggulangan penyakit yang
akan timbul. Skrining juga dapat mendeteksi kondisi medis pada tahap awal
sebelum gejala ditemukan sedangkan pengobatan lebih efektif ketika penyakit
tersebut sudah terdeteksi keberadaannya (Chandra, 2009).

3. Syarat Skrining
Untuk dapat menyusun suatu program penyaringan, diharuskan memenuhi
beberapa kriteria atau ketentuan-ketentuan khusus yang merupakan persyaratan
suatu tes penyaringan, antara lain (Noor, 2008):
a. Penyakit yang dituju harus merupakan masalah kesehatan yang berarti dalam
masyarakat dan dapat mengancam derajat kesehatan masyarakat tersebut.
b. Tersediannya obat yang potensial dan memungkinkan pengobatan bagi
mereka yang dinyatakan menderita penyakit yang mengalami tes. Keadaan
penyediaan obat dan jangkauan biaya pengobatan dapat mempengaruhi
tingkat atau kekuatan tes yang dipilih.
c. Tersediannya fasilitas dan biaya untuk diagnosis pasti bagi mereka yang
dinyatakan positif serta tersediannya biaya pengobatan bagi mereka yang
dinyatakan positif melalui diagnosis klinis.
d. Tes penyaringan terutama ditujukan pada penyakit yang masa latennya cukup
lama dan dapat diketahui melalui pemeriksaan atau tes khusus.

21
e. Tes penyaringan hanya dilakukan bila memenuhi syarat untuk tingkat
sensitivitas dan spesifitasnya karena kedua hal tersebut merupakan standard
untuk mengetahui apakah di suatu daerah yang dilakukan skrining berkurang
atau malah bertambah frekuensi endemiknya.
f. Semua bentuk atau teknis dan cara pemeriksaan dalam tes penyaringan harus
dapat diterima oleh masyarakat secara umum.
g. Sifat perjalanan penyakit yang akan dilakukan tes harus diketahui dengan
pasti.
h. Adanya suatu nilai standar yang telah disepakati bersama tentang mereka
yang dinyatakan menderita penyakit tersebut.
i. Biaya yang digunakan dalam melaksanakan tes penyaringan sampai pada titik
akhir pemeriksaan harus seimbang dengan resiko biaya bila tanpa melakukan
tes tersebut.
j. Harus dimungkinkan untuk diadakan pemantauan (follow up) terhadap
penyakit tersebut serta penemuan penderita secara berkesinambungan.
Melihat hal tersebut penyakit HIV/AIDS dan Ca paru serta penyakit yang
tidak diketahui pasti perjalanan penyakitnya tidak dibenarkan untuk dilakukan
skrining namun jika dilihat dari sisi lamanya perkembangan penyakit, HIV/AIDS
merupakan penyakit yang memenuhi persyaratan skrining (Noor, 2008).

E. PHPM
1. Definisi Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan manusia sebagian besar diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
membentuk tindakan seseorang (over behaviour) (Notoatmodjo, 2012)

22
Pengetahuan orang tua sangat penting dalam kesehatan gigi anak,
mengingat pada anak-anak banyak sekali didapatkan masalah kesehatan gigi
dan mulut. Orang tua diperlukan di dalam membimbing, memberikan
pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak, agar anak
dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Orang tua juga mempunyai
peran yang cukup besar di dalam mencegah terjadinya akumulasi plak dan
terjadinya masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak (Christiono, 2011)

Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks


kesehatan sangat beraneka ragam. Menurut (Budiman dan Riyanto, 2013)
pengetahuan di bagi menjadi 2 jenis yaitu:

1) Pengetahuan implisit
Pengetahuan Implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam
bentuk pengalaman seseorang dengan factor yang tidak bersifat nyata,
seperti keyakinan pribadi, prinsip, dan perspektif. Pengetahuan implisif
sering berisis kebiasaan dan budaya yang di miliki oleh seseorang, sebagai
contoh: orang tua mengetahui bahwa menyikat gigi anak sebelum tidur
malam dapat menghindari karies pada anak namun orang tua masih belum
melaksanakan.
2) Pengetahuan eksplisit.
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah di
dokumentasikan dan disimpan dalam wujud nyata yang dapat membentuk
perilaku kesehatan seseorang, sebagai contoh: orang tua mengetahui bahwa
menyikat gigi anak sebelum tidur malam dapat menghindari karies pada
anak dan orang tua sudah menyikat gigi anak setiap malam hari.

2. Kebersihan Gigi dan Mulut


Kebersihan gigi dan mulut (oral hygiene) merupakan suatu
pemeliharaan kebersihan dan hygiene struktur gigi dan mulut melalui sikat
gigi, stimulasi jaringan, pemijatan gusi, hidroterapi, dan prosedur lain yang
dapat menjaga pertahan gigi dan kesehatan mulut (Dorland, 2002) kebersihan
gigi dan mulut merupakan upaya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada tiap
individu.
Pengukuran tingkat kebersihan gigi dan mulut dapat dilakukan dengan
berbagai macam indeks, baik untuk mengukur debris, kalkulus, maupun plak.
Plak dapat dijumpai paling tidak ada 6 indeks untuk mengukur ada tau tidak
adanya plak (Sriyono dan Sudibyo, 2011)

23
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut.
Berdasarkan Carranza (2012), kebersihan gigi dan mulut
dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1) Plak gigi
Plak merupakan akumulasi dari bakteri dan debris yang terdapat pada
permukaan gigi. Plak biasa ditemukan pada bagian occlusal pits, fissures,
margin cervical gigi dan di periodontal pocket (Felton dan Alison, 2009)
Plak adalah akumulasi mikrobilogi yang tidak termineralisasi yang
menempel pada permukaan gigi, restorasi gigi dan alat-alat prostetik yang
menunjukkan organisasi struktural dengan predominance dari bentuk
filamentous yang terbentuk oleh matrik organiks yang diperoleh
glikoprotein,saliva dan produk-produk mikrobra ekstra seluler dan tidak
bisa di hilangkan dengan berkumur air (Axelsson, 2002)
2) Pembentukan Plak Gigi
Menurut Kidd dan Bechal (2013) menyataan bahwa plak gigi
merupakan lengketan yang berisi bakteri serta produkprodukya,
yang terbentuk pada semua permukaan gigi.
Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara kebetulan melainkan
terbentuk melalui serangkaian tahapan. Email yang bersih terpapar di rongga
mulut maka akan di tutupi oleh lapisan organic yang amorf yang di sebut
pelikel. Pelikel ini terdiri atas glikoprotein yang diendapkan dari saliva dan
terbentuk segera setelah penyikatan gigi. Sifatnya sangat lengket dan mampu
membantu melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada permukaan gigi.
Bakteri yang mula-mula menghuni pelikel terutama terbentuk kokus.
Streptokokus adala yang paling banyak. Organisme tersebut tumbuh,
berkembang biak dan mengeluarkan gel sel estrak-sel yang lengket dan akan
menjerar berbagai bentuk bakteri yang lain. Plak dalam
beberapa hari aka bertambah tebal dan terdiri dari berbagai macam
mikroorganisme. Flora plak yang tadinya didominasi oleh bentuk kokus
berubah menjadi flora campuran yang terdiri dari atas kokus, batang, dan
filament.

4. Indeks kebersihan mulut PHP-M (Personal Hygiene Performance-Modified)


Indeks kebersihan gigi dan mulut PHP-M (Personal Hygiene Performance-
Modified) dari Martin dan Meskin (1972) merupakan indeks yang telah
dimodifikasi dari Indeks PHP (Patient Hygiene Performance Index) dari
Podshadley dan Haley (1986), metode dari indeks PHP-M ini sering digunakan
untuk pemeriksaan kebersihan gigi dan mulut pada masa geligi campuran.
Prinsip pemeriksaan hampir sama dengan indeks PHP, permukaan yang diperiksa
adalah bagian bukal dan lingual. Indek

24
PHP ini untuk menilai debris, sedangkan indeks PHP-M untuk mengukur plak
secara obyektif. Pemeriksaan PHP-M menggunkan disclousing agent sebagai
indicator plak pada gigi.
PHP-M bila di pakai sebagai alat ukur kebersihan mulut yang dikombinasikan
dengan instruksi pada individu, maka akan dapat diketahui hasil dari tingkat
kebersihan mulut (Sriyono dan Sudibyo, 2011)
Berdasarkan Sriyono dan Sudibyo (2011) gigi yang diperiksa pada metode
PHP-M ini diantaranya adalah:
1) Gigi paling posterior yang tumbuh di kwadran kanan atas
2) Gigi kaninus atas kanan sulung atau permanen, bila gigi initidak ada dapat
digunakan gigi anterior lainnya
3) Gigi molar satu atas kiri sulung atau premolar satu atas kiri
4) Gigi paling posterior yang tumbuh di kwadran kiri bawah
5) Gigi kaninus kiri bawah sulung atau permanen, bila gigi ini tidak ada dapat
dipakai gigi anterior lainnya.
6) Gigi molar satu kanan bawah sulung ata premolar satu kanan bawah.

5. Tahapan penentuan skor PHP-M


Penilain dimulai dengan membuat garis imaginer pada gigi
sehingga membentuk 5 garis imaginer. Gigi dinilai pada permukaan lingual dan
labial. Plak terlihat di salah satu area, maka diberi skor 1, jika tidak ada plak
diberi skor 0 atau tanda (-).Hasil penilaian plak yaitu dengan menjumlahkan
setiap skor plak pada setiap permukaan gigi, sehingga skor plak untuk setiap gigi
dapat berkisar antara 0-10. Skor plak untuk semua gigi dapat berkisar antara 0-60

25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam epidemiologi, penyakit dipandang sebagai keadaan yang
disebabkan oleh banyak faktor, tidak hanya oleh karena adanya
mikroorganisme yang menganggu fungsi biologis tubuh, tetapi juga
dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti lingkungan fisik dan sosial. dengan
memandang keberadaan penyakit secara lengkap maka penanganan akan akan
dapat dilakukan dengan lebih komprehensif.
Terjadinya penyakit digambarkan dalam tiga konsep yaitu konsep
segitiga, jaring-jaring sebab akibat dan model roda. Dalam konsep segitiga
penanganan penyakit dapat dilakukan dengan menyeimbangkan interaksi
antara host, agent dan lingkungan. Dalam konsep jaring-jaring, penyakit dapat
ditangani dengan memutuskan salah satu rantai jaring-jaring. Dalam konsep
roda, penyakit dapat ditangani dengan adaptasi yang tepat sesuai pergeseran
roda kondisi lingkungan dan internal.
Ukuran dasar yang digunakan dalam epidemiologi mencakup Rate
(angka), rasio dan proporsi. Ketiga bentuk perhitungan ini digunakan untuk
mengukur dan menjelaskan peristiwa kesakitan, kematian, dan nilai statistik
vital lainnya.
Skrining merupakan upaya pengenalan penyakit atau kelainan yang b
elum
diketahui dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur lain yang
dapat  secara  cepat  membedakan  orang  yang  tampak  sehat  benar-benar
sehat  dengan  orang  yang  tampak  sehat  tetapi  sesungguhnya  menderita
kelainan

26
Skrining  bertujuan  untuk  medeteksi  penyakit  sedini  mungkin  sehi
ngga dapat menurunkan angka kesakitan, dan kematian, serta meningkatkan
kulaitas hidup.
Syarat   skrining   antara   lain,   masalah   kesehatan   tersebut   merup
akan masalah kesehatan yang berarti dengan kata lain mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat secara luas, tersedianya obat yang potensial untuk
menyembuhkan penyakit tersebut, tersedia fasilitas dan biaya untuk
diagnosis pasti, adanya standar yang telah disepakati, dimungkinkan untuk
dilakukan   pemantauan   kepada   individu   yang   positif   terkena   suatu
penyakit
Indeks kebersihan gigi dan mulut PHP-M (Personal Hygiene
Performance-Modified) dari Martin dan Meskin (1972) merupakan indeks
yang telah dimodifikasi dari Indeks PHP (Patient Hygiene Performance
Index) dari Podshadley dan Haley (1986)

B. Saran
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu penulis banyak berharap kepada para pembaca yang
budiman berkenan kiranya memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis. Hal itu akan menjadikan pertimbangan dalam perbaikan
makalah ini di kesempatan- kesempatan berikutnya. Terima kasih.

27
DAFTAR PUSTAKA
http://fadhilabdillahpratama.blogspot.com/2016/09/makalah-pengorganisasi-dan-
konsep-dasar.html
https://enviromenthealth22.blogspot.com/2013/11/pengukuran-angka-kesakitan-dan-
kematian.html
https://www.scribd.com/doc/270259815/RIWAYAT-ALAMIAH-PENYAKIT-docx
http://artiputri8.blogspot.com/2015/07/makalah-pengukuran-epidemiologi-
disusun.html
https://xixirinsybeauty.blogspot.com/2017/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://allinonekip.blogspot.com/2013/06/php-m-personal-hygiene-performance.html

28

Anda mungkin juga menyukai