Anda di halaman 1dari 7

II.

PERENCANAAN AWAL (DIMENSI ELEMEN STRUKTUR)

DENAH LANTAI - (Typical)

POTONGAN MELINTANG

POTONGAN MEMANJANG

Draft Tugas Besar Mk. PSB II. Perencanaan Awal - Page 1.


Catatan:
2
- Panel pelat dengan luas lebih besar dari 25 m diberi balok anak,
untuk mengurangi lendutan pada pelat lantai.
- Besaran dimensi elemen struktur (balok, pelat, kolom),
bergantung pada variabel: tumpuan/perletakan, panjang bentang,
pembebanan, mutu bahan, kekakuan struktur, estetika dan lain-lain.
Keterangan:
h = tinggi (balok) keseluruhan komponen struktur, mm
hf = tebal/tinggi pelat/slab komponen struktur, mm
be = lebar badan (web), mm
bw = lebar badan (web), mm
c1 = dimensi kolom persegi atau persegi ekivalen, mm
c2 = dimensi kolom persegi, arah tegak lurus c1, mm

A. ESTIMASI DIMENSI BALOK

Sesuai SNI 2847:2013 Tabel 9.5(a), terlampir. tinggi balok minimum, (h min ), sebagai berikut:
l  f  l  f 
- Satu ujung menerus, h min =   0, 4  y  dan kedua ujung menerus, h min =   0, 4  y 
18,5  700  21  700 
- Tinggi balok induk (balok utama), biasanya diambil: h ≈ ⅟ 12 l dan tinggi balok anak: h ≈ ⅟ 15 l
Sesuai SNI 2847:2013 Ps. 21.5 , lebar balok minimum, (b min ), sebagai berikut:
- Lebar komponen, b w min = 0,3 h atau b w min = 250 mm,
- Lebar komponen (terhadap komponen penumpu/kolom), b w ≤ 0,75 c 1 atau b w ≤ c 2 .
- Rasio tinggi (h ) terhadap lebar balok (b w ), umumnya: h ≈ (1,5 sd. 2,2) b w (Istimawan DH).
Catatan : Perlunya penyeragaman ukuran elemen struktur tertentu, dengan
pertimbangan praktis dan keseragaman kekakuan join, sehingga cukup ditinjau kondisi
ekstrim.

1) Balok Induk Melintang: bentang balok, l = 7.000 mm


l  f 
- Tinggi balok min. (satu ujung menerus ), hmin   0,4  y  h min = 314 mm,

18,5  700 
Tinggi balok (proporsional): h = l /12 h ≥ 583 mm,
Lebar balok (proporsional): b w = ½ h atau b w ≥ 250 mm bw ≥ 292 mm,
Digunakan: Tinggi balok: h = 600 mm
Lebar balok: bw = 300 mm

2) Balok Induk Memanjang: bentang balok, l = 4.000 mm


l  f 
- Tinggi balok min. (satu ujung menerus ), hmin   0,4  y  h min = 179 mm,
18,5  700 
Tinggi balok (proporsional): h = l /12 h ≥ 333 mm,
Lebar balok (proporsional): b w = ⅔ h atau b w ≥ 250 mm bw ≥ 250 mm,
Digunakan: Tinggi balok: h = 500 mm
Lebar balok: bw = 250 mm

Draft Tugas Besar Mk. PSB II. Perencanaan Awal - Page 2.


3) Balok Anak Memanjang: bentang balok, l = 4.000 mm
l  f 
- Tinggi balok min. (satu ujung menerus ), hmin   0,4  y  h min = 179 mm,
18,5  700 
Tinggi balok (proporsional): h = l /15 h ≥ 267 mm,
Lebar balok (proporsional): b w = ½ h atau b w ≥ 200 mm bw ≥ 200 mm,
Digunakan: Tinggi balok: h = 300 mm
Lebar balok: bw = 200 mm

B. ESTIMASI DIMENSI PELAT

Sesuai SNI 2847:2013 Ps. 9.5. Sistem pelat dua arah dengan balok pemikul, disyaratkan tebal pelat
minimum, (h f_min ), sebagai berikut:
- Jika Rasio kekakuan lentur balok - pelat (0,2 < α fm ≤ 2,0):
 f 
l n  0, 8  y 
h f_min =  1400  atau h f_min = 125 mm
36  5  ( fm  0, 2)

- Jika Rasio kekakuan lentur balok - pelat (α fm > 2,0):


 fy 
ln  0, 8  
h f_min =  1400  atau h f_min = 90 mm
36  9 

- β = Rasio bentang bersih arah panjang terhadap arah pendek pelat;

- α fm = Rasio kekakuan lentur penamp. balok - pelat (rata-rata, α f keempat sisi ).


Ec b .I b α f1 . l 2
dimana: α f  Syarat: 0,2  α . l  5,0
Ec s .I s f2 1

Sesuai SNI 2847:2013 Ps. 13.2.4. Konstruksi monolit, suatu balok mencakup bagian pelat/slab
pada setiap sisi balok, selebar efektif (b e ), sebagai berikut:

Balok Tepi (Eksterior) Balok Tengah (Interior)

b e ≤ b w + (h - h f ) b e ≤ b w + 2 (h - h f )
be ≤ bw + 4 hf be ≤ bw + 8 hf .
diambil nilai yang terkecil diambil nilai yang terkecil

Catatan: Penentuan tebal pelat/slab (h f ), dilakukan dengan memperkirakan (trial and error),
kemudian dicheck sesuai ketentuan-ketentuan di atas.
Tinjau satu atau beberapa panel pelat, yang memberikan pengaruh terbesar terhadap
nilai ketebalan pelat.
Tebal pelat (hf) diseragamkan untuk seluruh panel pelat/slab.

Draft Tugas Besar Mk. PSB II. Perencanaan Awal - Page 3.


Tinjau Panel Pelat AB-12
300/60 Bentang panjang, l1 = 7.000 mm
1 Bentang panjang bersih, l n1 = 6.750 mm
Bentang pendek, l2 = 4.000 mm

250/500
250/500 Bentang pendek bersih, l n2 = 3.700 mm

4.000
Rasio bentang bersih arah panjang
terhadap arah pendek pelat, (β) = 1,8243
300/60
2
7.000 Diambil tebal pelat/slab hf = 140 mm
ketentuan minimum untuk pelat lantai.
A B
Balok 1 (eksterior):
Data: bw = 300 mm
h = 600 mm
diperkirakan: h f = 140 mm
be = 760 mm

yb 
Ay  be bwhf  h h bw h 0
1
2
1
2 f
yb = 61 mm
- A be bw hf bw h yf = 169 mm
Lebar/panjang bentang bersih pelat: l n2 = 3.700 mm
Momen Inersia Balok (I b ):
= − ℎ + − ℎ . + ℎ + ℎ I b = 8,01426E+09 mm4
3
ln . h f
Momen Inersia Pelat (I s ): Is  . I s = 8,46067E+08 mm4
12
Ec b .I b
Rasio kekakuan lentur balok vs pelat: αf  α f1a = 9,4724
Ec s .I s

Balok 2 (interior):
Data: bw = 300 mm
h = 600 mm
diperkirakan: h f = 140 mm
be = 1.220 mm

yb 
Ay  be bwhf  h h bw h 0
1
2
1
2 f
yb = 96 mm
- A be bw hf bw h yf = 134 mm
Lebar/panjang bentang bersih pelat: l n2 = 3.700 mm
Momen Inersia Balok (I b ):
= − ℎ + − ℎ . + ℎ + ℎ I b = 9,58198E+09 mm4
3
ln . h f
Momen Inersia Pelat (I s ): Is  . I s = 8,46067E+08 mm4
12
Ec b .I b
Rasio kekakuan lentur balok vs pelat: αf  α f1b = 11,3253
Ec s .I s

Draft Tugas Besar Mk. PSB II. Perencanaan Awal - Page 4.


Balok A (eksterior):
Data: bw = 250 mm
h = 500 mm
diperkirakan: h f = 140 mm
be = 610 mm

yb 
Ay  be bwhf  h h bw h 0
1
2
1
2 f
yb = 52 mm
- A be bw hf bw h yf = 128 mm
Lebar/panjang bentang bersih pelat: l n1 = 6.750 mm
Momen Inersia Balok (I b ):
= − ℎ + − ℎ . + ℎ + ℎ I b = 3,85023E+09 mm4
3
ln . h f
Momen Inersia Pelat (I s ): Is  . I s = 1,54350E+09 mm4
12
Ec b .I b
Rasio kekakuan lentur balok vs pelat: αf  α f2a = 2,4945
Ec s .I s

Balok B (interior):
Data: bw = 250 mm
h = 500 mm
diperkirakan: h f = 140 mm
be = 970 mm

yb 
Ay  be bwhf  h h bw h 0
1
2
1
2 f
yb = 80 mm
- A be bw hf bw h yf = 100 mm
Lebar/panjang bentang bersih pelat: ln = 6.750 mm
Momen Inersia Balok (I b ):
= − ℎ + − ℎ . + ℎ + ℎ I b = 4,57678E+09 mm4
3
ln . h f
Momen Inersia Pelat (I s ): Is  . I s = 1,54350E+09 mm4
12
Ec b .I b
Rasio kekakuan lentur balok vs pelat: αf  α f2b = 2,9652
Ec s .I s

Rasio kekakuan lentur balok vs pelat (rata-rata): ∝ = ∝ +∝ /2 = 10,3989


∝ = ∝ +∝ /2 = 2,7298
∝ = ∝ +∝ /2 = 6,5643 > 2,0
α f1 . l2
0,2   5,0 2,177 Oke
α f2 . l1
 fy 
ln  0, 8  
h f_min = 90 mm atau h f_min =  1400  = 130,61 mm
36  9  Oke
Memenuhi, perkiraan tebal pelat/slab; h f = 140 mm

Draft Tugas Besar Mk. PSB II. Perencanaan Awal - Page 5.


C. ESTIMASI DIMENSI KOLOM

Sesuai SNI 2847:2013 Ps. 21.5 , lebar balok minimum, (b min ), sebagai berikut:
- Lebar komponen, b w min = 0,3 h atau b w min = 250 mm,
- Lebar komponen (terhadap komponen penumpu/kolom), b w ≤ 0,75 c 1 atau b w ≤ c 2 .
Sesuai SNI 2847:2013 Ps. 21.6 , tentang persyaratan kekuatan lentur minimum kolom, bahwa pada
prinsipnya kolom harus mampu mengekang balok (kolom kuat - balok lemah), atau kekakuan kolom
harus lebih besar dari pada kekakuan balok, sebagai berikut:
Kekakuan kolom > Kekakuan balok: ≥

Data: Ec = Eb
Balok melintang:
bw = 300 mm
h = 600 mm
lb = 7.000 mm
Balok memanjang:
bw = 250 mm
h = 500 mm
lb = 4.000 mm
Kolom:
lc = 4.000 mm

Tinjau Join Kolom vs Balok melintang:


Syarat: b w ≤ 0,75 c 1 c1 ≥ 400 mm
bw ≤ c2 c2 ≥ 300 mm

Syarat: Kekakuan kolom > Kekakuan balok: ≥

c1 ≥ 400 mm
≥ ≥
c2 ≥ 452 mm

Tinjau Join Kolom vs Balok memanjang:


c1 ≥ 400 mm
≥ ≥
c2 ≥ 488 mm

Digunakan: Ukuran kolom: c1 = 400 mm


c2 = 600 mm
Dengan mempertimbangkan, bahwa jumlah kolom arah melintang hanya 4 buah (lebar 16 m),
sedang arah memanjang 10 buah (panjang 36 m), maka diambil ukuran kolom (c 2 ) agak besar.

Draft Tugas Besar Mk. PSB II. Perencanaan Awal - Page 6.

Anda mungkin juga menyukai