Britannica
Pada tahun 1760an kerajaan Britania memiliki akumulasi kekayaan yang berlimpah
sehingga membuat berbagai bank melakukan ekspansi kredit hingga hampir ke seluruh
penjuru Eropa. Namun, pada tahun 1772, seorang partner bank terkemuka melarikan
diri ke Prancis dan tidak membayar utangnya.
Mengetahui hal tersebut, masyarakat panik dan mulai menarik uangnya dari berbagai
bank Britania di Eropa. Kejadian ini membuat keadaan ekonomi Eropa terus mengalami
penurunan bahkan juga memicu terjadinya demo Boston Tea Part dan American
Revolution.
Britannica
Sebelum terjadi Depresi Besar tahun 1929, Amerika sedang mengalami pertumbuhan
ekonomi yang pesat, terlihat dari banyaknya orang berinvestasi dan banyaknya
miliuner. Namun, ketika itu pemerintah memutuskan untuk meningkatkan suku bunga.
Mengetahui hal ini, investor panik dan kehilangan lebih dari USD 30 miliar (Rp 438
triliun) hanya dalam satu minggu. Akibatnya, 86 persen saham Amerika kehilangan
nilainya, lebih dari sepertiga jumlah bank di Amerika bangkrut, hingga pengangguran
mencapai 25 persen pada tahun 1933.
3. Resesi Besar 2007-2008
The Street
Dengan portofolio kredit yang buruk, banyak peminjam yang tidak bisa membayarkan
pinjamannya kepada bank. Alhasil, pasar saham AS kehilangan USD 6,5 triliun (Rp94
kuadriliun), pengangguran mencapai 10 persen, harga minyak melambung, krisis
pangan terjadi di dunia, inflasi tinggi, hingga bangkrutnya berbagai perusahaan besar,
termasuk Lehman Brothers.
Di awal tahun 1990an, negara-negara Asia, yaitu Thailand, Korea Selatan, Hong Kong,
Malaysia, Singapura, dan Indonesia, disebut sebagai Macan Asia karena menjadi
tujuan utama investasi dunia. Namun, optimisme ini berjalan berlebihan seingga
menimbulkan ekspansi kredit dan akumulasi utang yang terlalu banyak.