Laporan Pendahuluan Frakture Cervikal Sindi
Laporan Pendahuluan Frakture Cervikal Sindi
Oleh:
Sindi Aieska Putri, S.Kep.
NIM. 202311101182
Laporan Tugas Program Profesi Ners Stase Keperawatan Bedah yang disusun
oleh:
Hari :
Tanggal : April 2021
A. Konsep Teori
1. Anatomi dan Fisiologi
Cervical adalah bagian dari tulang belakang, tepat di bawah kepala sampai
leher. Cervical terdiri dari 8 corpus vertebra. Vertebra cervical I juga disebut atlas,
pada dasarnya berbeda dengan lainnya karena tidak mempunyai corpus vertebra
oleh karena pada atlas dilukiskan adanya arcus anterior terdapat permukaan sendi,
fovea, vertebralis, berjalan melalui arcus posterior untuk lewatan arcus posterior
untuk lewatnya arteri vertebralis. Vertebra cervical II juga disebut aksis, berbeda
dengan vertebra cervical ke 3 sampai ke 6 karena adanya dens atau processus
odontoid. Pada permukaan cranial corpus aksis memiliki tonjolan seperti gigi,
dens yang ujungnya bulat, aspek dentis. Vertebra cervical III-V processus
spinosus bercabang dua. Foramen transversarium membagi processus transversus
menjadi tuberculum anterior dan posterior. Lateral foramen transversarium
terdapat sulcus nervi spinalis, didahului oleh nervi spinalis. Vertebra cervical VI
perbedaan dengan vertebra cervical I sampai dengan cervical V adalah tuberculum
caroticum, karena dekat dengan arteri carotico. Vertebra cervical VII merupakan
processus spinosus yang besar, yang biasanya dapat diraba sebagai processus
spinosus columna vertebralis yang tertinggi, oleh karena itu dinamakan vertebra
prominens (Sjamsuhidayat, 2005).
2. Definisi
Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang yang umumnya diakibatkan oleh
adanya trauma (Tambayong, 2000). Cedera tulang belakang adalah cedera
mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalis akibat trauma, jatuh dari ketinggian,
kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga dsb (Sjamsuhidayat, 2007).
Menurut Muttaqin (2013), trauma servikal adalah suatu keadaan cedera pada
tulang belakang servikal dan medulla spinalis yang disebabkan oleh dislokasi,
subluksasi, atau fraktur vertebra servikalis dan ditandai dengan kompresi pada
medula spinalis daerah servikal. Dislokasi servikal adalah lepasnya salah satu
struktur dari tulang servikal. Spine trauma mungkin terkait cedera saraf tulang
belakang dan dapat mengakibatkan kelumpuhan, sehingga sangat penting untuk
menjaga leher. Fraktur ini dapat terjadi karena adanya trauma dan sangat
berbahaya karena bisa mengganggu sistem saraf yang terdapat pada vertebra. Hal
ini dapat mengakibatkan gangguan-gangguan neurologis, bahkan fraktur pada
tulang leher bisa menyebabkan seorang anak mengalami lumpuh (Rahmatisa,
2019).
3. Epidemiologi
Menurut Widhiyanto dkk (2019) berdasarkan data tahun 2014 – 2017
didapatkan sebanyak 442 pasien mengalami fraktur vertebra di RS Dr. Soetomo
Surabaya, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan sebesar 3,3:1. Rata-rata
usia pasien adalah 43,6 tahun. Penyebab fraktur vertebra adalah akibat jatuh dari
ketinggian (38%), kecelakaan lalu lintas (34%) dan benturan langsung/tertimpa
beban (10%). Ducker dan Perrot melaporkan 40% spinal cord injury disebabkan
kecelakaan lalu lintas, 20% jatuh, 40% luka tembak, sport, kecelakaan kerja.
Lokasi fraktur atau fraktur dislokasi cervical paling sering pada C2 diikuti dengan
C5 dan C6 terutama pada usia dekade 3.
6. Etiologi
Menurut Harrison (2009) dalam Wibowo (2015) fraktur servikal dapat
disebabkan oleh beberapa hal berikut :
1. Faktor Presipitasi dan Presdiposisi
A) Faktor Presipitasi
1. Kekerasan langsung menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya
kekerasan atau kekuatan yang tiba-tiba dan yang dapat berupa pukulan,
penghancuran, penekukan, penarikan berlebihan. Bila terkena kekuatan
langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak
juga rusak.
2. Kekerasan Tidak Langsung menyebabakan tulang patah di tempat yang
jauh dari tempat terjdinya kecelakaan atau kekerasan, dan biasanya yang
patah adalah bagian yang lemah jalur hantaman vektor kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot patah tulang oleh karena yang jarang terjadi.
B) Faktor presdiposisi
1. Faktor entrinstik merupakan adanya gaya dari luar yang bereaksi pada
tulang serta tergantung dari besarnya, waktu atau lamanya dan arah gaya
tersebut dapat menyebabkan patah tulang.
2. Faktor Intrinsik merupakan beberapa sifat penting dari tulang yang
menentukan daya tahan timbulnya fraktur, yakni kapasitas absorbsi dari
sendi, daya elastisitas, daya terhadap kelelahan dan aktivitas atau
kepadatan, usia lanjut (Ivones, 2011).
7. Manifestasi Klinis
Menurut Sujana dan Mahardika (2016) manifestasi fraktur secara umum
tampak dengan dilakukan pemeriksaan look, feel dan move :
1. Look dengan cara melihat edema atau pembengkakan, deformitas atau
perubahan bentuk, echimosis karena ekstravasasi darah dalam jaringan
subkutan.
2. Feel dengan cara meraba atau merasakan. pada daerah fraktur karena terjadi
peningkatan metabolism yang membuat kulit terasa hangat, nyeri karena
spasme otot akibat reflek involunter pada otot, trauma langsung pada
jaringan, peningkatan tekanan pada saraf sensori, pergerakan pada daerah
fraktur.
3. Move: kehilangan fungsi dan krepitasi.
Adapun manifestasi klinis fraktur vertebrae pada cervical yaitu:
1. C1 – C3 : gangguan fungsi diafragma dalam bernapas.
2. C4 : gangguan fungsi biceps dan lengan atas.
3. C5: gangguan fungsi tangan dan pergelangan tangan.
4. C6: gangguan fungsi tangan secara komplit.
5. C7: gangguan fungsi jari serta otot trisep.
8. Patofisiologi
Apabila tulang hidup normal dan mendapat kekerasan yang cukup
menyebabkan patah, maka sel-sel tulang akan mati. Perdarahan biasanya terjadi
disekitar tempat patah dan kedalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut.
Jaringan lunak biasanya juga mengalami kerusakan. Reaksi peradangan hebat
timbul setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mati berakumulasi
menyebabkan peningkatan aliran darah di tempat tersebut.Fagositosis dan
pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk bekuan fibrin
(hematom fraktur) dan berfungsi sebagai jalan untuk melekatnya sel-sel baru.
Aktifitas osteoblas segera terangsang dan membentuk tulang baru imatur yang
disebut kalus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru secara perlahan
lahan mengalami remodeling untuk tulang sejati. Tulang sejati menggantikan
kalus dan secara perlahan mengalami kalsifikasi. Penyembuhan memerlukan
beberapa minggu sampai beberapa bulan (Apley, 2009 dalam Wibowo, 2015).
Clinical Pathway
Fraktur
Servikal
Kerusakan Kerusakan
Pengarus pada otot
nervus tulang servikal
Kerusakan atlanto- Kerusakan nafas (intercosta,
oksipitalis batang otak frenikus parasternal,scalenus)
Penjepitan dan otot abdominal
medulla spinalis (diafragma, trazius
Hilangnya inervasi oleh legamentum
Ketidakmampuan Gangguan proctalis mayor)
otot pernapasan flavum posterior
menggerakkan regulasi pusat
aksesori dan
kepala pernafasan
interkosta
Kompresi Pola Nafas
material diskus Tidak Efektif
Penurunan anterior
Kerusakan Gagguan compliance
Mobilitas Fisik Ventilasi paru
Spontan Stimulasi
pelepasan
mediator kimia
Gangguan refluks Pola Nafas
gastrointestinal Tidak Efektif Kerusakan
myelin dan
akson
Resiko
Kebutuhan
Aspirasi Gangguan saraf
penggunaan
ventilator sensorik dan
motorik
Resiko Pemasangan
Infeksi intubasi atau Kerusakan
trakeostomi mobilitas fisik
Imobilitas Defisit
Kerusakan Ketidakefektifan lama Perawatan Diri
Komunikasi bersihan jalan
Verbal nafas
Resiko
Infeksi
9. Komplikasi
Menurut Emma (2011), komplikasi pada trauma servikal adalah :
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan SDKI diagnosa keperawatan pada pasien dengan fraktur vertebra
antara lain:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik ditandai dengan perubahan
selera makan, perubahan pada parameter fisiologis, diaphoresis, perilaku
distraksi, perilaku ekspresif, ekspresi wajah nyeri, sikap melindungi area
nyeri, laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas, keluhan tentang
intensitas menggunakan standar skala nyeri dan keluhan tentang karakteristik
nyeri dengan menggunakan standar instrumen nyeri.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Kerusakan nervus frenikus.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akibat kerusakan
integritas struktur tulang ditandai dengan penurunan keterampilan motoric
halus dan motoric kasar, penurunan rentang gerak, kesulitan membolakbalik
posisi, instabilitas postur.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan akibat gangguan
muskuloskeletal ditandai dengan ketidakmampuan mengakses kamar mandi,
ketidakmampuan menjangkau sumber air, ketidakmampuan membasuh tubuh.
5. Gangguan intergritas kulit/ jaringan berhubungan dengan Laserasi kulit akibat
trauma.
6. Risiko Dekubitus berhubungan dengan imobilitas yang lama.
7. Risiko infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.
3. Intervensi Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Edukasi Manajemen Nyeri (I.12391)
Pengalaman sensoris atau emosional 12 jam jam, nyeri akut pada pasien dapat - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
yang berkaitan dengan kerusakan teratasi, dengan kriteria hasil: menerima informasi
jaringan aktualatau fungsional dengan - Sediakan materi dan media pendidikan
onset mendadak atau lambat dan No Indikator 1 2 3 4 5 kesehatan
berintensitas ringan hingga berat 1 Nyeri waktu √ - Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
berlangsung kurang dari 3 bulan. berkurang kesepakatan
Penyebab - Berikan kesempatan untuk bertanya
Agen cedara fisiologi 2 Pasien √ - Jelaskan penyebab, peride, dan strategi
( inflamsi,iskemia, neoplasma Agen menunjukkan meredakan nyeri
pencedera kimiawi (terbakar, bahan tanda-tanda - Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
kimia iritan) Agen Pencedera fisik kenyamanan / - Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
(abses, amputasi, terbakar, terpotong, tidak ada nyeri mengurang nyeri
mengankata berat, prosedur operasi, 3 Tanda-tanda √ Manajemen nyeri (I.08238)
trauma, latihan fisik) vital normal - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Gejala dan Tanda Mayor frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
Subjektif Keterangan - Identifikasi skala nyeri
- Mengeluh nyeri 1. Menurun - Identifikasi respon nyeri non verbal
Objektif 2. Cukup menurun - Identifikasi factor yang memperberat
- Tampak meringis 3. Sedang atau memperingan nyeri
- Bersikap proteksi 4. Cukup meningkat - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
- Gelisah 5. Meningkat hidup
- Nadi meningkat - Monitor efek samping pemberian
- Sulit tidur analgesic
Gejala dan Tanda Minor Objektif - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
- Tekanan darah meningkat dalam pemilihan strategi meredakan
- Pola nafas berubah nyeri Kolaborasi pemberian analgetik,
- Nafsu makan berubah jika perlu
- Proses berpikir tergangg
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
2. Pola Nafas Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen jalan nafas
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak ... x 24 jam, pola nafas tidak efektif pada pasien - Monitor pola nafas
memberikan ventilasi adekuat dapat teratasi, dengan kriteria hasil: - Monitor bunyi nafas tambahan
Penyebab - Monitor sputum
- Depresi pusat pernapasan No Indikator 1 2 3 4 5 - Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Hambatan upaya nafas 1 Tekanan √ - Posisikan semi-fowler atau fowler
- Deformitas dinding dada ekspirasi dan - Berikan minum hangat
- Deformitas tulang dada Inspirasi - Lakukan fisioterapi dada bila perlu
- Gangguan neuromuscular - Lakukan penghisapan lender
- Gangguan neurologis 2 Ventialsi √ - Ajarkan teknik batuk efektif
- Penurunan energy semenit - Kolaborasi bronkodilator, ekspetoran,
- Obesitas 3 Kapasitas vital √ mukolitik, jika perlu Pemantauan
- Posisi yang menghambat ekspansi Respirasi
paru - Monitor pola nafas
- Sindrom hipoventilasi - Monitor kemampuan batuk efektif
- Kerusakan inervasi diagfragma Keterangan - Monitor adanya sputum
(kerusakan saraf C5 keatas) 1. Menurun - Monitr adanya sumbatan jalan nafas
- Cedera pada medula spinalis 2. Cukup menurun - Monitor nilai AGD Monitor hasil x-ray
- Efek agen farmakologi 3. Sedang thoraks
- Kecemasan 4. Cukup meningkat
Gejala dan Tanda Mayor 5. Meningkat
Subjektif
- Dispnea Objektif
- Penggunaan otot bantu pernafasan No Indikator 1 2 3 4 5
- Fase ekspirasi memanjang 1 Dispnea √
- Pola nafas abnormal
Gejalan dan Tanda Minor 2 Pemanjangan √
Subjektif fase ekspirasi
- Ortopnea Objektif 3 Pernafasan √
- Pernapasan pursed-lip cuping hidung
- Pernapasan cuping hidung
- Ventilasi semenit menurun
- Kapasitas vital menurun Keterangan
- Tekanan ekspirasi dan inspirasi 1. Meningkat
menurun 2. Cukup meningkat
- Ekskursi dada berubah 3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
3. Gangguan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Dukungan Ambulasi
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari 3x24 jam, gangguan mobilitas fisik pada pasien - Sediakan tempat tidur yang rendah
satu atau lebih ekstremitas secara dapat teratasi, dengan kriteria hasil: dan sesuai
mandiri - Bantu pasien untuk duduk di sisi
Penyebab No Indikator 1 2 3 4 5 tempat tidur untuk memfasilitasi
- Kerusakan integritas strukter tulang 1 Penggerakan √ penyesuaian sikap tubuh
- Perubahan metabolisme Ekstremitas - Bantu pasien untuk perpindahan,
- Ketidakbugaran fisik sesuai kebutuhan
- Penurunan kendali otot 2 Kekuatan otot √ - Instruksikan pasien mengenai
- Penurunann massa otot 3 Rentang gerak √ pemindahan dan teknik ambulasi yang
- Penurunan kekuatan otott (ROM) aman
- Keterlambatan perkembangan - Monitor penggunaan kruk atau alat
- Kekakuan sendi – Kontraktur Keterangan bantu berjalan lainnya Dukungan
- Malnutrisi 1. Menurun Mobilitasi
- Gangguan musculoskeletal 2. Cukup menurun - Tentukan batasan pergerakan sendi
- Gangguan naeuromuskular 3. Sedang dan efeknya terhadap sendi
- Efek agen farmakologis 4. Cukup meningkat - elaskan pada klien dan keluarga
- Nyeri 5. Meningkat mengenai manfaat dan tujuan
- Kecemasan melakukan latiha n sendi
- Kurang terpapapr informasi tentang - Instruksikan klien/keluarga cara
aktivitas fisik melakukan latihan ROM aktif atau
- Gangguan kognitif pasif.
- Gangguan sensoripersepsi - Monitor lokasi dan kecenderungan
adanya nyeri.
Gejala dan Tanda Mayor - Pakaikan baju yang tidak menghambat
Subjektif
- Mengeluh sulit menggerakkan pergerakan pasien
ektremitas Objektifitas
- Kekuatan otot menurun
- Rentan gerak (ROM) menurun
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
- Nyeri saat bergerak
- nggan melakukan pergerakan
- Meras cemas saat bergerak
Objektif
- Sendi kaku
- Gerakan tidak terkoordinasi
- Gerakan terbatas
- Fisik lemah
4. Gangguan Integritas kulit Kerusakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan .. x 24 Perawatan Luka:
kulit atau jaringan jam, Kerusakan integritas kulit dapat teratasi, - Monitor karakteristik luka, termasuk
Penyebab dengan kriteria hasil: drainase, warna, ukuran, dan bau.
- Perubahan sirkulasi Integritas kulit dan jaringan - Ukur luas luka yang sesuai
- Perubahan status mental - Singkirkan benda-benda yang
- Kekuranagn atau kelebihan volume No Indikator 1 2 3 4 5 tertanam pada luka
cairan 1 Elastisitas √ - Berikan perawatan luka yang sesuai
- Penurunan mobilitas - Berikan perawatan ulkus pada kulit
- Efek samping radiasi 2 Perfusi Jaringan √ yang diperlukan
- Neoropati perifer Keterangan - Oleskan salep yang sesuai dengan luka
- Perubahan pigemsitas 1. Menurun atau lesi
- Perubahan hormonal 2. Cukup menurun - Berikan balutan yang sesuai dengan
- Kurang terpapar informasi tentang 3. Sedang luka jika diperlukan
upaya mempertahankan / 4. Cukup meningkat - Pertahankan teknik balutan steril
melindungi integritas jaringan 5. Meningkat ketika melakukan perawatan luka
Gejala dan tanda Mayor dengan tepat
Objektif No Indikator 1 2 3 4 5 - Ganti balutan sesuai dengan jumlah
- Kerusakan jaringan atau lapisan 1 Kerusakan √ eksudat dan drainase
kulit jaringan - Periksa luka setiap kali perubahan
Gejala dan Tanda Minor luka
Objektif 2 Kerusakan √ - Anjurkan pasien dan keluarga pada
- Nyeri Pendarahan lapisan kulit prosedur perawatan luka
- Kemerahan 3 Nyeri √ - Anjurkan pasien dan keluarga
- Hematoma mengenali tanda dan gejala infeksi
4 Nekrosis √ - Dokumentasi lokasi luka, ukuran,
Keterangan tampilan
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
6. Defisit Perawatan diri Setelah dilakukan tindakan keperawatam Dukungan perawatan diri
Ketidakmampuan melakukan atau selama ...x24 jam dewatan diri teratasi dengan - Identifikasi kebiasaan perawatn diri
menyelesaikan aktivitas perawatan diri kriteria hasil: - Monitor tingkat kemandirian
Penyebab Perawatan Diri - Sediakan lingkungan terapeutik
- Gangguan musculoskeletal - Siapkan keperluan pribadi
- Gangguan neoromuskuler No Indikator 1 2 3 4 5 - Identifikasi kebutuhan alat kebersihan
- Kelemahan 1, Kemampuan √ diri
- Gangguan psikologi atau psikotik mengenakan - Damping dalam melakukan
- Penurunan motivasi atau minat pakaian peraawatan diri
Gejala dan Tanda Mayor - Fasilitasi kemandirian
Subjektif 2. Kemampuan √ - Anjurkan melakukan melaakukan
- Menolak melakukan perawatan diri toilet perawatan diri secara konsisten dan
Objektif 3. Kemampan √ sesuai kemampuan
7. Resiko Sindrom Disuse Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen energi
Keadaan individu yang beresiko .. x24 jam, Resiko Sindrom disuse pada pasien - Pantau asupan nutrisi - Pantau respon
terhadap memburuknya sistem tubuh dapat teratasi, dengan kriteria hasil: oksgenasi
sebagai akibat ketidakaktifan Imobilitas: - Tentukan berpa banyak aktifitas yang
muskuloskeletal baik yang seharusnya dibutuhkan
dilakukan maupun yang tidak dapat No Indikator 1 2 3 4 5 - Ajarkan pengaturan aktifitas
dihindar. 1, Kekuatan otot √ - Hindari aktivitas yang berlebihan
Faktor resiko - Dukung aktifitas fisik (ambulasi dan
Subjektif 2. Status nutrisi √ aktifitas shari -hari)
- Nyeri hebat 3. Pergerakan √
Objektif sendi
- Perubahan tingkatkesadaran
Imobilisasi mekanis Paralisis
Kearusan untuk imobilisasi. Keterangan
1. Sangat berat
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada gangguan
5. Evaluasi Keperawatan