Anda di halaman 1dari 2

BAHAN KHOTBAH JKI HOME

28 MARET 2021
DOA (Mzm. 142:2-5), (1 Sam. 22:2)

Sorry, Salah Sambung . . .

Secanggih-canggihnya sistem telepon, salah sambung masih dapat terjadi, kalau penelepon
menekan nomor yang keliru. Karena itu ucapan: "Sorry, salah sambung", adalah bagian yang
boleh dianggap wajar dalam dunia telekomunikasi. Dalam kehidupan doa, agaknya, orang
pun dapat merasa salah sambung. Mintanya ini, dapat itu.

Ketika Daud berada dalam pelarian karena ancaman Saul, ia bersembunyi seorang diri di gua
dan di hutan. Dapat dimengerti bahwa Daud merasa sepi, cemas dan tak menentu.

Dalam doanya ia berkata,


“Dengan nyaring aku berseru-seru kepada Tuhan, dengan nyaring aku memohon kepada
Tuhan. Aku mencurahkan keluhanku ke hadapan-Nya, kesesakanku kuberitahukan ke
hadapan-Nya. Ketika semangatku lemah lesu di dalam diriku, Engkaulah yang mengetahui
jalanku. Di jalan yang harus ku tempuh, dengan sembunyi mereka memasang jerat terhadap
aku" (Mzm. 142:2-4).

Selanjutnya ia mengeluh, "Tidak ada seorang pun yang menghiraukan aku, tempat pelarian
bagiku telah hilang, tidak ada seorang pun yang mencari aku" (Mzm. 142:5). Jadi, ia meminta
Tuhan mengirimkan orang-orang yang dapat memberi perhatian kepadanya.

Apa yang kemudian terjadi? Banyak orang datang kepadanya. Tetapi mereka bukanlah orang-
orang yang dapat memberi perhatian. Sebaliknya, mereka adalah orang-orang yang
membutuhkan perhatian. Mereka adalah orang-orang yang justru berada dalam kesukaran.
Mereka datang meminta pertolongan Daud (1 Sam. 22:2).

Dapat dibayangkan bahwa Daud menjadi heran. la berpikir, Tuhan salah kirim. la minta
didatangi orang-orang yang dapat memberi perhatian kepadanya. Tetapi yang Tuhan kirim
malah sebaliknya. Daud seakan-akan berkata, "Ini salah sambung."

Apakah itu benar salah sambung? Sebenarnya tidak. Tuhan sengaja mengirimkan orang-
orang yang sedang dalam kesukaran kepada Daud, supaya Daud menjadi sibuk menolong
mereka.

Dan benar saja, Daud menjadi sibuk. Karena ia sibuk, tidak ada lagi waktu baginya untuk
melamun, mengeluh dan meratapi nasibnya. Dalam kesibukannya menolong, ia melihat
kembali misi hidupnya.

Dalam doa, manusia meminta kepada Tuhan. Namun, cara Tuhan mengabulkan permintaan
itu tidaklah selalu sesuai dengan apa yang kita bayangkan. Sehingga mungkin kita mengira
telah terjadi salah sambung.

Di dalam kebebasan-Nya, Tuhan dapat saja mengabulkan doa dengan cara yang sama sekali
berbeda. Bahkan mungkin dengan cara yang bertentangan. Pada waktu kita meminta
kesembuhan, mungkin yang Tuhan berikan adalah kekuatan menghadapi kenyataan bahwa
kita harus hidup dengan mengidap penyakit itu. Pada waktu kita meminta sesuatu, mungkin
Tuhan membuka kesempatan supaya kita malah menyumbangkan sesuatu.

Dengan demikian, yang Tuhan berikan itu adalah justru apa yang kita butuhkan. Walaupun
bukan itu yang kita inginkan, tetapi itulah kebutuhan kita yang sesungguhnya. Antara apa
yang kita inginkan dengan apa yang kita perlukan boleh jadi ada perbedaan yang besar.
Dalam hubungan inilah kita dapat belajar memahami ucapan Yesus: “"Bapamu mengetahui
apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya” (Mat. 6:8).

Anda mungkin juga menyukai