Anda di halaman 1dari 10

Medan, 30 November- 03 Desember 2018 APPPTMA KE-8

Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Badan Pada


KPP Pratama Medan Barat
1Dwi Pertiwi Anggraini, 2Muhyarsyah, 3Syafrida Hani
1)
Mahasiswa Magister Akuntansi, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
2,3)
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Medan, Indonesia
dwipertiwi62@gmail.com

Abstrak — Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pelayanan fiskus yang berkualitas merupakan harapan
pengaruh pengetahuan dan pemahaman perpajakan, yang sangat didambakan oleh wajib pajak. Selama ini
kualitas pelayanan fiskus, sanksi pajak dan kondisi banyak wajib pajak yang berpersepsi negatif pada aparat
keuangan terhadap kepatuhan wajib pajak badan di pajak yang terlihat pada rendahnya pelayanan pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
wajib pajak. Apabila kualitas pelayanan fiskus sangat baik
Penelitian ini dilakukan terhadap Wajib Pajak Badan
yang terdaftar di KPP Medan Barat per 31 Januari maka persepsi wajib pajak terhadap pelayanan akan
2017 dengan sampel sejumlah 98 responden. Metode meningkat (Winerungan, 2013).
pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sisilia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan
(2016), pelayanan fiskus berpengaruh dan signifikan
maupun parsial variabel pengetahuan dan
pemahaman perpajakan, kualitas pelayanan fiskus, terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Medan
sanksi pajak dan kondisi keuangan berpengaruh Petisah. Seorang wajib pajak akan memenuhi kewajiban
positif terhadap kepatuhan wajib pajak badan. perpajakannya bila memandang bahwa sanksi
perpajakan akan lebih banyak merugikannya. Sanksi
Kata Kunci — pengetahuan dan pemahaman pajak, perpajakan juga diharapkan dapat meningkatkan
kualitas pelayanan fiskus, sanksi pajak, kondisi kepatuhan wajib pajak yang akan berdampak pada
keuangan perusahaan dan kepatuhan wajib pajak. tingginya penerimaan pajak. Sanksi perpajakan
I. PENDAHULUAN merupakan jaminan bahwa ketentuan perundangan –
undangan akan dituruti, ditaati, dipatuhi dengan kata lain
Latar Belakang Masalah sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib
Kepatuhan pajak merupakan masalah klasik yang pajak tidak melanggar norma-norma perpajakannya
dihadapi dihampir semua negara yang menganut sistem (Mardiasmo, 2011). Namun kenyataannya menurut
perpajakan (Hutagaol, 2007). Menurut penelitian yang Dirjen Pajak masih lemahnya penegakan hukum
dilakukan oleh Harinurdin (2014) kepatuhan merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan
masyarakat untuk melaksanakan kewajiban perpajakan tingkat kepatuhan wajib pajak di Indonesia masih
masih rendah. Penyebab utama perilaku ketidakpatuhan rendah disamping kurangnya kesadaran wajib pajak
dalam melaksanakan kewajiban perpajakan ini dalam membayar pajak.
disebabkan masyarakat atau wajib pajak mengalami Dalam penelitian ini selain variabel pengetahuan
kesulitan dalam memahami administrasi perpajakan. pajak, kualitas pelayanan fiskus, dan sanksi pajak; kondisi
Dirjen Pajak menyatakan kesadaran untuk memenuhi keuangan perusahaan juga akan digunakan sebagai
kewajiban pajak timbul bila masyarakat memiliki variabel. Kondisi keuangan adalah kemampuan
pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai keuangan perusahaan yang dapat dilihat dari tingkat
perpajakan. Dalam kaitannya dengan pajak, pengetahuan profitabilitas (Saraswati, 2012). Kondisi keuangan dapat
pajak merupakan pengetahuan mengenai konsep didefinisikan dengan kemampuan keuangan perusahaan
ketentuan umum di bidang perpajakan, jenis pajak yang yang tercermin dari tingkat profitabilitas (profitability)
berlaku di Indonesia mulai dari subjek pajak, objek dan arus kas (cash flow) (Laksono, 2011).
pajak, tarif pajak, perhitungan pajak terhutang,
pencatatan pajak terutang sampai dengan bagaimana Hasil penelitian dari Slemlord (1992), Bradley
pengisian laporan pajak (Pertiwi, 2017). Pemahaman (1994), dalam Siahaan (2005) menemukan bahwa
dan kesadaran masyarakat Indonesia untuk patuh profitabilitas perusahaan telah terbukti merupakan salah
membayar pajak masih minim. Hal ini karena satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan perusahaan
pengetahuan mengenai pajak yang diperoleh masyarakat dalam mematuhi peraturan perpajakan karena
belum optimal (Saraswati, 2012). profitabilitas akan menekan perusahaan untuk
melaporkan pajaknya. Perusahaan dengan profitabilitas
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Muchsin rendah pada umumnya mengalami kesulitan keuangan
Ichsan (2013), pengetahuan Wajib Pajak berpengaruh (financial difficulty) dan cenderung melakukan
signifikan positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak Badan ketidakpatuhan pajak (Prayatni, 2016).
di Kota Padang. Selain dari pengetahuan dan
pemahaman perpajakan, yang dapat meningkatkan Tingkat kepatuhan wajib pajak badan tahun
kepatuhan wajib pajak adalah kualitas pelayanan fiskus. 2016 berdasarkan informasi yang diperoleh dari

1 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 8


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah’ Aisyiah (APPPTMA)
ISBN: 978-623-90018-0-3
Medan, 30 November- 03 Desember 2018 APPPTMA KE-8

Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian 2. Apakah pelayanan fiskus berpengaruh terhadap
Keuangan, masih rendah. Rasio kepatuhan wajib pajak kepatuhan wajib pajak badan pada KPP Pratama
badan masih di bawah target, yakni dari 1,47 juta wajib Medan Barat ?
pajak badan yang terdaftar wajib lapor SPT hanya 3. Apakah sanksi pajak berpengaruh terhadap
664.000 atau 45% dari jumlah tersebut. Kondisi yang kepatuhan wajib pajak badan pada KPP Pratama
sama juga dialami oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat ?
Medan Barat, dilihat dari penerimaan pajak penghasilan 4. Apakah kondisi keuangan perusahaan berpengaruh
badan tahun 2016 mengalami penurunan. Sebelumnya terhadap kepatuhan wajib pajak badan pada KPP
pada tahun 2015 penerimaan pajak penghasilan badan Medan Barat ?
sebesar Rp. 59.232.535.886, turun menjadi Rp. 5. Apakah pengetahuan perpajakan, pelayanan fiskus,
33.647.408.299. Penurunan penerimaan pajak sanksi pajak dan kondisi keuangan perusahaan,
disebabkan masih rendahnya tingkat kepatuhan wajib berpengaruh secara bersama-sama terhadap
pajak. Tingkat kepatuhan yang diukur dari kepatuhan wajib pajak badan pada KPP Pratama
perbandingan jumlah wajib pajak badan yang Medan Barat ?
melaporkan SPT dengan jumlah WP badan yang
terdaftar. Hal ini terlihat dari tabel berikut. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
Tabel I.1 penelitian ini adalah sebagai berikut :
Jumlah WP Badan Terdaftar Dan Jumlah a. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh
Pelaporan SPT Tahunan Kantor Pelayanan pengetahuan dan pemahaman perpajakan
Pajak Pratama Medan Barat Tahun 2012 – 2017 berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak badan
uha pada KPP Pratama Medan Barat.
b. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh
pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak badan pada KPP Pratama Medan Barat.
c. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh sanksi
pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
badan pada KPP Pratama Medan Barat.
d. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh kondisi
keuangan perusahaan berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak badan pada KPP Pratama
Medan Barat.
e. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh
Sumber data: KPP Pratama Medan Barat, (2018) pengetahuan dan pemahaman perpajakan,
pelayanan fiskus, sanksi pajak dan kondisi keuangan
perusahaan, berpengaruh secara bersama-sama
Berdasarkan tabel di atas seharusnya terhadap kepatuhan wajib pajak badan pada KPP
pertumbuhan jumlah wajib pajak berdampak pada Pratama Medan Barat.
peningkatan kepatuhan wajib pajak. Namun hal
tersebut tidak sesuai dengan kenyataannya karena Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
pertumbuhan jumlah wajib pajak tersebut tidak diiringi pengetahuan dan memberikan sumbangan berupa
dengan peningkatan WP yang melaporkan SPT. Dari pengembangan ilmu yang berkaitan dengan kepatuhan
tahun 2012 hingga tahun 2017 persentase kepatuhan wajib pajak badan. Penelitian ini juga dapat bermanfaat
wajib pajak badan cenderung mengalami penurunan untuk referensi penelitian sejenis untuk dikembangkan
dengan total pertumbuhan -1,70. Berarti peningkatan lebih lanjut dan memberikan sumbangan konseptual
jumlah wajib pajak yang terdaftar belum dapat dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan untuk
meningkatkan jumlah SPT Tahunan. perkembangan dan kemajuan dunia Pendidikan. Serta
dapat menambah pengetahuan dan memberikan
pengembangan ilmu yang berkaitan tentang kepatuhan
wajib pajak badan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka
dapat diketahui rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: Kajian Pustaka
1. Apakah pengetahuan dan pemahaman perpajakan
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak badan Menurut Keputusan Menteri Keuangan No.
pada KPP Pratama Medan Barat ? 554/KMK.04/2000 sttd KMK No. 235/KMK.03/2003
menyatakan bahwa :

2 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 8


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah’ Aisyiah (APPPTMA)
ISBN: 978-623-90018-0-3
Medan, 30 November- 03 Desember 2018 APPPTMA KE-8

“Kepatuhan perpajakan adalah tindakan Wajib Pajak 1) Behavioral beliefs, yaitu keyakinan individu akan hasil
dalam pemenuhan kewajiba perpajakannya sesuai dari suatu perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan (beliefs strength and outcome evaluation).
peraturan pelaksananaan perpajakan yang berlaku
2) Normative beliefs, yaitu keyakinan tentang harapan
dalam Negara”.
normatif orang lain dan motivasi untuk memenuhi
Dasar hukum yang digunakan untuk harapan tersebut (normative beliefs and motivation to
menetapkan Wajib Pajak Patuh adalah sebagai berikut : comply).
a. Pasal 17C Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000.
3) Control beliefs, yaitu keyakinan tentang keberadaan
b. Keputusan Menteri Keuangan No.
hal-hal yang mendukung atau menghambat perilaku
544/KMK.04/2000 Jo 235/KMK.03/2003.
yang akan ditampilkan (control beliefs) dan
c. Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-550/PJ./2000 Jo.
persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang
KEP-213/PJ/2003.
mendukung dan menghambat perilakunya tersebut
d. Surat Edaran Dirjen Pajak No. 5E-13/PJ.331/2003.
(perceived power).
Salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan
peraturan perundangan perpajakan adalah Pengaruh Pengetahuan Dan Pemahaman
meningkatnya tingkat pemahaman wajib pajak akan hak Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib
dan kewajibannya sehingga tingkat kepatuhan Pajak Badan.
membayar pajak juga akan meningkat dan
Rahayu (2010) menyatakan bahwa tingkat
penghimpunan dana lewat pajak bagi penyelenggara
pengetahuan pajak masyarakat yang memadai akan
pemerintahan dan kenegaraan dapat lebih optimal.
mudah bagi wajib pajak untuk patuh pada peraturan
Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah
perpajakan. Sementara itu Fallan (1999) yang
dengan menyebarluaskan peraturan perundang-
dikutip Rahayu (2010) menyatakan bahwa
undangan perpajakan beserta sistem dan prosedurnya
memberikan kajian pentingnya aspek pengetahuan
kepada masyarakat (Hani.S, 2010).
perpajakan bagi wajib pajak sangat mempengaruhi
Kepatuhan pajak badan adalah kepatuhan tax sikap pajak terhadap sistem perpajakan yang adil.
professional dalam memenuhi kewajiban perpajakan Dengan pengetahuan yang semakin baik akan
perusahaan. Penelitian Brown dan Mazur (2003) dalam memberikan sikap memenuhi kewajiban dengan
Arsyad (2013) mengukur kepatuhan pajak dengan 3 benar melalui adanya sistem perpajakan suatu
pengukuran yaitu : negara yang dianggap adil. Dengan mengutamakan
kepentingan negara di atas kepentingan pribadi
a. Kepatuhan penyerahan SPT (filing compliance).
akan memberi keikhlasan masyarakat untuk patuh
Kepatuhan dalam penyerahan SPT didasarkan atas
dalam kewajiban perpajakannya
ketepatan dalam pembayaran tidak melebihi dari
Apabila masyarakat memiliki pengetahuan
ketentuan yang sudah ditentukan kantor pajak.
yang cukup yang diperoleh karena memiliki tingkat
b. Kepatuhan pembayaran (payment compliance).
pendidikan yang tinggi tentunya juga akan dapat
Kepatuhan dalam pembayaran didasarkan atas
memahami bahwa dengan tidak memenuhi
ketepatan dalam nilai dan besaran yang harus
peraturan maka akan menerima sanksi baik sanksi
dibayar dan waktu pembayaran.
administrasi maupun pidana fiskal maka akan
c. Kepatuhan pelaporan (reporting compliance).
diwujudkan masyarakat yang sadar pajak dan mau
Kepatuhan dalam pelaporan didasarkan atas
memenuhi kewajiban perpajakannya. Sehingga
ketepatan dalam waktu pelaporan nilai pajak yang
hipotesis mengenai pengaruh pengetahuan dan
harus dibayarkan ke kantor pajak.
pemahaman perpajakan terhadap kepatuhan wajib
Menurut Mustikasari (2007) dalam Muhammad pajak badan adalah sebagai berikut:
Arsyad (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi H1: Pengetahuan dan pemahaman perpajakan
kepatuhan wajib pajak termasuk ke dalam model berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
Theory of Planned Behavior (TPB) terhadap kepatuhan badan.
wajib pajak badan dengan responden tax professional
diantaranya adalah sikap terhadap niat berperilaku, Pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus
norma subyektif, kewajiban moral, kontrol Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan.
keperilakuan yang dipersepsikan, persepsi kondisi
Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
keuangan, persepsi faslilitas perusahaan dan persepsi
kewajibannya membayar pajak tergantung pada
iklim organisasi.
bagaimana petugas pajak memberikan mutu
Dalam Theory of Planned Behavior (TPB) perilaku pelayanan yang terbaik kepada wajib pajak. Tingkat
yang ditampilkan oleh individu timbul karena adanya keberhasilan penerimaan pajak selain dipengaruhi
niat untuk berperilaku. Sedangkan munculnya niat oleh Tax Payer juga dipengaruhi oleh Tax Policy,
berperilaku ditentukan oleh 3 faktor penentu yaitu: Tax Law dan Tax Administration (Prastiantono,
1994). Ketiga faktor ini melekat dan dikendalikan

3 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 8


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah’ Aisyiah (APPPTMA)
ISBN: 978-623-90018-0-3
Medan, 30 November- 03 Desember 2018 APPPTMA KE-8

oleh fiskus itu sendiri, sedangkan faktor Tax Payer Pengaruh Pengetahuan dan Pemahaman
didominasi dari dalam diri wajib pajak itu sendiri. Perpajakan, Kualitas Pelayanan Fiskus,
Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi Sanksi pajak, Dan Kondisi Keuangan
kewajibannya membayar pajak tergantung pada Perusahaan Terhadap Kepatuhan Wajib
bagaimana petugas pajak memberikan mutu Pajak Badan.
pelayanan yang terbaik kepada wajib pajak. Selama
Perpajakan merupakan salah satu instrumen
ini peranan yang fiskus miliki lebih banyak pada
kebijakan skal yang dinamis, penerapannya harus
peran seorang pemeriksa. Padahal untuk menjaga
senantiasa mengikuti dinamika perekonomian, baik
agar wajib pajak tetap patuh terhadap kewajiban
domestik maupun internasional (Rosdiana, 2006).
perpajakannya dibutuhkan peran yang lebih dari
Mengingat adanya dua fungsi yang melekat pada
sekedar pemeriksa (Panggabean, 2002). Sehingga
pajak (budgetair dan regulerend), maka dalam
hipotesis mengenai pengaruh kualitas pelayanan
pemungutan pajak bukan hanya ditujukan untuk
fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak badan adalah
menjaga dan meningkatkan momentum
sebagai berikut:
pertumbuhan ekonomi, juga menggenjot
H2: Kualitas Pelayanan Fiskus berpengaruh terhadap
penerimaan negara. Oleh karena itu,setiap tahun
kepatuhan wajib pajak badan.
Dirjen Pajak dituntut untuk selalu meningkatkan
penerimaan dari sektor pajak sejalan dengan
Pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus
meningkatnya kebutuhan dana untuk pembangunan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan.
(Rahayu, 2007).
Mardiasmo (2011) menyatakan bahwa sanksi
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Muchsin
perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan
Ichsan (2013), pengetahuan Wajib Pajak
perundang undangan perpajakan (norma
berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan
perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi.
Wajib Pajak Badan di Kota Padang. Penelitian yang
Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu (2006)
dilakukan oleh Mariska Sisilia (2016), pelayanan
menyatakan bahwa “sanksi perpajakan terdiri dari
fiskus berpengaruh dan signifikan terhadap
sanksi administrasi dan sanksi pidana, sanksi
kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Medan
administrasi dapat dijatuhkan apabila wajib pajak
Petisah. Menurut Sri Fitrian Jayusman (2017) sanksi
melakukan pelaggaran terutama atas kewajiban
pajak berpengaruh dan signifikan terhadap
yang ditentukan dalam UU KUP dapat berupa
kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP
sanksi administrasi bunga, denda dan kenaikan
Pratama Medan Polonia. Sementara itu menurut
sedangkan sanksi pidana bisa berupa hukuman
Priyatni (2016) kondisi keuangan berpengaruh
kurungan dan hukuman penjara”. Oleh karena itu,
positif terhadap kepatuhan wajib pajak hotel di
hipotesis pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan
Dinas Pendapatan Kota Denpasar.
wajib pajak badan adalah sebagai berikut:
H3: Sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Dalam penentuan variabel-variabel bebas di
wajib pajak badan. atas dengan di dukung oleh teori-teori yang
dikemukakan dan penelitian yang dilakukan maka
Pengaruh Kondisi Keuangan terhadap dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap variabel
Kepatuhan Wajib Pajak Badan bebas di atas memiliki pengaruh yang cukup
Kondisi keuangan adalah kemampuan keuangan signifikan terhadap variabel terikat. Yaitu dalam
perusahaan yang dapat dilihat dari tingkat kepatuhan wajib pajak badan tidak dapat terlepas
profitabilitas (profitability) dan arus kas (cash flow). dari beberapa faktor-faktor yang dapat
Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang mempengaruhinya. Dan beberapa diantaranya yaitu
tinggi cenderung melaporkan pajaknya dengan jujur pengetahuan dan pemahaman perpajakan, kualitas
dari pada perusahaan yang mempunyai profitabilitas pelayanan fiskus, sanksi pajak dan kondisi keuangan
keuangan dan cenderung tidak patuh. Jika tax perusahaan akan meningkatkan kepatuhan wajib
professional (pelaksana perpajakan di perusahaan) pajak badan.
mempunyai persepsi bahwa profitabiilitas rendah H5: Pengetahuan Dan Pemahaman Perpajakan,
pada umumnya mengalami kesulitan keuangan Kualitas Pelayanan Fiskus, Sanksi Pajak, Kondisi
perusahaan maka tingkat kepatuhan rendah, jika Keuangan Perusahaan berpengaruh terhadap
kondisi baik, maka tax professional akan patuh kepatuhan wajib pajak badan.
dalam menjalankan kewajiban perpajakan
perusahaan yang di wakili (Elia Mustikasari,2007
dalam Hani.S, 2010). Oleh karena itu, hipotesis II. METODE PENELITIAN
pengaruh kondisi keuangan terhadap kepatuhan
wajib pajak badan adalah sebagai berikut: A. Paradigma Penelitian
H4: Kondisi keuangan berpengaruh terhadap Paradigma dalam penelitian ini adalah :
kepatuhan wajib pajak badan.

4 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 8


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah’ Aisyiah (APPPTMA)
ISBN: 978-623-90018-0-3
Medan, 30 November- 03 Desember 2018 APPPTMA KE-8

pelayanan fiskus, kuesioner sanksi pajak,


kuesioner kondisi keuangan perusahaan dan
kuesioner kepatuhan wajib pajak.
Kuesioner ini dibagikan kepada wajib pajak yang
menjadi sampel penelitian yang berada di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat,
dengan membubuhkan tanda checklist (√),
dengan jenis skala yang digunakan adalah skala
likert.
Gambar I. Paradigma Penelitian
c. Uji Instrumen Data
Sebelum instrumen penelitian dipakai dalam
B. Pendekatan Penelitian penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji validitas
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam dan reliabilitas.
penelitian ini adalah pendekatan asosiatif yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan 1) Uji Validitas
antara dua variabel atau lebih (Sujarweni, 2015). Uji validitas instrumen penelitian dilakukan
Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu untuk memastikan bahwa instrumen sebagai
teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, alat ukur yang digunakan untuk mengukur
meramalkan, dan mengontrol suatu gejala. (mendapatkan data) adalah valid. Prinsip
Pendekatan penelitian menggunakan jenis data validitas adalah kecermatan dan ketelitian.
kuantitatif yang didasari oleh pengujian teori yang Instrumen dinyatakan valid kalau mampu
disusun dari berbagai variabel, pengukuran yang mengungkapkan data dengan tepat dan juga
melibatkan angka-angka dan analisis dengan memberikan gambaran yang cermat
menggunakan prosedur statistik. mengenai data tersebut. Syarat minimum
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh yang harus dipenuhi agar kuesioner
wajib pajak badan yang terdaftar di Kantor Pelayanan dikatakan valid adalah lebih besar dari 0,361
Pajak Pratama Medan Barat per 1 Januari 2017 (Ghozali, 2009).
sebanyak 4.717 badan usaha atau perusahaan. Dengan Hasil uji validitas adalah sebagai berikut:
sampel sebanyak 98 perusahaan.
Tabel II.1
Hasil Uji Validitas
1. Teknik Pengumpulan Data Item pertanyaan r-hitung validitas r- Kesimpulan
a. Jenis Data Corrected tabel
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini Item-Total
adalah jenis data kuantitatif, yaitu data yang Correlation
Pengetahuan
berhubungan dengan angka-angka, yang datanya (X1)
diperoleh langsung dari Kantor Pelayanan Pajak Peng1 .379 0.36 Valid
Pratama Medan Barat yaitu jumlah Wajib Pajak Peng2 .601 0.36 Valid
Badan. Peng3 .406 0.36 Valid
Peng4 .394 0.36 Valid
b. Sumber Data
Peng5 .550 0.36 Valid
Ada dua sumber data yang digunakan dalam Kualitas Pelayanan Fiskus (X2)
penelitian ini, yaitu data primer dan data Fiskus1 .372 0.36 Valid
sekunder. Data primer yaitu data yang berasal Fiskus2 .672 0.36 Valid
langsung dari sumber data yang dikumpulkan Fiskus3 .368 0.36 Valid
Fiskus4 .474 0.36 Valid
secara khusus dan berhubungan langsung Fiskus5 .543 0.36 Valid
dengan permasalahan yang diteliti. Sumber data Sanksi (X3)
primer pada penelitian ini diperoleh langsung Sanksi1 .430 0.36 Valid
dari para Wajib Pajak badan. Data ini berupa Sanksi2 .635 0.36 Valid
Sanksi3 .379 0.36 Valid
kuesioner yang telah diisi oleh para wajib pajak Sanksi4 .432 0.36 Valid
yang menjadi responden terpilih dalam Sanksi5 .530 0.36 Valid
penelitian ini sementara data sekunder
diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kondisi Keuangan (X4)
Medan Barat yaitu jumlah Wajib Pajak badan Kondisi1 .412 0.36 Valid
Kondisi2 .635 0.36 Valid
dari tahun 2012-2017 serta jumlah SPT lapor Kondisi3 .368 0.36 Valid
dari tahun 2012-2017. Kondisi4 .458 0.36 Valid
Penelitian ini merupakan penelitian survey. Kondisi5 .555 0.36 Valid
Kuesioner penelitian ini disusun berdasarkan Kepatuhan WP (Y)
Patuh1 .494 0.36 Valid
masing-masing variabel sesuai dengan Patuh2 .704 0.36 Valid
indikatornya, sehingga terdapat lima kuesioner Patuh3 .531 0.36 Valid
dalam penelitian ini yaitu kuesioner Patuh4 .539 0.36 Valid
pengetahuan perpajakan, kuesioner kualitas Patuh5 .664 0.36 Valid

5 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 8


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah’ Aisyiah (APPPTMA)
ISBN: 978-623-90018-0-3
Medan, 30 November- 03 Desember 2018 APPPTMA KE-8
Patuh6 .494 0.36 Valid Gambaran data hasil tanggapan responden dapat
Patuh7 .704 0.36 Valid digunakan untuk memperkaya pembahasan, melalui
Patuh8 .531 0.36 Valid
Patuh9 .539 0.36 Valid gambaran data tanggapan responden dapat
Patuh10 .664 0.36 Valid diketahui bagaimana kondisi setiap indikator yang
Sumber : Hasil penelitian 2018 (data diolah) sedang diteliti.
2) Analisis Regresi Linier Berganda
Tabel II.1 memperlihatkan bahwa nilai r- Penelitian ini menggunakan analisis linier berganda.
hitung validitas ke-30 item pertanyaan adalah lebih Uji regresi berganda digunakan untuk menguji
besar dari r-tabel (0.36) sehingga dapat disimpulkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
bahwa ke-30 item pertanyaan adalah valid. Hubungan antar variabel tersebut dapat
digambarkan dengan persamaan sebagai berikut
2) Uji Reliabilitas (Sugiyono, 2009) :
Reliabilitas merupakan adanya ketepatan Y= a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4
data yang didapat dari waktu kewaktu. Dimana:
Reliabilitas berkenan dengan tingkat Y = Kepatuhan Wajib Pajak
keandalan suatu instrumen penelitian a = Konstanta
tersebut. Uji reliabilitas digunakan untuk β = Angka arah koefisien regresi
mengetahui apakah instrumen/indikator yang X1 = Pengetahuan Perpajakan
digunakan dapat dipercaya atau handal X2 = Kualitas Pelayanan Fiskus
sebagai alat ukur variabel. Dikatakan reliabel X3 = Sanksi Pajak
jika mempunyai nilai Cronbach Alpha di atas X4 = Kondisi Keuangan Perusahaan
0,6 (Uma Sekaran, 2006). Secara statistik ketepatan fungsi regresi sampel
 Jika nilai nilai t-hitung Cronbach's alpha > dalam menafsir aktual dapat diukur dari nilai
0.6, maka instrumen penelitian reliabel. statistik t, nilai statistik F serta koefisien
determinasinya. Suatu perhitungan statistik disebut
 Jika nilai t-hitung Cronbach's alpha < 0.6,
maka instrumen penelitian tidak reliabel signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya
berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0
(Ghozali, 2013).
ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai
Hasil uji reliabilitas adalah :
uji statistiknya berada dalam daerah dimana H0
Tabel II.2 diterima. Metode analisis yang digunakan adalah
Hasil Uji Reliabilitas
model analisis regresi linier berganda dengan
No Variabel r-hitung r-tabel Kesimpulan
reliabilitas bantuan software SPSS Versi 22 for Windows.
1 Pengetahuan Perpajakan 0.707 Sebelum
0.6 melakukan
Reliabel metode regresi linier
2 Kualitas pelayanan fiskus 0.723 berganda 0.6
perlu dilakukan pengujian, seperti :
Reliabel
3 Sanksi pajak 0.719 0.6
a. Uji Asumsi Klasik Reliabel
4 Kondisi keuangan 0.724 0.6 Reliabel
5 Kepatuhan WP 0.870 Sebelum0.6 melakukan Reliabelpengujian hipotesis yang
Sumber : Hasil penelitian 2018 (data diolah) diajukan dalam penelitian, perlu dilakukan pengujian
asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji
Tabel II.2 memperlihatkan bahwa ke-5 multikolineritas, uji heterokedastisitas. Apabila
variabel penelitian memiliki nilai r-hitung reliabilitas terjadi penyimpangan dalam pengujian asumsi klasik
lebih besar dari 0.6, sehingga dapat disimpulkan perlu dilakukan perbaikan terlebih dahulu.
bahwa ke-5 variabel penelitian adalah reliable. 1) Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah model
2. Analisis Data regresi variabel pengganggu atau residual memiliki
Metode dalam teknik analisis data yang distribusi normal. Uji normalitas yang digunakan
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data dalam penelitian ini yaitu: Normal P-P Plot of
kuantitatif yaitu dengan menguji dan menganalisis data Regression Standardized Rasidual. Uji ini dapat
dengan perhitungan angka – angka dan kemudian digunakan untuk melihat model regresi normal atau
menarik suatu kesimpulan dari pengujian data tersebut. tidak dengan syarat yaitu apabila data mengikuti
Analisis data dalam penelitian ini adalah : garis diagonal dan menyebar di sekitar garis
diagonal tersebut.
1) Statistik Deskriptif
Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan
Metode deskriptif digunakan untuk
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi
mendeskripsikan atau menguraikan permasahalan
yang berkaitan dengan pertanyaan terhadap ini memenuhi asumsi normalitas. Jika data
variabel mandiri yaitu mendeskripsikan menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis, maka model regresi tidak
pengetahuan dan pemahaman perpajakan, kualitas
pelayanan fiskus, sanksi perpajakan, kondisi memenuhi asumsi normalitas.
keuangan perusahaan, dan kepatuhan wajib pajak 2) Uji Multikolinearitas
badan. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
6 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 8
Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah’ Aisyiah (APPPTMA)
ISBN: 978-623-90018-0-3
Medan, 30 November- 03 Desember 2018 APPPTMA KE-8

bebas (independen). Model regresi yang baik Dimana:


seharusnya bebas multikolinearitas atau tidak R² = Koefisien determinasi
terjadi korelasi diantara variabel independen. Uji n = Jumlah sampel
multikolinearitas dapat dilihat dari: nilai tolerance K = Jumlah variabel
dan lawannya, dan Variance Inflation Factor (VIF). independensi
Jika nilai tolerance lebih besar dari 0,1 atau nilai VIF
lebih kecil dari 10, maka dapat disimpulkan tidak 4. Uji Koefisien Determinasi (R2)
terjadi multikolinearitas pada data yang akan diolah. Untuk melihat seberapa besar tingkat pengaruh
3) Uji Heteroskedastisitas variabel independen terhadap variabel dependen
Uji ini digunakan agar mengetahui adanya secara parsial digunakan koefisien determinasi.
ketidaksamaan varians dari residual satu Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari
pengamatan ke pengamatan lain dalam sebuah koefisien korelasi sebagai ukuran untuk mengetahui
model regresi. Bentuk pengujian yang digunakan kemampuan dari masing-masing variabel yang
dengan metode informal atau grafik scatterplot. digunakan. Koefisien determinasi menjelaskan proporsi
Dasar analisis : variasi dalam variabel dependen (Y) yang dijelaskan
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik yang oleh hanya satu variabel independen (lebih dari satu
ada membentuk pola tertentu yang teratur variabel bebas: Xi; i = 1, 2, 3, 4, dst.) secara bersama-
(bergelombang, melebar kemudian menyempit), sama.
maka mengindikasikan telah terjadi Sementara itu R adalah koefisien korelasi
heteroskedastisitas. majemuk yang mengukur tingkat hubungan antara
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik – titik variabel dependen (Y) dengan semua variabel
menyebar di atas dan di bawah angka nol (0) independen yang menjelaskan secara bersama-sama
pada sumbu Y, maka tidak terjadi dan nilainya selalu positif. Selanjutnya untuk melakukan
heterokedastisitas. pengujian koefisien determinasi (adjusted R2)
digunakan untuk mengukur proporsi atau presentase
Setelah uji asumsi klasik terpenuhi, selanjutnya
sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap
dilakukan analisis regresi berganda (multiple
variasi naik turunnya variabel dependen.
regresion). Metode regresi berganda menghubungkan
Koefisien determinan berkisar antara nol
satu variabel dependen dengan variabel independen
dalam suatu model prediktif tunggal. sampai dengan satu (0 ≤ R2 ≤ 1). Hal ini berarti bila
R2 = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara
3. Uji Hipotesis variabel independen terhadap variabel dependen, bila
a. Uji t-Statistik adjusted R2 semakin besar mendekati 1 menunjukkan
Uji t (t-test) melakukan pengujian terhadap semakin kuatnya pengaruh variabel independen
koefisien regresi secara parsial, pengujian ini terhadap variabel dependen dan bila adjusted R2
dilakukan untuk mengetahui signifikansi peran semakin kecil bahkan mendekati nol, maka dapat
secara parsial antara variabel independen dikatakan semakin kecil pula pengaruh variabel
terhadap variabel dependen dengan independen terhadap variabel dependen. Rumus
mengasumsikan bahwa variabel independen lain koefisien determinasi adalah sebagai berikut:
dianggap konstan.
𝐾𝑑 = 𝑅2 𝑋 100%
𝑟𝑥𝑦 √(𝑛−2)
Keterangan:
thitung = 𝐾𝑑 = Besar atau jumlah koefisien determinasi
√(1− 𝑟𝑥𝑦2 )
𝑅2 = Nilai koefisien korelasi
Keterangan: Sedangkan kriteria dalam melakukan analisis
t = nilai thitung koefisien determinasi adalah sebagai berikut:
n = jumlah responden a. Jika Kd mendekati nol (0), berarti pengaruh
r = koefisien korelasi hasil rhitung variabel independen terhadap variabel dependen
b. Uji F-statistik lemah, dan
Menurut Ghozali (2011) bahwa uji F bertujuan b. Jika Kd mendekati satu (1), berarti pengaruh
untuk mengetahui kecocokan model (model fit) variabel independen terhadap variabel dependen
dari persamaan regresi yang terbentuk. Uji F- kuat.
statistik juga berguna untuk mengetahui
pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen secara simultan atau bersama sama.
Dalam melakukan estimasi data maka digunakan
tingkat toleransi kesalahan sebesar 5%. Secara III. HASIL DAN PEMBAHASAN
umum uji F-statistik dapat dicari dengan a. Statistik Deskriptif
menggunakan rumus: Berdasarkan distribusi frekuensi jawaban
F= R2
/K1 responden pada masing-masing variabel dapat
 1R 2

/nK digambarkan deskriptif data sebagai berikut:

7 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 8


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah’ Aisyiah (APPPTMA)
ISBN: 978-623-90018-0-3
Medan, 30 November- 03 Desember 2018 APPPTMA KE-8

1) Nilai konstanta = 2,648 menunjukkan jika


Tabel III.1 pengetahuan dan pemahaman perpajakan, kualitas
pelayanan fiskus, sanksi perpajakan dan kondisi
Descriptive Statistics
keuangan konstan/ tetap, maka kepatuhan wajib
pajak badan sebesar 2,648.
Std. 2) Nilai koefisien regresi β1 pada variabel pengetahuan
dan pemahaman perpajakan (X1) sebesar 0,534
N Min Max Mean Deviation
memberikan arti bahwa bila pengetahuan dan
Kepatuhan Wajib Pajak 98 32 46 38.69 3.255
pemahaman perpajakan sebesar 1 satuan dapat
meningkatkan kepatuhan wajib pajak sebesar 0,534.
Pengetahuan dan 98 15 25 19.80 2.155 3) Nilai koefisien regresi β2 pada variabel kualitas
Pemahaman Perpajakan
pelayanan fiskus (X2) sebesar 0,314 memberikan
arti bahwa bila kualitas pelayanan fiskus sebesar 1
Kualitas Pelayanan Fiskus 98 18 25 21.33 1.544 satuan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak
sebesar 0,314.
Sanksi Pajak 98 13 24 17.53 2.232
4) Nilai koefisien regresi β3 pada variabel sanksi pajak
Kondisi Keuangan 98 16 24 20.26 1.747 (X3) sebesar 0,131 memberikan arti bahwa bila
sanksi pajak sebesar 1 satuan dapat meningkatkan
Valid N (listwise) 98 kepatuhan wajib pajak sebesar 0,131.
5) Nilai koefisien regresi β4 pada variabel kondisi
keuangan perusahaan (X4) sebesar 0,172
Dari tabel III.1 diketahui bahwa kepatuhan memberikan arti bahwa kondisi keuangan
Wajib Pajak badan dengan nilai minimun 32 dan perusahaan sebesar 1 satuan dapat meningkatkan
maksimun 46 dengan mean = 38,69. Pengetahuan dan kepatuhan wajib pajak sebesar 0,172.
pemahaman perpajakan dengan nilai minimun 15 dan
maksimun 25 dengan mean = 19,80. Pada kualitas
pelayanan fiskus dengan nilai minimun 18 dan nilai b. Hasil Analisis Data
maksimun 25 dengan mean = 21,33. Sementara sanksi 1. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan Terhadap
perpajakan dengan nilai minimun 13 dan nilai maksimun Kepatuhan Wajib Pajak Badan
= 24 dengan mean = 17,53 selanjutnya untuk kondisi Hasil analisis dengan uji-t memperlihatkan bahwa
keuangan dengan nilai minimun 16 dan nilai maksimun pengetahuan dan pemahaman perpajakan memberi
24 dengan mean = 20,26. pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal
ini diindikasikan oleh nilai bahwa t-hitung X1 (6.999) >
Uji regresi bertujuan untuk melihat variabel t-tabel (1.98) dan p-value (0,000) < 0,05. Dengan kata
terikat dapat memprediksi dari. Berdasarkan lain, semakin baik pengetahuan dan pemahaman
pengolahan diperoleh hasil sebagai berikut : perpajakan, semakin tinggi pula kepatuhan membayar
pajak.
Tabel III.2 Hasil penelitian Widayati dan Nurlis (2010)
Coefficientsa mengungkapkan bahwa pengetahuan dan pemahaman
Unstandardized Standardized tentang peraturan perpajakan memiliki pengaruh yang
Coefficients Coefficients signifikan terhadap kemauan membayar pajak. Namun,
Model
1 (Constant)
B
2.648
Std. Error
3.760
Beta t
.704
Sig.
.483
dalam penelitian Hardiningsih dan Yulianawati (2011)
Pengetahuan Perpajakan 1.252 .179 .534 6.999 .000 menunjukkan bahwa pengetahuan dan pemahaman
Kualitas Pelayanan
.556 .132 .314 4.213 .000 peraturan perpajakan tidak berpengaruh terhadap
Fiskus
Sanksi Pajak .204 .098 .131 2.075 .041
kemauan membayar pajak.
Kondisi Keuangan .152
a. Dependent Variable: Kepatuhan W ajib Pajak
.057 .172 2.661 .009
2. Pengaruh Kualitas Pelayanan fiskus Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Badan
Hasil analisis dengan uji-t membuktikan bahwa
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai kualitas pelayanan fiskus memberi pengaruh positif
konstanta = 2,648, nilai koefisien regresi terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini diindikasikan
pengetahuan dan pemahaman perpajakan (β1) = oleh nilai t-hitung X2 (4.213) > t-tabel (1.98) dan p-
0,534, koefisien regresi kualitas pelayanan fiskus value (0,000) < 0,05. Dengan kata lain, semakin baik
(β2) = 0,314, sanksi pajak (β3) = 0,131, koefisien kualitas pelayanan fiskus, semakin tinggi pula kepatuhan
regresi kondisi keuangan perusahaan (β4) = wajib pajak dalam membayar pajak. Hal ini berarti Ha
0,172, sehingga diperoleh persamaan regresi linier diterima atau Ho ditolak. Dengan kata lain, hipotesis
berganda sebagai berikut: penelitian yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan
Y = 2,648 + 0,534X1 + 0,314X2 + 0,131X3 + fiskus memberi pengaruh positif terhadap kepatuhan
0,172X4 wajib pajak, dapat diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tiraada
Interpretasi persamaan regresi : (2013), Kesadaran Perpajakan, sanksi pajak, sikap fiskus

8 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 8


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah’ Aisyiah (APPPTMA)
ISBN: 978-623-90018-0-3
Medan, 30 November- 03 Desember 2018 APPPTMA KE-8

terhadap kepatuhan WPOP di Kabupaten Minahasa 2) Kualitas pelayanan fiskus memberi pengaruh
Selatan dimana hasil penelitian membuktikan bahwa terhadap kepatuhan wajib pajak. Semakin baik
kesadaran perpajakan dan sanksi pajak berpengaruh pelayanan yang diberikan oleh fiskus, maka
signifikan terhadap kepatuhan membayar pajak. kepatuhan wajib pajak semakin meningkat.
Sedangkan sikap fiskus tidak berpengaruh signifikan 3) Sanksi pajak memberi pengaruh terhadap
terhadap kepatuhan membayar pajak. kepatuhan wajib pajak. Dengan adanya
pemberlakuan ketegasan sanksi perpajakan, maka
3. Pengaruh Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
semakin tinggi pula tingkat kepatuhan wajib pajak
Pajak Badan
badan di KPP Pratama Medan Barat.
Hasil analisis dengan uji-t membuktikan bahwa
4) Kondisi keuangan memberi pengaruh terhadap
sanksi pajak memberi pengaruh positif terhadap
kepatuhan wajib pajak. Semakin baik kondisi
kepatuhan wajib pajak. Hal ini diindikasikan oleh nilai
keuangan perusahaan, maka semakin patuh
bahwa t-hitung X3 (2.075) > t-tabel (1.98) dan p-value
perusahaan tersebut dalam memenuhi kewajiban
(0,041) < 0,05. Dengan kata lain,semakin tegas sanksi
perpajakannya.
pajak, cenderung semakin meningkatkan kepatuhan
5) Pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan fiskus,
wajib pajak. Artinya, banyak wajib pajak menjadi patuh
sanksi pajak dan kondisi keuangan secara simultan
setelah diberikan sanksi pajak yang tegas. Hal ini
memberi pengaruh terhadap kepatuhan Wajib
berarti Ha diterima atau Ho ditolak. Dengan kata lain,
Pajak.
hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa sanksi
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan dapat
pajak memberi pengaruh positif terhadap kepatuhan
diberikan saran sebagai berikut :
wajib pajak, dapat diterima.
a. Disarankan kepada Kantor Pelayanan Pajak
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tiraada
Pratama Medan Barat agar memberikan informasi
(2013), Kesadaran Perpajakan, sanksi pajak, sikap fiskus
mengenai pengetahuan perpajakan melalui media
terhadap kepatuhan WPOP di Kabupaten Minahasa
massa ataupun melalui jejaring sosial yang banyak
Selatan dan hasil penelitian membuktikan bahwa
dimiliki oleh masyarakat agar mudah dipahami.
kesadaran perpajakan dan sanksi pajak berpengaruh
b. Kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
signifikan terhadap kepatuhan membayar pajak.
Barat, disarankan untuk lebih meningkatkan
4. Pengaruh Kondisi Keuangan Terhadap Kepatuhan kualitas pelayanan fiskus, sehingga kepatuhan
Wajib Pajak Badan wajib pajak dapat lebih dimaksimalkan.
Hasil analisis dengan uji-t bahwa kondisi keuangan c. Disarankan agar Kantor Pelayanan Pajak Pratama
memberi pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib Medan Barat lebih tegas dalam memberikan
pajak. Hal ini diindikasikan oleh nilai t-hitung X4 sanksi pajak bagi wajib pajaknya yang tidak patuh
(2.661) > t-tabel (1.98) dan p-value (0,009) <0,05. terhadap kewajiban perpajakannya.
Dengan kata lain, semakin baik kondisi keuangan d. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
perusahaan, semakin tinggi pula kepatuhan wajib pajak. diharapkan dapat memperhatikan dan memahami
Hal ini berarti Ha diterima atau Ho ditolak. Dengan kondisi keuangan perusahaan guna meningkatkan
kata lain, hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak badan.
kondisi keuangan memberi pengaruh positif terhadap e. Disarankan agar peneliti selanjutnya melakukan
kepatuhan wajib pajak, dapat diterima. penelitian sejenis dengan menambahkan variabel
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Shinta lain seperti sosialisasi perpajakan, kesadaran
Devy, 2015, Pengaruh Pemahaman Perpajakan, Kondisi membayar pajak, dan lain sebagainya dengan skala
Keuangan, Sanksi Pajak, dan Keadilan Pajak Terhadap penelitian yang lebih luas sehingga diperoleh hasil
Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak UMKM dimana hasil penelitian yang lebih akurat.
penelitian membuktikan bahwa Pemahaman
Perpajakan, Kondisi Keuangan, Sanksi Pajak, dan
Keadilan Pajak berpengaruh signifikan terhadap Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM. DAFTAR PUSTAKA
[1] Pertiwi, D.A.Q.B. (2017). “Pengaruh Pengetahuan
IV. KESIMPULAN Perpajakan Dan Kualitas Pelayanan Account
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Representative Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
tentang pengaruh pengetahuan perpajakan, kualitas Badan (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak
pelayanna fiskus, sanksi pajak dan kondisi keuangan Pratama Garut)”. Universitas Widyatama Bandung.
terhadap kepatuhan wajib pajak, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut: [2] Harinurdin, Erwin. (2014). “Perilaku Kepatuhan
1) Pengetahuan dan pemahaman perpajakan Wajib Pajak Badan”. Jurnal Ilmu Administrasidan
memberi pengaruh terhadap kepatuhan wajib Organisasi, Mei–Agustus 2009, hlm. 96-104 Volume
pajak. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan 16, Nomor 2.
dan pemahaman perpajakan berperan dalam
meningkatkan kepatuhan wajib pajak badan. [3] Savitri, Faradilla dan Elva Nuraina (2017).
“Pengaruh Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan

9 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 8


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah’ Aisyiah (APPPTMA)
ISBN: 978-623-90018-0-3
Medan, 30 November- 03 Desember 2018 APPPTMA KE-8

Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Jurnal
Pajak Pratama Madiun”. Jurnal Equilibrium, Volume Riset Akuntansi Dan Bisnis Vol. 10 No. 1/ Maret
5, Nomor 1, Januari 2017. 2010.

[4] Karim, Halimah. (2015). “Pengaruh Sosialisasi [15]Saraswati, A.K.. (2016). “Analisis Faktor-Faktor Yang
Perpajakan, Kualitas Pelayanan Fiskus Dan Sanksi Memepengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Badan (Studi
Perpajakan Terhadap Kinerja Kantor Pelayanan Empiris pada Perusahaan Industri yang Terdaftar di
Pajak (KPP) Dengan Kepatuhan Wajib Pajak Sebagai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta)”;
Variabel Intervening Di KPP Pratama Medan Universitas Diponegoro Semarang.
Belawan”. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas [16]Winerungan, Oktaviane Lidya (2013). “Sosialisasi
Sumatera Utara. Perpajakan, Pelayanan Fiskus Dan Sanksi Perpajakan
Terhadap Kepatuhan WPOP Di KPP Manado Dan KPP
[5] Hutagaol, Jhon. (2007). Strategi Meningkatkan Bitung”. Jurnal EMBA Volume 1 No.3 September
Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntansi, Vol. 6 2013, Hal. 960-970.
(2):h:186-193.

[6] Mardiasmo. (2011). Perpajakan Edisi Revisi.


Yogyakarta: Penerbit ANDI.

[7] Sisilia, Mariska. (2016). “Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi Di Lingkungan Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Petisah”. Tesis. Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

[8] Panggabean, Miando Sahala H. (2002), “Self


Assessment, Fiskus dan Kepatuhan Wajib Pajak”.
Berita Pajak, No. 1462/Tahun XXXIV, p. 31 – 33.

[9] Arsyad, Muhammad (2013). “Analisis Pengaruh


Sosialisasi, Pemeriksaan, Dan Penagihan Aktif
Terhadap Kesadaran Pajak Dan Kepatuhan Wajib
Pajak Badan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur”. Tesis. Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.

[10]Prasetiantono, A. Tony. (1994). “Kebijakan


Ekonomi Publik di Indonesia Substansi dan
Urgensi”. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

[11]Indriyani, Putu Arika dan I Made Sukartha. (2014).


“Tanggungjawab Moral, Kesadaran Wajib Pajak,
Sanksi Perpajakan Dan Kualitas Pelayanan Pada
Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Badan”. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana 7.2 (2014): 431-
443.

[12]Rahmawati, Yulayca Ardian. (2013). “Analisis


Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan dan
Penegetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan
Pengusaha Kena Pajak”. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

[13]Rahayu, S.K. (2010). “Perpajakan Indonesia :


Konsep Dan Aspek Formal”. Yogyakarta : Graha
Ilmu.

[14]Hani.S dan Muhammad Rizal Lubis. (2010).


“Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak”. Fakultas Ekonomi

10 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 8


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah’ Aisyiah (APPPTMA)
ISBN: 978-623-90018-0-3

Anda mungkin juga menyukai