Menejemen Pembuata Semen Beku Pada Balai
Menejemen Pembuata Semen Beku Pada Balai
taraf hidup masyarakat disertai keadaan arti pentingnya nilai gizi makanan untuk
protein hewani pun akan terus bertambah setiap tahunnya. Untuk memenuhi
teknologi tepat guna yang bisa diterapkan secara mudah dan efisien. Salah satu
merupakan salah satu cara mengawinkan hewan betina yang sedang birahi tanpa
dengan mempergunakan semen beku dari berbagai bangsa sapi import. Dalam
Inseminasi Buatan (BIB) di Lembang (Jawa Barat) dan Singosari (Jawa Timur). Balai
Inseminasi Buatan tersebut berperan dalam produksi dan distribusi semen beku sapi
1
komposisi bahan pengencer, inseminator, dan lain-lain, sehingga memenuhi
persyaratan teknis standar kualitas dan kuantitas produk unggul dapat dicapai.
Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari merupakan Unit Pelaksana
teknis (UPT) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, yang
memproduksi semen beku berkualitas dari sembilan bangsa sapi (Limousine,
Simmental, Aberdeen Angus, Bali cross, Brahman, Ongole, Madura, Bali, dan
Friesian Holstein) dan dua bangsa kambing (Peranakan Ettawa dan Boer). Oleh
karena itu, dalam program PPDH ini akan mempelajari bagaimana manajemen
operasional dalam, pemeliharaan hewan ternak,proses menghasilkan dan distribusi
semen beku berkualitas serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1.3 Tujuan
Tujuan dari kegiatan PPDH rotasi industri ini adalah :
1. Mengetahui sistem operasional di BBIB Singosari.
2. Mengetahui proses produksi semen beku di BBIB Singosari.
3. Mengetahui proses distribusi produk semen beku di BBIB Singosari.
4. Mengetahui kendala yang ada pada proses produksi dan pemasaran semen beku di
BBIB Singosari.
1.4 Manfaat
Manfaat dari kegiatan PPDH rotasi industri ini adalah :
2
1. Meningkatkan kemampuan calon dokter hewan dalam memahami operasional,
proses produksi dan pemasaran perusahaan
2. Meningkatkan kemampuan calon dokter hewan dalam memahami faktor yang
berpengaruh terhadap produksi, serta mampu menganalisa proses pengendalian
produk yang tidak sesuai.
3. Mempersiapkan calon dokter hewan yang mampu mengintegrasikan kemampuan,
ilmu pengetahuan, dan kepribadian dalam menjalankan manajemen praktik di
lapangan.
4. Menjalin kerja sama kemitraan di antara perguruan tinggi dengan instansi terkait
untuk bersama mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
3
Bab II Analisa Situasi
4
Inseminasi Buatan dan tanggal 5 Februari 2010 BBIB Singosari ditetapkan menjadi
PPK-BLU (Pola Pengelolaan Keuangan) berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Keuangan No : 54/KMK.05/2010.
KELOMPOK JABATAN
5
Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari didukung oleh sumberdaya manusia
sebanyak 95 orang yang terdiri dari
Struktural : 11 orang
Fungsional RIHP : 31 orang
Fungsional Non RIHP : 6 orang
Fungsional Umum : 47 orang
Total : 95 orang
a. Bagian Umum
Tugas dari bagian umum di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari yaitu
melaksanakan penyusunan program, pelaksanaan urusan keuangan, kepegawaian dan
tata usaha serta urusan rumah tangga dan perlengkapan.
b. Bidang Pelaksanaan Teknis
Tugas bidang pelaksanaan teknis di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari
yaitu memberikan pelayanan teknis pemeliharaan ternak serta pelayan teknis produksi
semen.
c. Bidang Pemasaran dan Informasi
Tugas bidang pemasaran dan informasi di Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari yaitu melaksanakan pemasaran dan distribusi semen unggul termasuk
informasi serta pelasanaan dokumentasi hasil produksi semen.
d. Jabatan Fungsional
Jabatan fungsional merupakan sekumpulan pegawai negeri sipil yang
mempunyai tugas, tanggung jawab, serta wewenang dalam melaksanakan tugas-tugas
pokok pemerintah yang didasarkan pada keahlian/dan atau keterampilan tertentu serta
bersifat mandiri. Jabatan fungsional di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari
terdiri dari dokter hewan, pengawas bibit ternak, medik veteriner, paramedik
veteriner dan pengawas mutu pakan serta jabatan fungsional lain yang terbagi dalam
berbagai jabatan fungsional berdasarkan bidang masing-masing sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jabatan fungsional pada dasarnya
merupakan jabatan teknis yang tidak tercantum dalam struktur organisasi, namun
keberadaannya sangat dibutuhkan dalam menjalankan tugas pemerintahan.
6
Jabatan fungsional dibagi menjadi dua rumpun yaitu Rumpun Ilmu Hayat
Pertanian (RIHP)dan Non Rumpun Ilmu Hayat Pertanian (RIHP),
a. Rumpun Ilmu Hayati Pertanian
- Pengawas Bibit Ternak (Wasbitnak) adalah jabatan yang mempunyai ruang
lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk melakukan kegiatan
pengawas bibit ternak yang didukung oleh pegawai negeri sipil.
- Pengawas Mutu Pakan (Wastukan) adalah jabatan yang mempunyai ruang
lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang untuk melakukan kegiatan pengawasan
dan pengujian mutu pakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
- Medik Veteriner
- Paramedik
b. Non Rumpun Hayati Pertanian
- Pustakawan
- Analis Kepegawaian
- Pranata Humas
Sesuai dengan peraturan Menteri Pertanian No. 40/permentan/OT.140/6/2012,
tanggal 5 Juni 2012, BBIB Singosari memiliki tugas pokok sebagai berikut :
“Produksi, Distribusi, Pemasaran dan Pemantauan Mutu Semen Ternak Unggul serta
Pengembangan Inseminasi Buatan”.
Selain tugas pokok tersebut, BBIB Singosari juga memiliki fungsi sebagai
berikut:
1. Penyusunan program, evaluasi dan laporan kegiatan produksi, pemasaran dan
pemantauan mutu semen ternak serta pengembangan inseminasi buatan
2. Pelaksanaan pemeliharaan ternak pejantan unggul
3. Pelaksanaan pengujian keturunan dan fertilitas pejantan unggul
4. Pelaksanaan produksi dan penyimpanan semen unggul ternak
5. Pelaksanaan pemantauan dan pengawasan mutu semen unggul ternak yang
beredar
6. Pelaksanaan pengembangan teknik dan metoda Inseminasi Buatan
7
7. Pemberian saran teknik produksi semen unggul ternak
8. Pemberian pelayanan teknik kegiatan produksi dan pemantauan semen unggul
ternak dan pengembangan Inseminasi Buatan
9. Pelaksanaan pemasaran dan distribusi semen unggul ternak
10. Pemberian informasi dan pelaksanaan dokumentasi hasil kegiatan Inseminasi
Buatan
11. Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai Besar Inseminasi
Buatan Singosari
8
BLU. Berdasarkan Undang-undang tentang Perbendaharaan Negara tepatnya pada
Pasal 1 UU No. 1 tahun 2004, di sana disebutkan dengan jelas mengenai definisi dari
sebuah Badan Layanan Umum yang pada hakekatnya terbatas hanya pada sebuah
instansi di lingkungan pemerintah yang siap dan mampu memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan upaya mencari keuntungan dan didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas.BLU adalah satuan kerja yang menerima fleksibilitas pengelolaan
keuangan sebagai format baru dalam pengelolaan APBN/APBD. BLU adalah wadah
baru bagi pembaharuan manajemen keuangan sektor publik, demi meningkatkan
pelayanan pemerintah kepada masyarakat.
Adapun pelayanan BLU yang dikelola Balai berwujud 9 layanan. 9 layanan tersebut
biasa dimanfaatkan oleh masyarakat umum maupun pelajar dan mahasiswa. -
Sembilan Layanan BLU BBIB Singosari
Berikut Sembilan layanan publik yang disediakan BBIB Singosari antara lain:
9
iii. Pelayanan Masyarakat
Pelayanan ini berupa pelayanan informasi aktivitas balai secara audiovisual
atau secara audiovisual sekaligus melihat aktivitas secara langsung menggunakan
kereta biosekuriti.
10
ix. Pelayanan Purna Jual
Bentuk pelayanan berupa pertemuan teknis, kunjungan lapangan, pengujian
semen beku dilapangan, evaluasi hasil pelaksanaan manajemen IB. Ruang lingkup
terbatas pada penanganan semen beku, kelainan reproduksi, manajemen pakan ternak,
pasca pelatihan manajemen IB, program pemuliaan ternak/breeding dan pengenalan
produksi.
Beberapa peran kewenangan dan tanggung jawab dasar dokter hewan sebagai
medik veteriner di BBIB singosari adalah:
1. Dokter hewan di BBIB singosari memiliki kewenangan dan tanggung jawab
terhadap jaminan perlindungan kesejahteraan dan kesehatan hewan yang
berada di BBIB Singosari.
2. Dokter hewan di BBIB singosari memiliki kewenangan dan tanggung jawab
terhadap kesehatan ternak sebagai pejantan yang digunakan untuk produksi
semen bibit unggul.
3. Dokter hewan di BBIB singosari memiliki kewenangan dan tanggung jawab
terhadap fungsi layanan medik veteriner yaitu menjaga kesehatan hewan
untuk kepentingan manusia, kesehatan masyarakat, dan kesehatan
lingkungan.
4. Dokter hewan di BBIB singosari memiliki kewenangan dan tanggung jawab
terhadap jaminan keamanan bagi manusia dan hewan terhadap penularan
penyakit dari hewan ke manusia atau dari mausia ke hewan.
11
Bab III Metode Kegiatan
12
4. Hasil dari pelaksanaan kegiatan PPDH rotasi industri ini akan dilaporkan
secara tertulis kepada pihak BBIB Singosari dan Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya.
13
Bab IV Pembahasan
14
penyakit-penyakit yang diakibatkan stress lingkungan. Bowman (2001) menyatakan
sebelum masuk peternakan hewan harus dikarantinakan antara 2-4 minggu.
Selanjutnya, hewan sakit di BBIB Singosari akan dirawat pada kandang paddock
khusus agar memudahkan treatment dan menjaga hewan lain agar tidak tertular.
Setiap hari banyak masyarakat yang masuk BBIB Singosari. Masyarakat
tersebut digolongkan menjadi dua golongan, yang pertama adalah karyawan dan
siswa magang dan yang kedua adalah visitors. Upaya biosekuriti yang mengatur
karyawan dan siswa magang yang berada di BBIB Singosari diantaranya, pakaian
magang (wear pack) selama pelaksanaan magang harus di tinggal di BBIB Singosari,
kendaraan yang masuk ke BBIB Singosari harus mencelupkan rodanya di cairan
dipping biosekuriti di gerbang utama, kendaraan yang boleh dikendarai di dalam area
peternakan merupakan kendaraan milik BBIB Singosari dan wajib mencelupkan kaki
ke bak yang berisi desinfektan sebelum masuk kandang, sedangkan aturan yang di
berlakukan untuk visitors diantaranya memakai baju khusus visitors jika masuk ke
area biosekuriti, mencelupkan kaki ke bak yang berisi desinfektan sebelum masuk
kandang dan jika mengendarai kendaraan visitors yang disediakan pihak BBIB
Singosari tidak boleh menurunkan kakinya dari kendaraan. Shulaw (2001)
menyatakan beberapa aturan yang harus dibuat sebagai bentuk pelaksanaan
biosekuriti diantaranya, pengunjung harus memakai pakaian khusus dan bersih di
peternakan, harus menyelupkan kaki dalam footbath yang berisi desinfektan, tidak
memperbolehkan visitors memberi pakan pada ternak, tidak memperbolehkan
visitors memasuki area kandang (pen), dan membuang sampah plastik pada
tempatnya. Selanjutnya, perlindungan peternakan dari hewan liar merupakan
komponen biosekuriti yang penting. Area BBIB Singosari dikelilingi pagar setinggi 3
meter untuk melindungi masuknya hewan liar ke area peternakan. Hewan liar yang
terlanjur masuk ke peternakan biasanya langsung di bunuh atau diusir dari area
biosekuriti. Hewan liar yang masuk area peternakan ditakutkan merupakan agen
penyakit infeksius tertentu seperti leptospirosis, salmonellosis, dan rabies. Oleh
karena itu, perlu di buat menara pemantau untuk mengawasi hewan liar yang masuk
area peternakan.
15
Gambar 2. Bak Air Berisi Desinfektan di setiap Kandang
16
footbath pada bak yang berisi cairan Bestades® di setiap kandang sebelum masuk
kandang.
17
sapi FH berdasarkan SNI 2735:2008 diantaranya, umur minimum 18 bulan, tinggi
scapula minimum 134 cm, berat badan minimum 480 kg, lingkar skrotum minimum
32 cm, warna bulu hitam putih/merah putih sesuai karakteristik sapi perah, dan
mempunyai kartu identitas, mempunyai silsilah. Pemilihan sapi Brahman berdasarkan
SNI 7651:2011 dapat diantaranya, berbulu tipis berwarna putih, pada leher, dan
keabu-abuan; tanduk lebih pendek dari betina; kepala relatif pendek dan besar
dibanding betina; telinga lebar dan tergantung; berpunuk besar, vertebrae lurus dan
lebar; bagian bawah mandibular hingga preputium bergelambir; tubuh cembung dan
kompak lebih besar dari sapi betina; kaki panjang dan besar; tampak berbentuk bulat
jika dilihat dari caudal; dan umur 24-36 bulan, lingkar dada minimum 162-168 cm,
tinggi pundak minimum minimal 136-142 cm, panjang badan minimum 131-139 cm,
tinggi pinggul minimum 135-139 cm, bobot badan minimum 339-361 cm, lingkar
skrotum minimum 32-36 cm. Pemilihan sapi Ongole berdasarkan SNI 7356:2008
diantaranya, warna bulu putih, abu-abu, bulu cambuk pada ekor, bulu sekitar mata
berwarna hitam, badan besar, terdapat gelambir daerah distal leher, punuk besar, leher
pendek, dan tanduk pendek; jika umur pejantan 18-24 bulan lingkar dada minimum
135-143 cm, tinggi pundak minimum 111-116 cm, panjang badan minimum 115-123
cm. dan jika umur pejantan berumur ≥ 24 bulan lingkar dada minimum 134-153 cm,
tinggi pundak minimum 119-126 cm, panjang badan minimum 125-135 cm.
Pemilihan sapi Bali berdasarkan SNI 7355:2008 diantaranya, warna bulu hitam,
ekstremitas dan gluteus terdapat warna putih, tanduk tumbuh baik dengan warna
hitam, bentuk kepala lebar dengan leher kompak dan kuat; jika umur pejantan antara
18-24 bulan lingkar dada minimum 125-138 cm, tinggi pundak minimum 93-105 cm,
panjang badan minimum 95-107 cm; dan jika umur pejantan berumur ≥ 24 bulan
lingkar dada minimum 130-147 cm, tinggi pundak minimum 97-109 cm, panjang
badan minimum 101-113 cm. Pemilihan sapi Bali berdasarkan SNI 7651.2:2013
diantaranya, tubuh berwarna merah kecoklatan, terdapat warna hitam disekitar mata,
tepi daun telinga berwarna hitam, tarsal dan metatarsal berwarna putih, ujung ekot
berwarna hitam, postur tubuh kecil hingga sedang, memiliki punuk dan gelambir di
bagian leher, pada punggung terdapat garis belut, memiliki tanduk yang kecil; jika
18
umur pejantan 12-18 bulan lingkar dada minimum 126-144 cm, tinggi pundak
minimum 107-122 cm, panjang badan minimum 102-120 cm, lingkar skrotum 19
cm ; jika umur pejantan 18-24 bulan lingkar dada minimum 145-169 cm, tinggi
pundak minimum 116-131 cm, panjang badan minimum 120-141 cm, lingkar
skrotum 22 cm; dan jika umur pejantan 24-36 bulan lingkar dada minimum 170-191
cm, tinggi pundak minimum 124-1136 cm, panjang badan minimum 132-147 cm,
lingkar skrotum 25 cm.
Sapi pejantan yang diambil semennya harus memiliki silsilah keturunan yang
jelas, motilitas sperma segar >70%, secara performance harus memenuhi persyaratan
pejantan yang baik dan memiliki tujuan ekonomi di negara asal tempat pejantan
tersebut akan dimanfaatkan. Penampungan sperma pejantan yang berumur 2-9 tahun
hasilnya lebih baik jika dibandingkan pejantan berumur < 2 tahun. Hal ini disebabkan
sebelum masa pubertas, sperma yang dihasilkan kurang maksimal. Hal itu
ditunjukkan sperma sulit membuahi oosit pada sperma hewan jantan < 2 tahun
(Hafez, 2000). Pejantan yang berumur > 9 tahun terkadang masih diambil spermanya
jika hewan masih sehat, kualitas dan kuantitas semen masih tergolong baik, dan
masih ada permintaan semen beku pejantan tersebut.
Pejantan kambing koleksi BBIB singosari meliputi kambing Peranakan
Ettawa (PE) dan Boer. Menurut SNI kambing Peranakan Ettawa pejantan harus
memiliki kriteria: warna bulu kombinasi putih-hitam atau putih-coklat, profil muka
cembung, tanduk pejantan dan betina kecil melengkung ke belakang, ekor pendek;
dan bobot badan 29-54 kg, tingi pundak 67-87 cm, panjang badan 53-63 cm, lingkar
dada 71-89 cm, panjang telinga 23-30 cm, dan panjang bulu 11-23 cm. Sedangkan,
kriteria Performance kambing Boer diantaranya warna putih, leher hingga kepala
berwarna coklat; telinga lebar melengkung; tanduk besar, panjang, dan mengarah ke
samping; berasal dari Afrika Selatan dan berat dewasa 110-135 kg.
19
Seekor pejantan unggul diharapkan mampu memproduksi semen yang
berkualitas tinggi. Karakteristik semen yang berkualitas baik akan dapat dihasilkan
dari reproduksi yang baik pula, disamping terdapat faktor-faktor luar lainnya.
Pemeliharaan ternak di BBIB Singosari berada dibawah pengawasan kepala seksi
pelayanan teknik dan pemeliharaan. Program pemeliharaan ternak di BBIB Singosari
disesuaikan dengan masing-masing bangsa, karena karakteristik tiap bangsa berbeda.
BBIB Singosari menerapkan manajemen pemeliharaan ternak yang meliputi
perawatan ternak, pakan, dan kesehatan ternak.
Evaluasi kualitas kesehatan pejantan atau BSEs (Bull breeding soundness
evaluation) merupakan komponen utama penentuan keberhasilan inseminasi buatan.
Kualitas pembiakan tergantung kepada kelayakan kualitas semen, kesehatan fisik, dan
kapasitas serving (Barth, 1994). Kualitas semen akan dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya faktor pemeliharaan, termoregulasi skrotal (Coulter et al., 1997),
stress lingkungan (Barth dan Bowman, 1994), BCS (body condition score) (Albert et
al, 1995), ukuran testis (Palasz, 1994), umur dan musim (Soderquist et al., 1996).
Faktor diatas berpengaruh terhadap perubahan endokrin yang berpengaruh terhadap
proporsi performa pejantan.
Faktor nutrisi mempunyai peran penting dalam pemenuhan kebutuhan reproduksi
pejantan. Kualitas ransum yang bagus dapat meningkatkan produksi spermatozoa dan
kualitas semen Pemberian nutrisi yang inadekuat akan memicu ketidakberhasilan
fertilitas dan produksi semen. Ransum makanan diatur sedemikian rupa sehingga
pejantan tidak mengalami suatu defisiensi baik protein, mineral, vitamin, dan zat-zat
lainnya, serta diharapkan tidak terjadi kegemukan. Kegemukan pada pejantan
memicu penurunan produktivitas yaitu ditandainya dengan penurunan ukuran
skrotum maupun penurunan kualitas semen yang diinduksi oleh penurunan sirkulasi
dalam testikel yang menurukan aktivitas spermatogenesis (Zirkin et al, 1989). Faktor
suhu dan musim juga ikut berperan dalam reproduksi. Suhu dapat mempengaruhi
fungsi termoregulasi skrotum, yang akhirnya berpengaruh juga pada spermatogenesis.
Sedangkan musim, khususnya pada sapi-sapi di negara iklim sedang, mencakup
lamanya siang hari yang berefek pada produksi spermatozoa oleh testis. Sehingga
20
manajemen terhadap kandang dan lingkungan tempat tinggal pejantan-pejantan
tersebut perlu dipertahankan status suhu lingkungannya terutama di daerah tropis dan
subtropis (Toelihere, 1993).
Kualitas dan kuantitas semen dipengaruhi oleh faktor libido yang dapat berasal
dari luar maupun dari dalam tubuh hewan tersebut. Faktor dari dalam termasuk faktor
fisiologis terutama psikis yang mempengaruhi kopulasi normal. Suatu istirahat
kelamin dalam waktu yang lama, perubahan tampat penampungan dan persiapan
matang serta hati-hati dapat bermanfaat dalam menghilangkan pengaruh psikis
tersebut dan mengajarkan pejantan tersebut untuk dapat kembali melayani kawin
alami atau vagina buatan secara normal (Toelihere, 1993).
Pejantan juga harus diperlakukan dengan baik dan diberi gerak badan yang cukup
untuk mempertahankan kondisi optimum. Gerak badan mungkin penting untuk
mempertahankan tonus yang baik otot-otot tubuh, terutama kaki dan kesehatan
seluruh tubuh pada umumnya. Pada pusat-pusat IB biasanya selalu disediakan tempat
ini (Toelihere, 1993). Oleh karena itu bagian pemeliharaan memiliki peran penting
dan peran mendasar untuk menjaga pejantan memiliki kualitas semen yang baik.
Bagian pemeliharaan di BBIB Singosari dibagi menjadi beberapa bagian yaitu
perawatan pejantan, bagian himpunan makanan ternak dan kesehatan hewan.
i. Sistem kandang
Ketersediaan kandang yang memadai untuk berlangsungnya aktivitas
alami dari pejantan merupakan komponen utama penentu tingkat stress. Aktivitas
fisik hewan terdiri dari pergerakan yang leluasa, diantaranya keleluasaan
merunduk, berdiri, saat rebah dan berputar tanpa kesulitan. Stress tidak hanya
berpengaruh terhadap kondisi psikologis, dan produktivitas pejantan. Stres juga
memicu penurunan imunitas tubuh, yang menginduksi hewan lebih sensitif
terhadap penyakit infeksius. Sistem kandang yang baik menyediakan tempat
untuk pejantan agar terhindar dari sifat agresif pejantan dominan dalam kawanan.
Desain perkandangan yang baik bertujuan untuk memberikan lingkungan yang
baik untuk hewanyang dapat memiliki pengaruh positif pada kesehatan hewan,
kesejahteraan dan produktivitasnya. Pada dasarnya, semua aspek dari lingkungan
21
hewan dan tingkah laku maupun aktivitasnya diperhitungkan dalam desain
perkandangan dan pertimbangan manajemen. Lingkungan termasuk ventilasi,
lantai dan bedding, akses kepakan danair. Menurut (Siregar, 2006), persyaratan
kandang yang akan digunakan untuk pemeliharaan sapi pejantan memerlukan
beberapa persyaratan :
a. Tersedianya air segar, dan nutrisi makanan yang memadai.
b. Kandang memberikan kenyamanan untuk pergerakan pejantan dan
melakukan aktivitas alaminya.
c. Tersedianya cahaya untuk kegiatan pemeriksaan.
d. Lantai tidak licin, dan tidak menyebabkan hewan mengalami peregangan
yang berlebihan.
e. Memberi kenyamanan bagi sapi-sapi yang di pelihara, yang mana harus
disesuaikan dengan populasi hewan untuk mencapai pertumbuhan ternak
yang optimal perlu disesuaikan dengan kebutuhan ternak tersebut.
f. Memenuhi persyaratan kesehatan hewan.
g. Mempunyai ventilasi atau pertukaran udara yang baik.
h. Mudah dibersihkan dan terjaga kebersihannya.
i. Bahan-bahan kandang yang dipergunakan dapat bertahan lama, dan tidak
membahayakan bagi hewan.
j. Tidak ada genangan air di dalam maupun di luar (kandang dapat selalu
dalam keadaan kering.
k. Menghadap kearah datangnya matahari karena sinar matahari pagi sangat
dibutuhkan ternak untuk mendegradasi vitamin D dan sebagai pembunuh
mikroba yang ada di dalam kandang.
l. Perlunya memperhatikan analisis dampak lingkungan.
m. Menghindari terjadinya mutilasi antar hewan.
BBIB Singosari pun menerapkan kandang tipe ganda yang dilengkapi
dengan tempat pakan dan tempat minum yang terbuat dari bangunan
permanen dengan tujuan mempermudah dalam pembersihan kotoran
ternak dan mempurmudah handling saat ingin ditampung, akan tetapi
22
akan mempersulit dalam pemberian pakan dan pembersihan sisa pakan,
pernyataan ini sesuai dengan pernyataan Ngadiyono (2007).
Lantai kandang dilengkapi dengan alas berupa karpet yang terbuat dari
karet yang bertujuan untuk mencegah ternak agar tidak terpeleset dan menjaga
kesehatan kuku. Lantai kandang harus selalu terjaga drainasenya, sehingga untuk
lantai kandang non litter dibuat miring kebelakang untukmemudahkan
pembuangan kotoran dan menjaga kondisi lantai tetap kering. Kemiringan lantai
berkisar antara 2-5%, artinyasetiap panjang lantai 1 meter maka ketinggian lantai
bagian belakang menurun sebesar 2-5 cm (Ainur Rasyid dan Hartati, 2007)
BBIB Singosari memiliki tiga tipe kandang seperti pada gambar 4 yaitu
kandang atap monitor, kandang atap semi monitor dan kandang paddock. Jumlah
kandang sapi di BBIB berjumlah 18 kandang sapi dan tiga kandang kambing.
Kandang pejantan dibagi dalam dua tempat yaitu kandang atas dan kandang
bawah. Kandang kambing terbagi menjadi kandang panggung dan kandang
paddock. Kandang pejantan di BBIB Singosari dibedakan berdasar bobot badan
dan jadwal penampungan serta untuk mempermudah petugas dalam melakukan
recording dan pemeriksaan kesehatan.
Tipe atap kandang yang digunakan adalah tipe monitor dan semi monitor
dengan menggunakan bahan asbes karena memiliki sirkulasi udara yang baik
terhadap kandang. Kemiringan atap untuk bahan asbes adalah sebesar 15-20%
dengan ketinggian atap mencapai 3-4 m. tipe atap semi monitor ini memiliki dua
bidang, dengan satu bidang ditindih dengan bidang yang lain tetapi diantara dua
bidang tersebut terdapat celah atau ventilasi yang berfungsi sebagai sirkulasi
udara. Tipe atas monitor ini juga mampu menahan angin yang terlalu kencang
yang membuat udara di dalam kandang menjadi kurang nyaman bagi ternak.
Bentuk dan model atap kandang hendaknya menghasilkan sirkulasi udara
yang baik di dalam kandang, sehingga kondisi lingkungan dalam kandang
memberikan kenyamanan ternak. Berdasarkan bentuk atap kandang, beberapa
model atap yaitu atap monitor, semi monitor, gable dan shade. Model atap untuk
23
daerah dataran tinggi hendaknya menggunakan shade atau gable, sedangkan
untuk dataran rendah adalah monitor atau semi monitor. Model atap monitor,
semi monitor dan gable modelkandang yang mempunyai atap dua bidang,
sedangkan Shade mempunyai atap satu bidang.
Kandang paddock memiliki ukuran yang cukup luas dibandingkan
kandang individu sehingga pejantan yang berada didalam tidak diikat dan dapat
bergerak bebas (exercise). Program exercise pada pejantan ditujukan untuk
menghindaripejantan mengalami obesitas dikarenakan penderita obesitas akan
mengalami kesulitan saat menaiki bull teaser pada saat penampungan selain itu
dapat mengakibatkan libido ternak menurun dan mengganggu produksi semen
(Affandhy dkk, 2009). Kandang kambing (PE dan Boer) ditempatkan pada
kandang paddock dengan ukuran lebih kecil yaitu 2 x 2 meter.Tata letak
bangunan kandang di BBIB Singosari membujur dari utara ke selatan yang
bertujuan supaya pejantan dapat menerima cahaya matahari yang masuk kedalam
kandang sehingga bermanfaat untuk kesehatan tubuh pejantan.
Gambar 3. (kiri) Tipe kandang Paddock di BBIB Singosari, (kanan)Tipe kandang atap
monitor di BBIB Singosari
24
ii. Populasi ternak
Populasi pejantan di BBIB Singosari Malang sesuai data Februari tahun
2015 sebanyak 271 ekor sapi dengan rincian pada tabel 1.
II Sapi potong
1. Bali 25
2. Brahman 10
3. Ongole 4
4. Limousin 55
5. Simental 39
6. Madura 12
7. Aberdeen angus 11
8. Bali Cross 1
Total sapi 211
III Kambing
1. Peranakan etawa 14
2. Betina PE 2
3. Boer 11
4. Betina boer 2
5. Betina pemancing 32
Total kambing 61
Total populasi 271
25
Kandang setiap hari selalu dibersihkan baik pagi maupun siang hari untuk
mencegah penularan parasit(ektoparasit maupun endoparasit) dan mencegah
penyebaran penyakit. Pembersihan kandang pada pagi hari meliputi pembersihan
lantai, tempat pakan maupun minum dan tembok kandang. Lantai kandang
disemprot menggunakan air yang berasal dari sumber mata air yang telah
ditampung. Siang hari kebersihan dilakukan dengan pembuangan kotoran di
lantai kandang tanpa proses penyemprotan dengan air supaya lantai tidak licin
katena basah dan nantinya dapat mengganggu pergerakan sapi. Petugas kandang
sebelum membersihan kandang melakukan pengecekan di palungan (tempat
pakan maupun minum) dan feces ternak, jika pakan tidak habis atau konsistensi
feses lebih encer akan dilaporkan pada bagian kesehatan hewan untuk kemudian
dilakukan penangan.
Pejantan dimandikan setelah kandang dibersihkan dengan cara tubuh
pejantan disiram dengan air kemudian digosok menggunakan sikat pada seluruh
tubuh khususnya bagian preputium karena saat penampungan preputium pejantan
harus bersih untuk menghindari kontaminasi pada semen yang ditampung.
Tujuan memandikan pejantan yaitu untuk menjaga suhu tubuh dikarenakan jika
pejantan kepanasan akan menyebabkan heat stress (Salanikove, 2000).
Perawatan ternak lainnya yaitu dengan penimbangan berat badan pejantan secara
rutin setiap awal bulan. Tujuannya yaitu untuk bahan evaluasi berat badan pada
masing-masing ternak sehingga bagian perawatan ternak bisa mengatur jumlah
pakan yang diberikan, dosis obat dan pembagian kandang.
iv. Penimbangan berat badan dan pengukuran badan ternak
Penimbangan ternak di BBIB Singosrai dilakukan setiap 1 bulan sekali
pada akhir bulan yang dilakukan di kandang jepit. Tempat penimbangan sapi ada
3 tempat yaitu kandang atas, kandang bawah, dan belakang kantor pemeliharaan
ternak. Penimbnagan berat badan dilakukan untuk evaluasi pakan yang
dibutuhkan setiap hari karena berat badan ternak berbanding lurus dengan tingkat
konsumsi pakan yang dibutuhkan, ketika berat badan sapi meningkat melebihi
batas ytang ditentukan maka nutrisi dan pakan akan dikurangi, begitu juga
26
sebaliknya. Hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas semen dan menjaga agar
tidak terjadi trauma saat pengambilan semen. Selain itu penimbangan berat badan
bertujuan untuk mengetahui pertambahan berat badan harian.
Pengukuran ternak yang dilakukan setiap 3 bulan sekali, yang meliputi
panjang badan, tinggi badan, tinggi gumba, dan lingkar dada. Pengukuran ternak
ditujukan untuk penentuan body condition score yang akan berpengaruh terhadap
produktivitas ternak.
v. Identifikasi ternak
1. Ear tag
Merupakan anting yang digunakan sebagai identitas ternak yang meliputi
nama, nomor ternak. Terbuat dari bahan karet bercampur plastik.
Pemasangan ear tag dengan menggunakan ear tag applicator. Ear tag
memiliki fungsi sebagai pencatatan (recording) yang meliputi pengontrolan
sapi dikandang dan memudahkan pencatatan baik untuk keperluan
administrasi yang mendukung kegiatan operasional sehari hari
2. Pemberian Papan Nama
Pemberian papan nama memudahkan identifikasi ternak, dan recording.
Penyediaan hijauan Pakan Ternak
Pemberian makan ternak sapi di BBIB Singosari meliputi hijauan segar
(Jagung, Rumput Gajah, Stargrass, kaliandra, gamal), hijauan kering (hay), hijauan
awetan (silase) dan pakan tambahan (mineral dan konsentrat).Pemberian hijauan
untuk memenuhi kebutuhan ternak terhadap serat kasar disesuaikan dengan bangsa
ternak dan bobot badan misalnya pada sapi Simental yang memiliki bobot badan rata-
rata 800 kg diberi hijauan 40-50 kg/hari dan pada sapi Madura yang memiliki berat
badan rata-rata 500 kg diberi hijauan 30-40 kg/hari. Pemberian pakan hijauan untuk
kambing diberikan sekitar 15 kg/hari. Sapi pejantanuntuk setiap harinya juga
diberikan pakan berupa silase sebanyak 5-7,5 kg/hari pada pagi hari setelah
pemberian hijauan, sedangkan pada pedet dan kambing tidak diberikan. Pagi dan
siang hari juga diberikan konsentrat sebanyak 5-7 kg/hari (pada pejantan sapi) dan 1-
27
2 kg/hari (pada pejantan kambing). Pelengkap nutrisi ternak maka ternak diberikan
mineral yang dicampurkan pada konsentrat sebanyak 100-120 gr/hari.
Jagung merupakan tanaman yang mengandung karbohidrat, dapat ditanam
didaerah dengan suhu tinggi. Adapun jagung tidak digunakan untuk pakan hijauan
segar, melainkan bahan yang digunakan untuk pembuatan silase. Rumput gajah
merupakan salah satu rumput yang memiliki nilai palatabilitas yang tinggi, rumput
gajah mempunyai daun yang relatif kasar bunganya tersusun dalam tandan dalam
warna keemasan berbatang tebal dank eras (Soegiri, 1980). Star grass merupakan
trumpet segar yang digunakan untuk pakan ternak . Digestable energy dari African
star grass 2.5 Mkal. Kaliandra merupakan pakan yang diberikan pada kambing dapat
digunakan untuk sumber protein pada ternak kambing. Hay merupakan awetan
hijauan dengan cara dikeringkan. Bahan dasar menggunakan rumput berbatang kecil
seperti Brachiaria decumbens, Star grass, dan setaria. Pembuatan hay diawali dengan
memanen rumput berumur 40-60 hari sebelum berbunga menggunakan disk mower.
Setelah dipanen rumput dijemur menggunakan panas matahari atau menggunakan
mesin pengering rumput, pembalikan 2-3 hari sekali menggunakan gyro tedder.
Setelah rumput dirasa cukup kering rumput dikumpulkan dan dilakukan pengepakan
menggunakan hay baller tahap terakhir adalah penyimpanan. Hay merupakan awetan
hijauan dengan kandungan air berkisar 10% hingga 16%, dengan ciri hay yang baik
diantaranya memiliki warna kuning kehijauan, berbau khas rumput, lentur dan tidak
mudah patah.
Bali 15 20 35 2 2 4 5
FH 25 25 50 3 3.5 6,5 5
Limousin 25 25 50 3 3 6 5
Simental 25 25 50 3 3 6 5
28
A. Angus 25 25 50 3 3 6 5
Sumber : Seksi Pelayanan Teknik BBIB Singosari sesuai dengan SNI.ISO 9001:2008.
Awetan hijauan lainnya adalah silase. Silase merupakan awetan hijauan atau
jagung yang memanfaatkan aktivitas fermentasi bakteri anaerob yaitu bakteri asam
laktat. Silase merupaakn awetan basah dengan pH rendah mencapai 6-6,2.
Penggunaan silase bermanfaat sebagai pakan alternatif saat rumput segar mengalami
penurunan ketersediaan. Silase merupakan awetan hijauan dan jagung dengan
memanfaatkan metabolism bakteri asam laktat sebagai fermentan. Silase memiliki
kadar air berkisar 40% hingga 70% dan memiliki kandungan crude protein lebih
tinggi dibandingkan dengan hijauan segar.
Pembuatan silase diawali dengan pemanenan rumput gajah untuk silase
hijauan dan pemanenan pohon jagung untuk silase jagung. Rumput gajah dipanen
saat umur 30-40 hari, sedang untuk jagung dipanen saat berumur 7 hingga 80 hari,
setelah dipanen rumput dilayukan selama 24 jam untuk menurunkan kadar air.
Rumput hasil pelayuan di potong menggunakan mesin chopper untuk memperkecil
ukuran rumput maupun jagung. Rumput atau jagung yang sudah memiliki ukuran
kecil dipadatkan dalam silo, silo merupakan tempat ensilase berlangsung, silo yang
dimiliki BBIB Singosari adalah trench silo berjumlah tujuh buah. 2 silo memiliki
kapasitas 100 ton dan 5 silo memiliki kapasitas 150 ton . Di dalam silo rumput atau
jagung yang sudah dipotong dipadatkan bertujuan untuk meniadakan kondisi aerob
saat ensilase berlangsung dalam silo. Untuk silase rumput, tahap pemadatan disertai
dengan pemberian molase 3% diberikan berlapis saat pemadatan rumput berlangsung.
Tahap terakhir adalah penutupan menggunakan plastik. Kondisi aerobik saat ensilase
berlangsung memicu pertumbuhan beberapa mikroflora pembusuk seperti kapang,
Bacillus sp. dan Listeria sp. Keberadaan bakteri maupun jamur dalam silase memicu
intoksikasi pada ternak melalui inhalasi maupun saat ternak mengkonsumsi spora
bakteri patogen dan mikotoksin (Garon et al., 2006). Tujuan pembuatan silase adalah
agar hijauan yang diawetkan dapat memenuhi nutrisi ternak dan tahan terhadap
29
penyimpanan dalam waktu yang lama, serta dapat diberikan pada saat kemarau
panjang.
30
Tabel 3. Kandungan pakan konsentrat sapi pejantan dewasa
Indikator Kandungan (%)
Kadar air 12%
Protein 16-18%
Lemak 3.5%
Serat 12%
Abu 10%
Kalsium 0.7 -0.9%
Phospor 0.5- 0.6%
TDN 60-75%
31
feses, cara berdiri, cara berjalan dan abnormalitas yang ditemukan saat
inspeksi berlangsung.
2. Pengobatan
Pengobatan dilakukan ketika hewan menderita sakit yang
menunjukkan gejala klinis. Sebelum pemberian pengobatan dilakukan
pemeriksaan fisik terlebih dahulu, apabila hasil pemeriksaan fisik tidak
menunjukkan gejala yang patognomonis sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan lanjutan untuk penentuan diagnosa definitif. Apabila ternak
memerlukan perawatan khusus maka ternak dipindahkan ke kandang paddock
atau jika hewan dicurigai menderita penyakit menular maka hewan
dipindahkan ke kandang isolasi untuk pemberian perlakuan lebih lanjut.
3. Pemberian Obat Cacing
Kegiatan ini di BBIB Singosari dilakukan secara rutin yaitu setiap 6
bulan sekali. Pertama-tama dilakukan pemeriksaan feces untuk mengetahui
ada atau tidaknya telur cacing selanjutnya dilakukan pemberian obat cacing.
Obat cacing yang digunakan di BBIB Singosari yaitu albendazole dengan
pemberian secara peroral dengan dosis 10% dari berat badan pejantan.
4. Pemberian Vitamin
Pemberian vitamin pada pejantan dilakukan secara rutin setiap 1 bulan
sekali sebanyak 5 cc/ekor dan untuk kambing dilakukan 2 kali dalam
satubulan sebanyak 2,5 cc/ekor. Vitamin yang diberikan antara lain vitamin A,
D, dan E apabila ditemukan pejantan tidak mau makan maka diberikan
vitamin B.
5. Perawatan Kuku
Kegiatan perawatan kuku pada gambar 7 dilakukan secara kondisional
yaitu ketika kuku pejantan sudah mulai panjang (rata-rata 6 bulan sekali).
Pemotongan kuku berfungsi untuk menjaga bentuk kuku ternak yang akan
berpengaruh terhadap lokomosi dan kemampuan pejantan menaiki bull teaser.
Pemotongan kuku dilakukan dengan menempatkan pada kandang jepit atau
32
bull crusher sehingga pemotongan kuku dapat dilakukan dengan aman tanpa
menyakiti hewan maupun memicu hewan stress. Pemotongan rambut
dilakukan pada bagian telinga, preputium dan ekor. Bagian telinga
supayanama pejantan pada ear tag mudah terlihat sedangkan pada preputium
untuk mengurangi kontaminasi pada saat penampungan semen.
Gambar 5. Kandang jepit otomatis) dan Proses pemotongan kuku (hoof trimming)
33
mengambil darah hewan melalui vena jugularis dan kemudian darah
dimasukkan kedalam tabung yang telah diberi tambahan antikoagulan. Pada
sampel serum, darah yang telah dikoleksi dimasukkan kedalam tabung yang
tidak diberi tambahan anti koagulan, sehingga akan terbentuk serum.
Kemudian tabung disentrifugasi guna memisahkan bagian darah dari serum
dan endapan sel darah, dan kemudian bagian serum dapat dikoleksi.
Pemeriksaan plasma darah menggunakan mikroskop untuk mengetahui
adanya parasit darah atau abnormalitas lain pada darah.
34
Proses penampungan atau koleksi semen segar di BBIB menggunakan teknik
artificial vagina (vagina buatan). Pada saat koleksi semen menggunakan vagina
buatan, proses pengeluaran semen akan terjadi secara alamiah. Menurut Arifiantini
(2012), tingkah laku kopulasi pejantan akan nampak menjadi beberapa tahap, yaitu
prakopulasi, kopulasi dan pascakopulasi. Tingkah laku prakopulasi dimulai dengan
pencarian lawan jenis, percumbuan, daya tarik menarik, ereksi dan penile
protrusion(keluarnya penis dari preputium). Pada fase ini, secara alamiah dari ujung
glans penis akan keluar cairan bening yang berasal dari kelenjar Cowper
(Bulbouretralis). Setelah itu dilanjutkan dengan kopulasi yang terdiri dari false
mount, intromisi dan ejakulasi. Kemudian diakhiri dengan tingkah laku pascakopulasi
yang terdiri atas disfalse mount, periode refraktori dan memory.
35
pelindung, pelicin steril, stik pelicin dan karet fleksibel. Cara penyiapan vagina
buatan di BBIB Singosari, antara lain :
1. Penyiapan bagian-bagian vagina buatan yaitu tabung vagina buatan, inner liner,
cone dan tabung semen berskala.
2. Inner liner dipasang di dalam tabung vagina buatan. Kemudian cone dipasang dan
diikat dengan karet fleksibel pada cone. Cone dipasang pada bagian ujung vagina
buatan yang paling dekat dengan klep air panas.
3. Tabung semen berskala dipasang pada ujung cone.
4. Kemudian vagina buatan tersebut, dilakukan sterilisasi dengan UV selama 12
menit untuk kemudian siap digunakan.
5. Pada saat penggunaan vagina buatan, pada tabung semen dipasang sarung
pelindung untuk melindungi sperma dari cahaya matahari dan meminimalisir
terjadinya temperature shock.
i) Persiapan Tempat Penampungan
Tempat penampungan harus selalu dibersihkan baik dari debu dan
kotoran termasuk kandang jepit untuk bull teaser. Tempat penampungan yang
akan digunakan harus dilakukan pembersihan, seperti dengan pembersihan
sampah dan kotoran, mengatur matras atau karpet dengan baik. Beberapa hal
yang harus dipersiapkan adalah cairan NaCl fisiologis (dalam sprayer) yang
berfungsi sebagai antiseptik untuk mencuci preputium dan penis sapi, air yang
digunakan untuk membersihkan bagian pantat pejantan, tali tambang untuk
mengikat ekor dan kepala bull teaser pada kandang jepit, sekop dan gerobak
dorong untuk membersihkan feses.
36
Gambar 7. Arena Penampungan Semen
37
Gambar 8. Ruang Tunggu Pejantan sebelum ditampung
38
iv) Penyiapan Vagina Buatan
39
v) Penampungan Semen Pejantan
Setelah identifikasi dan pengambilan pejantan dari kandang, semua
pejantan yang akan ditampung diletakkan di tempat tunggu. Kemudian dilakukan
proses penampungan koleksi semen segar dari pejantan. Pertama dilakukan
pembersihan preputium dan penis menggunakan NaCl fisiologis, dengan cara
pejantan didekatkan ke bull teaser yang kemudian pejantan akan melakukan
percumbuan dengan mencium-cium bagian pantat bull teaser. Ketika false
mount pertama atau pejantan mulai menaiki bull teaser pertama, penis akan
keluar dan , sehingga bisa disemprot dengan NaCl fisiologis. False mount kedua
atau ketiga biasanya akan diarahkan ke samping atau disebut false mount. Pada
saat false mount, menghasilkan cairan bening sedikit keruh yang berasal dari
kelenjar Cowper yang berfungsi untuk membersihkan saluran reproduksi,
sehingga semen yang dihasilkan adalah semen segar yang baik. Pada fase false
mount, transport spermatozoa dari kauda epididimis ke ampula duktus deferens
akan meningkat.
Setelah false mount keempat, menandakan waktu yang tepat untuk
koleksi. Sebelumnya, kolektor mengambil posisi di samping kanan dan berdiri
sejajar dengan bagian belakang bull teaser. Vagina buatan dipegang tangan
kanan dengan posisi 450 dan tangan kiri menggunakan sarung tangan disposable.
Pada saat false mount keempat, preputium dihandle dengan tangan kiri,
diarahkan ke mulut vagina buatan dan sapi akan berejakulasi yang ditandai oleh
dorongan cepat ke depan. Setelah ejakulasi, penis dibiarkan di dalam vagina
buatan sampai pejantan turun, kemudian vagina buatan ditarik. Vagina buatan
diputar membentuk angka delapan agar semen seluruhnya turun ke tabung
penampung, lalu tabung penampung semen dilepaskan dari vagina buatan, diberi
kode pejantan dan diantarkan ke laboratorium untuk dilakukan evaluasi dan
pemrosesan menjadi semen beku.
40
Gambar10. Koleksi Semen pada sapi FH
41
b) Pemeriksaan Semen Segar
Semen merupakan cairan hasil ejakulat yang tersusun atas spermatozoa dan
seminal plasma. Komposisi semen pada sapi pejantan bervariasi, dengan rata-rata
terdiri atas 50% sekresi kelenjar alveolar, 25% sekresi kelenjar bulbourethralis, 7%
sekresi dari epididimis, 5% dari kelenjar prostat dan 14% spermatozoa. Sedang
komposisi kimia dari cairan seminal terdiri atas air, protein, fruktosa, sorbitol, asam
sitrat, glycerophosphocholine, dan inositol. Pemeriksaan terhadap kualitas semen
segar meliputi pemeriksaan makroskopis, mikroskopis, dan konsentrasi.
1. Pemeriksaan Makroskopis
Pemeriksaan makroskopis pada evaluasi semen segar dilakukan
dengan memeriksa jumlah volume total dari semen, warna, aroma, konsistensi,
konsentrasi dan pH. Volume semen segar pada sapi berkisar antara 2-14ml
dengan karakteristik warna putih krem kekuningan, beraroma aromatis mirip
dengan aroma susu sapi,konsistensinya kental/creamy dan memiliki pH berkisar
antara 6,2-6,8. Sedangkan evaluasi semen segar secara makroskopis pada
kambing memiliki karakter yang sama namun berbeda pada jumlah total volume
semen yang diejakulasikan (Barszcz et al, 2012).
Perubahan pada parameter pemeriksaan semen secara makroskopis tersebut
dapat mengindikasikan adanya keabnormalan pada sistima urogenital dari
ternak. Perubahan yang biasanya terjadi adalah adanya perubahan pada warna
semen. Perubahan warna semen dapat disebabkan kotoran preputium, darah,
dan mikroorganisme. Menurut Barszcz et al (2012) terdapat beberapa
perubahan yang mungkin terjadi pada semen, antara lain:
1. Semen berwarna kemerahan
Menandakan adanya kandungan darah pada sperma (dapat terjadi
akibat adanya abrasi penis, fistula pada corpus penis, ataupun adanya
batu kalkuli)
2. Semen berwarna kehijauan menandakan adanya reaksi keradangan
supuratif
42
3. Semen berwarna kekuningan menandakan bahwa semen mungkin
tercampur urin. Namun, sekitar 10% sapi-sapi jantan menghasilkan
semen yang normal berwarna kekuning-kuningan yang disebabkan
oleh pigmen riboflavin yang dibawakan oleh satu gen autosom resesif
dan tidak mempunyai pengaruh terhadap fertilitas (Toelihere, 1993).
4. Semen berwarna putih cair menandakan kualitas semen yang rendah.
5. Cairan semen yang bercampur dengan lendir, menandakan adanya
reaksi keradangan
6. Semen yang terkontaminasi dengan helai rambut, debu, kotoran/tanah.
43
karena dapat menyebabkan penurunan daya tahan sampai kematian sperma
(Ratnawati dkk, 2008). pH semen pada sapi berkisar antara 6,2-6,8 sedangkan
pada kambing memiliki pH normal 6,8-7,0 (Toelihere, 1985; Barszcz et al,
2012).
2. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis pada sampel semen segar meliputi
pemeriksaan gerak massa dan gerak individu dari sperma. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat motilitas dari spermatozoa. Motilitas
merupakan salah satu karakteristik dari spermatozoa yang berkaitan erat dengan
kemampuan fertilisasi dari spermatozoa. Gillan et al (2008) dan Kathiravan et
al (2008) pada penelitiannya menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara motilitas dan pergerakan progresif dari sperma dengan tingkat
fertilitasi oleh sperma tersebut. Sehingga sperma dengan tingkat motilitas yang
tinggi dapat dikategorikan sebagai sperma dengan kualitas yang baik.
Pemeriksaan gerak massa spermatozoa merupakan suatu pemeriksaan yang
dilakukan guna melihat gerak spermatozoa secara berkelompok. Gerak massa
akan terlihat seperti suatu gelombang pada pengamatan di bawah mikroskop.
Menurut Toelihere (1993), penilaian gerak massa spermatozoa adalah sebagai
berikut:
a. 3+ (Terlihat gelombang besar, banyak, gelap, tebal, dan bergerak aktif
seperti gumpalan awan).
b. 2+ (Terlihat gelombang kecil, tipis, jarang, kurang jelas dan bergerak
lambat).
c. 1+ (Masih terlihat gelombang, namun jarak antara gelap dan terang cukup
jauh).
d. 0 (tidak ada gelombang)
Gerak massa yang baik antara 2+ dan 3+ karena angka tersebut
menunjukkan persentaase spermatozoa hidup adalah lebih dari 70%. Apabila
gerak massa kurang dari nilai tersebut maka semen akan diafkir. Evaluasi gerak
44
individu sperma dilihat dengan menggunakan mikroskop pembesaran 200x
dengan slide glass yang ditutup dengan cover glass. Standar sperma yang
digunakan di BBIB Singosari untuk dapat diproses sampai dengan menjadi
semen beku adalah spermatozoa yang mempunyai motilitas ≥ 70% (2+ - 3+).
Hal ini dikarenakan pada proses pembekuan spermatozoa rentan mengalami
penurunan motilitas sebanyak 10-40% (Parrish, 2003). Pergerakan spermatozoa
yang baik adalah pergerakan progresif, yaitu pergerakan sperma maju kedepan.
Menurut Barszcz et al (2012) jumlah abnormalitas pada spermatozoa tidak
boleh melebihi 15%.
3. Pemeriksaan Konsentrasi
Pemeriksaan konsentrasi semen dilakukan untuk mengetahui banyaknya
jumlah sel spermatozoa yang terkandung dalam semen tersebut. Hasil
pemriksaan konsentrasi spermatozoa biasanya berbanding lurus dengan
pemeriksaan konsistensi sperma. Pemeriksaan konsentrasi spermatozoa yang
terkandung dalam semen segar dilakukan guna menentukan banyaknya jumlah
dosis straw yang akan di produksi dari semen tersebut dan untuk menentukan
jumlah pengencer yang akan ditambahkan pada proses penambahan diluter.
Pemeriksaan konsentrasi semen dilakukan dengan menggunakan alat
spektrofotometer, yaitu dengan mengambil sampel semen sebanyak 0,35µl
kemudian dicampurkan dengan NaCl fisiologis 0,9% sebanyak 3,5 ml untuk
sapi dan sedang untuk kambing dilakukan dengan mengambil sampel semen
sebanyak 0,04µl kemudian dicampurkan dengan NaCl fisiologis 0,9% sebanyak
4ml. Kemudian larutan di homogenkan dengan menggunakan vortex, dan
selanjutnya larutan di tuang ke dalam kuvet untuk kemudian dibaca pada alat
spektrofotometer. Angka hasil yang tertera pada alat merupakan hasil
konsentrasi spermatozoa yang terkandung pada semen.
45
Gambar 12. Alat Spektrofotometer
i. Pengenceran Semen
Bahan Pengencer
Bahan pengencer sperma merupakan larutan isotonis yang diberi tambahan
bahan-bahan menyerupai kandungan alami semen serta diberi beberapa bahan
tambahan untuk memelihara sperma dari perubahan pH, sebagai sumber nutrisi bagi
kelangsungan hidup sperma, juga sebagai pelindung sperma dari cold shock pada saat
sperma mengalami pemrosesan. Selain itu bahan tambahan lainnya seperti antibiotik
penicillin dan Sterptomycin juga ditambahkan untuk menjaga larutan dari adanya
kontaminasi bakteri yang dapat menurunkan kualitas dari sperma.
Terdapat 3 jenis pengecer yang biasa digunakan di BBIB Singosari yaitu, Egg
yolk tris dilution, skim dan Andromed®. Egg yolk tris dilution terdiri dari dilution A
dan dilution B, dimana dilution A mengandung (Tris amino methane 1,6%, Citric
46
acid 0,9%, Lactose 1,4%, Raffinose 2,5%, Distilled water 80%, Egg yolk 20%,
Penicilin, Streptomycin) dan dilution B merupakan canpuran antara dilution A
ditambah dengan Gliserol 13%. Pada larutan pengencer ini, Tris amino methane
berfungsi sebagau buffer pH bagi larutan untuk mencegah trjadinya perubahan pH
akibat adanya metabolisme asam laktat oleh sperma, serta untuk mempertahankan
tekanan osmotik dan keseimbangan elektrolit.
Membran plasma spermatozoa kaya akan lemak tak jenuh sehingga rentan
terhadap peroksidasi lipid (Maxwell dan Watson, 1996). Akibat dari peroksidasi lipid
adalah terbentuknya peroksid lipid, yang akan bereaksi sebagai radikal bebas dan
merangsang terjadinya reaksi otokatalitik, sehingga mengakibatkan rusaknya
membran plasma (Sinha et al, 1996). Citric acid berperan sebagai buffer dan juga
untuk mendispersi butir-butir lemak membran plasma spermatozoa, sehingga akan
mengurangi terjadinya oksidasi lipid.
Lactose dan raffinose digunakan sebagai sumber energi, sedang kuning telur
berperan sebagai krioprotektan ekstraseluler untuk mempertahankan dan melindungi
integritas selubung lipoprtein sel spermatozoa. Penambahan antibiotik diberikan
untuk mencegah adanya kontaminasi mikroorganisme yang dapat menurunkan
kualitas dari spermatozoa (Arifiantini dan Yusuf, 2004; Hardijanto dkk, 2010).
Pelarut skim digunakan untuk menggantikan Egg yolk tris dilution. Bahan
pengencer ini terdiri atas skim, glukosa, egg yolk 5%, Penicilin, Streptomycin 2,5%
dan aquades. Selain pengencer semen yang dibuat berdasarkan resep, terdapat
berbagai pengencer kemasan yang telah beredar dan dapat diperoleh di pasaran
seperti Biochiphos dan Bioexcel, juga triladyl, biladyl dan pengencer Andromed®
yang menggunakan lesitin dari kacang kedelai(Arifiantini dan Yusuf, 2004).
Andromed® merupakan salah satu pengencer komersial buatan minitube
jerman, berbahan dasar Tris yang tidak menggunakan sumber protein asal hewan
yang menjadi andalan untuk pengencer semen beku sapi. Andromed® terdiri dari
phospholipid, tris (hydroxymethyl) aminomethane, asam sitrat, fruktosa, gliserol,
lesitin, tylosine tart rat, gentamycin sulfat, spectinomycin dan lincomicin yang biasa
digunakan untuk pembuatan semen beku sapi. Tatacara penggunaan dilakukan hanya
47
dengan penambahan aquades steril (milli-Q-water) dengan perbandingan Andromed®
: aquades steril = 1 : 4. (Minitub, 2001).
Sumber lesitin di dalam pengencer semen komersial Andromed® berasal dari
ekstrak kacang kedelai, yang juga dapat menjalankan fungsi seperti pada lesitin
kuning telur. Hasil penelitian Aku (2005) didapatkan bahwa selain lesitin,
Andromed® juga mengandung protein, karbohidrat (fruktosa, glukosa, manosa dan
maltotriosa), mineral (natrium, kalsium, kalium, magnesium, klorida, fosfor dan
mangan), asam sitrat, gliserol, lemak, lesitin dan gliserilfosforil kolin (GPC).
Andromed® mengandung lesitin yang cukup tinggi yaitu sebanyak 6,76g/100ml.
Seluruh bahan-bahan yang terkandung di dalam Andromed® tersebut merupakan
bahan-bahan yang umum digunakan dalam menyusun pengencer semen selama ini.
Lesitin berfungsi melindungi membran plasma sel dari pengaruh cold shock selama
proses pengolahan berlangsung (Aku, 2005).
Pengenceran
Tahapan pengenceran dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu A1, A2 dan B.
Pengenceran A1 dilakukan dengan memberikan penambahan larutan pengencer A
pada semen dengan ratio perbandingan 1:1. Kemudian larutan campuran dari
pengenceran pertama inin dipindahkan kedalam gelas berisi water jacket dengan suhu
370C dan dilanjutkan dengan dipindahkan ke dalam cool top. Water jacket berfungsi
untuk menjaga penurunan suhu semen secara perlahan, untuk menghindari terjadinya
cool shock. Sebelum dimasukkan ke cool top, semen di dalam water jacket, semen
diadaptasikan di waterbath yang bersuhu 200C. Di cool top, pada saat suhu telah
mencapai 4-50C pengencer A2 ditambahkan berdasarkan dari hasil perhitungan
dengan rumus sebagai berikut:
A2= Vtotal - Vsemen - VpengencerA1
2
Vtotal= Vsemen x Konsentrasi
25.000.000
Selanjutnya dilanjutkan dengan penyimpanan di suhu 3-50C selama 18-20jam
dan kemudian di tambahkan larutan pengencer B. Pengencer B merupakan pengencer
48
A yang telah mendapatkan tambahan gliserol. Gliserol berfungsi sebagai
krioprotektan intraseluler untuk melindungi sperma selama proses pembekuan.
Adanya gliserol yang berfungsi sebagai agen protektif akan menjaga keseimbangan
konsentrasi fisiologik intra dan ekstraseluler dan tudung akrosom akan tetap utuh.
Gliserol akan berinteraksi dengan membran plasma sehingga akan mengurangi
kerusakan dari membran plasma dan tudung akrosom pada saat terjadi perubahan
struktur dari relatif cair ke padat selama pembekuan atau yang lebih penting lagi pada
saat pencairan kembali (Feradis, 1999). Gliserol dapat masuk kedalam sel
spermatozoa untuk mengikat sebagian air bebas sehingga kristal-kristal es yang
terbentuk di dalam medium pengencer pada waktu pembekuan dapat dicegah (Azizah
dan Afifiantini, 2009). Hallak et al (2000) pada penelitiannya menjabarkan bahwa
kombinasi pemberian krioprotektan ekstraseluler dan intraseluler mendapatkan hasil
yang tebaik kualitas sperma yang terbaik dibandingkan dengan pemberian tunggal
kedua komponen tersebut. BBIB singosari menggunakan kombinasi egg yolk sebagai
krioprotektan ekstraseluler dan gliserol sebagai krioprotektan intraseluler.
Menurut SNI kadar gliserol pada sperma beku adalah 6-7%, oleh karenanya
pada penambahan gliserol untuk diluter B digunakan gliserol 13%, karena jumlah
diluter B setengah dari volume total sperma
I. Pemeriksaan before freezing
49
Before freezing merupakan tahapan evaluasi spermatozoa kedua yang
dilakukan setelah evaluasi pertama pada tahap semen segar. Pengujian ini dilakukan
untuk mengetahui motilitas spermatozoa sebelum dilakukan proses freezing.
Pengujian ini dilakukan dengan cara mengambil sperma dari masing-masing bull
menggunakan objek glass yang kemudian diperiksa dibawah mikroskop dengan
pembesaran 200x. Standart minimal motilitas spermatozoa adalah ≥ 55%. Apabila
terdapat semen dengan motilitas < 55% maka akan diafkir dan dilakukan evaluasi
pada pemeliharaan, proses penampungan dan produksi. Setelah dilakukan
pemeriksaan dilanjutkan dengan diproses pada proses straw printing.
50
yang mengeluarkan semen beku pejantan (produsen). Setelah proses printing,
straw disterilisasi di dalam lemari UV selama 15 menit. Straw yang sudah
steril di masukkan ke dalam cool top selama 5-10 menit sebelum dilakukan
proses filling dan sealing.
Tabel 5. Pengggolongan straw sesuai Bangsa (SNI 01-4869.1-1998)
No Ternak Sapi Kode Warna Straw
1. Sapi Bali 1 Merah
2. Sapi Ongole 2 Biru Muda
3. Sapi FH 3 Abu-abu
4. Sapi Brahman 4 Biru Tua
5. Sapi Simental 6 Transparan
6. Sapi Limousine 8 Merah Jambu
7. Sapi Brangus 13 Hijau
8. Sapi Madura 16 Hijau Muda
51
sumbat lab (laboratorium plug). Pada proses ini hal yang pertama kali
dilaukan adalah memasang jarum penghisap (neddle) yang sudah terpasang
dengan flexible rubber tube ke kompressor penghisap, kemudian straw
diletakkan pada kompartemen tempat straw yang kemudian akan disusu oleh
mesin untujarum pengisi (neddle) dan kemudian akan diisi dengan semen
yang disalurkan melalui corong tempat semen (dispossable typer dish for
semen).
V. Pre freezing dan freezing
52
9menit. Pada proses perendaman inilah terjadi proses freezing semen sampai dengan
suhu -1950C.Apabila terdapat straw yang mengambang pada saat proses perendaman,
hal tersebut menandakan bahwa straw tersebut tidak berisi semen dan harus di afkir.
53
permintaan pelanggan. Proses pembelian semen beku di BBIB singosari dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Dikatakan langsung apabila
pembelian langsung datang ke BBIB Singosari, dan dikatakan tidak langsung apabila
pembelian dilakukan melalui pemesanan terlebih dahulu, dan pengiriman melalui jasa
antar. Berbagai kegiatan yang dilakukan seksi pemasaran dan kerjasama antara lain:
Distribusi Semen Beku
Prosedur dalam melakukan kegiatan distribusi ada dua yaitu berdasarkan APBN yang
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan
berdasarkan prosedur yang diatur oleh badan layanan umum BBIB Singosari Malang.
Mengacu pada prosedur APBN yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan, jumlah produksi semen beku, jumlah bangsa sapi
yang akan didistribusikan ke daerah tujuan. Cara pendistribusian semen beku menurut
APBN meliputi:
I. Dinas Peternakan Provinsi mengajukan surat permohonan rencana alokasi
semenbeku ke direktur perbibitan Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian dengan tembusan ke BBIB
Singosari Malang.
II. Kepala BBIB Singosari Malang meminta kepala bidang pemasaran dan
informasi membuat rencana alokasi sesuai stok semen beku, potensi pejantan
dan dana APBN.
III. Alokasi tersebut diverifikasi kepala BBIB Singosari malang, lalu disampaikan
kepada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian
Pertanian.
IV. Setelah menerima surat persetujuan atas rencana alokasi, Dinas Peternakan
Provinsi akan mengirim kontainer kosong sesuai permintaan alokasi dan pihak
BBIB akan mendata kontainer yang datang tersebut.
V. Pembuatan surat order ke bagian penghitungan sesuai barang yang akan
dikirim.
Pihak BLU (Badan Layanan Umum) juga terdapat prosedur dalam
pendistribusian semen beku. Sebagai satuan kerja wadah baru hasil pembaharuan
54
manajemen keuangan sektor publik, BLU memiliki standar operasional dalam
mendistribusikan semen beku sebagai berikut:
I. Pelanggan swasta/ koperasi/ pemerintah mengajukan permohonan melalui
surat, telepon, faximile atau sms ke BBIB Singosari Malang.
II. Mengecek stok semen beku yang tersedia meliputi jenis bull dan jumlahnya.
III. Konfirmasi ke pelanggan kebutuhan semen beku yang harus disiapkan.
IV. Pelanggan mengirim kontainer kosong dan mentransfer dana ke BBIB
Singosar Malang.
V. Membuat surat order sesuai pesanan yang masuk.
Persiapan pengiriman Semen Beku
Sebelum semen beku diistribusikan kepada para konsumen, seksi pemasaran
dan kerjasama melakukan prosedur penyimpanan semen beku dalam kontainer untuk
dijaga kualitasnya. Kontainer merupakan tempat membekukan semen engan nitrogen
cair sebelum semen di thawing. Kontainer dapat dibedakan menjadi kontainer
penyimpanan semen beku (kecil) dan kontainer besar yang digunakan untuk
melakukan berbagai penanganan semen beku dengan volume lebih banyak. Tipe
kontainer yang digunakan di BBIB Singosari Malang bermacam macam,
diantaaranya adalah 3XTL, 10XT, 20XT, 34XT, 35HC, DR17 dan lain lain.
Didalam kontainer terdapat canister yaitu bahan yang terbuat dari logam
berbentuk silinder tempat meletakkan gobletyang berisikan semen beku dan biasanya
55
digantungkan pada leher kontainer. Goblet itu sendiri merupakan wadah pembungkus
straw yang berbahan pastik, ringan dengan berbagai macam ukuran diameter 6cm,
3cm dan 1 cm. Prosedur pengiriman semen beku meliputi:
56
Gambar 18. Proses perhitungan Semen
b. Seleksi Dan Identifikasi Semen Beku
Proses seleksi dan identifikasi straw dapat dilakukan setelah proses
perhitungan sebelum straw dimasukkan ke dalam kontainer. Proses seleksi ini
dilakukan dengan cara mencelupkan atau menenggelamkan straw dalam nitrogen
cair. Apabila straw mengapung, atau meletup maka diindikasi bahwa straw tersebut
afkir (PTM < 40%). Keadaan ini diakibatkan straw tersebut kosong, rusak, tanpa seal,
atau pecah.
Proses identifikasi straw bertujuan untuk mempermudah pengelompokan
semen beku berdasarkan bull dan kode bull sehingga tidak sulit ketika pemesanan
semen beku menginginkan jenis semen yang berbeda beda tanpa mencarinya. Proses
identifikasi semen beku didasarkan pada penamaan straw. Contohnya:
Keterangan,
BBIB SGS : Tempat produsen
Bali : Nama Bangsa
Dharma : Nama pejantan
11345 : Kode Bull ( 1= Bali, 13= Tahun Lahir, 45= Urutan)
57
Warna straw juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi semen beku. Seperti warna
merah untuk sapi Bali, warna abu-abu untuk sapi FH, dan warna merah muda untuk
sapi limousine.
58
terlebih dahulu ada tidaknya kebocoran kontainer. Sedangkan kontainer dalam
keadaan kering, volume nitrogen cair diisi sesuai tinggi canister. Hal ini bertujuan
untuk penyesuaian suhu dan penguapan.
59
1. Penyampaian Informasi dan Promosi
Seksi informasi dan promosi bertugas memberikan informasi dan promosi
kepada calon konsumen dan masyarakat mengenai tugas, dan fungsi BBIB Singosari,
Malang. Metode yang digunakan dalam penyampaian informasi meliputi metode
secara langsung maupun tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan dialog
langsung, wawancara, pengadaan pameran, pertemuan teknis, dan monitoring
kegiatan. Dimana pengadaan pameran merupakan media penyampaian informasi dan
pemasaran yang paling efektif. Metode penyampaian tidak langsung disampaikan
melalui penyebaran info berupa brochure, leaflet, katalog, bulletin, buku, poster,
website, dan beberapa media sosial diantaranya facebook, dan twitter. Penyampaian
ini biasanya disertai promosi yang disebarluaskan melalui media yang disebutkan
diatas dengan disertai update terobosan terbaru BBIB Singosari Malang.
Berikut merupakan 9 layanan publik yang dipromosikan oleh BBIB Singosari
antara lain:
i. Penjualan Semen Beku
Jenis bangsa pejantan unggul (Sapi Simmental, Limousine, Brahman, Ongole,
Bali, Brangus, Madura, Angus, FH, kambing PE dan Boer). Harga semen beku
unsexing Rp. 7000 per dosis dan semen beku sexing Rp. 36000 per dosis. Harga
berbeda untuk beberpa jenis sapi. Jaminan pelayanan yakni berdasarkan SNI 01-
4869.1 : 2008 telah diuji di lab uji mutu yang menerapkan sistem SNI ISO/IEC
17025-2008.
ii. Bimbingan Teknis (Bimtek).
Bimbingan teknis dapat dilakukan berkelompok maupun perseorangan. Jenis
bimbingan teknis bersifat kelompok antara lain inseminator sapi atau kerbau,
inseminator kambing atau domba, pemeriksaan kebuntingan, ATR, dan penanganan
semen beku. Bimbingan teknis kelompok ini dilakukan melalui penyampaian teori,
praktek RPH, praktek di laboratorium, pengenalan organ reproduksi ternak,
kunjungan lapang, praktek lapang, serta pelaksanaan kelompok. Sedangkan
bimbingan teknis bersifat perseorangan antara lain potong kuku, bull salon, laborant,
60
bull master, pembuatan silase, dan pembuatan hay. Bimbingam teknis perseorangan
dilakukan dengan bentuk penyampaian teori dan praktek.
iii. Pelayanan Masyarakat
Bentuk pelayanan masyarakat ini dibagi menjadi dua paket. Paket pertama
yaitu informasi aktivitas balai besar secara audiovisual. Sedangkan paket kedua yaitu
informasi aktivitas balai besar secara audiovisual dan melihat langsung dengan kereta
biosecurity.
iv. Jasa Konsultasi
Berbagai bentuk konsultasi dan monitor secara teknis produk BBIB
Singosaari dalam berbagai bidang seperti bidang pemeliharaan ternak, pengawetan
pakan, breeding, penanganan reproduksi ternak, penanganan semen beku dan
manajemen perkantoran. Bentuk pelayanannya yaitu konsultasi teknis dan monitoring
produk BBIB Singosari di lapangan.
v. Pengujian Mutu Semen
Pengujian mutu semen meliputi pemeriksaan semen segar, semen cair, dan
semen beku. Indikiator uji meliputi motilitas, jumlah konsentrasi sel sperma,
abnormalitas sperma dan derajat keasaman/pH. Jenis Pengujian. Bentuk sampel
pengujian berupa pemeriksaan semen segar, semen cair, serta semen beku.
vi. Penyewaan Aset Balai
Bentuk pelayanan jasa penyewaan aset balai yaitu penyewaan ruang/gedung
serta sarana dan prasarana lainnya. Jenis prasarana yang disewakan antara lain
gedung auditorium, gedung workshop, gedung asrama/guesthouse, kandang
karantina, serta sarana olahraga dan transportasi.
vii. Tenaga Instruktur dan Juri Kontes ternak.
Pemberian materi dan praktek lapang serta penilaian tentang peternakan dan
kesehatan hewan. Bidang pelayanan meliputi juri kontes ternak, dan instruktur bidang
manajemen IB.
viii. Pelayanan penelitian
Jasa penelitian yang disediakan oleh BBIB Singosari yaitu produksi ternak,
kualitas semen, prosesing semen, kesehatan hewan, pemuliaan ternak, dan ekonomi
61
peternakan. Bentuk pelayanannya berupa penyediaan ruangan, penyediaan alat/bahan
dan penyediaan tenaga SDM.
ix. Pelayanan Purna Jual
Bentuk pelayanan berupa pertemuan teknis, kunjungan lapangan, pengujian
semen beku dilapangan, evaluasi hasil pelaksanaan manajemen IB. Ruang lingkup
terbatas pada penanganan semen beku, kelainan reproduksi, manajemen pakan ternak,
pasca pelatihan manajemen IB, program pemuliaan ternak/breeding dan pengenalan
produksi.
62
Kegiatan ini berdasarkan anggaran BBIB Singosari dan permintaan
pelanggan. Dalam melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi ada tim tersendiri
yang dibentuk oleh BBIB Singosari yang akan langsung datang ke lapangan maupun
panggilan langsung dari konsumen. Wilayah MONEV biasanya dilakukan di daerah
pulau Jawa maupun luar pulau Jawa. Proses kegiatan MONEV meliputi diskusi
dengan berbagai pihak seperti petugas teknis dari Dinas, inseminator, melakukan
kunjungan ke peternak dan petugas IB untuk mengetahui pedet keturunan IB. Tugas
lain dari MONEV adalah laporan fertilitas dimana data diperoleh dari setiap dinas
daerah.
- Pelayanan purna jual dan monitoring semen beku
Pelayanan Purna Jual dan monitoring semen beku sebagai salah satu alat
kontrol dan fungsi pengawasan terhadap mutu semen beku yang telah beredar di
lapangan. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain memberikan penyegaran kepada
petugas lapangan dalam bidang IB, memberikan penjelasan dan menampung
permasalahan teknis yang ada dilapangan berkaitan dengan pelaksanaan inseminasi
buatan serta upaya untuk memastikan bahwa penanganan semen beku selama di
lapangan telah memenuhi standar yang telah disarankan. Serta berbagai permasalahan
lain misalnya reproduksi ternak, semen beku sexing, pakan dan pemeliharaan ternak
dan lain-lain.
- Pertemuan Teknis Kegiatan
Kegiatan pertemuan teknis dilakukan dengan cara mengundang pihak terkait
dari seluruh wilayah Indonesia. Pertemuan teknis pada tingkat provinsi Jawa Timur
dilakukan setiap satu tahun sekali. Kegiatan yang dilakukan dalam pertemuan teknis
adalah berdiskusi kepada pihak undangan serta melakukan uji kelayakan semen
produk BBIB Singosari. Hal ini dilakukan untuk memberikan motivasi kepada
petugas Inseminator serta upaya untuk melakukan sharing atas permasalahan yang
terjadi dilapangan terutama yang menyangkut produk di BBIB Singosari.
- Evaluasi tingkat kepuasan pelanggan
Evaluasi ditujukan sebagai salah satu kegiatan untuk mengetahui penilaian
responden terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh BBIB Singosari..
63
Pengumpulan data dilakukan dalam bentuk pemberian kuisioner IKM (Indeks
kepuasan Pelanggan) yang terdiri dari 14 pertanyaan dengan 4 skala jawaban.
Pengatasan keluhan pelanggan yang menjamin mutu produk BBIB Singosari juga
dapat dikategorikan evaluasi terhadap produk.
64
Bab V Penutup
5.1 Kesimpulan
1. Sistem operasional yang ada di BBIB Singosari dipimpin oleh kepala balai
yang dibantu oleh beberapa kepala bidang meliputi kepala bidang bagian
umum, bidang pelayanan teknik, bidang pemasaran dan informasi, dimana
secara keseluruhan sistem telah berjalan dengan baik dan sistematis.
2. Proses produksi semen beku yang ada di BBIB Singosari meliputi
penampungan semen, evaluasi semen segar, pengenceran, pemeriksaan before
freezing, straw printing, filling dan sealing, prefreezing, freezing dan
pemeriksaan post thawing motility.
3. Mekanisme distribusi semen beku terdiri dari dua, yaitu pendistribusian
melalui pemerintah dan umum. Adapun pen-distribusian melalui pemerintah
mendapat subsidi dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan
pendistribusian umum melalui pembelian Badan Layanan Umum (BLU).
5.2 Saran
1. Peningkatan pengawasan terhadap hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas
maupun kuantitas semen seperti dalam pemberian pakan kering atau DMI
(Dry Metter Intake) dan penggunaan antibiotik agar diperhatikan.
2. Perlunya peningkatkan kepedulian terhadap personal hygiene dan disiplin
dalam penerapan biosecurity dari masing-masing individu agar tidak
menimbulkan kerugian baik terhadap diri pekerja itu sendiri maupun
lingkungan sekitarnya.
3. Penerapan dan pelaksanaan sistem sanitasi dan biosecurity yang baik juga
ditunjang oleh faktor SDM. Diharapkan BBIB memberikan pelatihan
berkelanjutan terhadap para karyawan mengenai pentingnya sanitasi, personal
hygiene dan biosecurity, agar kedepannya BBIB singosari dapat menjadi lebih
baik lagi dalam memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat.
65
DAFTAR PUSTAKA
66
Garon, D., Richard, E., Sage, L.,Bouchart, V., Pottier, D., Lebailly, P.2006.
Mikroflora and multimicotoxin detection in corn silage. Experimental study.
Journal of Agriculture and food chemistry. 54: 3479-3484
Hafez ESE. 1993. Reproduction in Farm Animals. 6th Philadelphia. Lea and Febiger
Hafez ESE. 2000. Reproduction in Farm Animals. Edisi ke-6. Philadelphia: Lea and
Febiger.
Shulaw W. P. 2001. Desinfection On-Farm Biosecurity Procedures. Ohio State
University
Palasz AT, Cates WF, Barth AD, Mapletoft RJ. 1994. The relationship between
scrotal circumference and quantitative testicular traits in yearling beef bulls.
Theriogenology. 42:715–726.
Salanikove, N. 2000. Effects of Heat Stress on The Welfare of Extensively Managed
Domestic Ruminants. Livestock Production Science. Vol 67: pp 1-18
Siregar. 2006. Penggemukan sapi potong. Penerbit Swadaya: Jakarta
Soderquist L, Janson L, Haard M, Einarsson S. 1996. Influence of season, age, breed,
and some other factors on the variation in sperm morphological
abnormalities in Swedish dairy AI bulls. Anim Reprod Sc. 44:91–98.
Soegiri, I., Damayanti. 1980. Mengenal beberapa jenis hijauan makanan ternak
daerah tropic. Direktorat Bina Produksi Peternakan. Direktorat Jenderal
Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta
Toelihere. 1985. Fisiologi Reproduksi Ternak. Cetakan keenam. Angkasa Bandung.
Zirkin B. R., Santulli R., Awoniyi C. A, Ewing L. L. 1989. Maintenance of advanced
spermatogenic cells in the adult rat testis: quantitative relationship to
testosterone concentration within the testis. Endocrinology;124:2043–2049.
67