Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN KASUS

PENGOBATAN DASAR
Diabetes Melitus

1. PENDAHULUAN
Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolic menahun akibat pancreas
tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang
diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormone yang mengatur keseimbangan kadar gula
darah. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi di dalam darah yang biasa disebut
hiperglikemia.4
Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Ada 2 tipe
DM yaitu diabetes tipe I/diabetes juvenile yaitu diabetes yang umumnya didapat sejak masa
kanak-kanak dan diabetes tipe II yaitu diabetes yang didapat setelah dewasa. DM sudah
merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21.1
Kasus DM yang terbanyak dijumpai adalah diabetes melitus tipe 2. Kasus DM setiap
hari semakin bertambah dan bila hal ini dibiarkan tidak terkendali, dapat terjadi komplikasi
metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopati maupun
makroangiopati.2
Menurut World Health Organization (WHO), jumlah penderita DM di dunia pada
tahun 2014 terdapat 422 juta orang. Indonesia dengan jumlah penduduk ±258 juta orang
memiliki jumlah penderita diabetes 7% atau sekitar 18 juta orang.3
Bila dibandingkan dengan penderita tidak DM, penderita DM mempunyai
kecenderungan 2 kali lebih mudah mengalami trombosis serebral, 25 kali terjadi kebutaan, 2
kali terjadi penyakit jantung koroner, 17 kali terjadi gagal ginjal kronik, dan 50 kali
menderita ulkus diabetika. Komplikasi menahun DM di Indonesia terdiri atas neuropati 60%,
penyakit jantung koroner 20,5%, ulkus diabetika 15%, retinopati 10%, dan nefropati 7,1%.5
Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan adanya
makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insufisiensi dan neuropati. Ulkus diabetika mudah
berkembang menjadi infeksi karena masuknya kuman atau bakteri dan adanya gula darah
yang tinggi menjadi tempat yang strategis untuk pertumbuhan kuman. Ulkus diabetika kalau
tidak segera mendapatkan pengobatan dan perawatan, maka akan mudah terjadi infeksi yang
segera meluas dan dalam keadaan lebih lanjut memerlukan tindakan amputasi.6
Prevalensi penderita ulkus diabetika tahun 2013 di Indonesia sebesar 15%, angka
amputasi 30%, angka mortalitas 32% dan ulkus diabetika merupakan indikasi rawat inap
terbanyak yakni sebesar 80%. Penderita ulkus diabetika di Indonesia memerlukan biaya yang
tinggi sebesar 1,3 juta sampai 1,6 juta perbulan dan 43,5 juta per tahun untuk seorang
penderita.4

2. LAPORAN KASUS
Identitas
 Nama :Ny. HN
 Usia : 38 tahun
 Alamat: Kayu Putih
Anamnesis:
 Keluhan Utama: Tak ada keluhan
 Riwayat Penyakit Sekarang: pasien datang untuk memeriksakan gula darah puasa
setelah sebelumnya telah memeriksa gula darah sewaktu
 Riwayat Penyakit Sebelumnya: tidak ada
 Riwayat Pengobatan: pasien telah mengkonsumsi metformin selama 5 hari terakhir
 Riwayat keluarga: tidak ada
 Riwayat Sosial Ekonomi: Ibu rumah tangga.
Pemeriksaan Fisik:
Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5E6
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 87 x/menit, kuat angkat, reguler
Pernafasan : 18 x/menit, reguler
Suhu : 36.80C
Kepala dan leher
Kepala : Bentuk normal, rambut tidak mudah rontok, warna hitam, edema wajah
dan kepala (+)
Kulit : Sianosis (-), ikterik (-), scar (-), lembab, turgor kulit baik.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-), pupil
isokor, refleks cahaya langsung dan tidak langsung (+/+)
Telinga : Deformitas daun telinga (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), discharge (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)
Mulut : Bibir tampak kering, sianosis (-), pucat (-), perdarahan gusi (-), plak putih
(-), mukosa mulut tampak lembab, lidah bersih
Leher : Pembesaran KGB dan pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thoraks
Paru-Paru Depan:
Inspeksi : pergerakan napas simetris, pelebaran sela iga (-), tidak terlihat adanya jejas
dan tanda peradangan
Palpasi : taktil fremitus dextra = sinistra
Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru (+/+)
Auskultasi : vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki basah kasar (-/-)
Paru-Paru Belakang:
Inspeksi : pergerakan napas simetris, pelebaran sela iga (-), tidak terlihat adanya jejas
dan tanda peradangan,kelainan tulang belakang (-)
Palpasi : taktil fremitus dextra = sinistra
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi : vesikuler (+/+), wheezing (-/-),rhonki basah kasar (-/-)
Jantung:
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS 6 linea midclavicula sinistra, thrill (-)
Perkusi :
Batas jantung kanan : ICS 3 linea parasternal dextra
Batas pinggang jantung : ICS 4 linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri : ICS 6 lines midclavicula sinistra
Auskultasi : S1S2 reguler, tunggal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
Inspeksi : Perut datar, pelebaran vena (-)
Auskultasi : Bising usus 9 kali/menit, kesan normal.
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), Lien scuffner 0, hepar tidak teraba
Perkusi : Tympani pada 9 regio abdomen, liver span 10 cm
Ekstremitas: Akral hangat, CRT< 2 detik, ditemukan edema pada ekstremitas bawah
Pemeriksaan Penunjang
Gula darah puasa: 279 mg.dL (H)

3. PEMBAHASAN
Diabetes Melitus mengacu pada kelompok umum gangguan metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemia. Banyak pembeda tipe dari DM dan disebabkan oleh kompleks
interaksi dari genetik dan faktor lingkungan.2 Berdasarkan etiologi dari DM, faktor yang
berkontribusi pada hiperglikemik termasuk penurunan dari sekresi insulin, penurunan
penggunaan glukosa, dan peningkatan produksi glukosa.2 Gangguan metabolisme tersebut
juga disebabkan oleh penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin.1
Komplikasi kronik dari DM berpengaruh pada banyak sistem organ dan bertanggung
jawab pada sebagian besar dari morbiditas dan mortalitas yang berkaitan dengan penyakit.
Komplikasi vaskuler dari DM dibagi menjadi komplikasi mikrovaskuler (retinopati,
neuropati, dan nefropati) dan komplikasi makrovaskuler (coronary artery disease), peripheral
arterial disease, cerebrovascular disease). Komplikasi non vaskuler termasuk gastroparesis,
infeksi dan perubahan kulit.2
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
1. Obat Antihiperglikemia Oral, berdasarkan cara kerjanya dibagi menjadi 5 golongan
yaitu:6
 Pemacu sekresi insulin
sulfonylurea yang merupakan golongan sekretagok insulin untuk merangsang
peningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pancreas seperti Glibenklamid 2,5-5mg,
Glikazid 5-10mg, dll.
 Peningkatan sensitivitas terhadap Insulin
Biguanid merupakan golongan Insulin Sensitizing yang menurunkan glukosa darah
melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat seluler, distal reseptor
insulin dan menurunkan produksi glukosa hati, meningkatkan pemakaian glukosa
oleh sel usus sehingga menurunkan glukosa darah serta menghambat absorbs
glukosa di usus seperti metformin dengan dosis 500-850mg.
 Penghambat absorbsi glukosa di saluran cerna
Merupakan golongan Penghambat Alfa Glukosidase yang bekerja dengan
menghambat enzim alfa glukosidase dalam saluran cerna, sehingga menurunkan
kadar glukosa darah sesudah makan seperti Acarbose dengan dosis 50-100mg.
 Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV)
Obat golongan penghambat DPP-IV menghambat kerja enzim DPP-IV diharapkan
dapat memperpanjang masa kerja GLP (glukosa like peptide 1) sehingga dapat
meningkatkan sekresi insulin dan menekan sekresi glucagon bergantung pada
kadar glukosa darah seperti Linagliptin 5mg.
 Penghambat SGLT-2 (Sodium Glukosa Cotransporter 2)
merupakan obat oral jenis baru yang menghambat penyerapan kembali glukosa di
tubuli distal ginjal dengan cara menghambat kinerja transporter glukosa SGLT-2
untuk penyerapan kembali glukosa di tubuli distal ginjal seperti Canagliflozin
dengan dosis 300mg.
2. Obat antihiperglikemia suntik yaitu insulin. Berdasarkan lama kerja insulin dibagi
menjadi 5 yaitu insulin kerja cepat, insulin kerja pendek, insulin kerja menengah,
insulin kerja panjang dan kerja ultra panjang. Selain insulin terdapat juga obat lain
seperti GLP-1 Mimetic dan analog bekerja sebagai perangsang pelepasan insulin
tanpa menimbulkan hipoglikemia, dan menghambat penglepasan glukagon
Pasien mendapatkan pengobatan metformin 3x500 mg.

4. KESIMPULAN
Telah dilaporkan kasus seorang wanita berusia 38 tahun dengan diagnosis DM. Hasil
anamnesis didapatkan tak ada keluhan. Pasien diterapi dengan metformin 3x500 mg, serta
pasien diedukasi untuk kurangi makan makanan dengan kadar gula dan lemak yang tinggi
serta tetap melakukan kontrol kesehatan di puskesmas Oepoi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sylvia P. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta: EGC;
2005.

2. Jameson JL. Harrisons Endokrinology. 17th ed. United States: McGraw-Hill; 2010.
3. WHO. Diabetes [Internet]. 2016 [cited 2016 Nov 9]. Available from:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/

4. Kemenkes RI. Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI : 2014

Anda mungkin juga menyukai