Anda di halaman 1dari 33

TUGAS

GIZI DAN TERAPI DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL

OLEH KELOMPOK 10:

YORI DESTIA ULANDARI 1826010044

RIA FRADILA 1826010045

DINDA DWI PUSTIKA 1826010048

VERA MEISILINDRA 1826010054

RANDI BAHARSYAH 1826010070

DOSEN PENGAMPU : Ns. Hanifah,S.Kep.M. Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemahaman tentang penatalaksanaan diet secara umum bagi
penderita penyakit ginjal penting untuk diketahui, tak hanya bagi mereka
yang telah menderita gangguan ginjal, namun baik bagi mereka yang
bertekad untuk menurunkan resiko terhadap gangguan ginjal.
Fungsi utama ginjal adalah memelihara keseimbangan homeostatik
cairan, elektrolit, dan bahan-bahan organik dalam tubuh. Hal ini terjadi
melalui proses filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Disamping itu, ginjal
mempunyai fungsi endokrin penting. Saat organ ginjal terganggu, ia tak
lagi menjalani fungsinya dengan baik. Penyakit ginjal menyebabkan
terjadinya gangguan pembuangan kelebihan zat gizi yang diperoleh dari
makanan. Penetapan terapi nutrisi diklasifikasikan berdasarkan jenis
gangguan ginjal yang ada.
Seperti gagal ginjal akut, gagal ginjal kronis, penyakit ginjal tahap
akhir (gagal ginjal terminal), sindroma nefrotik dan batu ginjal. Mengingat
fungsi ginjal telah terganggu, penatalaksanaan diet difokuskan pada
pengaturan dan pengendalian asupan energi, protein, cairan dan elektrolit
natrium, kalium, kalsium dan fosfor.
BAB II
DIET PADA PENYAKIT GINJAL

1. Pengertian Gagal Ginjal


Ginjal merupakan organ penting dari tubuh manusia karena ginjal
mempunyai fungsi regulasi dan ekskresi, serta mengekskresikan
kelebihannya (sisa metabolisme) sebagai kemih. Ginjal juga mengeluarkan
sisa metabolisme (seperti urea, kreatinin, dan asam urat) dan zat kimia
asing. Akibat suatu hal ginjal dapat mengalami ganguan fisiologis, salah
satunya adalah gagal ginjal.
Gagal ginjal dapat terjadi secara langsung (akut) atau dalam jangka
waktu yang lama (kronis). Gagal ginjal akut terjadi akibat penurunan
fungsi glomerular dan tubular yang terjadi secara mendadak, berakibat
pada kegagalan ginjal untuk mengekresikan pro-duk sisa nitrogen dan
menjaga homeostasis cairan dan elektrolit.
Gagal ginjal akut dapat disebabkan karena terjadinya penurunan
aliran darah, yang dapat merupakan akibat dari infeksi yang parah (serious
injury), dehidrasi, daya pompa jantung menurun (kegagalan jantung),
tekanan darah yang sangat rendah (shock), atau kegagalan hati (sindroma
hepatorenalis). Gagal ginjal akut juga dapat dikarenakan oleh adanya zat-
zat yang menyebabkan kerusakan atau trauma pada ginjal, seperti kristal,
protein atau bahan lainnya dalam ginjal. Penyebab gagal ginjal akut
lainnya yaitu terjadi penyumbatan yang menghalangi pengeluaran urin dari
ginjal, misalnya karena adanya batu ginjal, tumor yang menekan saluran
kemih, atau pembengkakan kelenjar prostat.
Berdasarkan penyebabnya, gagal ginjal akut dapat dibagi menjadi
prerenal, intrarenal dan postrenal. Klasifikasi faktor penyebab prerenal
adalah akibat turunnya aliran darah yang mendadak ke ginjal seperti gagal
jantung, shock atau kehilangan darah akibat lesi atau trauma. Faktor
intrarenal yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut antara lain infeksi,
racun, obat atau trauma langsung yang dapat menyebabkan kerusakan
pada jaringan ginjal. Sedangkan faktor postrenal yang dapat menyebabkan
gagal ginjal akut adalah berbagai faktor yang dapat mencegah pengeluaran
urin (retensi urin) akibat dari obstruksi (sumbatan) pada saluran kencing.
Penyakit Ginjal kronis adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama
lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan
ginjal seperti proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis
penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang
dari 60 ml/menit/1,73 m2, seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Batasan Penyakit Ginjal Kronik


1. Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal,
dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan :

a. Kelainan patologik

b. Petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria, atau kelainan pada


pemeriksaan pencitraan

2. 2. Laju filtrasi glomerulus <> 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal

Penyebab dari gagal ginjal kronis secara umum disebabkan oleh


diabetes melitus dan hipertensi yang diperkirakan menyebabkan 26-43%
dari gagal ginjal kronis. Kondisi lain yang dapat menyebabkan gagal ginjal
kronis adalah adanya inflamasi (radang), immunological (autoimmun) atau
penyakit keturunan yang berhubungan dengan ginjal. Pada beberapa kasus,
pasien dengan gagal ginjal kronis diikuti dengan gagal ginjal akut.
Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium
ditentukan oleh nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih
tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah, seperti
terlihat pada tabel 2. Klasifikasi tersebut membagi penyakit ginjal kronik
dalam lima stadium.
Tabel 2. Laju Filtrasi Glomerulus dan Stadium Penyakit Ginjal Kronik
Stadium Fungsi Ginjal Laju Filtrasi Glomerulus
(ml/menit/1,73m2)
Risiko Meningkat Normal > 90 (Terdapat faktor
risiko)
Stadium 1 Normal / meningkat > 90 (Terdapat kerusakan
ginjal, proteinuria)
Stadium 2 Penurunan ringan 60 – 89
Stadium 3 Penurunan sedang 30 – 59
Stadium 4 Penurunan berat 15 – 29
Stadium 5 Gagal ginjal <>

Pada pasien dengan gagal ginjal kronis akan terjadi beberapa kelainan
metabolik seperti:
1. Gangguan elektrolit dan hormon
Gangguan cairan dan elektrolit jarang terjadi kecuali pada tahap
akhir dari gagal ginjal. Akibat turunnya GFR, peningkatan aktivitas
oleh beberapa nefron menjadi hal yang penting dalam ekskresi
elektrolit. Beberapa hormon juga membantu dalam pengaturan level
elektrolit, akan tetapi hal ini juga dapat menyebabkan gangguan pada
sistem hormon tersebut. Peningkatan sekresi hormon aldosteron dapat
membantu mencegah peningkatan kadar kalium serum tetapi dapat
menyebabkan hipertensi. Peningkatan sekresi hormon paratiroid dapat
membantu pencegahan dari peningkatan kadar phosphate serum akan
tetapi daapt berdampak pada renal osteodystrophy. Ketidakseimbangan
elektrolit dapat menyebabkan penurunana GFR ketika aktivitas dari
hormon tidak adekuat atau ketika konsumsi air dan elektrolit dibatasi
atau berlebihan.
2. Renal osteodystrophy
Merupakan gangguan pada tulang yang disebabkan akibat dari
aktivitas dari hormon paratiroid. Hormon paratiroid akan
menyebabkan keluarnya phosphate ke dalam urine tetapi menyebabkan
pembongkaran kalsium dari dalam tulang. Selain itu hormon ini juga
dapat menyebabkan turunnya kadar kalsium dalam serum, asidosis,
dan gangguan aktifasi vitamin D di dalam ginjal.
3. Sindrom uremia
Uremia timbul pada saat level terakhir dari penyakit gagal ginjal
kronis ketika GFR ginjal sudah dalam kondisi dibawah 15 mL/menit
dan BUN melebihi dari 60 mg/dl. Beberapa gangguan, gejala dan
komplikasi yang berkembang akibat kondisi ini disebut dengan
sindroma uremia. Uremia dapat menyebabkan disfungsi mental dan
perubahan pada neuromuskuler seperti kram pada otot, kelemahan
pada otot lengan dan nyeri. Komplikasi lainnya akibat dari uremia
adalah:
· Gangguan sintesis atau pembentukan hormon. Gangguan ini meliputi
gangguan pembentukan hormon pengaktif vitamin D dan
erythropoietin yang berfungsi pada pembentukan sel darah merah.
Akibatnya akan terjadi anemia dan osteoporosis akibat hilangnya
kalsium dari tulang.
· Gangguan degradasi hormon. Gangguan pada perkembangan hormon
dapat berakibat pada pertumbuhan, reproduksi, keseimbangan cairan,
pengaturan kadar glukosa darah dan metabolisme zat gizi.
· Abnormalitas pendarahan. Turunnya fungsi platelet dan faktor
pembekuan dapat menyebabkan pembekuan darah akibat luka yang
lama yang dapat berkontribusi pada anemia dan pendarahan pada
saluran cerna.
· Peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler. Faktor resiko ini antara
lain hipertensi, peningkatan kadar insulin (resistensi insulin) dan kadar
lipid darah yang tidak normal.
· Penurunan fungsi imunitas tubuh. Pasien dengan uremia memiliki
imunitas yang rendah dan sangat berpotensi untuk terjadinya infeksi
yang lebih sering menyebabkan kematian pada pasien.
4. Protein Energi Malnutrisi
Pasien dengan gagal ginjal kronis biasanya akan berkembang PEM
dan wasting. Beberapa studi memperkirakan bahwa pasien dengan
gagal ginjal akan memiliki asupan energi dan protein yang tidak cukup
bahkan pada saat awal berkembangnya penyakit. Anoreksia
merupakan salah satu faktor penyebab dari rendahnya konsumsi
makanan dan dapat berakibat pada gangguan hormonal. Faktor
penyebab lainnya adalah nausea dan vomiting, pembatasan diet,
uremia dan pengobatan. Kehilangan zat gizi dapat memberikan
kontribusi pada malnutrisi dan disebabkan akibat dari vomiting, diare,
pendarahan gastrointestinal, concurrent catabolic illness dan dialisis.
Tidak seperti pada gagal ginjal akut yang penurunan fungsi ginjal
terjadi secara cepat atau tiba-tiba, pada gagal ginjal kronis
dikarakteristik dengan penurunan fungsi ginjal secara bertahap dan
irreversible. Pada penderita gagal ginjal kronis, penderita tidak
menunjukkan gejal-gejala yang tampak seperti pada pasien dengan
gagal ginjal akut. Gejala ini baru timbul setelah ginjal mengalami
penurunan fungsinya sebesar 75%. Oleh karena itu, pengkajian klinik
sangat bergantung pada pemeriksaan penunjang, meski anamnesis
yang teliti sangat membantu dalam upaya menegakkan diagnosis yang
tepat. Sebagian besar individu dengan stadium dini penyakit gagal
ginjal kronik tak terdiagnosis. Deteksi dini kerusakan ginjal sangat
penting untuk dapat memberikan pengobatan segera, sebelum terjadi
kerusakan dan komplikasi lebih lanjut.
Nilai laju filtrasi merupakan parameter terbaik ukuran fungsi
ginjal. Nilai ini dianjurkan dengan rumus Cockcroft-Gault atau rumus
MDRD (modification of diet in renal diseases).
(140-Umur) x Berat Badan
Cockcroft-Gault : Klirens Kreatinin = ---------- x (0,85, jika wanita)
(ml/menit) 72 x Kreatinin Serum
MDRD : Laju Filtrasi Glomerulus = 186 x (Kreatinin Serum) -1,154
x (Umur) -0,203 x (0,742 jika wanita) x (1,210, jika kulit hitam)
Pengkajian klinik menentukan jenis penyakit ginjal, adanya
penyakit penyerta, derajat penurunan fungsi ginjal, komplikasi akibat
penurunan fungsi ginjal, faktor resiko untuk penyakit kardiovaskuler.
Pengelolaan meliputi terapi penyakit ginjal , pengobatan penyakit
penyerta, penghambatan penurunan fungsi ginjal, pencegahan dan
pengobatan penyakit kardiovaskular, pencegahan dan pengobatan
komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal, serta terapi pengganti ginjal
dengan dialisis atau transplantasi jika timbul gejala dan tanda uremia.
3. Penyebab Malnutrisi Pada Gagal Ginjal
Tingginya angka prevalensi malnutrisi terjadi pada pasien dengan
gagal ginjal. Beberapa survey menunjukkan bahwa 40% pasien dengan
gagal ginjal mengalami malnutrisi terutama Protein-Energi malnutrisi.
Penyebab malnutrisi ini disebabkan oleh berbagai faktor (multifaktor),
akan tetapi survey menunjukkan bahwa penyebabnya adalah intake
makanan yang kurang. Indikator status gizi seperti turunnya intake
makanan dan masa otot merupakan salah satu penyebab secara
independent terhadap kematian 12 bulan lebih dini. Komplikasi
gastrointestinal (saluran cerna) sering terjadi pada pasien yang
menyebabkan turunnya intake makanan dan malnutrisi. Pengobatan
komplikasi gastrointestinal dapat memperbaiki status gizi pada pasien.
Meskipun secara tradisional indikator malnutrisi, seperti turunnya
masa otot atau serum protein dihubungkan dengan peningkatan kematian,
beberapa penelitian dilakukan untuk menunjukkan apabila status gizi baik,
maka tingkat kematian pasien dapat dicegah. Penurunan masa otot atau
protein serum dapat menyebabkan respon fase akut yang berhubungan
dengan kondisi kesakitan. Sebagai tambahan, kondisi kesakitan dapat
menyebabkan meningkatnya sitokin penyebab inflamasi dan menyebabkan
malnutrisi serta peningkatan angka kematian. Peningkatan status gizi pada
pasien gagal ginjal dari beberapa penelitian menunjukkan perbaikan pada
pasien dan memperlama umur pasien.
Malnutrisi pada pasien gagal ginjal dapat disebabkan oleh beberapa
faktor (multifaktor). Penurunan intake protein dan kalori merupakan
penyebab dari malnutrisi pada pasien. Beberapa studi menunjukkan bahwa
penurunan nilai GFR (<50>
Kondisi co-morbid selalu memberikan kontribusi pada penurunan
intake dan malnutrisi. Gastroparesis (gangguan motilitas lambung)
merupakan faktor yang paling sering menyebabkan turunnya intake pada
pasien gagal ginjal dengan komplikasi diabetes melitus. Akan tetapi,
sekarang gastroparesis dapat juga terjadi pada pasien tanpa komplikasi
diabetes. Beberapa studi menemukan tingginya insidensi dari gangguan
motilitas lambung pada pasien yang mengalami cuci darah. Pada pasien
non-diabetik yang dibantu dengan dialisis dan mengalami
hipoalbuminemia serta gastroparesis akan meningkat status gizinya estela
diberikan erythromicin yang berfungsi sebagai agen prokinetik.
Pengaturan diet yang terlalu ketat pada pasien gagal ginjal dapat
menyebabkan malnutrisi pada pasien gagal ginjal. Diet ginjal; yang
membatasi asupan protein, garam, kalium, phosphor dan air semakin
menyebabkan malnutrisi dan rendahnya intake makanan. Intervensi diet
seharusnya tidak terlalu ketat sebelum status gizi dan kebiasaan makan
diketahui serta pasien gagal ginjal sudah jelas membutuhkan pembatasan
diet. Selain itu, beberapa hal perlu diperhatikan dalam menyebabkan
abnormalitas elektrolit seperti rendahnya kontrol terhadap glukosa,
penggunaan kalium dalam pengganti garam, atau obat yang menyebabkan
hyperkalemia. Sehingga pembatasan diet harus memperhatikan beberapa
faktor diatas.
Pasien dengan dialisis biasanya akan menyebabkan peningkatan
serum leptin dan serum mediator fase akut seperti IL-6 dan TNF (Tumor
Necrosis Factor). Mediator ini dihubungkan dengan anorexia dan
penurunan intake makanan pada pasien dengan gagal ginjal. Selain itu,
uremia juga merupakan faktor lainnya yang dapat menyebabkan turunnya
nafsu makan dan intake makanan.
Penyebab malnutrisi lainnya pada pasien gagal ginjal adalah
meningkatnya kehilangan zat gizi. Pada pasien dialisis, akan terjadi
kehilangan asam amino sebanyak 6-12 gram, 2-3 gram peptida dan sedikit
protein per sesi dialisis. Selama dialisis peritoneal, pasien akan mengalami
kehilangan asam amino sebesar 2-4 gram, tetapi pada realitanya
kehilangan ini meningkat menjadi 8-9 gram (termasuk 5-6 gram albumin).
Pasien dengan dialisis peritoneal akan mengalami kehilangan protein total
sebesar 15 gram per sesi dialisis. Pengeluaran ini akan terus meningkat
sampai peritonitis diobati.
Pasien dengan dialisis juga dapat kehilangan protein akibat dari
sampling darah untuk check laboratorium. Pasien dengan kadar Hb yang
normal, akan mengalami kehilangan protein sebesar 16 gram setiap 100
mL darah diambil dari tubuh.
Malnutrisi pada pasien gagal ginjal juga dapat disebabkan karena
aktivitas bakteri pada usus dan meningkatnya katabolisme tubuh. Studi
kohort yang dilakukan pada 22 pasien dengan dengan gagal ginjal kronis,
36% pasien mengalami overgrowth bakteri di dalam usus. Pasien dengan
gagal ginjal selalu dihadapkan dengan "anabolism challanged".
Meningkatnya reactan acute-phase pada pasien gagal ginjal dan dialisis
akan menghambat produksi albumin dari hati dan meningkatkan
katabolisme dari jaringan otot. Asidosis merupakan faktor tambahan yang
menggambarkan katabolisme dalam tubuh pasien. Beberapa data hasil
penelitian menunjukkan aktivitas dari ubiquitine-proteasome akan
menyebabkan proteolitik pada jaringan otot yang merupakan jalur primer
dalam katabolisme protein. Acidosis pada pasien gagal ginjal akan
menghambat aktivitas osteoblast dan meningkatkan aktiovitas osteoclast
yang menyebabkan osteodystrophy pada pasien gagal ginjal.

4. Dialisis Pada Gagal Ginjal


Dialisis atau cuci darah merupakan salah satu metode untuk
memperlama umur pasien gagal ginjal. Selain itu, dialisis dapat digunakan
untuk memperlama waktu pasien gagal ginjal sebelum dilakukan
transplantasi ginjal. Dialisis juga dapat mengembalikan keseimbangan
cairan dan elektrolit. Dialisis bekerja dengan cara menyingkirkan
kelebihan cairan dan sampah dari darah melalui proses difusi,osmosis dan
uktrafiltrasi. Dialisis ini menggunakan dialysate, cairan yang sama dengan
komposisi plasma darah normal, yang ditransport ke dalam kompartement
diantara membran semipermeable. Membran semipermeabel ini berfungsi
sebagai filter atau penyaring dimana molekul kecil seperti glukosa dan
urea dapat menembus membran melalui pori-pori pada membran
sedangkan molekul besar tidak dapat menembus membran ini.
Pada hemodialisis, sebuah tabung yang kecil yang dapat membawa
darah ke dalam sebuah alat yang disebut dengan dialyzer yang dibuat dari
material yang berfungsi sebagai membran semipermeabel. Pada peritoneal
dialisis, membran semipermeabel ini diganti oleh peritoneal membran
pada tubuh yang banyak mengandung pembuluh darah dan dapat
digunakan untuk menyaring darah. Peritoneal ini terletak diperut yang
kaya akan pembuluh darah. Cara kerja dari hemodialisis peritoneal ini
adalah dialysate diinfuskan ke dalam cateter yang akan masuk ke dalam
ruangan peritoneal. Ruangan ini merupakan ruang antara abdomen dekat
dengan usus halus. Pada prosedur yang umum digunakan, continous
ambulatory peritoneal dialysis (CAPD), dialysate masih tertinggal di
cavitas peritoneal selama 4-6 jam dan sesudahnya dihisap dan diganti
dengan dialysate yang baru. Secara umum larutan dialysate diganti 4 kali
setiap harinya dan membutuhkan sekitar 30 menit untuk penghisapan dan
penggantian dengan yang baru.
Tidak seperti hemodialisis dengan menggunakan alat
(hemodializer), dialisis peritoneal harus menggunakan konsentrasi glukosa
yang tinggi akibat tekanan onkotik yang rendah pada cavitas peritoneal.
Akibatnya, glukosa yang tinggi akan terserap ke dalam tubuh
menimbulkan hiperglikemia dan hipertrigliserida. Selain itu, kelemahan
dari metode ini adalah infeksi pada cavitas peritoneal akibat dari kateter
(peritonitis), penjendalan darah pada kateter sehingga dapat menghambat
kateter, perpindahan kateter dan abdominal hernia akibat dari volume
dialysat. Akan tetapi kelebihan dari metode ini adalah pengambilan darah
melalui pembuluh darah tidak dilakukan serta pembatasan diet tidak terlalu
ketat.
Pada dialisis dengan menggunakan dialyzer, efek merugikan yang
dapat ditimbulkan antara lain infeksi pada pembuluh darah, penjendalan
darah, hipotensi akibat aliran darah ditarik keluar menuju dialyzer, kram
pada otot terutama pada tangan, kaki dan lutut. Selain itu, anemia juga
dapat terjadi pada pasien dengan hemodialisis akibat hilangnya darah di
dalam dialyzer. Efek merugikan lainnya adalah beberapa pasien merasa
pusing, lemah, nausea, vomiting dan berkunang-kunang.
Metode urea kinetik model selanjutnya digunakan untuk
mengetahui seberapa efektifkah dialisis. Metode urea kinetik model adalah
metode untuk mengetahui keefektifan dialisis dengan menghitung
clearence urea dari darah. Metode ini menggunakan rumus Kt/V dimana K
menunjukkan konsentrasi urea yang terbuang dari darah, t adalah waktu
untuk dialisis dan V adalah volume darah. Nilai yang diperoleh dapat
digunakan untuk mengetahui apakah pasien telah mengalami dialisis yang
tepat. Batas nilai yang digunakan adalah 1,2. Akan tetapi, perhitungan ini
tidak begitu simple, karena beberapa faktor perlu diperhatikan antara lain
data clearence pada dialyzer, blood flow rate dan dialysis flow rate.
Sehingga komputerisasi menjadi hal yang penting dalam menentukan nilai
ini.
5. Kebutuhan Nutrisi Pasien Gagal Ginjal
1. Kebutuhan Energi
Beberapa studi menemukan kebutuhan kalori untuk pemenuhan pasien
dengan hemodialisis dalam kondisi metabolik yang seimbang. Menurut
National Kidney Foundation's, kebutuhan kalori pada pasien gagal
ginjal pada hemodialisis dalam kondisi metabolik yang seimbang
adalah 30-35 kalori/Kg. Sedangkan pada pasien yang dihemolisis
dengan menggunakan metode CAPD, sekitar 200-300 kalori dari
dekstrose dalam larutan diasylate. Sehingga kalori ini perlu
diperhatikan. Sedangkan pada pasien dengan gagal ginjal akan
mengalami edema, sehingga perlu diketahui berat badan aktual pasien
agar pemenuhan kebutuhan energi dapat diketahui. Berdasarkan
National Kidney Foundation dan data NHANES II apabila berat pasien
<95%>115%, maka berat badan perkiraan (berdasarkan perhitungan
rumus) digunakan dalam menentukan energi. Rumus untuk
mengetahui berat badan perkiraan adalah sebagai berikut:
berat badan ideal+[(aktual edema-free weight-ideal weight)x0,25].
2. Kebutuhan Protein
Kebutuhan protein pada pasien gagal ginjal sangat bergantung pada
jenis gagal ginjal yang dialami oleh pasien dan jenis dialisis yang
dilakukan oleh pasien. Pada pasien dewasa dengan gagal ginjal kronis
yang tidak menerima dialisis, maka konsumsi nitrogen per kilogram
bahan makanan adalah 0,6 gram apabila kebutuhan kalori terpenuhi
dan protein yang dikonsumsi harus berasal dari protein dengan nilai
biologis yang tinggi. Penurunan asupan protein dapat mereduksi
sindrom uremik dan menghambat dialisis pada pasien dengan gagal
ginjal kronis yang stabil. Akan tetapi, penurunan asupan protein ini
tidak diharapkan karena dapat menimbulkan malnutrisi atau intake
kalori yang tidak adekuat.
Kebutuhan protein pada pasien dengan gagal ginjal akut adalah
sekitar 0,6- 0,8 gram per kilogram berat badan tubuh apabila fungsi
ginjal sudah menurun dan tidak mengalami dialisis. Sedangkan apabila
fungsi ginjal sudah membaik dan terdapat perlakuan dialisis maka
lebutuhan protein adalah 1,2-1,3 gram per kilogram berat badan.
Pada pasien dengan hemodialisis, maka lebutuhan kalori sebesar
1,2 gram per kilogram berat badan per hari untuk pasien dengan
dialisis yang stabil dan sebesar 1,2-1,3 gram untuk pasien dengan
heodialisis peritoneal yang stabil. Pasien dengan malnutrisi, acute
catabolic illness atau luka postoperatif sebaiknya mendapat protein
lebih dari 1,3 gram per kilogram berat badan per hari. Sebuah studi
menunjukkan konsumsi protein sebesar 2-2,5 gram per kilogram berat
badan per hari dapat memperbaiki keseimbangan Nitrogen pada pasien
dengan gagal ginjal akut. Akan tetapi, konsumsi protein diatas 1,5-1,6
gram per hari per kilogram berat badan akan meningkatkan frekuensi
dari dialisis.
3. Kebutuhan Vitamin
Pasien dengan gagal ginjal sangat riskan untuk defisiensi beberapa
mikronutient. Pasien dengan dialisis dapat kehilangan vitamin larut air
seperti thiamine, asam folate, pyridoxine dan asam askorbat (vitamin
C). Akan tetapi, pasien dengan gagal ginjal akan menyebabkan
turunnya ekskresi vitamin A dan menyebabkan hypervitaminosis A.
Sehingga konsumsi vitamin A perlu mendapat perhatian. Vitamin E
sangat dibutuhkan sebagai antioxidant sehingga mencegah asidosis
pada pasien. Konsumsi vitamin E sebesar 300-800 IU dapat mencegah
oksidasi pada sel. Akan tetapi, hal ini masih menjadi sesuatu yang
controversial.
Vitamin D merupakan vitamin yang mengalami defisiensi karena
salah satu fungsi ginjal adalah untuk aktivasi dari vitamin D. Selain
itu, meningkatnya level PTH (Pituitary Hormon) akan menyebabkan
vitamin D menurun. Pasien dengan penurunan fungsi ginjal kronis
(GFR 20-60 mL/min) yang disertai dengan meningkatnya level PTH
harus dilakukan pengecekan vitamin D dalam bentuk 25-Hidroksi
kolekalsiferol atau 25-OH vitamin D. Pasien dengan kadar 25-OH
vitamin D <75>
Berikut adalah rekomendasi intake vitamin pada pasien dengan
hemodialisis:
Tabel 3. Rekomendasi intake vitamin pasien hemodialisis
Vitamin Rekomendasi
1,1-1,2 mg/hari
Thiamin
1,1-1,3 mg/hari
Riboflavin
14-16 mg/hari
Niacin
5 mg/hari
Asam pantotenat
10 mg/hari
Piridoksin
2,4 mg/hari
Sianokobalamin
30 mcg/hari
Biotin
75-90 mg/hari
Asam askorbat
1 mg/hari
Asam folat
Zink
15 g/hari
6. Kebutuhan Mineral
a. Kalsium
Kalsium adalah mineral yang sangat penting untuk pembentukan
tulang yang kuat. Namun makanan yang mengandung kadar kalium yang
baik biasanya juga mengandung kadar fosfat yang tinggi. Untuk itu cara
terbaik untuk mencegah hilangnya kalsium adalah dengan membatasi
asupan makanan yang mengandung fosfat yang tinggi. Untuk menjaga
keseimbangan kadar kalsium dan fosfat biasanya penderita diminta
mengkonsumsi obat pengikat fosfat (phosphate binder) dan bijaksana
dalam mengkonsumsi makanan.
Pemasukan kalsium sebanyak 1000 mg/hari diperlukan untuk
mencegah atau menunda kemajuan dari osteodistrofi ginjal atau
demineralisasi tulang, akibat dari asidosis kronis dan gangguan
metabolisme vitamin D. Karena pemasukan susu biasanya dibatasi hanya 1
mangkuk sehari untuk mengurangi pemasukan protein dan fosfat, maka
diperlukan suplemen tambahan kalsium. Suplemen kalsium tidak boleh
diberikan bila kadar fosfat serum tidak terkontrol, karena bahaya
terjadinya presipitasi kalsium dalam ginjal.
b. Fosfat
Seperti juga ureum, ginjal yang rusak tidak lagi mampu untuk
membuang fosfat dari darah yang menyebabkan tingginya kadar fosfat
dalam darah. Kadar fosfat yang tinggi dapat menyebabkan tubuh
kehilangan kalsium dari tulang. Efeknya adalah tulang menjadi sangat
lemah dan mudah patah. Untuk mengontrol kadar fosfat dalam darah,
penderita seyogyanya mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar
fosfat yang rendah. Fosfat terdapat di sebagian besar makanan namun pada
beberapa jenis makanan berikut ini terkandung kadar fosfat yang tinggi
yaitu :
· Produk susu seperti susu, keju, pudding, yogurt,dan ice cream
· Kacang kacangan, selai kacang
· Minuman seperti bir, cola maupun jenis soft drink lainnya
Progresivitas dari insufisiensi ginjal tampak lebih lambat dengan
diet yang mengandung fosfat kurang dari 600 mg/hari. Dengan
mengurangi jenis makanan yang disebutkan diatas cukup untuk membatasi
protein yang masuk, dan memungkinkan tercapainya kadar pemasukan
yang diinginkan.
Antasida aluminium hidroksida diberikan secara oral bila
diperlukan untuk mengikat fosfat makanan dan mencegah absorpsinya.
Aluminium hidroksida ini dapat ditambahkan dalam adonan kue supaya
dapat lebh mudah diterima oleh pasien. Namun, kecenderungan saat ini
adalah lebih banyak menurunkan kadar fosfat dari makanan dan minuman
daripada penggunaan zat pengikat secara rutin. Penggunaan aluminium
hidroksida yang menahun dapat mengakibatkan keracunan aluminium
dengan gejala ataksia, demensia, dan memperburuk osteodistrofi tulang.
c. Kalium
Kalium merupakan salah satu mineral yang penting bagi tubuh kita
terutama untuk membantu otot dan jantung bekerja dengan baik.Kalium
dengan kadar yang cukup tinggi banyak ditemukan pada sebagian besar
makanan seperti :
· Beberapa buah dan sayuran : pisang, alpukat, melon, jeruk, kentang
· Susu dan Yoghurt
Makanan yang banyak mengandung protein yang tinggi seperti
daging sapi, daging babi,dan ikan.Terlalu banyak kalium atau terlalu
sedikit akan berbahaya bagi tubuh. Tiap penderita gagal ginjal mempunyai
kebutuhan kalium yang berbeda – beda, ada yang membutuhkan banyak
kalium, sementara ada juga yang harus membatasi kalium. Semua itu
tergantung dari tingkat kerusakan ginjal dari penderita.
d. Sodium
Penderita gagal ginjal stadium awal disarankan untuk membatasi
asupan sodium. Hal ini disebabkan adanya keterkaitan antara asupan
sodium, penyakit ginjal dan hipertensi. Sodium juga banyak ditemukan
pada makanan namun pada beberapa jenis makanan berikut ini terkandung
kadar sodium yang tinggi yaitu :
· Garam meja, dan makanan dengan tambahan garam seperti snack
· Makanan jenis fast food
Tabel 4. Kebutuhan Rekomendasi pada Pasien Gagal Ginjal
Kerja
Parameter Stage 1-4 Stage 5 Stage 5 Transplantasi
ginjal
nutrisi GGK hemodialisis peritoneal ginjal
normal
Kalori 30-37 35 (<60> 35 (<60> 35 (<60> 30-35
(kcal/kg/hr) 30-35 (≥60 30-35 (≥60 30-35 (≥60
th) th) th) termasuk
kalori dari
dialysate
Protein 0,8 0,6-0,75 1,2 1,2-1,3 25-30
(g/kg/hr) 50% HBV 50% HBV 50% HBV
Fat (% total 30-35% Harus perhatikan asupan PUFA, MUFA, 1.3-1.5
kcal) 250-300 mg kolesterol/hari Inisial 1.0
untuk
penjagaan
Na (mg/hr) Tidak 2.000 2.000 2.000 Tidak dibatasi
dibatasi
K (mg/hr) Tidak Berdasarkan 2.000-3.000 3.000- Tidak dibatasi
dibatasi nilai lab (8-17 4.000 (8-17
mg/kg/hr) mg/kg/hr)
Ca (mg/hr) Tidak 1200 ≤2000 dari ≤2000 dari 1200
dibatasi diet dan obat diet dan obat
P (mg/hr) Tidak Berdasarkan 800-1000 800-1000 Tidak dibatasi
dibatasi nilai lab sampai
diindikasi
harus dibatasi
Air (mL/hr) Tidak Tidak 1000+Output 1.500-2.000 Tidak dibatasi
dibatasi dibatasi urin sampai
dengan diindikasi
output urin harus dibatasi
normal

B. Diet Pada Gagal Ginjal


1. Tujuan Diet
- Gagal Ginjal Akut :
a. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan fungsi
ginjal.
b. Menurunkan kadar ureum darah.
c. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
d. Memperbaiki dan mempertahankan status gizi optimal dan
mempercepat penyembuhan.
- Gagal Ginjal Kronis :
1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan
memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja
ginjal.
2. Mencegah dan menurunkan kadar ureum yang tinggi.
3. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal, dengan
memperlambat penurunan laju filtrasi glomerulus.
- Gagal Ginjal dengan Dialisis :
a. Mencegah defisiensi gizi serta mempertahankan dan memperbaiki
status gizi, agar pasien dapat melakukan aktivitas normal.
b. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Menjaga agar akumulasi produk sisa metabolisme tidak berlebihan.

2. Syarat Diet
- Gagal Ginjal Akut :
a. Energi cukup untuk mencegah katabolisme, yaitu 25 – 35
kkal/kg BB.
b. Protein disesuaikan dengan katabolisme protein, yaitu 0,6 – 1,5
g/kgBB. Pada katabolik ringan kebutuhan protein 0,6 – 1
g/kgBB, katabolik sedang 0,8 – 1,2 g/kgBB, dan katabolik
berat 1 – 1,5 g/kgBB.
c. Lemak sedang, yaitu 20 – 30 % dari kebutuhan energi total,
atau antara 0,5 – 1,5 g/kgBB. Untuk katabolisme berat
dianjurkan 0,8 – 1,5 g/kgBB.
d. Karbohidrat sebanyak sisa kebutuhan energi setelah dikurangi
jumlah energi yang diperoleh dari protein dan lemak. Apabila
terdapat hipertrigliseridemia, batasi penggunaan karbohidrat
sederhana atau gula murni.
e. Natrium dan kalium batasi bila ada anuria.
f. Cairan, sebagai pengganti cairan yang keluar melalui muntah,
diare, dan urin + 500 ml.
g. Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan
dalam bentuk formula enteral atau parenteral. Bila diperlukan,
tambahan suplemen asam folat, vitamin B6, C, A dan K.
- Gagal Ginjal Kronis :
a. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB.
b. Protein rendah, yaitu 0,6 – 1,5 g/kgBB. Sebagian harus bernilai
biologik tinggi.
c. Lemak cukup, yaitu 20 – 30 % dari kebutuhan energi total.
Diutamakan lemak tidak jenuh ganda
d. Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi
jumlah energi yang diperoleh dari protein dan lemak.
e. Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, asites, oliguria,
atau anuria. Banyaknya natrium yang diberikan antara 1 – 3 g.
f. Kalium dibatasi (40 – 70 mEq) apabila ada hiperkalemia
(kalium darah > 5,5 mEq), oliguria, atau anuria.
g. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah
pengeluaran cairan melalui keringat dan pernafasan (± 500 ml).
h. Vitamin cukup, bila perlu diberikan tambahan suplemen asam
folat, vitamin B6, C, dan D.
- Gagal Ginjal dengan Dialisis :
a. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB ideal/hari pada pasien
Hemodialisis (HD) maupun Continous Ambulatory Peritoneal
Dialysis (CAPD). Pada CAPD diperhitungkan jumlah energi
yang berasal dari cairan dialisis. Bila diperlukan penurunan
berat badan, harus dilakukan secara berangsur (250 – 500
g/minggu) untuk mengurangi risiko katabolisme massa tubuh
tanpa lemak (Lean Body Mass).
b. Protein tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen
dan mengganti asam amino yang hilang selama dialisis, yaitu 1
– 1,2 g/kgBB ideal/hari pada HD dan 1,3 g/kgBB ideal/hari
pada CAPD. 50% protein hendaknya bernilai biologik tinggi.
c. Lemak normal, yaitu 15 – 30 % dari kebutuhan energi total.
d. Karbohidrat cukup, yaitu 55 – 75 % dari kebutuhan energi
total.
e. Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24
jam, yaitu :
i. 1 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari,
yaitu 1 g untuk tip ½ liter urin (HD)
ii. 1 – 4 g + penyesuaian menurut jumlah urin
sehari, yaitu 1 g untuk tiap ½ liter urin (CAPD)
f. Kalium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24
jam, yaitu :
i. 2 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari,
yaitu 1 g untuk tip ½ liter urin (HD)
ii. 3 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari,
yaitu 1 g untuk tiap ½ liter urin (CAPD)
g. Kalsium tinggi, yaitu 1000 mg/hari. Bila perlu diberikan
suplemen kalsium.
h. Fosfor dibatasi, yaitu <>
i. Cairan dibatasi, yaitu jumlah urin/24 jam ditambah 500 – 750
ml.
j. Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan
dalam bentuk formula enteral atau parenteral. Bila diperlukan,
tambahan suplemen terutama vitamin larut air seperti asam
folat, vitamin B6, dan C.

3. Jenis Diet Dan Indikasi Pemberian


- Gagal Ginjal Akut
Jenis diet yang diberikan adalah :
1). Diet gagal ginjal akut lunak
2). Diet gagal ginjal akut cair

Apabila pasien makan per oral, semua bahan makanan boleh


diberikan; batasi penambahan garam apabila ada hipertensi, edema, dan
asites, serta batasi makan sayur dan buah tinggi kalium bila ada
hiperkalemia.

Tabel 5. Bahan Makanan Sehari Untuk ARF dengan Katabolik Ringan, BBI 60 kg
Bahan Makanan berat (g) Urt
Beras 150 3 gls tim
telur ayam 50 1 Btr
Ayam 50 1 ptg sdg
Ikan 50 1 ptg sdg
Tempe 25 1 ptg sdg
1
Tahu 50 /2 bh bsr
1
Sayuran 150 1 /2 Gls
Buuah 300 3 ptg sdg pepaya
1
Minyak 25 2 /2 Sdm
gula pasir 40 4 Sdm
Madu 30 3 Sdm
Susu 200 1 Gls
kue RP*) 100 2 Porsi
Nilai Gizi
Energi 1801 Kkal Besi 17,1 mg
Protein 51 g (11% energi total) Vitamin A 26449 RE
Lemak 58 g (28% energi total) Tiamin 1 mg
Karbohidrat 286 g (61% energi total) Vitamin C 245 mg
Kalsium 623 Mg
Pagi Siang/malam
beras 50 g = 1 gls tim Nasi 50 g = 1 gls tim
telur ayam 50 g = 1 Btr ikan/ayam 50 g = 1 ptg sdg
1
Sayuran 50g = /2 gls tim tempe/tahu 25/50 g = 1 ptg sdg
1
Minyak 5 g = /2 Sdm sayuran 50 g = 1/2 gls
Susu 200 g = gls tim sayuran 150 g = 11/2 ptg sdg pepaya
1
gula pasir 10 g = 1 Sdm minyak 150 g = 1 sdm
Pembagian Bahan Makanan Sehari
Pukul 10.00 Pukul 16.00
Kue RP 50 g = porsi kue RP 10 g = 1 porsi
1
gula pasir 10 g = sdm gula pasir 10 g = 1 sdm
1
pukul 21.00
Gula pasir 10 g = 1 Sdm

- Gagal Ginjal Kronis


Ada tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien,
yaitu:
1). Diet Protein Rendah I : 30 g protein. Diberikan pada pasien
dengan berat badan 50 kg.
2). Diet Protein Rendah II : 35 g protein. Diberikan pada pasien
dengan berat badan 60 kg.
3). Diet Protein Rendah III : 40 g protein. Diberikan pada pasien
dengan berat badan 65 kg.

Karena kebutuhan gizi pasien penyakit ginjal kronik sangat


tergantung pada keadaan dan berat badan perorangan, maka jumlah protein
yang diberikan dapat lebih tinggi atau lebih rendah daripada standar. Mutu
protein dapat ditingkatkan dengan memberikan asam amino essensial
murni.

Tabel 6. Bahan Makanan Sehari GGK


Bahan 30 g protein 35 g protein 40 g protein
Makanan berat urt berat (g) urt berat urt
(g) (g)
1
beras 100 1 /2 gls nasi 150 2 gls nasi 150 2 gls
nasi
telur ayam 50 1 btr 50 1 btr 50 1 btr
daging 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg 75 1 ptg
sdg
sayuran 100 1 gls 150 11/2 gls 150 11/2 gls
pepaya 200 2 ptg sdg 200 2 ptg sdg 200 2 ptg
sdg
1
minyak 35 3 /2 sdm 40 4 sdm 40 4 sdm
gula pasir 60 6 sdm 80 8 sdm 100 10 sdm
susu 10 2 sdm 150 3 sdm 20 4 sdm
bubuk
kue RP*) 150 2 sdm 150 3 porsi 150 3 porsi
madu 20 2 sdm 20 2 sdm 30 3 sdm
agar-agar 1 porsi 1 porsi 1 porsi

Tabel 7. Nilai Gizi


30 g protein 35 g protein 40 g protein
Energi (kkal) 1729 2086 2265
Protein (g) 30 35 41
Lemak (g) 57 70 75
Karbohidrat (g) 263 327 356
Kalsium (mg) 262 336 385
Besi (mg) 10 11 11.7
Vitamin A (RE) 27403 32999 33085
Tiamin (mg) 0.4 0.5 0.5
Vitamin C (mg) 182 191 192
Fosfor (mg) 497 623 702
Natrium (mg) 195 216 275
Kalium (mg) 1277 1387 1590
Pembagian Bahan Makanan Sehari
Diet Rendah Protein 40
Pagi Siang
Beras 50 g = 3/4 gls nasi beras 50 g = 3/4 gls nasi
telur ayam 50 g = 1 btr daging 50 g = 1 ptg sdg
Sayuran 50g =1/2 gls sayuran 50 g = 1/2 gls
Minyak 10 g = 1 sdm pepaya 100 g = 1 ptg sdg
gula pasir 10 g = 1 sdm minyak 15 g = 11/2 sdm
Madu 30 g = 3 sdm gula pasir 20 g = 2 sdm
susu bubuk 20 g = 4 sdm
Pukul 10.00/21.00 Malam
Kue RP 50 g = 1 porsi beras 50 g = 3/4 gls nasi
gula pasir 20 g = 2 sdm ayam 25 g = 1 ptg kcl
sayuran 50 g = 1/2 gls
Pukul 16.00 pepaya 100 g = 1 ptg sdg
Kue RP 50 g = 1 porsi minyak ikan 15 g = 11/2 sdm
gula pasir 10 g = 1 sdm gula pasir 20 g = 2 sdm

Tabel 8. Bahan Makanan yang dianjurkan dan tidak Dianjurkan


Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan/Dibatasi
Sumber nasi, bihun, jagung, kentang,
karbohidrat
makaroni, mi, tepung-tepungan,
singkong, ubi, selai, madu,
permen

Sumber protein telur, daing, ikan , ayam, susu kacang-kacangan dan hasil
olahannya
seperti tempe dan tahu

Sumber lemak minyak jagung, minyak kacang kelapa, santan, minyak kelapa;
tanah, minyak kelapa sawit, margarin, mentega biasa dan
minyak lemak
kedelai; margarin dan mentega Hewan
rendah garam

Sumber vitamin semua sayuran dan buah, kecuali sayuran dan buah tinggi kalium
dan pada
Mineral pasienn dengan hiperkalemia pasien dengan hiperkalemia
dianjurkan yang mengandung
kalium rendah/sedang
Contoh Menu Sehari
Pagi siang Malam
nasi goreng Nasi Nasi
telur ceplok capcay goreng ayam goreng
katimun daging bistik setup buncis
susu pepaya setup nenas
madu puding saos caramel
Pukul 10.00 Pukul 16.00 Pukul 21.00
kue klepon ubi kue cantik manis kue pepe/lapis
sirup Teh Sirup

- Gagal Ginjal dengan Dialisis


Diet pada dialisis bergantung pada frekuensi dialisis, sisa
fungsi ginjal, dan ukuran badan pasien. Diet untuk pasien dengan
dialisis biasanya harus direncanakan perorangan.Berdasarkan berat
badan dibedakan 3 jenis diet dialisis:
a. Diet dialisis I, 60 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat
badan ± 50 kg
b. Diet dialisis II, 65 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat
badan ± 60 kg
c. Diet dialisis III, 70 g protein. Diberikan kepada pasien dengan
berat badan ± 65 kg Atau secara spesifik menyatakan kebutuhan
gizi perorangan ( termasuk kebutuhan natrium dan cairan)

Tabel 9. Bahan Makanan Sehari


Bahan 60 g protein 65 g protein 70 g protein
Makanan berat (g) urt berat (g) urt berat urt
(g)
beras 200 3 gls nasi 200 3 gls nasi 220 31/4 gls nasi
maizena 15 3 sdm 15 3 sdm 15 3 sdm
telur ayam 50 1 btr 50 1 btr 50 1 btr
daging 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg 75 1 ptg bsr
ayam 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg
tempe 75 3 ptg sdg 100 4 ptg sdg 100 4 ptg sdg
sayuran 200 1 gls 200 2 gls 200 2 gls
pepaya 300 3 ptg sdg 300 3 ptg sdg 300 3 ptg sdg
minyak 30 3 sdm 30 3 sdm 30 3 sdm
gula pasir 50 5 sdm 50 5 sdm 50 5 sdm
susu 10 2 sdm 10 2 sdm 10 2 sdm
bubuk
1 1 1
susu 100 /2 gls 100 /2 gls 100 /2 gls

Tabel 10. Nilai Gizi


60 g protein 65 g protein 70 g protein
Energi (kkal) 2002 2039 2127
Protein (g) 62 (12% energi total) 67 (13% energi total) 72 (13% energi total)
Lemak (g) 67 (30% energi total) 68 (30% energi total) 72 (30% energi total)
Karbohidrat (g) 290 (58% energi total) 293 (57% energi total) 301 (57% energi total)
Kalsium (mg) 547 579 583
Besi (mg) 21,5 24 24,8
Fosfor (mg) 917 957 1010
Vitamin A (RE) 38630 38643 38A652
Tiamin (mg) 0,8 0,8 0,8
Vitamin C (mg) 254 254 254
Natrium (mg) 400 400 423
Kalium (mg) 2156 2156 2288
Tabel 11. Pembagian Bahan Makanan Sehari
Waktu dan 60 g protein 65 g protein 70 g protein
Bahan bera urt bera urt bera urt
Makanan t (g) t (g) t (g)
3 3 3
Pagi Beras 50 /4 gls 50 /4 gls 60 /4 gls nasi
nasi nasi
telur 50 1 btr 50 1 btr 50 1 btr
ayam
1 1 1
Sayuran 50 /2 gls 50 /2 gls 50 /2 gls
gula 10 1 sdm 10 1 sdm 10 1 sdm
pasir
Minyak 10 1 sdm 10 1 sdm 10 1 sdm

Puk susu 10 2 sdm 10 2 sdm 10 2 sdm


ul bubuk
10,0 gula 10 1 sdm 10 1 sdm 10 1 sdm
0 pasir
Pepaya 100 1 ptg 100 1 ptg 100 1 ptg sdg
sdg sdg

Sian Beras 75 1 gls 75 1 gls 75 1 gls nasi


g nasi nasi
Daging 50 1 ptg 50 1 ptg 75 1 ptg bsr
sdg sdg
Tempe 25 1 ptg 50 2 ptg 50 2 ptg sdg
sdg sdg
3 3 3
Sayuran 75 /4 gls 75 /4 gls 75 /4 gls
Pepaya 100 1 ptg 100 1 ptg 100 1 ptg sdg
sdg sdg
Minyak 10 1 sdm 10 1 sdm 10 1 sdm

Puk maizena 15 3 sdm 15 3 sdm 15 3 sdm


ul
1 1 1
16,0 Susu 100 /2 gls 100 /2 gls 100 /2 gls
0
gula 30 3 sdm 30 3 sdm 30 3 sdm
pasir
Mal Beras 75 1 gls 75 1 gls 75 1 gls nasi
am nasi nasi
Ayam 50 1 ptg 50 1 ptg 50 1 ptg sdg
sdg sdg
Tempe 50 2 ptg 50 2 ptg 50 2 ptg sdg
sdg sdg
3 3 3
Sayuran 75 /4 gls 75 /4 gls 75 /4 gls
Pepaya 100 1 ptg 100 1 ptg 100 1 ptg sdg
sdg sdg
Minyak 10 1 sdm 10 1 sdm 10 1 sdm

16 Diet Sindroma Nefrotik


Pengertian Sindroma Nefrotik
Sindrom nefrotik (SN) adalah sekumpulan manifestasi klinis yang
ditandai oleh proteinuria masif (lebih dari 3,5 g/1,73 m luas permukaan
tubuh per hari), hipoalbuminemia (kurang dari 3 g/dl), edema,
hiperlipidemia, lipiduria, hiperkoagulabilitas. Berdasarkan etiologinya, SN
dapat dibagi menjadi SN primer (idiopatik) yang berhubungan dengan
kelainan primer glomerulus dengan sebab tidak diketahui dan SN sekunder
yang disebabkan oleh penyakit tertentu.Saat ini gangguan imunitas yang
diperantarai oleh sel T diduga menjadi penyebab SN. Hal ini didukung
oleh bukti adanya peningkatan konsentrasi neopterin serum dan rasio
neopterin/kreatinin urin serta peningkatan aktivasi sel T dalam darah
perifer pasien SN yang mencerminkan kelainan imunitas yang diperantarai
sel T.
Kelainan histopatologi pada SN primer meliputi nefropati lesi
minimal,nefropati membranosa, glomerulo-sklerosis fokal segmental,
glomerulonefritis membrano-proliferatif. Penyebab SN sekunder sangat
banyak, di antaranya penyakit infeksi, keganasan, obat-obatan, penyakit
multisistem dan jaringan ikat, reaksi alergi, penyakit metabolik, penyakit
herediter-familial, toksin, transplantasi ginjal, trombosis vena renalis,
stenosis arteri renalis, obesitas massif. Di klinik (75%-80%) kasus SN
merupakan SN primer (idiopatik).
Pada anak-anak (<> (75%-85%) dengan umur rata-rata 2,5 tahun,
80% <> (30%-50%), umur rata-rata 30-50 tahun dan perbandingan laki-
laki dan wanita 2 : 1. Kejadian SN idiopatik 2-3 kasus/100.000 anak/tahun
sedangkan pada dewasa 3/1000.000/tahun. Sindrom nefrotik sekunder
pada orang dewasa terbanyak disebabkan oleh diabetes mellitus.
Pada SN primer ada pilihan untuk memberikan terapi empiris atau
melakukan biopsi ginjal untuk mengidentifikasi lesi penyebab sebelum
memulai terapi. Selain itu terdapat perbedaan dalam regimen pengobatan
SN dengan respon terapi yang bervariasi dan sering terjadi kekambuhan
setelah terapi dihentikan.

a. Tujuan Diet
Tujuan Diet Sindroma Nefrotik adalah untuk :
1. Mengganti kehilangan protein terutama albumin.
2. Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh.
3. Memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan trigiserida.
4. Mengontrol hipertensi.
5. Mengatasi anoreksia.

b. Syarat Diet
Syarat-syarat Diet Sindroma Nefrotik adalah :
1. Energi cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitroge
positif, yaitu 35 kkal/kgBB per hari.
2. Protein sedang, yaitu 1,0 g/kg BB, atau 0,8 g/kgBB ditambah
jumlah protein yang dikeluarkan melalui urin. Utamakan
penggunaan protein bernilai biologik tinggi.
3. Lemak sedang, yaitu 15 – 20% dari kebutuhan energi total.
Perbandingan lemak jenuh, lemak jenuh tunggal, dan lemak jenuh
ganda adalah 1 : 1 : 1.
4. Karbohidrat sebagai sisa kebutuhan energi. Utamakan penggunaan
karbohidrat kompleks.
5. Natrium dibatasi, yaitu 1 – 4 g sehari, tergantung berat ringannya
edema.
6. Kolesterol dibatasi <>
7. Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan
melalui urin ditambah 500 ml pengganti cairan yang dikeluarkan
melalui kulit dan pernafasan.

c. Jenis Diet dan Cara Pemberian


Karena gejala penyakit bersifat individual, diet disusun secara
individual pula dengan menyatakan banyak protein dan natrium yang
dibutuhkan di dalam diet. Pendidikan Pasien:
- Prinsip diet tinggi protein, rendah natrium dan diet rasional
Pasien harus dianjurkan untuk makan 2 – 3 sajian daging,
ikan, ayam atau leguminosa (untuk anak-anak 56,6 – 84,9 g
persajian, dan untuk remaja serta dewasa 113,2 – 141,5 g), dan 3 –
4 sajian susu, keju, atau yoghurt setiap hari. Untuk mengurangi
masukan kolesterol dan lemak jenuh dianjurkan untuk makan
daging tanpa lemak, ikan dan ayam yang sudah dibuang kulitnya,
dan menggunakan susu skim. Daging segar yang belum diproses
dengan garam, keju tidak asin ini dapat digunakan untuk
mengurangi natrium pada diet. Pasien harus diterangkan bahwa
keinginan akan makanan asin akan menurun setelah 3 bulan
mengikuti diet dengan pembatasan natrium.
- Pemantauan retensi
Pasien harus diajarkan untuk memeriksakan berat badannya
setiap hari, serta memeriksa adanya odema, terutama pada tungkai
bawah dan sekitar mata.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Penyakit Ginjal kronis adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama
lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan
ginjal seperti proteinuria. Malnutrisi pada penderita gagal ginjal
disebabkan oleh intake makanan yang kurang. Diet yang dilakukan
berbeda-beda tergantung tingkat penyakit gagal ginjal yang dialami.
Pemberian diet pada penderita gagal ginjal yang baik juga dapat
mempercepat proses penyembuhan.
2. Saran
Diet dipantau oleh ahli gizi dan juga dokter Perhatikan kadar
kalsium, protein dan kolesterol pada penderita gagal ginjal Selama proses
penyembuhan penderita gagal ginjal banyak mengkonsumsi air putih
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. Penuntun Diet. Edisi Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2005.
Burgess DN, Bakris GL. Renal and electrolyte disorders. In : Stein JH (ed). Internal
Medicine. Diagnosis and Therapy. Norwalk : Appleton and Lange; 1993. p.
134-6.
Fauci, A. S., Kasper, D. L., Longo, D. L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson,
J.L., et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17 th ed. New York:
The McGraw-Hill Companies, 2008
Moore M.C. Buku Pedoman Terapi Diet dat dan Nutrisi. Edisi II. Jakarta :
Hipokrates. 1997.
Nahas AM. Chronic Kidney Disease: the global challenge. Lancet 2005, p.
365:331-340.
Orth SR, Ritz E. The nephrotic syndrome. N Engl J Med 1998; 338: 1202-10.
Sukandar E, Sulaeman R. Sindroma nefrotik. Dalam : Soeparman, Soekaton U,
Waspadji S et al (eds). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI; 1990. p. 282-305.

Anda mungkin juga menyukai