Anda di halaman 1dari 9

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN SEKOLAH

A. KASUS

Ners A dari puskesmas nusa indah kota bengkulu melakukan pembinaan pada SDN 32 kota bengkulu. Dari hasil screening didapatkan bahwa
sebanyak 91 siswa (32,04%) berusia 10-13 tahun. Berdasarkan tumbuh kembah siswi yang sudah mengalami menstruasi adalah 4 orang dan 5 orang
siswa telah mengalami mimpi basah. Hasil wawancara dengan guru : belum ada pendidikan khusus tentang pendidikan kesehatan reproduksi di SDN
32 kota bengkulu. Dari hasil screening didapatkan bahwa 64,08 % peserta didik mengalami gigi caries. Dari hasil yang diperoleh dari angket 74,30
% peserta gigi menggosok gigi 2x sehari yaitu pada saat mandi, 12,01 % masih adanya peserta didik yang mencuci rambut seminggu sekali, 90,85 %
peserta didik mencuci tangan sebelum makan namun dari hasil wawancara kepada peserta didik (98 %) mengatakan tidak mencuci tangan sebelum
makan makanan jajanan, 32,75 % kuku peserta didik dalam keadaan kotor. Hasil observasi kondisi lingkungan sekolah, WC kotor dan berbau, kantin
sekolah terletak di depan WC dan makanan yang dijual tidak tertutup, runag kelas tidak tersusun rapi, terlihat sedikit kotor dan berdebu, tempat
untuk mencuci tangan guru setelah menulis menggunakan kapur jarang diganti sehingga ditemukan jentik dalam air. Dari hasil wawancara menurut
guru yang memegang bidang UKS, di SDN 32 kota bengkulu UKS sudah 5 tahun ini belum dilakukan pembinaan dan pelatihan tentang Unit
Kesehatan Sekolah (UKS) dan perawat kecil. Dari hasil wawancara menurut guru yang bertanggung jawab terhadap UKS kegiatan kesehatan
sekolah yang dilakukan hanya penyediaan obat-obat dan P3K.

A. PENGKAJIAN
a. Dimensi fisik
1. Usia
Dari hasil screening didapatkan bahwa sebanyak 91 siswa (32,04 %) berusia 10-13 tahun. Berdasarkan tumbuh kembang siswi yang sudah
mengalami menstruasi adalah 4 orang dan 5 orang siswa telah mengalami mimpi basah.
2. Genetic
- SDN 32 kota bengkulu terdapat di wilayah nusa indah kota bengkulu, sehingga suku yang dominan dalam populasi tersebut adalah suku.
- Kaji kembali bagaimana proporasi siswa laki-laki dan perempuan. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali apakah terdapat presdiposisi factor genetic, jika ada jenis apa penyakitnya. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
2. Fungsi fisiologis
- Dari hasil screening didapatkan bahwa 64,08 % peserta didik mengalami gigi caries.
- Kaji kembali apakah terdapat insiden penyakit menular di SDN 32 kota bengkulu dan apakah ada siswa yang mengalami penyakit
tersebut. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali bagaimana cakupan imunisasi di SDN 32 kota bengkulu. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
b. Dimensi psikologis
- Di SDN 32 kota bengkulu belum terdapat promosi kesehatan, kegiatan kesehatan sekolah yang dilakukan hanya penyediaan obat-obat dan
P3K.
- Kaji kembali bagaimana kualitas hubungan antar siswa. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali apa tipe disiplin di sekolah, apakah tipe ini tepat, dan bagaimana aplikasinya. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali apakah ada tekanan pada siswa untuk penampilan. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali bagaimana kualitas hubungan orangtua dan pihak sekolah. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
c. Dimensi fisik sekolah
- SDN 32 kota Bengkulu, terdapatnya hazard di daerah sekolah belum teridentifikasi.
- Kondisi lingkungan sekolah, sebagai berikut : WC kotor dan berbau, kantin sekolah terletak di depan WC dan makanan yang dijual tidak
tertutup, runag kelas tidak tersusun rapi, terlihat sedikit kotor dan berdebu, tempat untuk mencuci tangan guru setelah menulis menggunakan
kapur jarang diganti sehingga ditemukan jentik dalam air.
- Kaji kembali apakah terdapat area untuk bermain yang aman dan apakah alat permainannya aman. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali apakah terdapat binatang di lingkungan sekolah. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali apakah terdapat tanaman beracun/alergic di lingkungan sekolah. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali bagaimana keadaan di lingkungan sekolah, misalnya suhu ruangan (panas/dingin), penerangan dan ventilasi. (Dalam kasus
tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali bagaimana tingkat kebisingan lingkungan sekolah tersebut. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali apakah terdapat bahaya listrik. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
d. Dimensi sosial
- Sumber daya manusia yang ada adalah guru dan siswa.
- Kaji kembali bagaimana sikap masyarakat terhadap pendidikan di SDN 32 kota bengkulu. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali apakah masyarakat mendukung terhadap program sekolah. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali bagaimana keamanan lingkungan sekolah di SDN 32 kota bengkulu. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali bagaimana status sosial ekonomi siswa dan staf. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali apa latar belakang budaya yang dominan pada siswa dan staf. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali bagaimana tipe lingkungan rumah siswa dan identifikasi apakah terdapat kemungkinan terjadinya kekerasan. (Dalam kasus
tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali apa latar belakang pendidikan orang tua siswa di SDN 32 kota bengkulu. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali apakah terdapt siswa yang tuna wisma. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali apakah terdapat konflik antargroup di populasi SDN 32 kota bengkulu. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
e. Dimensi perilaku
1. Pola konsumsi
- Kaji kembali apa kebutuhan nutrisi dan status nutrisi siswa dan staf. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali apa program peningkatan kualitas nutrisi sekolah. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali bagaimana pengetahuan tentang nutrisi siswa, guru dan keluarga. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali bagaimana kebiasaan merokok siswa dan staf. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
2. Latihan dan aktivitas
- Kaji kembali bagaimana pola istirahat dan aktivitas siswa dan staf di sekolah. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali bagaimana kesempatan dan jenis rekreasi siswa dan staf. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali bagaimana keamanan alat saat siswa melakukan olah raga. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
2. Pengunaan pengobatan
- Kaji kembali adakah siswa yang melakukan pengobatan rutin dalam populasi tersebut. Dan apa jenis pengobatan yang dilakukan siswa
tersebut. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
f. Dimensi system kesehatan
- Dari hasil wawancara menurut guru yang bertanggung jawab terhadap UKS kegiatan kesehatan sekolah yang dilakukan hanya penyediaan
obat-obat dan P3K.
- Karena hanya ada penyediaan obat-obat dan P3K, pelayanan UKS di SDN 32 kota bengkulu belum adekuat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS


I. Analisa dan Sintesa Data
No. Data Etiologi Problem
1. Pelayanan Minimnya Kurangnya
Data Subjektif : pengetahuan dari program dalam
- Dari hasil wawancara pengelola UKS. pelayanan UKS.
menurut guru yang
bertanggung jawab
terhadap UKS kegiatan
kesehatan sekolah yang
dilakukan hanya
penyediaan obat-obat
darurat bagi P3K.
Data Objektif :
- Hasil screening
didapatkan bahwa 64,08
% peserta didik
mengalami gigi caries.
2. Pendidikan - Tidak adanya Kebutuhan pihak
Data Subjektif : program sekolah akan
- Menurut guru yang pembinaan dan pendidikan
memegang bidang UKS, pelatihan tentang kesehatan tentang
di SDN 32 kota UKS dan perawat pengelolaan UKS
bengkulu UKS sudah 5 kecil dalam 5 dan PHBS.
tahun ini belum ada tahun terakhir.
dilakukan pembinaan
dan pelatihan tentang
usaha kesehatan sekolah
(UKS) dan perawat
kecil.
Data Objektif :
- Hasil screening
didapatkan bahwa 64,08
% peserta didik
mengalami gigi caries.
- 74,30 % peserta didik
menggosok gigi 2x
sehari yaitu pada saat
mandi
- 12,01 % masih adanya
peserta didik yang
mencuci rambut
seminggu sekali
- 90,85 % peserta didik
mencuci tangan sebelum
makan namun dari hasil
wawancara kepada
peserta didik 98%
mengatakan tidak
mencuci tangan sebelum
makan makanan jajanan.
3. Lingkungan Rendahnya Kurangnya
Data Subjektif : - pengawasan dari kesadaran pihak
Data Objektif : pihak puskesmas sekolah terhadap
- Kondisi lingkungan kesehatan
sekolah WC kotor dan lingkungan.
berbau.
- kantin sekolah terletak
di depan WC dan
makanan yang dijual
tidak ditutup.
- ruang kelas tidak
tersusun rapi, terlihat
sedikit kotor dan
berdebu.
- Tempat mencuci tangan
guru setelah menulis
menggunakan kapur
jarang diganti sehinggga
ditemukan jentik dalam
air.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kebutuhan pihak sekolah tentang pengelolaan UKS dan PHBS berhubungan dengan tidak adanya pelatihan dan pemantauan yang diberikan oleh
pihak puskesmas.
2. Kurangnya kesadaran pihak sekolah terhadap kesehatan lingkungan berhubungan dengan rendahnya pengawasan dari pihak puskesmas.
3. Kurangnya program dalam pelayanan UKS berhubungan dengan minimnya pengetahuan dari pengelola UKS.
CONTOH PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS TERINTEGRASI IPPKI, SDKI, SLKI DAN SIKI

Data Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


Kode Diagnosis Kode Luaran Kode Intervensi
Data pendukung masalah kesehatan komunitas: Kebutuhan nutrisi anak sekolah

Hasil observasi: D.0099 Perilaku L.12107 Luaran utama: Intervensi utama:


- Tampak saat jam istirahat siswa kelas III dan IV Kesehatan Perilaku kesehatan I.12472 Promosi perilaku upaya
membeli jajan di pedagang kaki lima di luar pagar Cenderung L.12104 Luaran tambahan: kesehatan
Sekolah Beresiko - Manajemen  Observasi
- Siswa cenderung membeli jajan seperti cilok, basgor pada siswa L.12106 kesehatan Identifikasi perilaku
dll yang bersaus merah terang daripada di warung Sekolah - Pemeliharaan kesehatan yang dapat
sekolah. Dasar kesehatan ditingkatkan
- Tempat cuci tangan hanya ada tiga kran tanpa sabun  Terapeutik:
Hasil wawancara: Setelah dilakukan Berikan lingkungan
- Guru mengatakan sebagian siswa pernah absen intervensi
yang mendukung
karena diare keperawatan selama
kesehatan
- Belum pernah ada penyuluhan kesehatan tentang 30 hari maka Perilaku
 Edukasi:
PHBS Sekolah. kesehatan membaik,
- Siswa mengatakan malas cuci tangan karena antri dengan kriteria hasil: Anjurkan mencuci
lama. • kemampuan siswa tangan dengan air
Hasil Angket: melakukan tindakan bersih dan sabun
- 50% pengetahuan siswa tentang PBHS kurang cuci tangan untuk I.09258 Intervensi pendukung:
- 50 % pengetahuan siswa tentang makanan sehat mencegah diare I.09265  dukungan kelompok
Kurang meningkat I.09277  dukungan pengambilan
- 50% siswa tidak mengetahui tentang cara cuci tangan • kemampuan keputusan
yang benar peningkatan I.10334  dukungan tanggung
- 70% siswa tidak melakukan cuci tangan sebelum kesehatan I.12383 jawab pd diri sendiri
Makan meningkat I.12439  konseling
- 80% siswa tidak cuci tangan pakai sabun  edukasi kesehatan
 edukasi pola perilaku
kebersihan
9

Anda mungkin juga menyukai