Analisis Dan Perancangan Rotor Pendingin Dynamometer Arus Eddy Untuk Pengujian Kinerja Kendaraan Bermotor Kapasitas 250 KW
Analisis Dan Perancangan Rotor Pendingin Dynamometer Arus Eddy Untuk Pengujian Kinerja Kendaraan Bermotor Kapasitas 250 KW
Abstrak
Dynamometer, adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengukur torsi (torque) dan kecepatan putaran
(rpm) dari tenaga yang diproduksi oleh suatu mesin, motor atau penggerak berputar lain. Dynamometer
dapat juga digunakan untuk menentukan tenaga dan torsi yang diperlukan untuk mengoperasikan suatu
mesin. Dalam hal ini, maka diperlukan dynamometer. Dynamometer yang dirancang untuk dikemudikan
disebut dynamometer absorsi/penyerap. Dynamometer yang dapat digunakan, baik penggerak maupun
penyerap tenaga disebut dynamometer aktif atau universal.
Sebagai tambahan untuk digunakan dalam menentukan torsi atau karakteristik tenaga dari mesin dalam
test/Machine Under Test (MUT), Dynamometer juga mempunyai peran lain. Dalam siklus standar uji
emisi, seperti yang digambarkan oleh US Environmental Protection Agency (US EPA), dynamometer
digunakan untuk membuat simulasi jalan baik untuk mesin (dengan menggunakan dynamometer mesin)
atau kendaraan secara penuh (dengan menggunakan dynamometer chasis). Sebenarnya, diluar
pengukuran torsi dan power yang sederhana, dynamometer dapat digunakan sebagai bagian dari
pengujian untuk berbagai aktifitas pengembangan mesin seperti kalibrasi pengontrol manajemen mesin,
pengembangan sistem pembakaran dsb.
Dynamometer arus eddy yang paling umum digunakan pada dynamometer chasis modern. Dynamometer
ini dapat menghasilkan perubahan beban yang cepat untuk penyelesaian aliran beban yang diinginkan.
Perancangan dynamometer arus eddy dengan pendinginan udara kipas ini dititik beratkan pada
rancangan berbagai bentuk variasi sudu (blade) untuk menentukan optimalisasi pendinginan yang
optimum dengan dibantu oleh software FLUENT.
57
Analisis dan Perancangan Rotor Pendingin Dynamometer (Budhi Prasetyo)
yang rendah. Namun, hidrostatik seperti sistem motor D.C. tetapi dapat
dinamometer tidak banyak digunakan karena beroperasi pada kecepatan tinggi karena tidak
operasi dan biaya pemeliharaan lebih tinggi adanya sikat. Kedua jenis dynamometer
dari sistem lain. tersebut mempunyai keuntungan yang mudah
Untuk sistem listrik, dynamometer dioperasikan secara otomatis, mampu
bisa diklasifikasikan ke dalam 3 jenis utama menyerap energi dari mesin yang diuji.
yaitu motor DC, A.C.Motor dan rem eddy Namun peralatan kontrol daya listriknya
current. Pertama, dynamometer motor DC ini relative besar dan mahal. Ketiga, yang paling
dilengkapi dengan arus searah dan penyearah banyak digunakan adalah , sistem rem arus
daya yang mempunyai kelebihan torsi pada eddy beroperasi dengan induksi magnet
kecepatan rendah tetapi tidak membuat torsi perlawanan dan menyerap
direkomendasikan beroperasi pada kecepatan energi menjadi panas. Sistem ini memiliki
tinggi akibat dihubung dng sikat dirotor. kelebihan yaitu
Kedua, sistem A.C. dilengkapi dengan motor konsumsi daya yang rendah dan bisa
A.C. dan inverter yang karakteristiknya dikontrol secara otomatis.
Prinsip kerja dynamometer arus eddy pengereman juga bervariasi langsung secara
didasarkan pada timbulnya arus eddy dalam proporsional dengan nilai arus. Itu adalah
piringan logam yang berputar yang berimpit aplikasi rem kendaraan arus eddy pertama
dengan medan elektromagnet, yang yang ditemukan oleh seorang Prancis
menghasilkan sebuah kekuatan yang bernama Sarazin Raoul. Pengembangan
berlawanan dengan putaran piringan. Jika penemuan ini dimulai ketika perusahaan
elektromagnet tidak ada energi, putaran Perancis Telma, yang terkait dengan Raoul
piringannya bebas bersama dengan putaran Sarazin, mengembangkan dan memasarkan
mesin yang dihubungkan dengan poros. beberapa generasi rem listrik berdasarkan
Ketika elektromagnetnya diberi energi listrik, pada prinsip-prinsip fungsi yang dijelaskan di
putaran piringan akan ditahan dan energi atas (Reverdin, 1974).
yang diserap muncul sebagai panas pada
piringan. Jika arus listrik elektromagnet 2. Landasan Teori Stabilitas Termal
dibuat bervariasi oleh rheostat, maka torsi Stabilitas termal dari rem
elektromagnetik dicapai dengan cara
58
EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 7 No. 2 Mei 2011 ; 57- 62
konveksi dan radiasi dari energi panas pada Medan Magnet pada Solenoida dan Inti
suhu tinggi. Bagian utama dari energi panas Besi
yang dibuang ke udara adalah melalui sudu Sebuah kawat dibentuk seperti
kipas (blade) dari piringan panas. Nilai energi spiral yang selanjutnya disebut kumparan ,
yang disebarkan oleh sudu kipas (blade) apabila dialiri arus listrik maka akan
dapat dihitung oleh rumus berikut: berfungsi seperti magnet batang.
Q = M Cp
Dimana : M = massa udara bebas
Cp= nilai kalor udara
Perbedaan suhu antara
udara masuk dan udara meninggalkan kipas.
Dynamometer arus eddy berpendingn
udara memiliki efisiensi pembuangan panas
yang sangat baik karena suhu tinggi
permukaan piringan yang sedang didinginkan
dan juga karena aliran udara melalui kipas
sentrifugal sangat cepat. Oleh karena itu,
suhu curie bahan piringan tidak pernah bisa Gambar 1. Kumparan pada sebuah Solenoida
tercapai (Reverdin 1974). dan inti besi
Arus Pusar (Eddy Current) Besarnya medan magnet disumbu pusat (titik
Definisi arus pusar atau pengertian O) Solenoida dapat dihitung
arus eddy adalah arus induksi yang timbul
akibat konduktor yang bergerak dalam medan
magnet. Arus ini juga disebut arus Fauccoult.
Arus eddy dapat ditunjukkan dengan
percobaan ayunan Waltenhofen. Jika keeping
konduktor pejal diayunkan dalam medan
magnet, gerakannya akan terhambat karena
pada saat melewati medan magnet terjadi Dimana :
perubahan fluks magnet. Akibatnjya, electron r
bebas pada konduktor itu bergerak μo = permeabilitas ruang hampa =
mengalami gaya Lorentz. Ada gerakan 4п . 10 -7 Wb/amp. M
electron, berarti ada arus listrik yang arahnya r = permeabilitas relative bahan besi
berlawanan dengan arus electron berupa B = medan magnet pada pusat solenoida
lingkaran. Dalam tungku magnetic, arus eddy dalam tesla ( T )
ini menguntungkan karena menimbulkan I = kuat arus listrik dalam ampere ( A )
panas. Sebaliknya dalam tranformator dan N = jumlah lilitan dalam solenoid
dynamometer arus pusar, justru merugikan, L = panjang solenoida dalam meter ( m )
karena adanya panas berartu terjadi Besarnya medan magnet di ujung Solenida
kebocoran energy. Untuk memperkecil (titik P) dapat dihitung:
kerugian ini, inti besi dari transformator
dibuat lempengan berlapis isolasi sedangkan
pada dynamometer arus pusar diberikan
sistem pendingin dari luar atau pendingin dari
dalam mengikuti putarannya . Oleh Dimana :
karenanya, pada ayunan Waltenhofen, jika B = Medan magnet diujung Solenoida dalam
keping logam dibuat seperti sisir, ayunannya tesla ( T )
akan lebih lama. N = jumlah lilitan pada Solenoida dalam
lilitan
59
Analisis dan Perancangan Rotor Pendingin Dynamometer (Budhi Prasetyo)
Daya :
P = τ N / 5949
Dimana :
P = Daya (Watt) Gambar. 2 Bagian Rotor Pendingin
= Torsi (Nm) Dynamometer Arus Eddy
N = Kecepatan putar (rpm)
Nilai ini tidak ada dimensinya, makanya di
3. Metoda Penelitian tentukan yaitu :
Perancangan Dynamometer arus eddy Luas penampang kabel (A) = 0,75 mm2,
ini meliputi perancangan lilitan solenoid untuk tegangan 12 Volt
stator, pada beberapa perhitungan hasilnya Panjang solenoid (L) = 0,1 m
diverifikasi malalui implementasi di Jari-jari solenoid (r) = 0,025 m
Laboratorium, diantaranya untuk menetapkan
jumalah dan luas penampang kawat lilitan. c. Parameter tetapan.
Pada umumnya merancang sebuah Harga-harga tetapan dalam rancangan ini
dynamometer arus eddy dimulai dengan adalah :
menentukan spesifikasi yang dikehendaki (tahanan jenis kabel tembaga) =
2
yaitu daya keluaran, torsi, putaran, tegangan 0,0175 Ohm mm /m
dan arus. Atas dasar parameter-parameter o (permeabilitas udara) = 4 x
-7
tersebut, perancang bisa menentukan dengan 10 T m/A
bebas berapa dimensi stator dan rotor r (permeabilitas relative inti besi) = 150-
pendingin yang diperlukan. 200
Namun pada perancangan ini, penulis
justru merancangnya dari benda yang sudah d. Menentukan Parameter yang dihitung.
ada baik dimensi maupun spesifikasinya, Dari ketiga parameter-parameter di
menentukan dimensi yang tidak diketahui atas dapat diketahui harga-harga semua
sehingga bisa diperoleh parameter-parameter parameter berdasarkan rumus yang diketahui
yang di hitung dan membandingkan dengan yaitu :
spesifikasi yang sudah ada dan terakhir Untuk system Tegangan 12 Volt.
menentukan parameter-parameter yang Panjang kabel lilitan (l ) = 170 m
diharapkan sebagai spesifikasi yang optimal. Keliling solenoid = 0,157 m
Jumlah lilitan (N) = 1041 lilit
a. Mengambil Parameter dari data Luas solenoid (A) = 0,001963 m2
dynamometer yang sudah ada. Medan magnet (B) = 5,9 Tesla
Data yang diketahui yaitu : Dari parameter yang didapatkan
Torsi () = 636 Nm tersebut diperoleh hasil yang optimal yaitu :
Putaran (n) = 4000 rpm
60
EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 7 No. 2 Mei 2011 ; 57- 62
Banyaknya sudu, sudut sudu dan lebar Dari daya perhitungan tersebut, hasilnya
sudu untuk daya pendingin 250 KW adalah 250 KW dan sebesar inilah disipasi
panas dari rotor yang harus dihilangkan
dengan rancangan parameter yang berbeda-
beda untuk menentukan pembuangan panas
Selesai yang paling optimal.
61
Analisis dan Perancangan Rotor Pendingin Dynamometer (Budhi Prasetyo)
6. Daftar Pustaka
Montien Kaenson and Sataporn
Klylung, A 150-kW Low Cost Engine
Hydrostatic Dynamometer: Design
and Feasibility Study Raksit
THITIPATANAPONG Embedded
System Tech. Res. Lab., National
Electronic & Computer Technology
Center, Thailand. Automotive
Engineering Department, Faculty of
Engineering, Sripathum University,
Thailand.
James Kennicutt, Discovering and
Analyzing Magnetic Fields with
Solenoids in Introductory Physics
Dept. of Physics, SUNY-Buffalo
State College, 1300 Elmwood Ave,
Buffalo, NY 14222
<jrk9@buffalo.edu>
Arons, A.(1997). Teaching
Introductory Physics. New York, NY:
John Wiley & Sons Frankel, M.
(2009, July 2). Physics Simulations,
Retrieved from:
http://phet.colorado.edu/simulations/index.ph
p?cat=Electricity_Magnets_and_Circuits
Sawicki, C.A. (1997). Magnetic field
demonstration/mystery. The Physics
Teacher, 35(4), 227-229.
Tata Surdia, Pengetahuan Bahan
Teknik, Pradnya Paramita, Jakarta,
1985.
62