Anda di halaman 1dari 50

TUGAS EPIDEMIOLOGI

JUNI 2021

Disusun oleh:
Kelompok 5
Ratu Dinah Farhanah 04054822022075
M. Ridho Novtriawan Algifari 04054822022046
Nurul Ramadhanty AP 04054822022078
Imaniar Kesuma 04054822022074
Muthia Adhana Yusri 04054822022001
Achmad Affaier 04054822022049
Zulpa Yanti 04054822022047

Pembimbing:
dr. Achmad Ridwan MO, M.Si

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU


KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021

1
OUTLINE
TUGAS EPIDEMIOLOGI JUNI 2021

I. Riwayat Alamiah dan Spektrum Penyakit HIV/AIDS


II. Rantai Penularan Penyakit HIV/AIDS
III. Agent, Host, dan Lingkungan Kejadian Penyakit HIV/AIDS
IV. Cara Pencegahan Penyakit HIV/AIDS
V. POA (Plan of Action) Penyuluhan Pencegahan Penyakit HIV/AIDS
VI. SKD KLB DBD
VII. Investigasi Wabah
VIII. Surveilans Epidemiologi COVID-19 di Kota Palembang per 17 Maret
2021
I. RIWAYAT ALAMIAH DAN SPEKTRUM PENYAKIT HIV/AIDS
1. Tahap Prepatogenesis (Stage of Susceptibility)
Tahap prepatogenesis tidak terjadi pada penyakit HIV AIDS. Hal
ini karena penularan penyakit HIV terjadi secara langsung (kontak
langsung dengan penderita). HIV dapat menular dari satu manusia ke
manusia lainnya melalui kontak cairan pada alat reproduksi, kontak darah
(misalnya transfuse darah, kontak luka, dll), penggunaan jarum suntik
secara bergantian dan kehamilan.

2. Tahap Patogenesis
Pada fase ini virus akan menghancurkan sebagian besar atau
keseluruhan system imun penderita dan penderita dapat dinyatakan positif
mengidap AIDS. Gejala klinis pada orang dewasa ialah jika ditemukan dua
dari tiga gejala utama dan satu dari lima gejala minor. Gejala utamanya
antara lain demam berkepanjangan, penurunan berat badan lebih dari 10%
dalam kurun waktu tiga bulan, dan diare kronis selama lebih dari satu
bulan secara berulang-ulang maupun terus menerus. Gejala minornya yaitu
batuk kronis selama lebih dari 1 bulan, munculnya Herpes zoster secara
berulang-ulang, infeksi pada mulut dan tenggorokan yang disebabkan oleh
Candida albicans, bercak-bercak gatal di seluruh tubuh, serta
pembengkakan kelenjar getah bening secara menetap di seluruh tubuh.
Akibat rusaknya system kekebalan, penderita menjadi mudah terserang
penyakit-penyakit yang disebut oportunistis. Penyakit yang biasa
menyerang orang normal seperti flu, diare, gatal-gatal, dan lain-lain. Bisa
menjadi penyakit yang mematikan di tubuh seorang penderita AIDS.
1) Tahap Inkubasi
Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar
virus HIV sampai dengan menunjukkan gejala-gejala AIDS. Waktu
yang dibuthkan rata-rata cukup lama dan dapat mencapai kurang lebih
12 tahun dan semasa inkubasi penderita tidak menunjukkan gejala-
gejala sakit. Selama masa inkubasi ini penderita disebut penderita HIV.
Pada fase ini terdapat masa dimana virus HIV tidak dapat terdeteksi
dengan pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3 bulan sejak tertular
virus HIV. Selama masa inkubasi penderita HIV sudah berpotensi
untuk menularkan virus HIV kepada orang lain dengan berbagai cara
sesuai pola transmisi virus HIV. Mengingat masa inkubasi yang relative
lama, penderita HIV tidak menunjukkan gejala-gejala sakit, maka
sangat besar kemungkinan penularan terjadi pada fase inkubasi ini.
2) Tahap Penyakit Dini
Penderita mengalami demam selama 3-6 minggu tergantung daya tahan
tubuh data mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi
membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam
beberapa tahun dan perlahan kekebalan tubuhnya menurun/lemah
hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Salah satu
cara untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani uji antibody
HIV terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang
berisiko terkena virus HIV.
3) Tahap Penyakit Lanjut
Pada tahap ini penderita sudah tidak bisa melakukan aktivitas apa-apa.
Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk serta
nyeri dada. Penderita terinfeksi jamur pada rongga mulut dan
kerongkongan. Terjadinya gangguan pada persyarafan sentral
mengakibatkan penurunan ingatan, sakit kepala, sulit berkonsentrasi,
sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada
sistem persyarafan perifer akan menimbulkan nyeri dan kesemutan
pada telapak tangan dan kaki, refleks tendon yang kurang, darah rendah
dan impoten. Penderita mengalami serangan virus cacar air atau cacar
api dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri
pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami onfeksi jaringna rambut
pada kulit (filliculities), kulit kering berbercak-bercak.
3. Tahap Post Patogenesis (Tahap Penyakit Akhir)
Fase ini merupakan fase terakhir dari perjalanan penyakit HIV/AIDS pada
tubuh penderita. Fase akhir dari penderita penyakit AIDS adalah
meninggal dunia. Hampir tidak ada yang bisa sembuh dari penyakit AIDS.

II. RANTAI PENULARAN PENYAKIT HIV/AIDS


1. Penyebab
Penyebab AIDS adalah Human Immunoeficiency Virus (HIV), yang dapat
diklasifikasikan menjadi HIV-1 dan HIV-2.
2. Reservoir
Pada HIV agen reservoir umumnya berupa manusia, hewan dan
lingkungan, dengan manusia sebagai reservoir utama dari HIV.
3. Pintu keluar
Port d’ exit HIV adalah melalui cairan tubuh pasien yang telah terinfeksi
HIV. Cairan tubuh yang dapat menjadi pintu keluar HIV adalah darah yang
terinfeksi, air mani, cairan vagina atau air susu ibu.
4. Cara Transmisi
Cara transmisi HIV adalah melalui kontak langsung dengan darah atau
cairan tubuh penderita HIV.
5. Pintu masuk
Port d’entree HIV melalui kulit yang tidak utuh (non-intact) yang dapat
terjadi melalui hubungan seksual, penggunaan narkotika injeksi, dan dapat
melalui membran mukosa.
6. Kerentanan Host
1. Kelompok yang melakukan hubungan seksual tanpa pengaman.
2. Kelompok yang melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis.
3. Kelompok pengguna narkotika injeksi.
4. Kelompok orang yang sering membuat tato dan melakukan tindik.

Sumber:

Capriotti T. HIV/AIDS: An Update for Home Healthcare Clinicians. Home Healthc Now. 2018 Nov/Dec;36(6):348-355.
1.
Xu HF, Zhou HZ, Jiang LX, Zhang N, Zhang X, Guan XR. Trends in HIV infection in the First Affiliated Hospital of
2.
Harbin, China. BMC Infect Dis. 2014 Nov 25;14:605.

III. KONSEP AGENT, HOST, DAN LINGKUNGAN KEJADIAN


PENYAKIT HIV/AIDS
1. Penyebab (Agent)
Virus HIV termasuk Netrovirus yang sangat mudah mengalami
mutasi sehingga sulit untuk menemukan obat yang dapat membunuh, virus
tersebut. Daya penularan pengidap HIV tergantung pada sejumlah virus
yang ada di dalam darahnya, semakin tinggi/semakin banyak virus dalam
darahnya semakin tinggi daya penularannya sehingga penyakitnya juga
semakin parah. Virus HIV atau virus AIDS, sebagaimana virus lainnya
sebenarnya sangat lemah dan mudah mati di luar tubuh. Virus akan mati
bila dipanaskan sampai temperatur 60° selama 30 menit, dan lebih cepat
dengan mendidihkan air. Seperti kebanyakan virus lain, virus AIDS ini
dapat dihancurkan dengan detergen yang dikonsentrasikan dan dapat
dinonaktifkan dengan radiasi yang digunakan untuk mensterilkan
peralatan medis atau peralatan lain[8]
2. Pejamu (Host)
Host pada HIV adalah manusia. Virus berkembang biak di tubuh
manusia dengan cepat dan hidup di aliran darah, cairan semen, dan cairan
vagina. Air susu ibu yang terinfeksi HIV juga rentan mengandung virus
ini. Daya tahan tubuh ODHA (orang dengan HIV-AIDS) harus selalu
dijaga dengan makanan yang sehat dan mengkonsumsi obat Anti retroviral
untuk memperlambat perkembangan virus HIV di dalam tubuh Host.
Mereka bisa sehat layaknya host yang tidak mengidap HIV dengan
pengobatan teratur. Psikologis host juga harus tetap terjaga, mereka butuh
diperhatikan dan disayangi, hidup tanpa stigma dan diskriminasi masih
merupakan pekerjaan rumah besar bagi masyarakat Indonesia

3. Lingkungan
Lingkungan biologis sosial, ekonomi, budaya dan agama sangat
menentukan penyebaran AIDS. Lingkungan biologis adanya riwayat ulkus
genitalis, Herpes Simpleks dan STS (Serum Test for Sypphilis) yang
positif akan meningkatkan prevalensi HIV karena luka-luka ini menjadi
tempat masuknya HIV.
Faktor sosial, ekonomi, budaya dan agama secara bersama-sama
atau sendiri-sendiri sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual
masyarakat. Bila semua faktor ini menimbulkan permissiveness di
kalangan kelompok seksual aktif, maka mereka sudah ke dalam keadaan
promiskuitas.

IV. CARA PENCEGAHAN PENYAKIT HIV/AIDS


Upaya pencegahan HIV/AIDS dapat berjalan efektif apabila adanya
komitmen masyarakat dan pemerintah untuk mencegah atau mengurangi
perilaku risiko tinggi terhadap penularan HIV. Berikut ini merupakan upaya-
upaya yang dapat dilakukan dalam mencegah penularan HIV/AIDS
1. Penyuluhan Kesehatan
Melakukan penyuluhan kesehatan di sekolah dan masyarakat mengenai
prilaku risiko tinggi yang dapat menularkan HIV.
2. Tidak melakukan hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan, atau
hanya berhubungan seks dengan satu orang saja yang diketahui tidak
terinfeksi HIV.
3. Menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual
Penggunaan kondom yang benar saat melakukan hubungan seks baik
secara vaginal, anal, dan oral dapat melindungi terhadap penyebaran
infeksi menular seksual (IMS). Fakta menunjukkan bahwa penggunaan
kondom lateks pada laki-laki memberikan perlindungan yang lebih besar
terhadap HIV dan infeksi menular seksual (IMS) lainnya sebanyak 5%.
4. Menyediakan fasilitas Konseling dan Tes HIV Sukarela (Voluntary
Counselling and Testing/VCT)
Konseling dan Tes HIV secara sukarela ini sangat disarankan untuk semua
orang yang terkena salah satu faktor risiko sehingga mereka mengetahui
status infeksi serta dapat melakukan pencegahan dan pengobatan dini.
5. Melakukan sunat bagi laki-laki
Sunat pada laki-laki yang dilakukan oleh profesional kesehatan terlatih
dan sesuai dengan aturan medis dapat mengurangi risiko infeksi HIV
melalui hubungan heteroseksual sekitar 60%.
6. Menggunakan Antiretroviral (ART)
Sebuah percobaan yang dilakukan pada tahun 2011 telah mengkonfirmasi
bahwa orang HIV-positif yang telah mematuhi pengobatan Antiretroviral
(ART), dapat mengurangi risiko penularan HIV kepada pasangan seksual
HIV-negatif sebesar 96%.
7. Pengurangan dampak buruk (Harm Reduction) bagi pengguna narkoba
suntikan
Pengguna narkoba suntikan dapat melakukan pencegahan terhadap infeksi
HIV dengan menggunakan alat suntik steril untuk setiap injeksi atau tidak
berbagi jarum suntik kepada pengguna lain.
8. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (Prevention of Mother to
Child HIV Transmission/PMTCT)
Penularan HIV dari ibu ke anak (Mother to Child HIV
Transmission/MTCT) selama kehamilan, persalinan, atau menyusui jika
tidak diberikan intervensi maka tingkat penularan HIV dari ibu ke anak
dapat mencapai 15-45%. WHO merekomendasikan, pencegahan penularan
HIV dari ibu ke anak dapat dilakukan dengan cara; pemberian ARV untuk
ibu dan bayi selama kehamilan, persalinan dan pasca persalinan, dan
memberikan pengobatan untuk wanita hamil dengan HIV-positif. Pada
tahun 2013, diperkirakan 67% [62-73%] dari1,4 [1,3-1,6] juta ibu hamil
yang hidup dengan HIV di negara- negara berpenghasilan rendah dan
menengah menerima obat antiretroviral (ARV) yang efektif untuk
mencegah penularan HIV kepada anak-anak mereka, naik dari 47% pada
tahun 2009.
9. Untuk mencegah terjadinya kontaminasi HIV pada plasma dan darah,
maka semua donor darah harus diuji antibodi HIV-nya, hanya darah
dengan hasil tes negatif yang digunakan. Orang yang mempunyai perilaku
risiko tinggi terkena HIV sebaiknya tidak mendonorkan darah, plasma,
transplantasi organ, sel, jaringan, cairan semen, dan sebagainya.
10. Melakukan Tindakan Kewaspadaan Universal bagi petugas kesehatan
Bagi petugas kesehatan, harus berhati-hati dalam menangani pasien,
memakai dan membuang jarum suntik agar tidak tertusuk, menggunakan
APD (sarung tangan lateks, pelindung mata dan alat pelindung lainnya)
untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan yang kemungkinan
terinfeksi HIV. Setiap tetes darah pasien yang mengenai tubuh harus
segera dicuci dengan air dan sabun. Tindakan kehati-hatian ini harus di
lakukan pada semua pasien dan semua prosedur laboratorium (tindakan
kewaspadaan universal).

DAFTAR PUSTAKA
V. POA (PLAN OF ACTION) PENYULUHAN PENCEGAHAN PENYAKIT HIV/AIDS

No Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Materi Media Evaluasi Waktu Tempat PJ


1. Penyuluhan meningkatkan Masyarakat Pemaparan Pampflet Cetak Laporan Setiap 1x Puskesmas Kader
Pencegahan pengetahuan Desa X langsung faktor risiko (pamflet) pemantauan sebulan Wilayah Puskesmas
Penyakit dan kesadaran (Perwakilan kepada HIV, gejala kepatuhan Kerja
Menular pada tiap masyarakat dan dampak Sosial masyarakat
(HIV) masyarakat keluarga) dan pamflet HIV (melalui melalui ketua
mengenai akun RT/RW dan
penyakit HIV 200 x 1000 Instagram) angka
= Rp. kejadian HIV
200.000

2. Deteksi dini Deteksi dini Kelompok Pemeriksaan Alat Powerpoint Semua orang Setiap 1x Puskesmas PJ program,
HIV Penemuan berisiko berkala pada pemeriksaan yang sebulan Wilayah laboratorium
HIV melalui HIV kelompok HIV beresiko Kerja
pemeriksaan. berisiko terinfeksi
HIV HIV
mendapatkan
pemeriksaan

1
VI. SKD KLB DBD
Minggu

Desa A 21 23 23 24 25 26 27
ABJ 60 85 90 86 100 90 91
Kasus 1 0 0 0 0 0 0
DBD
Minggu

Desa B 21 23 23 24 25 26 27
ABJ 64 60 65 75 73 91 92
Kasus 1 2 2 1 1 0 0
DBD

PWS SKD PENYAKIT DBD DI DUA DESA PUSKESMAS X TAHUN 2020

2 DESA A
DESA B
1

0
MingguMingguMingguMingguMingguMingguMinggu
ke-21ke-22ke-23ke-24ke-25ke-26ke-27

Grafik 1. PWS SKD Penyakit DBD perminggu di Puskesmas X tahun 2020


(grafik garis)

1
4

2 DESA A
DESA B
1

0
21 22 23 24 25 26 27

Grafik 2. PWS SKD Penyakit DBD Perminggu di Puskesmas X Tahun 2020


(grafik batang)

Interpretasi:

 Grafik diatas menunjukkan bahwa pada desa A terdapat penurunan


kejadian (KLB) DBD yang konsisten. Pada minggu ke-21 Terdapat 1
kasus DBD namun pada minggu berikutnya hingga minggu ke-27
terdapat 0 kasus DBD. Sistem kewaspadaan dini respons (SKDR) di
desa telah dilakukan dengan baik, cepat dan berhasil mencegah
KLB dari minggu ke-21 sejak ditemukannya penderita DBD sehingga
kasus DBD tidak bertambah. Salah satu kriteria dalam penetapan KLB
yaitu terjadinya peningkatan kejadian/kematian penyakit terus-menerus
selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam,
hari, minggu) atau peningkatan penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih
dibandingkan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan tahun).
Data kejadian DBD di atas tidak memenuhi kriteria tersebut.
 Grafik diatas menunjukkan bahwa pada desa B, dari minggu ke-21
terdapat peningkatan kejadian (KLB) DBD pada minggu ke-22, pada
minggu ke-23 jumlah penderita DBD baru yang ditemukan tidak
mengalami penurunan dan masih ditemukan 2 kasus DBD, namun di
minggu ke-24 mulai terdapat penurunan kasus DBD dengan hanya
ditemukan 1 penderita DBD dan pada minggu ke-25 juga konsisten
hanya
PWS SKD Kondisi Rentan KLB Penyakit DBD (ABJ) DUA DESA di
Puskesmas X tahun 2020

110

100100
91 92
90 90 90 91
85 86
80
75
73 DESA A
70 60
65 DESA B
60 64 60

50

40
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke-21ke-22ke-23ke-24ke-25ke-26ke-27

Grafik 3. PWS SKD Kondisi Rentan KLB Penyakit DBD (ABJ) Di

110
100 100
90 90 9191 92
90 85 86
80 75 73 DESA
70 60 64 65
60 A
60
DESA B
50
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke-22 ke-23
40 Ke-21 ke-24ke-25ke-26ke-27

Puskesmas X (grafik garis)


Grafik 4. PWS SKD Kondisi Rentan KLB Penyakit DBD (ABJ) Di
Puskesmas X (grafik batang)

Interpretasi:

 Desa A: Angka Bebas Jentik (ABJ) telah memenuhi target 85% di minggu
ke-22, trend/kecenderungan grafik meningkat tiap minggu dari minggu ke-
22. Tindak lanjut: kegiatan rutin pemberantasan jentik nyamuk
dipertahankan
 Desa B: ABJ telah memenuhi target 85% di minggu ke-26,
trend/kecenderungan grafik meningkat mulai dari minggu ke-23. Tindak
lanjut: kegiatan rutin pemberantasan jentik nyamuk dipertahankan.
 Grafik tersebut menunjukkan intervensi system kewaspadaan dini
(pencarian dan pemberantasan jentik nyamuk) mulai dilakukan secara
efektif di minggu ke-24, dilihat dari tingkat ABJ yang meningkat.

VII. TUGAS INVESTIGASI WABAH


Setelah mempelajari studi kasus ini dan menjawab 16 pertanyaan,
mahasiswa akan mampu untuk:
 Menentukan epidemik, out break atau kluster
 Membuat dan memahami pengunaan definisi kasus
 Mengggambarkan kurva epidemik
 Menghitung food- spesific attack rate
 Menyusun langkah-langkah penyelidikan sebuah kasus outbreak akut.

Bagian I
Di pagi tanggal 1 November , 1979, selama perjalanan haji ke Mekkah,
epidemiologist ditugaskan untuk menyelidiki kasus sakit perut dan diare yang
dialami misi Kuwaiti medical di holy masjid sebelum mengelilingi Ka’bah. Dia
telah mempelajari bahwa kejadian yang sama telah berkembang ke anggota misi.
Pada malam ke Mina dia berinisiatif untuk melakukan penyelidikan.
Pertanyaan 1. Informasi apa anda butuhkan untuk memutuskan apakah ini
sebuah epidemik?
Jawab :
a. Apakah kasus ini merupakan kasus baru?
b. Apakah kasus ini sudah pernah terjadi sebelumnya?
c. Sejak kapan penyakit ini muncul?
d. Apakah kasus ini banyak menyerang anggota misi?
e. Berapa jumlah anggota misi yang terserang kasus ini?
f. Apa dampak yang ditimbulkan dari kasus ini?
g. Apakah jumlah kasus yang ada sudah secara bermakna melampaui
jumlah yang biasa?
---------------------------------------------------------------------------------------------------

Epidemiologist telah menginterview beberapa anggota misi yang sakit untuk


menegetahui karakertitik yangh sakit. Berdasarkan interviu ini, epidemiologist
secara cepat menyiapkan sebuah kuesioner dan mengadakan interviu dengan 112
anggota misi. Total dari 66 kasus yang sakit tadi diidentifikasi, 2 telah sakit di
Kuwait sebelum dimulai perjalana haji dan 64 telah mengalami sakit sejak sore 31
Oktober.

Pertanyaan 2. Adakah ini sebuah epidemik? Jelaskan jawaban anda.


Jawab:
Ya, kasus ini merupakan sebuah epidemik. Epidemik merupakan wabah yang
menyebar di suatu wilayah geografis yang lebih luas dan belum pernah terjadi
sebelumnya.Wabah merupakan kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi
dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka. Kasus ini merupakan sebuah epidemik karena penyakit ini
menyerang lebih dari setengah komunitas pada waktu dan tempat tertentu yaitu 66
orang dari 112 anggota misi, dengan kata lain kejadian kasus melebihi dari yang
diharapkan di tempat dan waktu pada populasi yang diteliti.

--------------------------------------------------------------------------------------------------

Deskripsi perjalanan haji


Misi Kuwait medical, terdiri dari 112 anggota, menemupuh perjalanan dengan
bus dari Kuwait ke Mekkah. Pada 30 Oktober semua anggota missi telah
menginap di Mina. Pada waktu matahari terbit 31 Oktober mereka telah berangkat
ke Arafah, dimana pada pukul 8.00 a.m. mereka telah minum the dengan atau
tanpa susu untuk minum pagi. Susu tadi telah disiapkan segera sebelum
dikonsumsi dengan mencampur bubuk susu dengan air panas. Sisa hari mereka
tadi telah digunakan untuk melaksanakan ibadah. Pada jam 2.00 p.m., makan
siang disajikan untuk semua anggota misi yang ingin makan. Makanan khas
Kuwaoit terdiri dari tiga jenis: nasi, daging dan saus tomat. Sebagain besar
anggota misi mengkonsumsi semua jenis makan tadi. Makan siang telah disiapkan
di Mina pada 30 Oktober dan diantar ke Arafah oleh truk pagi 31 Oktober. Pada
waktu matahari terbit 31 Oktober anggota missi kembali ke Mina.

--------------------------------------------------------------------------------------------------

Deskripsi klinis
Investigator mengidentifikasi total 66 kasus GE. Onset (Waktu timbulnya) kasus
tadi akut, ditandai kebnyakan oleh diare dan nyeri perut. Nausea, vomitus dan
darah dalam tinja terjadi tidak sering. Tidak ada kasus pasien yang dilaporkan
dengan demam. Semua pulih dalam 12-24 jam. Kira-kira 20 % telah meminta
pertolongan medis. Investigator tidak memperoleh spesimen tinja untuk
pemeriksaan.
Pertanyaan 3. Kembangkan sebuah definisi kasus awal (preliminary).
Jawab:
- Definisi Kasus: Gastroenteritis yang ditandai dengan adanya diare, nyeri
perut, mual, muntah dan darah pada feses yang pulih dalam 12-24 jam.
- Waktu Kejadian: 31 Oktober 1979
- Tempat: Arafah
- Orang: 66 dari 112 anggota misi

Pertanyaan 4. Buat daftarkategori penyakit secara garis besar yang harus


dipertimbangkan sebagai diagnosa banding dari outbreak penyakit
gastrointestinal. (Ingat agent penyakit).
Jawab:
a. Diagnosis Banding
- Gastroenteritis akut e.c infeksi bakteri
- Gastroenteritis akut e.c infeksi parasit
- Gastroenteritis akut e.c infeksi virus
- Keracunan makanan yang terkontaminasi logam berat (arsenic, timbal,
cadmium, dan merkuri)
- Demam tifoid

b. Menurut agent penyakit


Menurut agent penyakit bisa dibedakan menjadi bakteri, parasit, virus;
1. Bakteri
 Eschericia coli, Salmonella typhii, Salmonella paratyphii
A/B/C, Salmonella spp, Shigella dysentriae, Shigella flexneri,
Vibrio cholerae, Vibrio parachemolyticus, Clostridium
perfringens, Campylobacter (Helicobacter) jejuni,
Staphylococcus spp, Streptococcus spp, Yersinia intestinalis,
Coccidosis.
2. Parasit
 Protozoa: Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia,
Trichomonas hominis, Isospora sp.
 Cacing: Ascaris lumbricoides, Ancylostoma duodenale,
Necatoramericanus, Trichuris trichiura, Oxyuris
vermicularis, Taenia saginata, Taenia sollium
3. Virus
 Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus

Tabel 1. Gejala Klinis Gastroenteritis berdasarkan Organisme Penyebab


Organisme Inkubasi Gejala Cara Penularan
V. Cholerae Jam – 5 hari Diare mendadak tanpa Makanan dan minuman
rasa sakit perut, kadang- yang terkontaminasi
kadang muntah, tinja
mengucur seperti air
cucian beras, berbau
amis, asidosis dan syok.
Salmonella spp 12-24 jam Diare, demam, sakit Daging, unggas, susu dan
perut telur yang terkontaminasi
Shigella spp 2-3 hari Diare, sakit perut, Makanan saus dan kaleng
tenesmus, tinja berlendir terkontaminasi
E.coli 3-hari Diare Makanan dan minuman
yang terkontaminasi
Vibrio 2-3 hari Diare, sakit perut, mual, Makanan laut yang
parahaemolyticus muntah, demam, sakit terkontaminasi
kepala, kadang-kadang
seperti disentri
Staphylococcus 2-6 jam Mual, muntah, sakit Daging, telur, makanan
aureus perut, diare, suhu badan kaleng dan roti yang
tinggi terkontaminasi
Clostridium 6-24 jam, Diare, sakit perut, mual Daging dan makanan
perfringens biasanya 10-12 kaleng yang
jam terkontaminasi
Bacillus cereus 1-6 jam Diare, muntah, mual Bubur kaleng dan
pudding yang
terkontaminasi
Streptococcus 5-20 jam Mual, muntah, diare Makanan yang
faecalis terkontaminasi
Enterococcus 2-18 jam Mual, muntah diare Makanan kaleng yang
terkontaminasi
Pertanyaan 5. Apa informasi klinis dan epidemiologi yang dapat menolong
menentukan etiologi agent penyakit?
Jawab:
Pertama bisa dilihat dari kasus yang ditemukan oleh investigator yaitu
terdapat 66 anggota yang mengalami gastroenteritis (GE) setelah mengonsumsi
makananan. Onset dari kejadian yaitu akut dengan diare dan nyeri perut sebagai
tandanya. Seperti yang diketahui diare merupakan penyakit dimana terjadi buang
air besar yang frekuensinya lebih dari biasanya sekitar 3 kali atau lebih dalam
sehari dengan konsistensi lembek atau cair. Mual, muntah, dan darah dalam tinja
tidak sering terjadi. Investigator juga melaporkan tidak ada kasus pasien yang
mengalami demam. Seluruh anggota pulih dalam 12-24 jam.
Kejadian gastroenteritis dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu agent factor, host
factor, dan environmental factor. Agent factor dari GE memiliki tingkat virulensi
dan masa inkubasi yang beragam dan memiliki gejala klinis yang berbeda-beda.
Host factor dari GE yaitu seseorang yang kurang gizi, keadaan imunodefisiensi,
dan ada penyakit penyerta. Environmental factor dari GE yaitu tidak mencuci
tangan sebelum makan, setelah beraktivitas yang mengotori tangan, setelah buang
air besar, lalu memakan makanan basi atau yang telah tercemar kuman, dan
membuang tinja maupun sampah sembarangan yang bisa mengakibatkan
pertumbuhan kuman penyebab GE menjadi lebih cepat. Environmental factor dari
Gastroenteritis ini sesuai dengan cara penyebaran GE yang melalui fekal-oral,
seperti melalui tangan yang kotor, lalat, dan sanitasi yang buruk.

Pertanyaan 6. Investigator Kuwait membagikan kuesioner ke semua anggota


missi. Informasi apa yang harus dimasukkan dalam kuesioner tersebut?
Jawab:
Informasi yang dapat dimasukkan dalam kuesioner yaitu mencakup tiga hal
utama yaitu informasi identitas responden, informasi mengenai faktor risiko atau
penyebab penykit, dan informasi mengenai keluhan klinis. Ketiga hal ini dapat
dijabarkan atau ditanyakan lagi sebagai berikut.
1. Informasi identitas
- Nama lengkap
- Tanggal lahir atau usia
- Jenis kelamin
2. Informasi faktor risiko atau penyebab penyakit
- Kapan anggota mengonsumsi makanan yang disediakan mencakup
tanggal dan waktu
- Makanan apa saja yang dikonsumsi anggota
- Cara anggota memakan makanan tersebut misalnya apakah
menggunakan garpu atau sendok yang telah disediakan atau dengan
tangan
- Apakah anggota juga memakan makanan lain selain makanan yang
disediakan oleh penyedia
- Apakah pasien merasakan sesuatu yang aneh dengan makanan
yang dikonsumsi contohnya apakah ada bau atau bagaiman tekstur dari
makanan dan lain-lain
3. Informasi mengenai keluhan klinis
- Keluhan apa saja yang dialami setelah mengonsumsi makanan
tersebut
- Kapan keluhan mulai muncul kemudian berapa lama waktu
keluhan yang dialami dimulai dari jarak waktu konsumsi makanan
tersebut.
- Apakah ada tindakan yang dilakukan anggota terhadap keluhan
tersebut
- Apakah ada perbaikan gejala baik setelah ada tindakan dari
anggota ataupun dibiarkan
- Berapa lama waktu keluhan dirasa membaik
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Bagian II
Investigator menentukan bahwa 64 kasus mulai sakit selama perjalanan haji,
semua yang telah makan siang di Arafah pada pukul 2.00 p.m. pada 31 Oktober.
15 anggota missi tidak makan siang: tidak ada yang sakit.
Pertanyaan 7. Hitung attack rate yang makan dan yang tidak makan. Apa
yang anda simpulkan?
Jawab:

Makana Anggota Misi Total Attac Anggota Misi Total Attack


n yang makan k yang Tidak Rate
Rate Makan
Sakit Sehat Sakit Sehat
Nasi 62 31 93 66,7% 2 0 2 100%
Daging 63 25 88 71,6% 1 6 7 14,3%
Saus 51 26 77 66,2% 13 5 18 72,2%
tomat

Attack rate (anggota missi yang makan) : - X 100% = 57,14%


Attack rate (anggota missi yang tidak makan) : - X 100% = 13,39%
Kesimpulan:
Terdapat perbedaan attack rate antara anggota yang makan dan tidak makan
terhadap gastroenteritis sebesar 43,75%. Berdasarkan data tersebut dicurigai
kemungkinan telah terjadi wabah akibat keracunan makanan yang dikonsumsi.
Ditemukan lebih dari penderita dengan gejala yang mirip berupa gangguan
pencernaan setelah memakan makanan yang sama.

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Tabel 1 informasi yang telah dikumpulkan oleh investigator. Dua anggota yang
sakit sebelum 31 Oktober telah dikeluarkan. 15 anggota yang tidak makan tidak
termasuk dalam tabel tersebut.

Tabel 1. Selected characteristics of Kuwait medical mission members who ate


lunch at Arafat, Saudi Arabia, October 31,1979
Onset of Illness Foods Signs/symptoms*

Id # Age Sex

Date Hour Rice Meat TS* D C BS N V F

31 36 M Oct,31 5 p.m X x X D C BS

77 28 M Oct,31 5 p.m X x D C

81 33 M Oct,31 10p.m X x X D C

86 29 M Oct,31 10p.m X x x D C

15 38 M Oct,31 10p.m x D BS N

17 48 M Oct,31 10p.m X x D C

18 35 M Oct,31 10p.m X x x D C

35 30 M Oct,31 11p.m X x x D C

88 27 M Oct,31 11p.m X x x D C
76 29 M Oct,31 11p.m X x x D C BS

71 50 M Oct,31 12 mn X x x D

1 39 M Nov.1 1a.m X x x D C V

27 36 M Nov.1 1a.m X x x D C N

28 44 M Nov.1 1a.m X x x D C

29 48 M Nov.1 1a.m X x x D C BS

30 35 M Nov.1 2a.m x x x D C

50 29 M Nov.1 2a.m x x x D C

59 51 M Nov.1 2a.m x x x D C

67 40 M Nov.1 2a.m x x D

72 58 M Nov.1 3a.m x x x D C

73 28 M Nov.1 3a.m x x x D C
60 31 M Nov.1 3a.m x x x D C

61 38 M Nov.1 3a.m x x x D BS

51 32 M Nov.1 3a.m x x x D C V

52 37 M Nov.1 3a.m x x D

58 30 M Nov.1 3a.m x x x D C

22 35 M Nov.1 3a.m x x x D C

25 30 M Nov.1 3a.m x x x D C

32 50 M Nov.1 3a.m x x x D C

38 26 M Nov.1 3a.m x x x D C

79 29 M Nov.1 3a.m x x x D C

80 28 M Nov.1 3a.m x x x D C

37 30 M Nov.1 4a.m x x x D

65 34 M Nov.1 4a.m x x D

66 45 M Nov.1 4a.m x x D C BS
87 41 M Nov.1 4a.m x x x D C

89 43 M Nov.1 4a.m x x x D C

90 43 M Nov.1 4a.m x x x D C

91 38 M Nov.1 4a.m x x x D C

92 37 M Nov.1 4a.m x x x D C

70 31 M Nov.1 5a.m x x x D C

2 34 M Nov.1 5a.m x x x D C

21 38 M Nov.1 5a.m x x x D C

40 38 M Nov.1 5a.m x x x D

78 27 M Nov.1 5a.m x x x D C

82 39 M Nov.1 5a.m x x x D C

83 40 M Nov.1 5a.m x x x D C

84 34 M Nov.1 5a.m x x D C
Onset of Illness Foods Signs/symptoms*

Id # Age Sex

Date Hour Rice Meat TS* D C BS N V F

14 52 M Nov.1 6 am X x x D

16 40 M Nov.1 6 am X x x D BS

93 30 M Nov.1 6 am X x x D C

94 39 M Nov.1 6 am X x x D C

33 55 M Nov.1 7 am X x x D C

34 28 M Nov.1 7 am X x x D C

85 38 M Nov.1 7 am X x D C

43 38 M Nov.1 9 am x x D C

69 30 M Nov.1 9 am x x x D C
4 30 F Nov.1 10am x D C

5 45 F Nov.1 10am x C

3 29 F Nov.1 1 pm x x D C

12 22 F Nov.1 2 pm x x X C

74 44 M Nov.1 2 pm x x X D

75 45 M Nov.1 5 pm x x X D BS

95 40 M Nov.1 11pm x x X D C

6 38 F Well x x

7 52 F Well x x X

8 35 F Well x X

9 27 F Well x x X

10 40 F Well x x X

11 40 F Well x x X

13 50 M Well x x X
19 38 M Well x x X

20 38 M Well x x X

23 29 M Well x x X

24 27 M Well x x X

26 47 M Well x x X

36 60 M Well x

39 27 M Well x x X

41 30 M Well x x X

42 38 M Well x x X

44 50 M Well x x X

45 27 M Well x x X

46 31 M Well x x X

47 46 M Well x x X
48 38 M Well x x

49 36 M Well x X

53 36 M Well x x X

54 27 M Well x x X

55 40 M Well x x X

56 30 M Well x x X

57 25 M Well x x X

62 50 M Well x

63 44 M Well x

64 47 M Well x X

68 31 M Well x x x

TS* Tomato Souce, D=Diarrhea; C=Cramps;BS: Blood in stool; N-Nausea;


V=Vomiting;F= Fever.
Pertanyaan 8. Dengan menggunakan priode waktu yang tepat,
gambar sebuah kurva epidemiologik.
Jawab:

Kurva Epidemiologi
14 13

12

10

88
8

6
44 4
4 33 Kasus
3
22 22
2 1 1 1 1
0 0 00 0 0 000 00 00 0 0 0 00 0
4:00 PM 2:00 PM

31-Oct 1-Nov
Waktu

Keterangan kurva epidemic: Kurva epidemiologi berbentuk point source


epidemic yang merupakan pemaparan bersumber tunggal dan waktu yang
singkat. Gambaran kurva ini memberikan informasi bahwa gejala timbul secara
serentak akibat penularan dari satu sumber.
- Kasus awal terjadi pada 31 Oktober pukul 05.00 PM sebanyak 2
kasus, dengan masa inkubasi yaitu jam 5pm-2pm = 3 jam
- Puncak outbreak terjadi pada 1 Nov jam 03.00 am total sebanyak 13 kasus
- Kasus terakhir terjadi pada 1 Nov pukul 11 PM sebanyak 1 kasus
Pertanyaan 9. Adakah kasus yang waktu timbulnya sakit
tampak tidak konsistent? Jelaskan?
Jawab:

Ada. Sebab rerata waktu yang diperlukan dari exposure hingga timbulnya
keluhan adalah sekitar 6-24 jam. Tetapi ada keluhan dari penderita yang muncul
kurang dari 6 jam atau lebih dari 24 jam.
Terlihat pada kasus terakhir mempunyai masa inkubasi yang panjang yaitu 33
jam dengan terdapat periode kasus yang hilang. Satu kasus yang terjadi ini patut
dicurigai apakah masih berhubungan dengan kasus yang pertama muncul akibat
sumber penularan makanan atau merupakan awal kasus baru akibat sumber
penularan yang lain contohnya seperti penularan dari orang ke orang. Secara
teoritis akan terdapat suatu hubungan antara penderita yang sakit dengan satu
macam makanan tertentu yang telah dimakan. Penderita yang makan 100% sakit
dan tidak makan 100% tidak sakit. Tetapi yang terjadi tidak demikian. Hal
tersebut bisa terjadi akibat resistensi atau kerentanan individu, jumlah makanan
yang dimakan tidak sama, distribusi organisme atau toksin pada makanan tidak
sama, definisi atau kriteria orang sakit tidak jelas sehingga kemungkinan ikutnya
penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan penyakit yang diselidiki, terjadi
kontaminasi silang dari suatu makanan kepada yang lain, kesalahan saat
mengambil suatu anamnesa, kesalahan mengambil sampel, kemungkinan adanya
gejala psikosomatis pada individu yang diwawancarai. Selain itu sering juga
terjadi kesalahan pada pembuatan kurva epidemik yaitu penetapan interval waktu.
Pemilihan interval waktu yang terlalu panjang akan menyembunyikan perbedaan
kecil pada distribusi, sedangkan pemilihan interval yang terlalu pendek akan
menimbulkan puncak palsu.
Pertanyaan 10. Modifikasi grafik yang telah digambarkan
(Pertanyaan
8) untuk mengilustrasikan distribusi masa inkubasi.
Jawab:

MASA INKUBASI
14
13
12 Masa Inkubasi
Masa Inkubasi
10
Jumlah kasus
1.1.

8 88
6
5
4 44 4
33
2 2 22 2
1 11 1
8 j am 9
3 j am

am
j am
j am 10 j

0
27 j am
33 j am
j am
j am
j am
j am
j am
j am
j am
j am
j am
j am

Periode inkubasi
(jam)

Pertanyaan 11. Tentukan atau hitung minimum, maksimum,


mean, median, mode, range, standar deviasi priode
inkubasi.
Jawab:
No. Waktu Inkubasi f f (x)
(jam)
1 3 2 6
2 8 5 40
3 9 3 27
4 10 1 10
5 11 4 44
6 12 4 48
7 13 13 169
8 14 8 112
9 15 8 120
10 16 4 64
11 17 3 51
12 19 2 38
13 20 2 40
14 23 1 23
15 24 2 38
16 27 1 27
17 33 1 33
 64 900

 Masa inkubasi minimum : 3 jam

 Masa inkubasi maksimum: 33 jam

 Mean : 900 jam/64 = 14,06 jam

 Median : (13 jam + 14 jam) / 2 = 13,5 jam

 Mode : 13 jam

 Range : 33 jam – 3 jam = 30 jam

 Standar deviasi : 4,979 jam

Pertanyaan 12a. Hitung frekuensi masing-masing gejala klinis dari semua


kasus.

Jawab :

Diare : 62 orang
Nyeri perut : 52 orang
Nausea (mual) : 8 orang
Muntah : 2 orang
Darah pada feses. : 2 orang
Demam : 0 (tidak
ada)

Total jumlah anggota misi ada 64 orang makan siang dengan sakit

 Diare : 62/64 = 96,9%


 Kram perut : 52/64 = 81,25%
 BAB darah : 8/64 = 12,5%
 Mual : 2/64 = 3,1%
 Muntah : 2/64 = 3,1%
 Demam : 0%

Pertanyaan 12b. Bagaimana informasi gejala dan priode


inkubasi menolong anda mempersempit diagnosa banding?
(Anda dapat merujuk ke Ringkasan Kompendium
Keracunanan makanan akut penyakit GE, appendix E).
Jawab :
Agar dapat menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding,
kita perlu dapatkan tanda dan gejala yang dialami pasien, karena berbeda penyakit
dan etiologi, gejala dan tanda yang ditimbulkan juga berbeda. Setelah didapatkan
gejala dan tanda, perlu juga ditanyakan mengenai makanan yang dikonsumsi
(secara spesifik) dan masa inkubasi (sejak penderita mengkonsumsi makanan
hingga timbul gejala).
Pada kasus ini didapatkan rata-rata masa inkubasi terjadi selama 14 jam
dengan standar deviasi 4,9 jam. Dari tabel dapat dilihat bahwa penyakit
gastrointestinal yang terjadi pada masa inkubasi tersebut adalah gastroenteritis
akibat Salmonella, Shigella, Staphylococcal food poisoning, dan keracunan
makanan clostridium.
Kemudian, bila diperhatikan dari gejala yang ditemukan pada kasus ini,
yaitu Diare 96,9%, Kram perut 81,25%, BAB darah 12,5%, Mual 3,1%, dan
Muntah 3,1%. Semua gangguan gastrointestinal memiliki gejala tersebut. Namun,
tidak ada pasien yang mengalami demam, sehingga gangguan gastrointestinal
akibat infeksi dapat disingkirkan. Dari tabel, dapat dilihat bahwa penyakit
gastrointestinal dengan onset akut dan tanpa disertai demam adalah Keracunan
makan clostridium dan botulism. Namun, pada botulism onset tercepatnya adalah
12 jam, sedangkan pada kasus ini terjadi paling cepat 3 jam setelah paparan
penyebab. Sehingga, dari data informasi gejala dan masa inkubasi saja dapat
menunjukkan arah diagnosis tanpa melakukan pemeriksaan penunjang. Berikut
adalah tabel perbandingan beberapa jenis patogen penyebab keracunan makanan.

Pertanyaan 13a. Dengan mengunakan riwayat mengkonsumsi makanan


pada tabel 1. lengkapi item 7 dari form laporan appendix F ”
Penyelidikan out break Keracunan makanan”
Jawab :
Food specific attack rate (item 7 Form investigasi outbreak karena makanan)

Food Jumlah orang yang makan spesifik Jumlah orang yg tidak makan
item food spesifik food
disajikan

Sakit Sehat Total Attack Sakit Sehat Total Attack


rate Rate

Nasi 62 31 93 66,7% 2 0 2 100%

Daging 63 25 88 71,6% 1 6 7 14,3%

Saus 51 26 77 66,2% 13 5 18 72,2%


Tomat

NASI
Sakit Sehat Total
Makan 62 31 93
Tidak 2 0 2
makan
Hitung RR
RR = ad/bc = (62/93) / (2/2) = 0,67
DAGING
Sakit Sehat Total
Makan 63 25 88
Tidak 1 6 7
makan

Hitung RR
RR = ad/bc = (63/88) / (1/7) = 5
Makna: orang yang makan daging 5 kali lebih mungkin terkena gastroenteritis
daripada yang tidak makan daging.
SAUS TOMAT
Sakit Sehat Total
Makan 51 26 77
Tidak 13 5 18
makan
Hitung RR
RR = ad/bc = (51/77) / (13/18) = 0,92

Pertanyaan 13b. Adakah perhitungan disini menolong anda untuk


menentukan makanan yang mana yang telah disajikan pada makan siang tsb.
yang bertanggung jawab terjadinya outbreak?

Jawab : Ya, ada. Kecurigaan makanan yang menyebabkan outbreak pada kasus ini
adalah daging.

Pertanyaan 14. Buat rencana penyelidikan lebih lanjut yang mana harus
dilakukan. Buat daftar satu atau beberapa faktor yang dapat mengakibatkan
kontaminsasi makanan.
Jawab :

Rencana penyelidikan lebih lanjut

 Melakukan studi epidemiologi, lingkungan dan laboratorium (sampel pangan


dan spesimen darah, tinja);
o Selidiki sumber yang mungkin menjadi penyebab atau merupakan faktor yang
ikut berperan
o Ambil specimen dan sampel pemeriksa di laboratorium

 Melakukan tindakan penanggulangan dan pencegahan

o Tentukan cara penanggulangan yang paling efektif.

o Lakukan surveilence terhadap penyakit dan faktor lain yang berhubungan.


o Tentukan cara pencegahan dimasa akan datang

 Mengkomunikasikan temuan

 Mengevaluasi dan meneruskan surveilans

Faktor terjadinya suatu outbreak

a. Herd immunity yang rendah adalah daya tahan masyarakat terhadap


penyebran penyakit infeksi karena sebagian besar anggota masyarakat
memiliki kekebalan terhadap penyakit infeksi tersebut. Dalam keadaan
tertentu herd immunity ini bisa menurun sehingga terjadi wabah.
b. Patogenesisadalah kemampuan bibit penyakit untuk dapat menimbulkan suatu
penyakit.

c. Lingkungan yang burukadalah seluruh kondisi yang terdapat disekitar


mikroorganisme tetapi mempengaruhi kehidupan atau perkembangan
mikroorganisme tersebut.

Daftar faktor yang dapat mengakibatkan kontaminasi makanan:

 Tempat pengolahan makanan tidak sesuai standar sanitasi.

 Bahan makanan tidak segar dan sudah tercemar.

 Penyimpanan bahan makanan (suhu, cara penyimpanan) yang tidak baik

 Pengolahan bahan makanan (pencucian bahan mentah, penjamah/pengolah


makanan, proses memasak, penggunaan bahan makanan tambahan, cara
pengolahan, penggunaan peralatan) yang tidak sesuai aturan dan prinsip
higienitas dan sanitasi
 Penyimpanan makanan (peralatan, suhu, tempat, cara penyimpanan) tidak baik

 Pengangkutan makanan (suhu makanan saat diangkut, pengemasan, peralatan)


tidak baik
 Penyajian makanan (makanan disajikan tanpa pemanasan ulang yang benar,
wadah, alat makan) tidak baik
 Pengawasan kerja yang kurang baik dan tidak sesuai standar

Bagian III

Makan siang yang tadi disajikan di Arafah pada pukul 2.00 p.m.pada 31
Oktober Disiapkan pada pukul 10.00 p.m. malam sebelum ke Mina. Makanan itu
terdiri dari nasi dimasak, sebongkah daging domba yang digoreng dengan minyak,
dan saus tomato yang telah disipkan dari tomto segar yang diiris. Nasi yang telah
dimasak tadi ditempatkan didalam dua pot besar dan daging dibagi diletakkan di
atas pot. Saus tomato disimpan dalam pot ketiga.
Pot dilapisi dengan tutup logam dan ditempatkan didalam tempat terbuka
dinatara beberapa batu dekat dapur sepanjang malam. Mereka beranggapan tidak
ada yang akan menjamah selama waktu itu. Pagi-gai tanggal 31 Oktober, pot-pot
diantar oleh truk ke Mina ke Arafah dimana makanan itu berada dalam truk
sampai jam 2.00 p.m. tempratur di Arafah pada waktu siang hari itu 35 derajat C.
Makanan tidak didinginkan dari perrsiapan sampai waktu dikonsumsi.
Juru masak dan orang lain yang menolong mempersiapkan makan tadi
secara intensif diinterviu berkaita dengan setiap kesakitan tadi sebelum atau pada
waktu persiapan. Semua orang yang diinterviu menyangkal ada yang sakit dan
telah mengetahui tidak ada yang sakit diantara semua anggota yang menuyiapkan
makanan. Tidak ada spesimen diperoleh dari juru masak untuk pemeriksaan
laboratorium.

Berkut adalah kutipan/transkrip dalam disket dari laporan yang disiapkan


oleh epidemiologist yang menyelidiki outbreak.

“Gambaran klinis ini lebih mungkin menunjukkan sebuah infeksi oleh


Cloistridium perfringens. Organisme ini dapat dideteksi pada elemen makanan
dikonsumsi dan juga di tinja pasien. Namun, tidak ada prosedur diagnostik
labortarium tadi yang mungkin dilokasi terjadi outbreak. Semua penyelidikan
dilakukan tadi didasarkan seluruhnya pada latar epidemiologis.

Periode inkubasi dan juga data lain di ekstrapolasi dari analisis epidemiologis
menyarankan bahwa Clostridium perfringens sebagai agent penyebab.
Organisme ini terdistribusi luas di alam khususnya di tanah dan debu. Jadi disini
ada peluang kontaminasi ke makanan. Jika daging dimasak dibiarkan dingin
secara lambat dibawah kondisi anaerob yang cocok, spora yang mana mungkin
dapat bertahan hidup dalam masakan atau datang dari debu yang berkembang
dan dalam beberapa jam memproduksi sejumlah besar basil vegetatif. Dalam
kenyataan, kamp haji di Mina kurang fasilitas masak yang saniter. Makanan
biasanya disiapkan dalam sebuah tempat terbuka berdebu sampai hembusan
angin menciptakan situasi yang ideal untuk kontaminasi Cl.ferfringens.

Jenis organisme, jenis makanan dan perbedaan attack rate yang mengkonsum
daging dan orang yang tidak makan daging sebagai sumber paling mungkin dari
infeksi pada outbreak.

Kesimpulan:Sakit akut enteritis di Arafah yang telah menyerang banyak orang


adalah sebuah bentuk epidemi. Epidemi tadi adalah outbreak dengan “common
source”, sumber adalah daging yang sedang dikonsumsi pada waktu makan siang
di Arafah. Periode inkubasi kira-kira 13 jam. Kesakitan ditandai oleh nyeri
abdomen kolik dan diare dengan tidak ada peningkatan suhu. Agent yang
bertanggungjawab pada outbreak ini lebih mungkin Clostridium perfringens.

Makan siang di Arafah sehrausnya disiapkan dihari yang sama di konsumsi atau
disimpan dalam refrigerator jika disiapkan hari sebelumnya. Meskipun dapur
tidak dilengkapi penuh untuk memenuhi tindakan keselamatan yang esential di
tempat seperti di Mina, mereka seharusnya disuplai untuk melindungi makanan
dari kontaminasi. Sisa makanan di Arafah seharusnya dimusnahkan sesudah
penyelidikan, tetapi tidak ada sisa pada waktu itu.
Penyelidikan epidemiologik yang dilakukan pada epidemik ini dapat mengeksplor
alamiah dari epidemik ini dan menjawab sebagian besar pertanyaan yang timbul.
Penyelidikan laboratorium, meskipun menolong untuk mendeteksi organisme
penyebab, harus tidak menggantikan metode epidemiologi yang leih efisien dalam
menggali epidemik.Kekurangan fasilitas laboratorium penting untuk mendeteksi
organisme penyebab outbreak berasal makanan seharusnya tidak melemahkan
epidemiologist menyelidiki dan membuatnya penuh keraguan dan kurang percaya
pada tool epidemiologiknya.”

Pertanyaan 15. Dalam konteks outbreak, apa tindakan pengendalian akan


anda rekomendasikan?

Jawab :

- Pengendalian yang harus dilakukan berupa penanggulangan sedini mungkin


dengan diagnosis dini (pengobatan/ pencegahan yang tepat). Apabila sumber
wabah telah diketahui, upaya pengendalian diarahkan pada agent penyakit,
sumbernya, atau reservoirnya, misalnya dengan cara menyingkirkan makanan
terinfeksi, memindahkan penjamah makanan, merawat dan mengobati anggota
misi yang sakit. Setelah dilakukan penanganan dan pengendalian awal, dilakukan
evaluasi mengenai proses pengolahan, penyajian dan pendistribusian makanan.
Hal yang penting juga perlu diberikan penyuluhan kepada pihak penyedia jasa
makanan dan para anggota misi. Kemudian dapat juga dilakukan pemeriksaan
sampel sisa makanan, terutama daging yang dicurigai sebagai penyebab
munculnya outbreak. Namun pada kasus ini tidak dilakukan karena tidak ada sisa
makanan dan fasilitas laboratorium yang tersedia.
Selain itu, dapat pula dilakukan pencegahan sekunder agar tidak terjadi kasus
serupa lagi misalnya dengan menjaga suhu makanan panas tetap panas dan
makanan dingin tetap dingin. Serta, ketika akan disajikan makanan panas kembali
dipanaskan, dan membuang makanan yang mudah busuk yang telah lebih dari 2
jam. Atau, memberikan imunisasi pada penyedia jasa makanan.
Pertanyaan 16. Adakah penting untuk menyusun/menarik pelajaran
dari outbreak ini? Sebutkan alasan mengapa penting
Jawab :

Ya, penting untuk menyusun/ menarik pelajaran dari outbreak ini karena dapat
meningkatkan pengetahuan tentang epidemilogi mulai dari pencatatan, pelaporan,
dan analisa data dengan alat epidemiologi yang sesuai sehingga dalam hal ini
sebagai tenaga medis atau klinisi kita dapat menanggulangi outbreak secara cepat
maupun mencegah terjadinya outbreak berulang.

VIII. SURVEILANS EPIDEMIOLOGI COVID-19 DI KOTA


PALEMBANG PER 17 MARET 2021

1. KASUS SUSPEK, PROBABLE, DAN KONFIRMASI PER 17 MARET 2021


Suspek
600
493
500
400
300
200
82
100 34 15
3 0 0 14 0 9 2 11 16 2 0 0 0 0
0
I I l
ng K at KU B A im RA sin Ilir lih m au ur an ng AL ra se
ba en O Lah n O MU En MU yua an mu rala ngg Tim elat wa n P rata um
m a g u i S t La te
le at ten te n ar n an O ab ga k L KU a
u
M h
S
Pa bup pa upa pate Mu pate n B ten Pr a Pa bu n O OKU pa up en aya
ta Ka abu ab bu en bu ate pa ota ot Lu te n Em Kab at il
Ko K K a at
Ka bup abu K
K ta pa te n p W
K p
u K Ko bu upa ate a bu ar
b Ka
Ka Kab bup K Lu
Ka a
K
Probable
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
I I l
ng K at KU B A im R A sin Ilir lih m au ur an ng AL ra se
ba en O Lah n O MU En MU yua an mu rala ngg Tim elat wa n P rata um
m a g u i S t La te
le at ten te n ar n an O ab ga k L KU a
u
M h
S
Pa bup pa upa pate Mu pate n B ten Pr a Pa bu n O OKU pa up en aya
ta Ka abu ab bu en bu ate pa ota ot Lu te n Em Kab at il
Ko K K a at
Ka bup abu K
K ta pa te n p W
K p
u K Ko bu upa ate a bu ar
b Ka
Ka Kab bup K Lu
Ka a
K

Konfirmasi Harian
25
21
20

15

10
6
5 3 3 4 3
1 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
I I l
ng K at KU B A im R A sin Ilir lih m au ur an ng AL ra se
ba en O Lah n O MU En MU yua an mu rala ngg Tim elat wa n P rata um
m a g u i S t La te
le at ten te n ar n an O ab ga k L KU a
u
M h
S
Pa bup pa upa pate Mu pate n B ten Pr a Pa bu n O OKU pa up en aya
ta Ka abu ab bu en bu ate pa ota ot Lu te n Em Kab at il
Ko K K a at
K p Ka bup abu K
K ta pa te n up r W
u a K Ko bu upa ate Kab Lua
b K a b p
Ka K Ka bu
Ka
Konfirmasi (Kum)
9000 8441
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000 10581393 1265
1000 160
613 264 444 624 245 773 178 413 83 96 433 252 38
0
I I l
ng K at KU BA im RA sin Ilir lih m au ur an ng AL ra se
ba en O Lah n O MU En MU yua an mu rala ngg Tim elat wa n P rata um
m a g u i S t La te
le at ten te n ar n an O ab ga k L KU a
u
M h
S
Pa bup pa upa pate Mu pate n B ten Pr a Pa bu n O OKU pa up en aya
ta Ka abu ab bu en bu ate pa ota ot Lu te n Em Kab at il
Ko K K a at
Ka bup abu K
K ta pa te n p W
K p
u K Ko bu upa ate a bu ar
b Ka
Ka Kab bup K Lu
Ka a
K

2. PELACAKAN KONTAK
Tabel angka pelacakan kontak (contact tracing) per kasus konfirmasi per
Kota/Kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan
Penambaha Penambaha
Konfirma n Jumlah n Jumlah
Nama Kabupaten/Kota si KE KE
(19/3/2021) (20/3/2021)
Kota Palembang 21 +22 +55
Kabupaten OKI 1 0 0
Kabupaten Lahat 2 +7 +7
Kabupaten OKU 0 0 0
Kabupaten MUBA 0 +10 +16
Kabupaten Muara Enim 6 +2 +2
Kabupaten MURA 0 0 0
Kabupaten Banyuasin 2 +2 +7
Kabupaten Ogan Ilir 3 0 0
Kota Prabumulih 3 0 0
Kota Pagaralam 0 0 0
Kota Lubuk Linggau 0 0 0
Kabupaten OKU Timur 4 0 +78
Kabupaten OKU Selatan 3 +22 +22
Kabupaten Empat 0 0
Lawang 0
Kabupaten PALI 0 0 0
Kabupaten Muratara 0 +30 +30
Luar Wilayah Sumsel 0 0 0
Interpretasi:
Berdasarkan standar tracing WHO, setiap 1 kasus konfirmasi harus dilacak 30
orang yang pernah kontak. Pada tanggal 17 Maret 2020 di Provinsi Sumatera
Selatan tidak ada yang mencapai target tracing WHO.

Rekomendasi:
Untuk menuntaskan penularan COVID-19, salah satu strateginya ialah
mengurangi laju penularan sehingga diperlukan identifikasi, penelusuran,
pengisolasian, dan penatalaksanaan. Oleh karena itu, pemeriksaan swab
antigen/PCR yang agresif sangat diharuskan bila memungkinkan pemerintah
mengeluarkan anggaran dana lebih banyak untuk menyediakan fasilitas ini.

3. CASE FATALITY RATE (CFR)

CFR = Jumlah kematian akibat penyakit dalam periode waktu tertentu x


100%
Jumlah penyakit yang terdiagnosa dalam periode waktu tertentu
Nama Kabupaten/Kota Konfirmasi (Kum) Kematian CFR
Kota Palembang 8441 367  4,34 %
Kabupaten OKI 160 11  6,87 %
Kabupaten Lahat 613 36  5,87 %
Kabupaten OKU 264 25  9,46 %
Kabupaten MUBA 1058 45  4,25 %
Kabupaten Muara Enim 1393 68  4,88 %
Kabupaten MURA 444 22  4,95 %
Kabupaten Banyuasin 624 49  7,85 %
Kabupaten Ogan Ilir 245 18  7,34 %
Kota Prabumulih 773 39  5,04 %
Kota Pagaralam 178 10  5,61 %
Kota Lubuk Linggau 1265 41  3,24 %
Kabupaten OKU Timur 413 22  5,32 %
Kabupaten OKU Selatan 83 8  9,63 %
Kabupaten Empat Lawang 96 9  9,37 %
Kabupaten PALI 433 29  6,69 %
Kabupaten Muratara 252 15  5,95 %
Luar Wilayah Sumsel 38 1  2,63 %
Interpretasi:
CFR tertinggi di Provinsi Sumatera Selatan yaitu di Kabupaten OKU Selatan
(9.63%), sedangkan terendah di Luar Wilayah Sumsel (2.63%).

Rekomendasi:
Pada kabupaten/kota dengan CFR tinggi, dianjurkan untuk mengidentifikasi
penyebab tingginya angka kematian dan segera intervensi sesuai penyebab.

4. ANGKA TESTING COVID-19

Angka testing Angka testing WHO Kinerja


Nama Kabupaten/Kota (per 1000) (per 1000) (%)
Kota Palembang 16,56 52 31,8%
Kabupaten OKI 0,59 52 1,1%
Kabupaten Lahat 8,51 52 16,4%
Kabupaten OKU 1,41 52 2,7%
Kabupaten MUBA 8,17 52 15,7%
Kabupaten Muara Enim 7,92 52 15,2%
Kabupaten MURA 0,97 52 1,9%
Kabupaten Banyuasin 2,58 52 5,0%
Kabupaten Ogan Ilir 4,29 52 8,2%
Kota Prabumulih 8,94 52 17,2%
Kota Pagaralam 8,16 52 15,7%
Kota Lubuk Linggau 21,46 52 41,3%
Kabupaten OKU Timur 4,9 52 9,4%
Kabupaten OKU Selatan 0,62 52 1,2%
Kabupaten Empat Lawang 1,13 52 2,2%
Kabupaten PALI 8,57 52 16,5%
Kabupaten Muratara 3,29 52 6,3%
Interpretasi: Berdasarkan angka testing di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
ada banyak kasus belum terdeteksi

5. POSITIVITY RATE
Sampel yang diperiksa di Laboratorium dari Provinsi Sumatera Selatan sebanyak
61.362 orang (7.16 per 1000 penduduk) dengan kasus konfirmasi hari sebesar 45
orang
Positivity rate = Jumlah total kasus konfirmasi harian x 100
Jumlah orang yang diperiksa
Positivity rate = 16.743 x 100 = 27.3 %
61.362
Interpretasi:
Angka positif Provinsi Sumatera Selatan (27.3%) belum sesuai angka ideal WHO
(maks. 5%).

Rekomendasi:
Dengan meninjau positivity rate, dianjurkan untuk menggencarkan pemeriksaan
PCR untuk segera menemukan dan menatalaksana kasus COVID-19 sehingga
penularan dapat menurun.

6. KASUS AKTIF
Nama Kasus Aktif Kasus Aktif
Kabupaten/Kota (dirawat) (isolasi mandiri)
Kota Palembang 160 516
Kabupaten OKI 0 9
Kabupaten Lahat 6 4
Kabupaten OKU 9 14
Kabupaten MUBA 18 6
Kabupaten Muara Enim 19 41
Kabupaten MURA 9 17
Kabupaten Banyuasin 6 7
Kabupaten Ogan Ilir 0 11
Kota Prabumulih 15 1
Kota Pagaralam 4 6
Kota Lubuk Linggau 3 2
Kabupaten OKU Timur 9 24
Kabupaten OKU Selatan 6 0
Kabupaten Empat Lawang 1 0
Kabupaten PALI 3 6
Kabupaten Muratara 1 0
Luar Wilayah Sumsel 0 0
Kasus Aktif di Provinsi Sumatera Selatan (per 17 Maret 2021)
Luar Wilayah Sumsel
Kabupaten Muratara
Kabupaten PALI
Kabupaten Empat Lawang
Kabupaten OKU Selatan
Kabupaten OKU Timur
Kota Lubuk Linggau
Kota Pagaralam
Kota Prabumulih
Kabupaten Ogan Ilir
Kabupaten Banyuasin
Kabupaten MURA
Kabupaten Muara Enim
Kabupaten MUBA
Kabupaten OKU
Kabupaten Lahat
Kabupaten OKI
Kota Palembang

0 100 200 300 400 500 600

Kasus Aktif (dirawat) Kasus Aktif (isolasi mandiri)

Interpretasi:
Jumlah kasus aktif (per 17 Maret 2021) yang diisolasi mandiri dan dirawat paling
tinggi ialah di Kota Palembang dengan 516 isolasi mandiri dan 160 dirawat di
Rumah Sakit.

7. PROPORSI KASUS DAN MENINGGAL PER KELOMPOK UMUR

Kasus dan Kematian per Kelompok Usia


di Provinsi Sumatera Selatan (per 17 Maret 2021)
9000 8476
8000
Jumlah Kasus/Kematian

7000
6000
5000 Kasus
Kematian
4000
2838 2807
3000
2000
900 723 589
1000 147 236 3 92 182 371 135
9 8 5
0
<1 1-4 th 5-14 th 15-19 th 20-44 th 45-54 th 55-69 th >70 th
Kelompok Usia
Interpretasi:
Berdasarkan grafik data di atas, angka kasus tertinggi berada di kelompok usia 20-
44 tahun sebesar 8476 kasus, disusul oleh kelompok usia 45-54 tahun (2838
kasus) dan kelompok usia 55-69 tahun (2807 kasus). Sementara itu, angka
kematian tertinggi berada di kelompok usia 55-69 tahun dengan 371 kasus disusul
oleh kelompok usia 45-54 tahun (182 kasus) dan kelompok usia >70 tahun.

Rekomendasi:
Dianjurkan untuk mengevaluasi dan meningkatkan penerapan 5M protokol
kesehatan di masyarakat terutama di kelompok usia 20-44 tahun karena berpotensi
menularkan virus COVID-19 ke kelompok usia rentan khususnya (55-69 tahun).
Untuk kelompok yang rentan, dianjurkan untuk mengendalikan penyakit
komorbid (bila ada) dan tetap menjaga protokol kesehatan untuk melindungi
kelompok usia ini.

Anda mungkin juga menyukai