Tugas Epidemiologi Kelompok 5
Tugas Epidemiologi Kelompok 5
JUNI 2021
Disusun oleh:
Kelompok 5
Ratu Dinah Farhanah 04054822022075
M. Ridho Novtriawan Algifari 04054822022046
Nurul Ramadhanty AP 04054822022078
Imaniar Kesuma 04054822022074
Muthia Adhana Yusri 04054822022001
Achmad Affaier 04054822022049
Zulpa Yanti 04054822022047
Pembimbing:
dr. Achmad Ridwan MO, M.Si
1
OUTLINE
TUGAS EPIDEMIOLOGI JUNI 2021
2. Tahap Patogenesis
Pada fase ini virus akan menghancurkan sebagian besar atau
keseluruhan system imun penderita dan penderita dapat dinyatakan positif
mengidap AIDS. Gejala klinis pada orang dewasa ialah jika ditemukan dua
dari tiga gejala utama dan satu dari lima gejala minor. Gejala utamanya
antara lain demam berkepanjangan, penurunan berat badan lebih dari 10%
dalam kurun waktu tiga bulan, dan diare kronis selama lebih dari satu
bulan secara berulang-ulang maupun terus menerus. Gejala minornya yaitu
batuk kronis selama lebih dari 1 bulan, munculnya Herpes zoster secara
berulang-ulang, infeksi pada mulut dan tenggorokan yang disebabkan oleh
Candida albicans, bercak-bercak gatal di seluruh tubuh, serta
pembengkakan kelenjar getah bening secara menetap di seluruh tubuh.
Akibat rusaknya system kekebalan, penderita menjadi mudah terserang
penyakit-penyakit yang disebut oportunistis. Penyakit yang biasa
menyerang orang normal seperti flu, diare, gatal-gatal, dan lain-lain. Bisa
menjadi penyakit yang mematikan di tubuh seorang penderita AIDS.
1) Tahap Inkubasi
Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar
virus HIV sampai dengan menunjukkan gejala-gejala AIDS. Waktu
yang dibuthkan rata-rata cukup lama dan dapat mencapai kurang lebih
12 tahun dan semasa inkubasi penderita tidak menunjukkan gejala-
gejala sakit. Selama masa inkubasi ini penderita disebut penderita HIV.
Pada fase ini terdapat masa dimana virus HIV tidak dapat terdeteksi
dengan pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3 bulan sejak tertular
virus HIV. Selama masa inkubasi penderita HIV sudah berpotensi
untuk menularkan virus HIV kepada orang lain dengan berbagai cara
sesuai pola transmisi virus HIV. Mengingat masa inkubasi yang relative
lama, penderita HIV tidak menunjukkan gejala-gejala sakit, maka
sangat besar kemungkinan penularan terjadi pada fase inkubasi ini.
2) Tahap Penyakit Dini
Penderita mengalami demam selama 3-6 minggu tergantung daya tahan
tubuh data mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi
membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam
beberapa tahun dan perlahan kekebalan tubuhnya menurun/lemah
hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Salah satu
cara untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani uji antibody
HIV terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang
berisiko terkena virus HIV.
3) Tahap Penyakit Lanjut
Pada tahap ini penderita sudah tidak bisa melakukan aktivitas apa-apa.
Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk serta
nyeri dada. Penderita terinfeksi jamur pada rongga mulut dan
kerongkongan. Terjadinya gangguan pada persyarafan sentral
mengakibatkan penurunan ingatan, sakit kepala, sulit berkonsentrasi,
sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada
sistem persyarafan perifer akan menimbulkan nyeri dan kesemutan
pada telapak tangan dan kaki, refleks tendon yang kurang, darah rendah
dan impoten. Penderita mengalami serangan virus cacar air atau cacar
api dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri
pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami onfeksi jaringna rambut
pada kulit (filliculities), kulit kering berbercak-bercak.
3. Tahap Post Patogenesis (Tahap Penyakit Akhir)
Fase ini merupakan fase terakhir dari perjalanan penyakit HIV/AIDS pada
tubuh penderita. Fase akhir dari penderita penyakit AIDS adalah
meninggal dunia. Hampir tidak ada yang bisa sembuh dari penyakit AIDS.
Sumber:
Capriotti T. HIV/AIDS: An Update for Home Healthcare Clinicians. Home Healthc Now. 2018 Nov/Dec;36(6):348-355.
1.
Xu HF, Zhou HZ, Jiang LX, Zhang N, Zhang X, Guan XR. Trends in HIV infection in the First Affiliated Hospital of
2.
Harbin, China. BMC Infect Dis. 2014 Nov 25;14:605.
3. Lingkungan
Lingkungan biologis sosial, ekonomi, budaya dan agama sangat
menentukan penyebaran AIDS. Lingkungan biologis adanya riwayat ulkus
genitalis, Herpes Simpleks dan STS (Serum Test for Sypphilis) yang
positif akan meningkatkan prevalensi HIV karena luka-luka ini menjadi
tempat masuknya HIV.
Faktor sosial, ekonomi, budaya dan agama secara bersama-sama
atau sendiri-sendiri sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual
masyarakat. Bila semua faktor ini menimbulkan permissiveness di
kalangan kelompok seksual aktif, maka mereka sudah ke dalam keadaan
promiskuitas.
DAFTAR PUSTAKA
V. POA (PLAN OF ACTION) PENYULUHAN PENCEGAHAN PENYAKIT HIV/AIDS
2. Deteksi dini Deteksi dini Kelompok Pemeriksaan Alat Powerpoint Semua orang Setiap 1x Puskesmas PJ program,
HIV Penemuan berisiko berkala pada pemeriksaan yang sebulan Wilayah laboratorium
HIV melalui HIV kelompok HIV beresiko Kerja
pemeriksaan. berisiko terinfeksi
HIV HIV
mendapatkan
pemeriksaan
1
VI. SKD KLB DBD
Minggu
Desa A 21 23 23 24 25 26 27
ABJ 60 85 90 86 100 90 91
Kasus 1 0 0 0 0 0 0
DBD
Minggu
Desa B 21 23 23 24 25 26 27
ABJ 64 60 65 75 73 91 92
Kasus 1 2 2 1 1 0 0
DBD
2 DESA A
DESA B
1
0
MingguMingguMingguMingguMingguMingguMinggu
ke-21ke-22ke-23ke-24ke-25ke-26ke-27
1
4
2 DESA A
DESA B
1
0
21 22 23 24 25 26 27
Interpretasi:
110
100100
91 92
90 90 90 91
85 86
80
75
73 DESA A
70 60
65 DESA B
60 64 60
50
40
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke-21ke-22ke-23ke-24ke-25ke-26ke-27
110
100 100
90 90 9191 92
90 85 86
80 75 73 DESA
70 60 64 65
60 A
60
DESA B
50
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke-22 ke-23
40 Ke-21 ke-24ke-25ke-26ke-27
Interpretasi:
Desa A: Angka Bebas Jentik (ABJ) telah memenuhi target 85% di minggu
ke-22, trend/kecenderungan grafik meningkat tiap minggu dari minggu ke-
22. Tindak lanjut: kegiatan rutin pemberantasan jentik nyamuk
dipertahankan
Desa B: ABJ telah memenuhi target 85% di minggu ke-26,
trend/kecenderungan grafik meningkat mulai dari minggu ke-23. Tindak
lanjut: kegiatan rutin pemberantasan jentik nyamuk dipertahankan.
Grafik tersebut menunjukkan intervensi system kewaspadaan dini
(pencarian dan pemberantasan jentik nyamuk) mulai dilakukan secara
efektif di minggu ke-24, dilihat dari tingkat ABJ yang meningkat.
Bagian I
Di pagi tanggal 1 November , 1979, selama perjalanan haji ke Mekkah,
epidemiologist ditugaskan untuk menyelidiki kasus sakit perut dan diare yang
dialami misi Kuwaiti medical di holy masjid sebelum mengelilingi Ka’bah. Dia
telah mempelajari bahwa kejadian yang sama telah berkembang ke anggota misi.
Pada malam ke Mina dia berinisiatif untuk melakukan penyelidikan.
Pertanyaan 1. Informasi apa anda butuhkan untuk memutuskan apakah ini
sebuah epidemik?
Jawab :
a. Apakah kasus ini merupakan kasus baru?
b. Apakah kasus ini sudah pernah terjadi sebelumnya?
c. Sejak kapan penyakit ini muncul?
d. Apakah kasus ini banyak menyerang anggota misi?
e. Berapa jumlah anggota misi yang terserang kasus ini?
f. Apa dampak yang ditimbulkan dari kasus ini?
g. Apakah jumlah kasus yang ada sudah secara bermakna melampaui
jumlah yang biasa?
---------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Deskripsi klinis
Investigator mengidentifikasi total 66 kasus GE. Onset (Waktu timbulnya) kasus
tadi akut, ditandai kebnyakan oleh diare dan nyeri perut. Nausea, vomitus dan
darah dalam tinja terjadi tidak sering. Tidak ada kasus pasien yang dilaporkan
dengan demam. Semua pulih dalam 12-24 jam. Kira-kira 20 % telah meminta
pertolongan medis. Investigator tidak memperoleh spesimen tinja untuk
pemeriksaan.
Pertanyaan 3. Kembangkan sebuah definisi kasus awal (preliminary).
Jawab:
- Definisi Kasus: Gastroenteritis yang ditandai dengan adanya diare, nyeri
perut, mual, muntah dan darah pada feses yang pulih dalam 12-24 jam.
- Waktu Kejadian: 31 Oktober 1979
- Tempat: Arafah
- Orang: 66 dari 112 anggota misi
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Tabel 1 informasi yang telah dikumpulkan oleh investigator. Dua anggota yang
sakit sebelum 31 Oktober telah dikeluarkan. 15 anggota yang tidak makan tidak
termasuk dalam tabel tersebut.
Id # Age Sex
31 36 M Oct,31 5 p.m X x X D C BS
77 28 M Oct,31 5 p.m X x D C
81 33 M Oct,31 10p.m X x X D C
86 29 M Oct,31 10p.m X x x D C
15 38 M Oct,31 10p.m x D BS N
17 48 M Oct,31 10p.m X x D C
18 35 M Oct,31 10p.m X x x D C
35 30 M Oct,31 11p.m X x x D C
88 27 M Oct,31 11p.m X x x D C
76 29 M Oct,31 11p.m X x x D C BS
71 50 M Oct,31 12 mn X x x D
1 39 M Nov.1 1a.m X x x D C V
27 36 M Nov.1 1a.m X x x D C N
28 44 M Nov.1 1a.m X x x D C
29 48 M Nov.1 1a.m X x x D C BS
30 35 M Nov.1 2a.m x x x D C
50 29 M Nov.1 2a.m x x x D C
59 51 M Nov.1 2a.m x x x D C
67 40 M Nov.1 2a.m x x D
72 58 M Nov.1 3a.m x x x D C
73 28 M Nov.1 3a.m x x x D C
60 31 M Nov.1 3a.m x x x D C
61 38 M Nov.1 3a.m x x x D BS
51 32 M Nov.1 3a.m x x x D C V
52 37 M Nov.1 3a.m x x D
58 30 M Nov.1 3a.m x x x D C
22 35 M Nov.1 3a.m x x x D C
25 30 M Nov.1 3a.m x x x D C
32 50 M Nov.1 3a.m x x x D C
38 26 M Nov.1 3a.m x x x D C
79 29 M Nov.1 3a.m x x x D C
80 28 M Nov.1 3a.m x x x D C
37 30 M Nov.1 4a.m x x x D
65 34 M Nov.1 4a.m x x D
66 45 M Nov.1 4a.m x x D C BS
87 41 M Nov.1 4a.m x x x D C
89 43 M Nov.1 4a.m x x x D C
90 43 M Nov.1 4a.m x x x D C
91 38 M Nov.1 4a.m x x x D C
92 37 M Nov.1 4a.m x x x D C
70 31 M Nov.1 5a.m x x x D C
2 34 M Nov.1 5a.m x x x D C
21 38 M Nov.1 5a.m x x x D C
40 38 M Nov.1 5a.m x x x D
78 27 M Nov.1 5a.m x x x D C
82 39 M Nov.1 5a.m x x x D C
83 40 M Nov.1 5a.m x x x D C
84 34 M Nov.1 5a.m x x D C
Onset of Illness Foods Signs/symptoms*
Id # Age Sex
14 52 M Nov.1 6 am X x x D
16 40 M Nov.1 6 am X x x D BS
93 30 M Nov.1 6 am X x x D C
94 39 M Nov.1 6 am X x x D C
33 55 M Nov.1 7 am X x x D C
34 28 M Nov.1 7 am X x x D C
85 38 M Nov.1 7 am X x D C
43 38 M Nov.1 9 am x x D C
69 30 M Nov.1 9 am x x x D C
4 30 F Nov.1 10am x D C
5 45 F Nov.1 10am x C
3 29 F Nov.1 1 pm x x D C
12 22 F Nov.1 2 pm x x X C
74 44 M Nov.1 2 pm x x X D
75 45 M Nov.1 5 pm x x X D BS
95 40 M Nov.1 11pm x x X D C
6 38 F Well x x
7 52 F Well x x X
8 35 F Well x X
9 27 F Well x x X
10 40 F Well x x X
11 40 F Well x x X
13 50 M Well x x X
19 38 M Well x x X
20 38 M Well x x X
23 29 M Well x x X
24 27 M Well x x X
26 47 M Well x x X
36 60 M Well x
39 27 M Well x x X
41 30 M Well x x X
42 38 M Well x x X
44 50 M Well x x X
45 27 M Well x x X
46 31 M Well x x X
47 46 M Well x x X
48 38 M Well x x
49 36 M Well x X
53 36 M Well x x X
54 27 M Well x x X
55 40 M Well x x X
56 30 M Well x x X
57 25 M Well x x X
62 50 M Well x
63 44 M Well x
64 47 M Well x X
68 31 M Well x x x
Kurva Epidemiologi
14 13
12
10
88
8
6
44 4
4 33 Kasus
3
22 22
2 1 1 1 1
0 0 00 0 0 000 00 00 0 0 0 00 0
4:00 PM 2:00 PM
31-Oct 1-Nov
Waktu
Ada. Sebab rerata waktu yang diperlukan dari exposure hingga timbulnya
keluhan adalah sekitar 6-24 jam. Tetapi ada keluhan dari penderita yang muncul
kurang dari 6 jam atau lebih dari 24 jam.
Terlihat pada kasus terakhir mempunyai masa inkubasi yang panjang yaitu 33
jam dengan terdapat periode kasus yang hilang. Satu kasus yang terjadi ini patut
dicurigai apakah masih berhubungan dengan kasus yang pertama muncul akibat
sumber penularan makanan atau merupakan awal kasus baru akibat sumber
penularan yang lain contohnya seperti penularan dari orang ke orang. Secara
teoritis akan terdapat suatu hubungan antara penderita yang sakit dengan satu
macam makanan tertentu yang telah dimakan. Penderita yang makan 100% sakit
dan tidak makan 100% tidak sakit. Tetapi yang terjadi tidak demikian. Hal
tersebut bisa terjadi akibat resistensi atau kerentanan individu, jumlah makanan
yang dimakan tidak sama, distribusi organisme atau toksin pada makanan tidak
sama, definisi atau kriteria orang sakit tidak jelas sehingga kemungkinan ikutnya
penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan penyakit yang diselidiki, terjadi
kontaminasi silang dari suatu makanan kepada yang lain, kesalahan saat
mengambil suatu anamnesa, kesalahan mengambil sampel, kemungkinan adanya
gejala psikosomatis pada individu yang diwawancarai. Selain itu sering juga
terjadi kesalahan pada pembuatan kurva epidemik yaitu penetapan interval waktu.
Pemilihan interval waktu yang terlalu panjang akan menyembunyikan perbedaan
kecil pada distribusi, sedangkan pemilihan interval yang terlalu pendek akan
menimbulkan puncak palsu.
Pertanyaan 10. Modifikasi grafik yang telah digambarkan
(Pertanyaan
8) untuk mengilustrasikan distribusi masa inkubasi.
Jawab:
MASA INKUBASI
14
13
12 Masa Inkubasi
Masa Inkubasi
10
Jumlah kasus
1.1.
8 88
6
5
4 44 4
33
2 2 22 2
1 11 1
8 j am 9
3 j am
am
j am
j am 10 j
0
27 j am
33 j am
j am
j am
j am
j am
j am
j am
j am
j am
j am
j am
Periode inkubasi
(jam)
Mode : 13 jam
Jawab :
Diare : 62 orang
Nyeri perut : 52 orang
Nausea (mual) : 8 orang
Muntah : 2 orang
Darah pada feses. : 2 orang
Demam : 0 (tidak
ada)
Total jumlah anggota misi ada 64 orang makan siang dengan sakit
Food Jumlah orang yang makan spesifik Jumlah orang yg tidak makan
item food spesifik food
disajikan
NASI
Sakit Sehat Total
Makan 62 31 93
Tidak 2 0 2
makan
Hitung RR
RR = ad/bc = (62/93) / (2/2) = 0,67
DAGING
Sakit Sehat Total
Makan 63 25 88
Tidak 1 6 7
makan
Hitung RR
RR = ad/bc = (63/88) / (1/7) = 5
Makna: orang yang makan daging 5 kali lebih mungkin terkena gastroenteritis
daripada yang tidak makan daging.
SAUS TOMAT
Sakit Sehat Total
Makan 51 26 77
Tidak 13 5 18
makan
Hitung RR
RR = ad/bc = (51/77) / (13/18) = 0,92
Jawab : Ya, ada. Kecurigaan makanan yang menyebabkan outbreak pada kasus ini
adalah daging.
Pertanyaan 14. Buat rencana penyelidikan lebih lanjut yang mana harus
dilakukan. Buat daftar satu atau beberapa faktor yang dapat mengakibatkan
kontaminsasi makanan.
Jawab :
Mengkomunikasikan temuan
Bagian III
Makan siang yang tadi disajikan di Arafah pada pukul 2.00 p.m.pada 31
Oktober Disiapkan pada pukul 10.00 p.m. malam sebelum ke Mina. Makanan itu
terdiri dari nasi dimasak, sebongkah daging domba yang digoreng dengan minyak,
dan saus tomato yang telah disipkan dari tomto segar yang diiris. Nasi yang telah
dimasak tadi ditempatkan didalam dua pot besar dan daging dibagi diletakkan di
atas pot. Saus tomato disimpan dalam pot ketiga.
Pot dilapisi dengan tutup logam dan ditempatkan didalam tempat terbuka
dinatara beberapa batu dekat dapur sepanjang malam. Mereka beranggapan tidak
ada yang akan menjamah selama waktu itu. Pagi-gai tanggal 31 Oktober, pot-pot
diantar oleh truk ke Mina ke Arafah dimana makanan itu berada dalam truk
sampai jam 2.00 p.m. tempratur di Arafah pada waktu siang hari itu 35 derajat C.
Makanan tidak didinginkan dari perrsiapan sampai waktu dikonsumsi.
Juru masak dan orang lain yang menolong mempersiapkan makan tadi
secara intensif diinterviu berkaita dengan setiap kesakitan tadi sebelum atau pada
waktu persiapan. Semua orang yang diinterviu menyangkal ada yang sakit dan
telah mengetahui tidak ada yang sakit diantara semua anggota yang menuyiapkan
makanan. Tidak ada spesimen diperoleh dari juru masak untuk pemeriksaan
laboratorium.
Periode inkubasi dan juga data lain di ekstrapolasi dari analisis epidemiologis
menyarankan bahwa Clostridium perfringens sebagai agent penyebab.
Organisme ini terdistribusi luas di alam khususnya di tanah dan debu. Jadi disini
ada peluang kontaminasi ke makanan. Jika daging dimasak dibiarkan dingin
secara lambat dibawah kondisi anaerob yang cocok, spora yang mana mungkin
dapat bertahan hidup dalam masakan atau datang dari debu yang berkembang
dan dalam beberapa jam memproduksi sejumlah besar basil vegetatif. Dalam
kenyataan, kamp haji di Mina kurang fasilitas masak yang saniter. Makanan
biasanya disiapkan dalam sebuah tempat terbuka berdebu sampai hembusan
angin menciptakan situasi yang ideal untuk kontaminasi Cl.ferfringens.
Jenis organisme, jenis makanan dan perbedaan attack rate yang mengkonsum
daging dan orang yang tidak makan daging sebagai sumber paling mungkin dari
infeksi pada outbreak.
Makan siang di Arafah sehrausnya disiapkan dihari yang sama di konsumsi atau
disimpan dalam refrigerator jika disiapkan hari sebelumnya. Meskipun dapur
tidak dilengkapi penuh untuk memenuhi tindakan keselamatan yang esential di
tempat seperti di Mina, mereka seharusnya disuplai untuk melindungi makanan
dari kontaminasi. Sisa makanan di Arafah seharusnya dimusnahkan sesudah
penyelidikan, tetapi tidak ada sisa pada waktu itu.
Penyelidikan epidemiologik yang dilakukan pada epidemik ini dapat mengeksplor
alamiah dari epidemik ini dan menjawab sebagian besar pertanyaan yang timbul.
Penyelidikan laboratorium, meskipun menolong untuk mendeteksi organisme
penyebab, harus tidak menggantikan metode epidemiologi yang leih efisien dalam
menggali epidemik.Kekurangan fasilitas laboratorium penting untuk mendeteksi
organisme penyebab outbreak berasal makanan seharusnya tidak melemahkan
epidemiologist menyelidiki dan membuatnya penuh keraguan dan kurang percaya
pada tool epidemiologiknya.”
Jawab :
Ya, penting untuk menyusun/ menarik pelajaran dari outbreak ini karena dapat
meningkatkan pengetahuan tentang epidemilogi mulai dari pencatatan, pelaporan,
dan analisa data dengan alat epidemiologi yang sesuai sehingga dalam hal ini
sebagai tenaga medis atau klinisi kita dapat menanggulangi outbreak secara cepat
maupun mencegah terjadinya outbreak berulang.
Konfirmasi Harian
25
21
20
15
10
6
5 3 3 4 3
1 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
I I l
ng K at KU B A im R A sin Ilir lih m au ur an ng AL ra se
ba en O Lah n O MU En MU yua an mu rala ngg Tim elat wa n P rata um
m a g u i S t La te
le at ten te n ar n an O ab ga k L KU a
u
M h
S
Pa bup pa upa pate Mu pate n B ten Pr a Pa bu n O OKU pa up en aya
ta Ka abu ab bu en bu ate pa ota ot Lu te n Em Kab at il
Ko K K a at
K p Ka bup abu K
K ta pa te n up r W
u a K Ko bu upa ate Kab Lua
b K a b p
Ka K Ka bu
Ka
Konfirmasi (Kum)
9000 8441
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000 10581393 1265
1000 160
613 264 444 624 245 773 178 413 83 96 433 252 38
0
I I l
ng K at KU BA im RA sin Ilir lih m au ur an ng AL ra se
ba en O Lah n O MU En MU yua an mu rala ngg Tim elat wa n P rata um
m a g u i S t La te
le at ten te n ar n an O ab ga k L KU a
u
M h
S
Pa bup pa upa pate Mu pate n B ten Pr a Pa bu n O OKU pa up en aya
ta Ka abu ab bu en bu ate pa ota ot Lu te n Em Kab at il
Ko K K a at
Ka bup abu K
K ta pa te n p W
K p
u K Ko bu upa ate a bu ar
b Ka
Ka Kab bup K Lu
Ka a
K
2. PELACAKAN KONTAK
Tabel angka pelacakan kontak (contact tracing) per kasus konfirmasi per
Kota/Kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan
Penambaha Penambaha
Konfirma n Jumlah n Jumlah
Nama Kabupaten/Kota si KE KE
(19/3/2021) (20/3/2021)
Kota Palembang 21 +22 +55
Kabupaten OKI 1 0 0
Kabupaten Lahat 2 +7 +7
Kabupaten OKU 0 0 0
Kabupaten MUBA 0 +10 +16
Kabupaten Muara Enim 6 +2 +2
Kabupaten MURA 0 0 0
Kabupaten Banyuasin 2 +2 +7
Kabupaten Ogan Ilir 3 0 0
Kota Prabumulih 3 0 0
Kota Pagaralam 0 0 0
Kota Lubuk Linggau 0 0 0
Kabupaten OKU Timur 4 0 +78
Kabupaten OKU Selatan 3 +22 +22
Kabupaten Empat 0 0
Lawang 0
Kabupaten PALI 0 0 0
Kabupaten Muratara 0 +30 +30
Luar Wilayah Sumsel 0 0 0
Interpretasi:
Berdasarkan standar tracing WHO, setiap 1 kasus konfirmasi harus dilacak 30
orang yang pernah kontak. Pada tanggal 17 Maret 2020 di Provinsi Sumatera
Selatan tidak ada yang mencapai target tracing WHO.
Rekomendasi:
Untuk menuntaskan penularan COVID-19, salah satu strateginya ialah
mengurangi laju penularan sehingga diperlukan identifikasi, penelusuran,
pengisolasian, dan penatalaksanaan. Oleh karena itu, pemeriksaan swab
antigen/PCR yang agresif sangat diharuskan bila memungkinkan pemerintah
mengeluarkan anggaran dana lebih banyak untuk menyediakan fasilitas ini.
Rekomendasi:
Pada kabupaten/kota dengan CFR tinggi, dianjurkan untuk mengidentifikasi
penyebab tingginya angka kematian dan segera intervensi sesuai penyebab.
5. POSITIVITY RATE
Sampel yang diperiksa di Laboratorium dari Provinsi Sumatera Selatan sebanyak
61.362 orang (7.16 per 1000 penduduk) dengan kasus konfirmasi hari sebesar 45
orang
Positivity rate = Jumlah total kasus konfirmasi harian x 100
Jumlah orang yang diperiksa
Positivity rate = 16.743 x 100 = 27.3 %
61.362
Interpretasi:
Angka positif Provinsi Sumatera Selatan (27.3%) belum sesuai angka ideal WHO
(maks. 5%).
Rekomendasi:
Dengan meninjau positivity rate, dianjurkan untuk menggencarkan pemeriksaan
PCR untuk segera menemukan dan menatalaksana kasus COVID-19 sehingga
penularan dapat menurun.
6. KASUS AKTIF
Nama Kasus Aktif Kasus Aktif
Kabupaten/Kota (dirawat) (isolasi mandiri)
Kota Palembang 160 516
Kabupaten OKI 0 9
Kabupaten Lahat 6 4
Kabupaten OKU 9 14
Kabupaten MUBA 18 6
Kabupaten Muara Enim 19 41
Kabupaten MURA 9 17
Kabupaten Banyuasin 6 7
Kabupaten Ogan Ilir 0 11
Kota Prabumulih 15 1
Kota Pagaralam 4 6
Kota Lubuk Linggau 3 2
Kabupaten OKU Timur 9 24
Kabupaten OKU Selatan 6 0
Kabupaten Empat Lawang 1 0
Kabupaten PALI 3 6
Kabupaten Muratara 1 0
Luar Wilayah Sumsel 0 0
Kasus Aktif di Provinsi Sumatera Selatan (per 17 Maret 2021)
Luar Wilayah Sumsel
Kabupaten Muratara
Kabupaten PALI
Kabupaten Empat Lawang
Kabupaten OKU Selatan
Kabupaten OKU Timur
Kota Lubuk Linggau
Kota Pagaralam
Kota Prabumulih
Kabupaten Ogan Ilir
Kabupaten Banyuasin
Kabupaten MURA
Kabupaten Muara Enim
Kabupaten MUBA
Kabupaten OKU
Kabupaten Lahat
Kabupaten OKI
Kota Palembang
Interpretasi:
Jumlah kasus aktif (per 17 Maret 2021) yang diisolasi mandiri dan dirawat paling
tinggi ialah di Kota Palembang dengan 516 isolasi mandiri dan 160 dirawat di
Rumah Sakit.
7000
6000
5000 Kasus
Kematian
4000
2838 2807
3000
2000
900 723 589
1000 147 236 3 92 182 371 135
9 8 5
0
<1 1-4 th 5-14 th 15-19 th 20-44 th 45-54 th 55-69 th >70 th
Kelompok Usia
Interpretasi:
Berdasarkan grafik data di atas, angka kasus tertinggi berada di kelompok usia 20-
44 tahun sebesar 8476 kasus, disusul oleh kelompok usia 45-54 tahun (2838
kasus) dan kelompok usia 55-69 tahun (2807 kasus). Sementara itu, angka
kematian tertinggi berada di kelompok usia 55-69 tahun dengan 371 kasus disusul
oleh kelompok usia 45-54 tahun (182 kasus) dan kelompok usia >70 tahun.
Rekomendasi:
Dianjurkan untuk mengevaluasi dan meningkatkan penerapan 5M protokol
kesehatan di masyarakat terutama di kelompok usia 20-44 tahun karena berpotensi
menularkan virus COVID-19 ke kelompok usia rentan khususnya (55-69 tahun).
Untuk kelompok yang rentan, dianjurkan untuk mengendalikan penyakit
komorbid (bila ada) dan tetap menjaga protokol kesehatan untuk melindungi
kelompok usia ini.