Anda di halaman 1dari 35

PENGARUH BUDAYA ASING SEIRING KUATNYA ARUS

GLOBALISASI TERHADAP IDENTITAS NASIONAL

Dosen Pembimbing :

Misnar Syam, SH., MH.

Disusun Oleh Kelompok 4:

- Isaac Wira Pratama ( 2010611001 )


- Efyolla Tavira ( 2000522062 )
- Faiza Farhani ( 2010611004 )
- Selly Oktahani ( 2010441012 )

UNIVERSITAS ANDALAS

2021
Kata Pengantar

Puji syukur kami haturkan atas kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “ Tantangan dan Ancaman
Kebudayaan Asing Terhadap Generasi Muda Indonesia “.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibuk MISNAR SYAM SH MH karena telah
memberikan bimbingan , dorongan dan saran sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis
ini .

Kami menyadari bahwa karya tulis ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan ,
oleh karena itu kami berharap kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan karya
tulis ini menjadi lebih baik .

Akhirnya , kami berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kami secara pribadi dan
bagi yang membutuhkannya .

Padang , 7 Februari 2021

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar.............................................................................................................ii

Daftar isi .......................................................................................................................iii

Bab I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang.........................................................................................................1
b. Rumusan masalah....................................................................................................2
c. Tujuan Penulisan......................................................................................................2
d. Manfaat Penulisan....................................................................................................3

Bab II PEMBAHASAN

a. Pengertian Identitas Nasional..................................................................................4


b. Faktor Pembentuk Identitas Nasional......................................................................5
c. Identitas Negara Indonesia.......................................................................................5
d. Globalisasi, Budaya Asing, dan Identitas Nasional.................................................7
e. Cara Mengatasi Pengaruh Budaya Asing Ditengah Arus Globalisasi.....................10

Bab III PENUTUP

a. Kesimpulan..............................................................................................................11
b. Saran........................................................................................................................12

Daftar Pustaka..............................................................................................................13

iii
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Identitas nasional merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam berbagai aspek kehidupan dengan suatu cirikhas yang menjadikannya
berbeda dengan bangsa lain. Identitas nasional bangsa Indonesia adalah Identitas yang
bersumber dari nilai luhur Pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam penyelenggaraan
kehidupan bermasyarakaat, berbangsa dan bernegara. Identitas nasional menjadi masalah
yang serius di Indonesia tercinta ini terutama dalam dunia Pendidikan Indonesia. Bangsa
Indonesia yang seharusnya memiliki ciri khas dan jati diri sendiri semakin lama semakin
terkikis karena perkembangan jaman maupun pengaruh dari budaya asing. Rakyat
Indonesia seakan tidak bangga dengan bangsanya sendiri. Contohnya, pemakaian produk –
produk, masyarakat lebih senang membeli produk dari brand luar negeri dan masyarakat
Indonesia lebih senang mendatangi destinasi – destinasi wisata yang ada di luar negeri
padahal destinasi wisata yang ada di Indonesia tak kalah bagus.
Identitas nasional Indonesia meliputi apa yang dimiliki bangsa Indonesia yang
membedakannya dengan bangsa lain, meliputi geografis, sumber kekayaan alam
Indonesia, agama, budaya, politik, dll. Menghadapi identitas nasional Indonesia sendiri
masih kesulitan dalam menyatukan negara yang memiliki berbagai macam etnis, budaya,
dan agama. Masyarakat Indonesia sendiri masih bingung dengan identitas bangsanya
karena masyarakat Indonesia sudah terpengaruh dengan budaya – budaya bangsa lain.
Arus globalisasi yang sangat pesat ini dapat sangat mempengaruhi identitas nasional dan
berpotensi sebagai penyebab merosotnya nilai – nilai budaya asli bangsa. Masyarakat
cenderung mengabaikan budaya asli dan menerapkan budaya asing. Masyarakat
menganggap bahwa budaya asing modern dan budaya asli kuno.
Pada saat sekarang ini, Indonesia sedang mengalami krisis identitas, untuk mengatasi
hal tersebut kita perlu menyadari bahwa Tuhan menciptakan setiap bangsa dengan
keunikan dan jati diri masing – masing. Kita harus menyadari bahwa bangsa Indonesia
keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Dalam dunia Pendidikan sendiri
diperlukan adanya pendidikan kewarganegaraan (PKN) yang harus diajarkan sejak dini
agar para penerus bangsa semakin mengerti tentang identitas bangsa nya sendiri sehingga
tidak terpengaruh dengan budaya – budaya asing yang masuk ke Indonesia. Para siswa

1
tidak  hanya belajar teori dari pendidikan kewarganegaraan (PKN) tetapi juga harus
menerapkan nya dalam kehidupan sehari – hari. Siswa juga harus berpegang teguh pada
Pancasila sebagai identitas bangsa dan menjadi pedoman hidup bangsa.
Krisis identitas merupakan masalah yang serius kita khawatir dengan adanya krisis
identitas ini kita menjadi kurang sadar dan menurunnya rasa cinta tanah air. Untuk
mengatasi krisis identitas kita perlu mengembangkan rasa nasionalisme, salah satunya
dengan cara memakai barang – barang buatan bangsa sendiri, diperlukan adanya
pendidikan karakter yaitu pendidikan kewarganegaraan (PKN) agar para siswa semakin
mengerti tentang identitas bangsanya, diperlukan adanya pelestarian budaya, pemerintah
harus mendanai kebutuhan – kebutuhan pelestarian tersebut agar asset budaya kita terjaga
kelestariaannya. Sehingga dapat menarik kesimpulan bahwa identitas nasional mengalami
kemerosotan dari nilai – nilainya akibat pengaruh dari budaya asing yang masuk ke
Indonesia.
Untuk menyikapi hal tersebut diperlukan adanya strategi untuk mempertahankan
identitas nasional. Strategi untuk mempertahankan identitas nasional dapat dilakukan
dengan mengembangkan nasionalisme, Pendidikan, pelestarian budaya, dan usaha bela
negara. Idenitas nasional dianggap penting karena identitas nasional merupakan jati diri
bangsa yang merdeka, sebagai pembeda antara suatu bangsa dengan bangsa lainnya.
Pada hakikatnya manusia hidup tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, manusia
senantiasa membutuhkan orang lain. Pada akhirnya manusia hidup secara berkelompok-
kelompok. Manusia dalam bersekutu atau berkelompok akan membentuk suatu organisasi
yang berusaha mengatur dan mengarahkan tercapainya tujuan hidup yang besar. Dimulai
dari lingkungan terkecil sampai pada lingkungan terbesar. Pada mulanya manusia hidup
dalam kelompok keluarga. Selanjutnya mereka membentuk kelompok lebih besar lagi
sperti suku, masyarakat dan bangsa. Kemudian manusia hidup bernegara. Mereka
membentuk negara sebagai persekutuan hidupnya. Negara merupakan suatu organisasi
yang dibentuk oleh kelompok manusia yang memiliki cita-cita bersatu, hidup dalam
daerah tertentu, dan mempunyai pemerintahan yang sama. Negara dan bangsa memiliki
pengertian yang berbeda. Apabila negara adalah organisasi kekuasaan dari persekutuan
hidup manusia maka bangsa lebih menunjuk pada persekutuan hidup manusia itu sendiri.
Di dunia ini masih ada bangsa yang belum bernegara. Demikian pula orang-orang yang
telah bernegara yang pada mulanya berasal dari banyak bangsa dapat menyatakan dirinya
sebagai suatu bangsa. Baik bangsa maupun negara memiliki ciri khas yang membedakan
bangsa atau negara tersebut dengan bangsa atau negara lain di dunia. Ciri khas sebuah

2
bangsa merupakan identitas dari bangsa yang bersangkutan. Ciri khas yang dimiliki negara
juga merupakan identitas dari negara yang bersangkutan. Identitas-identitas yang
disepakati dan diterima oleh bangsa menjadi identitas nasional bangsa.
Pemerintahan di Indonesia  sudah lama menjadi mimpi buruk banyak orang di
Indonesia. Kendati pemahaman mayarakat tentang pemerintahan sangatlah  berbeda-beda,
Namun setidaknya sebagian besar dari masyarakat membayangkan bahwa dengan adanya
pemerintahan, masyarakat  akan dapat memiliki kualitas pemerintahan yang lebih baik.
Banyak di antara masyarakat-masyarakat yang ada di inonesia  membayangkan, bahwa
dengan memiliki tata kelola pemerintahan  yang lebih baik, maka kualitas pelayanan
publik menjadi semakin baik, angka korupsi menjadi semakin rendah, dan pemerintah
menjadi semakin peduli dengan kepentingan warga.
Dewasa ini permasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia semakin komplek dan
semakin sarat. Oknum-oknum organisasi pemerintah yang seyogyanya menjadi panutan
rakyat banyak yang tersandung masalah hukum. Eksistensi pemerintahan yang baik atau
yang sering disebut good governance yang selama ini dielukan-elukan faktanya saat ini
masih menjadi mimpi dan hanyalah sebatas jargon belaka. Indonesia harus segera
terbangun dari tidur panjangnya. Maka dari itu, Pemerintah inonesia berinisiatif akan
membangun Indonesia ini dalam sistem pemerintahannya agar dapr menjadi lebih baik.
Dan menggunakan sistem pemerintahan yang berlandaskan kejujuran serta ketulusan
Pada saat ini negara Indonesia sedang mengalami perubahan kebudayaan yang
disebabkan oleh adanya era globalisasi. Globalisasi menyebabkan semakin mudahnya
budaya-budaya asing masuk melalui berbagai media cetak maupun elektronik yang
banyak ditiru oleh generasi muda, padahal kita tahu bahwa tidak semua budaya asing
tersebut bisa diterapkan di Indonesia. Saat ini negara kita tidak lepas dari pengaruh
globalisasi yang bisa merubah gaya hidup setiap orang terutama pada generasi muda. Gaya
hidup sangat berkaitan erat dengan perkembangan zaman dan teknologi. Semakin
berkembanganya zaman dan semakin canggihnya teknologi, maka semakin berkembang
pula gaya hidup dalam kehidupan sehari-hari. Dalam arti lain, gaya hidup dapat
memberikan pengaruh positif atau negatif bagi yang menjalankannya. Anak muda di tahun
1990-an, yakni sejak usia 18-24 memiliki perkembangan gaya hidup berbeda dengan para
remaja di tahun 1970-an. Sejak tahun 1970-an deindustrialisasi, restrukturisasi ekonomi,
secara fundamental telah menciptakan realita-realita baru dalam lifestyle bagi anak muda.
Lipsitz dalam (Lury,1998:262), mengatakan “Saat musik dan fashion generasi muda
terhidang dengan sangat baik dipasar pasca-industri, anak muda tengah terpuruk begitu

3
buruknya. 2 Kini “generasi muda” baru menjadi fokus perhatian media ketika memasuki
periode pasca perang di Inggris. Tidak jauh berbeda di Indonesia, dulu di tahun 80 s/d 90-
an Indonesia masih menjunjung tinggi jiwa ketimuran dengan unsur kesopanan yang
tinggi, tapi belakangan dalam dunia fashion dan mode sudah banyak bercampur dengan
budaya barat yang banyak melanggar batas susila generasi muda. Tidak selalu kerakter
penampilan atau selera dalam hal music, fashion dan fun, terdefinisikan secara jelas untuk
generasi muda. Karena itu anak muda wajib diperhitungkan sebagai generasi muda, karena
mereka menjadi pasar konsumen yang penting. Dengan demikian generasi muda
merupakan aksi sekaligus reaksi terhadap budaya konsumen, anak muda adalah perantara
sekaligus simbol perubahan dalam siklus produksi dan konsumsi (Lury,1998:256).
Dewasa ini, berkat ekonomi dunia yang berkembang dengan baik, telekomunikasi global
dan perjalanan yang berkembang, pertukaran diantara Eropa, Amerika Utara, dan tepi
Pasifik tengah berlangsung dengan langkah yang tidak ada bandingnya. Di pusat-pusat
kota dunia yang tengah berkembang, tandatanda kultur kaum muda internasional terdapat
hampir dimana-mana. Begitu antusiasnya kita bertukar makanan, musik, dan mode
sehingga gaya hidup internasional universal yang baru merajalela (Naisbitt &
Abuderne,1990:106). John Naisbitt dan Patricia Aburdene (1990:106) mengatakan:
“Dunia menjadi semakin kosmopolitan, dan kita semua saling mempengaruhi satu sama
lain”. Sekarang ini, ada sejarah panjang tentang gaya subkultur generasi muda, dari teddy
boys (gaya anak kecil) dan the mods (modern), the skins (kulit) dan 3 gaya hidup punks,
hingga gaya hip hop, yang telah menarik perhatian kita saat ini. Gaya subkultur genarasi
muda pasca–perang yang mencolok diinterprestasikan sebagai terobosan simbolis, atau
mukjizat terhadap dominasi usia dan kelas, dan sabagai sarana untuk, menandai dan
memenangkan ruang budaya bagi orangorang muda. Gaya-gaya seperti itu disambut
dengan antusias karena kreativitas meraka dalam meminjam dan mengubah barang-
barang, fashion sehari-hari (Lury,1998 : 255). Dalam buku The End the Century Party
(1990) Steve Readhead berpendapat “bahwa di era 90-an sebuah trend mode fashion, dan
gaya dalam musik pop kian melonjak dengan kecepatan yang sangat menakjubkan
(Lury,1998: 280). Menurut John Diefenbach dalam (Naisbitt & Aburdene, 1990:107), di
era 90-an banyak perusahaan-perusahaan yang menjual produk internasional yang baru ini,
yang mengerti dunia sebagai satu pasar tunggal. Terdapat 40 merek terkenal di dunia
seperti Coke, IBM, Sony, Porsche, McDonald, Honda, dan Nestle, menurut suatu survai
terhadap 3.000 konsumen disembilan negara. Ini adalah merek dunia pertama yang sejati
milik dunia (Naisbitt & Aburdene, 1990:107). Menurut Seno Gumilra Adjidarma dalam

4
(Lury, 1998: xi), pada tahun 1990, masuklah berbagai macam merk jenis makanan ke
Indonesia. Menjelang tahun 2000, di Indonesia terutama di kota-kota besar, sudah sangat
banyak dipenuhi oleh berbagai macam merek makanan seperti: fast food, orang yang
hidup diperkotaaan sudah tidak asing dengan segala jenis makanan asing seperti 4
McDonalds, hamburger, pizza, KFC, dan lain-lain. Bagi masyarakat yang tinggal
diperkotaan, mereka sudah tidak asing dengan beragai macam jenis makanan fast food.
Contonya McDonalds tidak hanya hadir sebagai atraksi fast food, untuk orang-orang yang
tergesa-gesa makan dicelah waktu mereka yang sempit dalam kesibukan kerja, tetapi
McDonalds juga hadir sebagai sebuah makanan untuk rekreasi. Meskipun ada penyajian
makanan (haute cuisine) dan trend pengaturan mode (haute couture), keputusan mengenai
makanan (food), busana (fashion) dan hiburan (fun) tidak melibatkan komitmen yang
besar. Ketiga jenis ini menyenangkan dan superficial. Pada tingkat ini orang dapat
bersikap terbuka terhadap segala macam pengaruh asing terutama dalam apa yang kita
suka, kita kenakan, kita makan, hingga yang kita konsumsi (Naisbitt &
Aburdene,1990:110). Saat ini banyak generasi muda yang mengikuti trend mode gaya
hidup Barat mulai dari berpakaian (fashion), dan hiburan (fun) dan lain-lain. Contohnya
fashion, perkembangan fashion selalu dikaitkan dengan perkembangan zaman dan
teknologi. Bahkan yang lebih menyedihkan, di stasiun-stasiun TV banyak ditampilkan
contoh gaya hidup dalam berpakaian para artis dan remaja saat ini. Hal inilah yang
membuat generasi muda otomatis mengikuti trend mode sesuai yang mereka inginkan.
Dahulu generasi muda tidak terlalu mementingkan urusan penampilan dan gaya hidup.
Mereka lebih mementingkan masalah kebutuhan pokok dari pada masalah penampilan.
Berbeda dengan sekarang, kini urusan penampilan dan gaya hidup mulai menjadi
perhatian serius dikalangan masyarakat terutama generasi muda. 5 Menurut Kotler
(2002:192), Gaya hidup adalah pola hidup seseorang didunia yang diekspresikan dalam
aktivitas (Activities), minat (Interest), dan pendapat (Opinion) atau (AIO). Gaya hidup
menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di
dunia. Menurut Assael (1984:252), gaya hidup adalah“A mode of living that is identified
by how people spend their time (Activities), what they consider important in their
environment (Interest), and what they think of themselves and the world around them
(Opinions)”. Secara umum dapat diartikan gaya hidup adalah suatu gaya hidup yang
dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting
orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri

5
sendiri dan dunia disekitar (opini). Gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang
dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau
mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan
keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Dan faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya hidup seseorang ada dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam
individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal yaitu sikap,
pengalaman, pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif dan persepsi. Sedangkan faktor
eksternal yaitu kelompok referensi, keluarga, dan kelas sosial (Nugraheni, 2003:17). 6
Setiap orang mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menghabiskan waktu luang
mereka. Apabila bosan dengan kegiatan yang itu-itu saja, misalnya membaca buku di
perpustakan, mengerjakan tugas-tugas kuliah, mendengarkan musik dan membaca komik,
maka kini generasi muda mempunyai alternatif lain yaitu karokean, shopping, nonton
bioskop dan lain-lain. Dalam hal minat mereka cukup bervariasi misalnya minat dalam hal
pakaian dan rekreasi dan lain-lain. Sedangkan opini mereka suka mengunjugi pusat
perbelanjaan juga bervariasi yaitu mengenai produk, isu sosial, politik, bisnis, ekonomi,
pendidikan, dan juga masa depan. Celia Lury (1998:112), mengatakan bahwa melalui gaya
hidup, setiap orang dianggap membawa kesadaran atau kepekaan yang lebih tinggi
terhadap proses konsumsi atau sikap konsumsi. Hal itu merujuk pada cara orang-orang
berusaha menampilkan individualitas mereka dan cita rasa mereka melalui pemilihan
barang-barang tertentu. Individu secara aktif menggunakan barangbarang konsumsi seperti
pakaian, rumah, furniture, dekorasi interior, liburan, makanan dan minuman, juga benda-
benda budaya seperti musik, film, dan seni dengan cara-cara yang menunjukan selera atau
cita rasa kelompoknya. Citra gaya hidup saat ini sudah menjalar keseluruh penjuru dunia.
Bila informasi datang terlalu lambat, maka banyak generasi muda yang ketinggalan mode.
Seperti dalam hal mode fashion dan kesenangan. Keputusan mengenai memilih busana
dan hiburan tidak melibatkan komitmen yang besar (Lury,1998:112). 7 Media massa juga
sangat berpengaruh besar terhadap lifestyle masyarakat perkotaan masa kini, karena media
massa turut menentukan trend, maupun menampilkan unsur-unsur lifestyle yang sedang
ngetrend ada saat ini. Burhan Bungin menyatakan “media massa” adalah media
komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat
di akses oleh masyarakat secara massal (Bungin, 2006:72). Media massa adalah institusi
yang berperan sebagai agen of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan yang
berperan sebagai institusi pencerahan masyarakat, media informasi, dan sebagai media
hiburan (Bungin, 2006:85). Walaupun setiap orang mempunyai lifestyle yang berbeda-

6
beda satu dengan yang lainnya dan setiap orang pasti mengalami perubahan–perubahan
pada dirinya, baik itu perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang cocok. Namun ada
pula perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada perubahan yang
lambat sekali, tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat (Soekanto, 2007:259).
Kehidupan masyarakat saat ini, pada umumnya, satu sama lain tidak saling mengenal dan
interaksi-interaksi mereka didasari oleh kepentingan dan kebutuhan yang dilandasi pada
hubungan sekunder, sehingga secara real media massa telah menjadi salah satu kebutuhan
dalam berinteraksi didalam masyarakat perkotaann satu dengan yang lainnya. Interaksi
sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak akan
mungkin ada kehidupan bersama. (Bungin, 2006: 99). 8 Gaya hidup merupakan ciri
sebuah dunia modern, atau yang biasa juga disebut modernitas, maksudnya adalah
siapapun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya
hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain. Lebih lanjut
dijelaskan David Chaney bahwa: gaya hidup adalah pola pola tindakan yang membedakan
antara satu orang dengan orang lain. Dalam interaksi sehari-hari setiap orang dapat
menerapkan suatu gagasan mengenai gaya hidup tanpa harus menjelaskan apa yang
dimaksud (Chaney,1996:40). Penampakkan luar juga menjadi konsep penting dalam
lifestyle yang mana bahwa penampilan merupakan sarana yang paling mendasar dalam
menampilkan gaya hidup (Chaney, 1996:167). Gaya juga dapat dianggap sebagai suatu
ekspresi sensibilitas,maksudnya adalah yaitu gaya dari area cita rasa apapun,
merefleksikan atau mengekspresikan dalam beberapa cara, sikap, atau nilai-nilai tertentu
(Chaney,1996:208). Namun seiring perkembangan zaman saat ini adanya pengaruh
budaya Barat terhadap gaya hidup, mahasiswa yang diharapkan mempunyai kemampuan
sebagai agent of change tersebut telah banyak berkurang. Banyak mahasiswa UIN Sunan
Gunung Djati Bandung yang berasal dari berbagai daerah, yang mana gaya hidup mereka
disekitar kampus tentu berbeda dengan gaya hidup di daerah mereka berasal. Gaya hidup
di sekitar kampus telah terpenuhi oleh fasilitasfasilitas gaya hidup modern. Maka
mahasiswa sudah terlena dengan berbagai fasilitas, sehingga mereka menjadi individu
yang tidak mampu memilih hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya. 9 Gaya hidup
mahasiswa saat ini cendrung mengikuti trend mode, ini telihat dari gaya interaksi sosial
mereka di lingkungan kampus. Banyak mahasiswa sekarang yang membentuk kelompok
atau geng di lingkungan kampus, biasanya setiap pengelompokan ini diawali dari
kecocokan mereka dalam berinteraksi, bahkan dari minat dan hobi yang sama. Interaksi
sosial mempengaruhi, baik tingkah laku individu maupun kelompok dan membentuk

7
struktur masyarakat. Gaya hidup dapat memberikan pengaruh positif atau negatif bagi
yang menjalankannya. Gaya hidup biasaya sering disalahgunakan oleh sebagian besar
mahasiswa. Besarnya pengaruh budaya asing dalam gaya hidup kita, akan berpengaruh
pada mental bangsa ke depannya. Apabila mahasiswa mampu memilih pengaruh
positifnya, maka akan baik. Tetapi bila lebih cenderung pada sisi negatifnya, maka
dampaknya akan buruk. Adapun dampak dari gaya hidup masa kini seperti adanya
pergaulan bebas, hilangnya norma kesopanan dalam berpakaian, dan menurunnya image
generasi muda di mata publik. Sesungguhnya, mode terbaru itu tak selalu cocok dengan
kita. Adanya pengaruh dari budaya Barat, banyak mahasiswa di sekitar kampus
mengalami perubahan mulai dari pakaian, pergaulan, hiburan dan lain-lain. Adapun trend
yang sedang berkembang di lingkungan kampus UIN saat ini ialah trend memakai busana
muslim dengan tampilan yang trendy dan modis. Ini terlihat dari sebagian para mahasiswi,
walaupun mereka memakai kerudung namun pakaian yang mereka kenakan sudah mulai
mengikuti trend masa kini, mulai dari mengenakan jeans, shoes, acsecoris dan barang-
barang bermerek lainnya, sedangkan trend dalam hiburan mahasiswa banyak mengisi
kegiatan 10 mereka dengan mengunjungi pusat-pusat perbelanjaan, menonton bioskop,
karokean, nongkrong bersama teman dan berlibur ketempat-tempat wisata. Gaya hidup
dapat mencerminkan sikap dari individu, mulai dari memilih busana, mencari tempat
tongkrongan, menjalani proses belajar, memperhatikan penampilan, memilih tempat
hiburan sampai cara bergaul dan memilih teman. Pola tindakan ini bisa dilihat di perilaku
mahasiswa sosiologi yang sangat berbeda dengan mahasiswa yang berada diluarnya dilihat
dari cara berpakaian. Cara berpakaian yang sedikit ekslusif dari lainnya mengindikasikan
bahwa gaya hidup yang dimiliki oleh mahasiswa sosiologi tergolong sebagai kelompok
atas. Mahasiswa sosiologi berpenampilan sangat ekslusif, yang mana mereka dapat dengan
mudah mengikuti arus nge-trend sehingga mereka lebih terupdate untuk masalah fashion
atau berpakaian yang kemudian ini menyebabkan mereka lebih menonjol dari mahasiswa
jurusan lainnya. Kampus adalah tempat berkumpulnya kaum muda dari berbagai kalangan
adalah sebuah miniatur bagi society yang terus berkembang. Kita dapat melihat berbagai
macam style yang digunakan para mahasiswa/i mulai dari yang memberi warna
rambutnya, rambut gimbal, rambut acak-acakan tidak disisir rapi, hingga celana jeans
yang robek-robek dipangkal paha. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang datang kuliah
dengan pakaian ala “ibu-ibu atau tante-tante yang di lengkapi berbagai macam “aksesoris”
dan “berdandan ala pesta”. Bahkan di lingkungan kampus mahasiswa sekarang sampai
merasa perlu menyelenggarakan acara-acara seperti “Gebyar Kampus”, “Rally kampus”,

8
Konser musik”dan lain-lain. 11 Melihat fenomena yang ada diatas, keinginan untuk tampil
menarik dihadapan orang lain dapat menjadikan kita berperilaku sedemikian rupa.
Berdasarkan deskripsi tersebut peneliti akan mencoba mencari tahu bagaimana pengaruh
lifestyle terhadap interaksi sosial mahasiswa. Berkenaan dengan latar belakang masalah di
atas, maka hal ini yang mendorong penulis untuk memahami dan mengkaji lebih dalam
lagi tentang “PENGARUH BUDAYA ASING SEIRING KUATNYA ARUS GLOBALISASI
TERHADAP IDENTITAS NASIONAL”

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Identitas Nasional?
2. Bagaimana faktor-faktor pembentukan identitas nasional?
3. Bagaimana identitas negara indonesia?
4. Bagaimana pengaruh budaya asing seiring kuatnya arus globalisasi terhadap identitas
nasional?
5. Bagaimana cara mengatasi pengaruh budaya asing seiring kuatnya arus globalisasi
yang mengancam identitas nasional?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian identitas nasional
2. Untuk mengetahui faktor pembentukan identitas nasional
3. Untuk mengetahui identitas negara indonesia
4. Untuk mengetahui pengaruh budaya asing terhadap identitas nasional
5. Untuk mengetahui cara mengatasi pengaruh budaya asing yang mengancam identitas
nasional

D. Manfaat Penulisan
Bagi Mahasiswa:
1. Agar mahasiswa mengetahui dan mengenal lebih dalam tentang identitas dari
negara Indonesia
2. Agar mahasiswa mengetahui tantangan dan cara mengatasi serta menyikapi pengaruh
budaya asing bagi identitas nasional

Bagi Dosen:

9
Memberikan kemudahan pada dosen dalam pembelajaran identitas nasional

10
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Identitas Nasional


Identitas sendiri memiliki arti sebagai ciri yang dimiliki setiap pihak yang dimaksud
sebagai suatu pembeda atau pembanding dengan pihak yang lain. Sedangkan nasional atau
Nasionalisme memiliki arti suatu paham, yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi
individu harus diserahkan kepada Negara kebangsaan. Identitas nasional adalah
kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki suatu bangsa yang membedakan
bangsa satu dengan bangsa yang lainnya.

Identitas nasional dalam konteks negara tercermin dalam simbol-simbol kenegaraan


seperti: Pancasila, Bendera Merah Putih, Bahasa Nasional yaitu Bahasa Indonesia,
Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika, Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila,
Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945 serta Bentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Pahlawan – pahlawan rakyat pada masa
perjuangan nasional seperti Pattimura, Hasanudin, Pangeran Antasari dan lain – lain.

Dengan terwujudnya identitas bersama sebagai bangsa dan negara Indonesia dapat
mengikat eksistensinya serta memberikan daya hidup. Sebagai bangsa dan negara yang
merdeka, berdaulat dalam hubungan internasional akan dihargai dan sejajar dengan bangsa
dan negara lain. Identitas bersama itu juga dapat menunjukkan jati diri serta
kepribadiannya Rasa solidaritas sosial, kebersamaan sebagai kelompok dapat mendukung
upaya mengisi kemerdekaan. Dengan identitas bersama itu juga dapat memberikan
motivasi untuk mencapai kejayaan bangsa dan negara di masa depan.

Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi maka
harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan kepribadian bangsa
Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya globalisasi. Sebagaimana
terjadi di berbagai negara di dunia, justru dalam era globalisasi dengan penuh tantangan
yang cenderung menghancurkan nasionalisme, muncullah kebangkitan kembali kesadaran
Nasional.

11
2. Faktor Pembentuk Identitas Nasional

Terdapat dua faktor penting dalam pembentukan identitas nasional yaitu faktor primodial
dan faktor kondisional. Faktor primodial atau faktor objektif adalah faktor bawaan yang
bersifat alamiah yang melekat pada bangsa tersebut seperti geografi, ekologi dan
demografi. Kondisi geografis-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah
kepulauan yang beriklim tropis dan terletak di persimpangan jalan komunikasi antara
wilayah dunia di Asia Tenggara, ikut mempengaruhi perkembangan kehidupan
demografis, ekonomis, sosial dan kultural bangsa Indonesia. Sedangkan faktor kondisional
atau faktor subyektif adalah keadaan yang mempengaruhi terbentuknya identitas nasional.
Faktor subyektif meliputi faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki
bangsa Indonesia. Faktor historis ini mempengaruhi proses pembentukan masyarakat dan
bangsa Indonesia, beserta identitasnya, melalui interaksi berbagai faktor yang terlibat di
dalamnya. Hasil dari interaksi dari berbagai faktor tersebut.

Faktor yang tak kalah penting yaitu sejarah. Persepsi yang sama diantara warga
masyarakat tentang sejarah mereka dapat menyatukan diri dalam satu bangsa. Persepsi
yang sama tentang pengalaman masa lalu, seperti sama-sama menderita karena penjajahan,
tidak hanya melahirkan solidaritas tetapi juga melahirkan tekad dan tujuan yang sama
antar anggota masyarakat itu. Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan
spesialisasi pekerjaan profesi sesuai dengan aneka kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi
mutu dan variasi kebutuhan masyarakat, semakin saling tergantung diantara jenis
pekerjaan. saling bergantung dalam memenuhi kebutuhan hidup. Semakin kuat saling
ketergantungan anggota masyarakat karena perkembangan ekonomi, akan semakin besar
solidaritas dan persatuan dalam masyarakat.

3. Identitas Negara Indonesia

Setelah Indonesia lahir maka dibentuk terkait karakteristik negara Indonesia yang di
dalamnnya berisikan Identitas nasional Indonesia. Setiap negara Indonesia memiliki
identitas untuk melambangkan keagungan suatu negara. Seperti negara Indoenesia yang
memiliki identitas yang dapat menjadi penciri atau pembangun jati diri bangsa Indonesia.
Identitas Indonesia menjadikan bangsa Indonesia sebagai pemersatu dan simbol
kehormatan negara. Selain itu identitas Nasional menjadikan negara Indonesia yang
bermartabat diantara negara-negara lain yang memiliki beragam kebudayaan, agama dan
memiliki jiwa toleransi maupun solidaritas tinggi. Berikut penjelesan mengenai identitas

12
Negara Indonesia yaitu bendera negara Sang Merah Putih, Bahasa indonesia, Lambang
Negara Indonesia beserta simbol-simbol Pancasila, lagu kebangsaan dan Hukum.

I. Bendera Negara Sang Merah Putih


Bendera negara diatur dalam Undang-Undang No. 24 Tagun 2009 pasal 4 sampai
24, bendera warna merah putih dikibarkan pertama kali pada tanggal 17 Agustus
1945. Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih disimpan dan dipelihara di
Monumen Nasional Jakarta.

II. Bahasa Negara Indonesia


Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara merupakan hasil kesepakatan para pendiri
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bahasa Indonesia berasal dari
rumpun bahasa melayu yang dipergunakan sebagai bahasa pergaulan (lingua
franca), setelah itu diangkat dan diikrarkan srbagai bahasa persatuan pada kongkres
Pemuda II tanggal 28 oktober 1928. Bangsa Indonesia merupakan bahasa nasional
sekaligus jati diri dan Identitas nasional Indonesia.

III. Lambang Negara Garuda Pancasila dan Simbol-simbol Pancasila


Pada tanggal 13 juli 1945, dalam rapat panitia perancangan Undang-undang Dasar
1945. Salah seorang anggota panitia bernama Parada Harahap mengusulkan
tentang lambang negara . tanggal 16 November 1945 baru dibentuk panita
Indonesia Raya, panitia ini bertugas menyelidiki arti lambang-lambang dalam
peradaban bangsa Indonesia sebagai langkah awal untuk mempersiapkan bahan
kajian tentang lambang negara. Panitia Indonsia Raya diketua oleh Ki Hajar
Dewantara dengan seketaris Muhammad Yamin. Arti dan makna lambang Negara
Menurut Kansil dan Chistine arti dan makna simbolik dari lambang negara ialah
Garuda ialah burung yang dinamakan juga “Sang Raja Wali”, seperti yang
disebutkan sdalam cerita ramayana dan bharatayuda. Adapun makna yang
terkandumg dalam simbol-simbol Pancasila.
a. Bintang yang memiliki lima sudut melambangkan sila pertama pancasila,
yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Bintang melambangkan sebuah cahaya,
seperti cahaya yang dipancarkan oleh Tuhan kepada setiap manusia.
b. Rantai melambangkan sila kedua Pancasila yaitu kemanusian yang adil dan
beradab. Rantai tersebut terdiri atas mata rantai yang berbentuk segi empat

13
dan lingkaran yang saling berkaitan membentuk lingkaran. Mata rantai segi
empat melambangkan laki-laki, sedangkan yang lingkaran melambaikan
perempuan mata rantai yang saling berkaitpun melambangkan bahwa setiap
manusia, laki-laki dan perempuan, menumbuhkan satu sama lain dan perlu
bersatu sehingga menjadi kuat seperti sebuah rantai.
c. Pohon beringin melambangkan sila ketiga, yaitu persatuan Indonesia. Pohon
beringin melambaikan pohon besar yang bisa digunakan oleh banyak orang
sebagai tempat berteduh dibawahnya. Hal ini mewakili keragaman suku
bangsa yang menyatu di Indonesia.
d. Kepala banteng melambangkan sila keempat pancasila, yaitu kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan. Kepala banteng melambangkan hewan sosial yang suka
berkumpul, seperti halnya musyawarah dimana orang-orang harus berkumpul
untuk mendiskusikan sesuatu.
e. Padi dan kapas melambangkan sila kelima pancasila yaitu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat indonesia. Padi dan kapas dapat mewakili sila kelima,
karena padin dan kapas merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yakni
pangan dan sandang sebagai syarat utama untuk mencapai kemakmuran.

IV. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya


Lagu Kebangsaan Indonesia Raya diatur dalam undang-undang No. 24 Tahun 2009
mulai Pasal 58-64, sebagai lagu kebangsaan pertama kali dinyanyikan pada
Kongres pemuda II tanggal 28 Oktober 1928. Selanjutnya menjadi lagu
kebangsaan yang diperdengar pada setiap upacara kenegaraan.

4. Globalisasi, Budaya Asing, dan Identitas Nasional


1. Pengertian Globalisasi
Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan Globalisasi? Secara umum, pengertian
globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena adanya pertukaran
pandangan dunia, pemikiran, produk, dan berbagai aspek kebudayaan lainnya.
Secara etimologi kata globalisasi diambil dari bahasa Inggris, yaitu globalize yang berarti
universal atau menyeluruh. Penambahan imbuhan “ization” pada
kata Globalization artinya adalah proses mendunia. Sehingga arti globalisasi adalah
proses sesuatu (informasi, pemikiran, gaya hidup, dan teknologi) yang mendunia.

14
Proses globalisasi dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya; teknologi internet,

infrastruktur telekomunikasi dan transportasi, pertukaran pelajar, dan lain-lain.

Pada umumnya globalisasi berhubungan dengan perubahan menyeluruh pada

bidang ekonomi, industri, gaya hidup, dan aspek-aspek kehidupan lainnya.

A. Dampak Positif Globalisasi


Secara singkat, berikut ini adalah beberapa dampak positif globalisasi:
 Teknologi informasi berkembang sangat pesat
 Kemudahan dalam mendapatkan kebutuhan dan keperluan pribadi
 Kemudahan dalam pengembangan ilmu pengetahuan
 Penyebaran informasi lebih cepat dan mudah didapat
 Meningkatkan sikap toleran dan cosmopolitan masyarakat dunia
 Kemudahan dalam berkomunikasi dengan orang lain di seluruh dunia
 Hubungan internasional antar negara semakin baik
 Kemudahan dalam bertransaksi secara online, baik dalam negeri maupun ke
mancanegara
 Peningkatan hubungan antar negara di sektor ekonomi

B. Dampak Negatif Globalisasi


Secara singkat, berikut ini adalah beberapa dampak negatif globalisasi:
 Potensi terjadinya kriminalitas semakin meningkat karena meniru peristiwa di negara
lain
 Masuknya paham-paham yang tidak sesuai dengan ideologi negara yang
menimbulkan konflik di masyarakat
 Masyarakat lebih konsumtif ketimbang produktif dan cenderung kehilangan
kreativitas di dalam dirinya karena meniru tren di luar negeri
 Masyarakat terpengaruh budaya negara lain yang tidak sesuai dengan budaya lokal
sehingga budaya lokal semakin terkikis
 Timbulnya berbagai informasi yang tidak akurat bahkan hoax yang dapat
menimbulkan keresahan di masyarakat
 Sebagian masyarakat menjadi lebih tertutup dan berfikiran sempit karena tidak ingin
terpapar globalisasi

15
 Sebagian masyarakat menjadi lebih individual dan egois
 Berkurangnya peminat di sektor pertanian karena bidang teknologi dan informasi
dianggap lebih potensial
 Timbulnya kesenjangan sosial di masyarakat karena masyarakat berlomba-lomba
untuk memperkaya diri sendiri dan tidak perduli sekitarnya
 Hilangnya rasa nasionalisme masyarakat karena sering membanding-bandingkan
dengan negara lain yang dianggap superior atau lebih baik
Dari penjelasan di atas kita dapat melihat bahwa globalisasi bisa berdampak buruk dan
juga berdampak baik bagi masyarakat di suatu negara. Untuk menyikapi terjadinya
globalisasi, sebaiknya kita harus mempersiapkan diri agar bisa menyerap hal-hal baik
dari globalisasi dan membentengi diri agar bisa menolak atau meminimalisir dampak
buruknya.

2. Budaya Asing
Bangsa Indonesia dalam mengikuti arus globalisasi terkadang dapat melunturkan jati diri
bangsa yang begitu kental dengan kesopanan dan budaya timur. Dimata dunia Indonesia
dikenal sebagai bangsa yang menjunjung adab ketimuran yang sangat baik. Tapi bangsa
Indonesia tidak menutup diri bagi budaya asing yang ingin masuk ke Indonesia tanpa
melunturkan jati diri dan kepribadian bangsa Indonesia. Karena terkadang globalisasi
dapat menjadikan bangsa semakin kreatif tanpa meninggalkan adab bangsanya.
Kebudayaan asing yang masuk akibat era globalisasi (perluasan cara-cara sosial antar
benua), ke Indonedia turut mengubah perilaku dan kebudayaan Indonesia, baik itu
kebudayaan nasional maupun kebudayaan murni yang ada di setiap daerah di Indonesia.
Dalam hal ini sering terlihat ketidakmampuan manusia di Indonesia untuk beradaptasi
dengan baik terhadap kebudayaan asing sehingga melahirkan perilaku yang cenderung ke
barat-baratan (westernisasi).

Hal tersebut terlihat dengan seringnya orang-orang terutama remaja Indonesia keluar-
masuk pub, diskotik dan tempat hiburan malam lainnya, dengan berbagai perilaku
menyimpang yang menyertainya dan sering melahirkan komunitas tersendiri terutama di
kota-kota besar dan metropolitan. Dalam hal ini terjadinya berbagai kasus penyimpangan
seperti penyalah gunaan zat adiktif, berbagai bentuk pelanggaran susila dan lain
sebagainya. Ini merupakan ketidakmampuan masyarakat Indonesia dalam beradaptasi

16
dan menyeleksi pengaruh asing sehingga masih bersikap ‘latah’ terhadap kebudayaan
asing.
A. Faktor-Faktor yang Dapat Menimbulkan Budaya Asing
Ada berbagai faktor yang dapat menimbulkan westernisasi diantaranya adalah sebagai
berikut:

 Kurang penguasaan atas perkembangan IPTEK


Di zaman globalisasi dan kemajuan zaman ini kita dituntut untuk mengikuti
perkembangannya jika kita tidak mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi pada
kemajuan zaman maka kita akan ketinggalan zaman dan kurang pengetahuan dan
teknologi atau sering disebut gaptek (gagap teknologi) sehingga kita dapat mudah
terpengaruh oleh paham-paham bangsa barat yang tidak sesuai karena kita tidak
memahami dan memiliki pngetahuan yng luas. Sehingga tidak mampu membedakan
mana yang perlu diambil dan apa yang tidak perlu diambil.

 Masyarakat yang bersifat konsumtif terhadap barang-barang luar negeri


Saat ini telah ada perdagangan bebas sehingga para produsen asing dapat mudah
memasukan barang-barang produksinya ke negara-negara lain. Hal ini dapat
menyebabkan masyarakat cenderung konsumtif dan lebih menyukai produk asing
daripada produk dalam negeri sehingga hal ini dapat menyebabkan westernisasi mudah
berkembang.

 Masuknya budaya barat dan akulturasi budaya


Saat ini banyak bangsa asing yang masuk ke negara indonesia baik tinggal di indonesia
maupun hanya berwisata, mereka masuk ke Indonesia dengan membawa budaya mereka
yang tak sedikit dari budaya mereka itu ditiru dan diserap oleh bangsa lokal. Dan
terkadang budaya yang ditiru itu justru budaya yang tidak sesuai dengan budaya lokal
sehingga budaya westernisasilah yang bekembang yang dapat menghancurkan budaya
lokal.

 Kurangnya kesadaran masyarakat akan memilah budaya yang baik atau buruk

17
Masyarakat tak jarang yang meniru budaya asing tanpa melihat sisi baik maupun sisi
buruknya, mereka hanya berfikir bahwa mereka akan terlihat keren dan dianggap modern
jika mengikuti budaya bangsa asing.

 Munculnya keinginan untuk mencari kebebasan, seperti negara-negara barat


Negara-negara asing ( negara-negara barat) memiliki keinginan untuk menguasai dunia
sehingga mereka mengirimkan paham-paham yang mereka anut ke berbagai negara
terutama negara berkembang.

 Meniru gaya berbusana, rambut serta gaya hidup kebarat-baratan


Masyarakat terutama para pemuda mudah sekali terpengaruh oleh gaya-gaya hidup
orang-orang barat, mereka sering kali meniru para artis-artis luar negeri yang mereka
sukai, yang justru itu membuat mereka menjadi bergaya hidup yang tak wajar, pakaian
seksi dan ketat, rambut acak-acakan tidak rapi, serta gaya hidup yang tidak sesuai dengan
budaya lokal.

B. Dampak Budaya Asing di Indonesia


Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara
termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan
pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan
politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai-nilai
nasionalisme terhadap bangsa. Terutama korea memiliki dampak yang sangat
berpengaruh terhadap remaja di Indonesia. Dampak negatif munculnya demam Korea di
Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Perilaku hidup boros
Para remaja yang begitu terobsesi kepada musik K-pop, drama Korea, bahkan produk-
produk yang berasal dari Korea, membuat mereka mengeluarkan banyak uang hanya
untuk sekadar membeli DVD, menonton konser, dan pergi ke Korea hanya untuk berburu
barang-barang asli Korea. Meskipun mereka menabung untuk mendapatkan barang-
barang tersebut, namun hal itu juga bukanlah hal yang baik karena uang yang begitu
banyak dikumpulkan terbuang sia-sia hanya untuk sesuatu yang tidak perlu.

2. Munculnya Fanwar

18
Setiap orang mempunyai selera musik yang berbeda. Karena ada perbedaan selera musik
atau perbedaan suatu kegemaran itulah yang membuat masing-masing fandom pasti juga
mempunyai antis atau orang yang tidak menyukai suatu boyband atau girlband tersebut.
Perbedaan itulah yang memicu suatu fanwar atau peperangan antar fans. Biasanya hal ini
banyak terjadi di dunia maya.

Terlebih lagi, akibat kemunculan para boyband dan girlband Indonesia yang mengikuti
gaya Korea, membuat para Kpopers kurang menyukai Ipopers (pecinta boyband dan
girlband Indonesia). Para Kpopers menganggap para boyband dan girlband Indonesia
meniru kebudayaan Korea, sedangkan para Ipopers menuduh Kpopers tidak mencintai
produk lokal. Hal ini menjadikan perseteruan yang sangat sengit antara pecinta musik
Korea dengan pecinta musik Indonesia.

Tentulah hal ini bukan hal yang baik bagi para remaja karena mereka menjadi terbiasa
untuk berkelahi dan merasa paling hebat dalam suatu hal.

3. Munculnya unsur pornografi dan pornoaksi


Selain bergaya hidup boros dan sering fanwar, para pecinta Korea yang gemar sekali
membaca ataupun menulis FF, mulai mengembangkan gaya fanfic yang awalnya hanya
cerita fiksi biasa menjadi fanfic yang ceritanya mengandung unsur pornoaksi. FF ini
dinamakan FF NC atau FF No Child, biasanya FF NC diberikan rating sesuai dengan
batas usia yang boleh membacanya, mulai dari rating 17+ , 21+ sampai 25+. FF jenis ini
dapat dengan mudah ditemukan di dalam blog atau bahkan di dalam situs jejaring sosial
Facebook.

Walaupun ada beberapa blog yang masih memperhatikan moral para remaja Indonesia
dengan memberikan password untuk FF NC , namun tak jarang pula anak-anak yang
masih di bawah umur memaksa untuk membacanya dan mengetahui passwordnya. Hal
ini akan menjadi semakin buruk apabila yang membuat jenis cerita seperti itu adalah
anak-anak di bawah usia 17 tahun.

Selain FF NC, para pecinta Korea juga gemar membuat FF yuri dan FF yaoi, FF yuri dan
yaoi adalah cerita fiksi yang mengisahkan tentang percintaan sesama jenis. Tentu hal ini
sangat merusak mental dan moral para remaja Indonesia yang akhirnya dapat berakibat

19
ke dalam kehidupan mereka sehari-hari, mereka bisa menganggap percintaan sesama
jenis adalah hal yang biasa.

Sedangkan bagi para Kpopers yang pandai mengedit foto, maka mereka akan mengedit
foto (fanmade) yang mengandung unsur pornografi dan membagikan foto-foto tersebut
ke dalam situs jejaring sosial.

Akhirnya, moral para remaja pecinta Korea mulai diracuni dengan hal yang berbau
pornoaksi dan pornografi, hal ini dapat berakibat fatal  bagi para pecinta korea yang
masih di bawah umur, mereka dengan cepat bisa mengerti dan belajar tentang hal-hal
yang seharusnya belum perlu mereka ketahui. Kata-kata yang dianggap tabu untuk
diucapkan di depan umum juga dianggap biasa oleh para remaja Indonesia yang sangat
mencintai Korea itu.

C. Mempertahankan Budaya Indonesia


Nilai kebudayaan yang menjadi karakteristik bangsa Indonesia, sperti gotong royong,
silahturahmi, ramah tamah dalam  masyarakat menjadi keistimewaan dasar yang dapat
menjadikan individu-individu masyarakat Indonesia untuk mencintai dan melestarikan
kebudayaan bangsa sendiri.

Tapi karakteristik masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat yang ramah
dan sopan santun kini mulai pudar sejak masuknya budaya asing ke Indonesia yang tidak
bisa diseleksi dengan baik oleh masyarakat Indonesia.

Maka, dalam hal ini pemerintah memiliki peranan penting untuk mempertahankan nilai-
nilai kebudayaan Indonesia dalam kehidupan masyarakatnya karena nilai-nilai
kebudayaan dari leluluhur merupakan filosofi hidup pada tiap daerahnya meskipun tanpa
bantuan teknologi. Nilai-nilai budaya tersebut bukan berarti mengharuskan kita untuk
bersikap tertutup terhadap budaya asing, namun nilai dan makna filosofi kebudayaan
Indonesia harus dijadikan sebagai sumber inspirasi dan kreatifitas.

3. Pergeseran Dan Perubahan Identitas Nasional

20
Identitas nasional merujuk pada kewarganegaraan yang dimiliki seseorang. Mayoritas
identitas nasional diperoleh seorang individu berdasarkan pada tempat dimana dia
dilahirkan dan dibesarkan oleh keluarganya. Perkembangan transportasi di era
globalisasi ini memungkinkan identitas nasional bersifat dinamis. Seorang individu
dapat memperoleh identitas nasionalnya karena perpindahan penduduk antar bangsa
atau imigrasi, dan proses naturalisasi. Identitas nasional menjadi pembeda antara
menjadi warga negara satu dengan warga negara lainnya. Identitas nasional merupakan
salah satu bagian dari identitas sosial yang menjadi ciri dan keanggotaan seorang
individu dalam kelompok masyarakat yang berbangsa, sehingga memiliki keterikatan
yang kuat dengan tanah air mereka. bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan, saling menghormati dan suka bergotong-
royong. Hal tersebut tentu saja menjadi kekuatan tersendiri bagi Indonesia sebagai
bangsa yang memiliki keragaman suku, etnis, agama, dan berbagai kategori kelompok
budaya lainnya.

Smith dalam Antonsich (2009) menyatakan bahwa Identitas Nasional bersifat abadi dan
autentik, sementara bentuk identitas lain seperti identitas gender, kelas sosial, agama dan
lainnya bersifat situasional dan bergantung pada konteks. Lebih lanjut Kaldor dalam
Antonsich menyatakan bahwa seperti pada awal mulanya, bagaimana identitas nasional
muncul dari yang semula tidak ada, identitas nasional pun pada suatu hari nanti akan
menghilang. Pada masa sekarang ini, manusia akan mencari ideologi yang lebih cocok
dan sesuai dengan kondisi struktural yang berkaitan dengan globalisasi. Seperti misalnya
kosmopolitanisme yang akan menggantikan nasionalisme.Namun bila dipandang dari
perspektif teritorial, lebih lajut Smith dalam Antonsich menyatakan bahwa identitas
nasional masih menjadi bentuk utama dari identitas teritorial.

Seperti yang dinyatakan oleh Kaldor, seiring dengan perkembangan teknologi, budaya
dan pemikiran manusia. Perkembangan yang membawa perubahan pada akhirnya
mengharuskan manusia untuk menyesuaikan dan menyelaraskan kehidupannya
(Antonsich, 2009). Diantaranya dengan penyesuaianpenyesuaian perilaku dan tatanan
kehidupan. Seperti yang dinyatakan oleh informan dalam penelitian ini, bahwa mereka
merasakan adanya berbagai bentuk pergeseran perilaku, sikap dan karakter masyarakat
yang menjadi ciri atau jati diri bangsa Indonesia, pada jaman dahulu dibandingkan
dengan jaman sekarang. Perubahan tersebut di antaranya:

21
Menanggapi salah satu himbauan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies
Baswedan mengenai orang tua yang diharuskan mengantar anak di hari pertama masuk
sekolah guna mengingatkan kembali tradisi yang beberapa tahun terakhir sering
diabaikan oleh orang tua terutama keluarga di kota besar, maka Widia (mahasiswa
program studi Ilmu Komunikasi) berpendapat bahwa hal tersebut merupakan wujud dari
adanya pergeseran perilaku masyarakat Indonesia yang cenderung mengabaikan
hubungan keakraban dalam keluarga. Hal tersebut sebenarnya merupakan kesadaran
tersendiri dari masing-masing orang tua untuk meluangkan waktu bersama anak,
terutama pada saat-saat penting, tanpa harus menjadi himbauan yang disampaikan secara
nasional. Hal tersebut sebenarnya merupakan kesadaran tersendiri dari masing-masing
orang tua untuk meluangkan waktu bersama anak, terutama pada saat-saat penting, tanpa
harus menjadi himbauan yang disampaikan secara nasional. Batasan waktu dan wilayah.
Namun disisi lain, hal tersebut juga memberikan pengaruh terhadap melemahnya bentuk
sosialiasi dan ramah tamah yang selama ini sering kali menjadi kekuatan bagi perilaku
identitas bangsa. Individu tidak lagi mengutamakan nilai-nilai kebersamaan melainkan
mengedepankan kecepatan dan perilaku praktis.

Selain itu, kita juga bisa melihat adanya pergeseran karakter masyarakat Indonesia saat
ini, jika dibandingkan dengan dahulu adalah terkait dengan cara atau gaya berpakaian.
Indonesia sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketimuran tentu saja
memiliki batasan dalam gaya berpakaian yang disesuaikan dengan budaya kesopanan.
Dia berpendapat bahwa pakaian tidak lagi hanya berfungsi sebagai pelindung tubuh
melainkan memperlihatkan bagian tubuh tertentu demi pergaulan yang terkadang
bertentangan dengan kepribadian bangsa. Kita juga memperhatikan bagaimana
perbedaan cara berbicara seorang anak dengan orang tuanya tidak lagi sama seperti masa
dimana mereka masih anak-anak. Fenomena ini menegaskan bahwa hal tersebut
merupakan wujud dari generasi muda saat ini yang mulai melupakan budayanya sendiri.
Anak-anak cenderung tidak menggunakan pembeda saat berbicara dengan orang yang
lebih tua atau saat berbicara dengan temannya sendiri.

Kehadiran perkembangan teknologi yang pesat, salah satunya adalah gadget jika tidak
digunakan dengan baik maka dapat memberikan peluang memunculkan pergeseran nilai-
nilai dan karakter bangsa di masyarakat. Sering kali media massa dianggap sebagai salah
satu penyebab terjadinya perubahan pola perilaku dan pola pikir generasi muda. Media

22
massa memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai media informasi, edukasi dan hiburan.
Namun disisi lain, media massa dapat pula memberikan pengaruh negatif terhadap
khalayaknya, terutama generasi muda. Hal ini tentu saja menjadi salah satu bentuk
tantangan di era globalisasi, saat media massa lebih sering menampilkan tren atau gaya
hidup budaya asing, yang terkadang memiliki nilai-nilai budaya yang berbeda dengan
bangsa Indonesia.

5. Tantangan dan Upaya Mempertahankan Identitas Nasional di Era Globalisasi


Seperti yang kita ketahui Indonesia memiiki wilayah negara yang begitu luas dan
terdiri dari banyak pulau yang membentang dari Sabang sampai dengan Merauke.
Dengan keadaan wilayah yang seperti itu Indonesia pastinya menjadi negara yang
kaya akan kebudayaan, suku, adat istiadat, bahasa daerah, agama dan juga nilai-nilai
yang terdapat pada setiap daerahnya. 
Kebudayaan yang dimiliki merupakan sebuah identitas yang diiliki oleh Bangsa
Indonesia yang perlu kita jaga dengan baik agar tetap terjaga kelestariannya. Begitu
banyak kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia maka tantangan dalam menjaganya
pun juga semakin besar apalagi di era globalisasi yang sedang berkembang pesat ini.
Setiap bangsa pasti memiliki identitas yang sesuai dengan suatu sifat, ciri khas,
keunikan, serta karakter dari bangsa tersebut. Identitas nasional tidak hanya mengacu
kepada satu individu tertentu melainkan berlaku kepada suatu kelompok dan juga
negara.  

Pada era globalisasi saat ini Identitas Nasional menemui banyak sekali tantangan
misalnya saja seperti:
 Lunturnya nilai-nilai luhur di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Contohnya
seperti pudarnya sikap kekeluargaan, gotong-royong membantu sesama karena
pengaruh globalisasi yang sangat pesat, selain itu orang-orang lebih bersikap acuh tak
acuh kepada sesama, tidak peduli dengan keadaan sekitar.
 Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila belum sepenuhnya digunakan sebagai
acuan sikap dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya seperti mencontek saat ujian,
membuang sampah di sembarang tempat, dan masih banyak lagi contoh yang lainnya.

23
 Memudarnya rasa nasionalisme dan patriotisme. Contoh dari hal tersebut adalah
ketika seseorang lebih bangga menggunakan barang-barang atau produk asing
daripada produk yang dihasilkan oleh bangsa sendiri, lalu contoh yang lainnya adalah
ketika seseorang lebih membanggakan budaya asing daripada budaya yang ada pada
bangsa sendiri. Tentunya hal tersebut akan sangat menyedihkan bila hal itu benar-
benar terjadi. Padahal banyak orang asing yang begitu bangga ketika memakai
produk-produk buatan Indonesia dan kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia
sampai mereka rela mempelajari kebudayaan-kebudayaan yang ada. Jadi kita sebagai
warga negara Indonesia harus bangga dengan semua yang dimiliki oleh Indonesia.
Lalu upaya yang seperti apa yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan Identitas
Nasional? Upaya yang dapat kita lakukan adalah dengan cara sebagai berikut:
 Mempererat persatuan dan kesatuan dengan tetap menjaga silahtuahmi dengan
sesama, tidak besikap individualisme, apabila ada orang yang mebutuhkan bantuan
kita menolongnya dengan ikhlas, karena sejatinya kita adalah makhluk sosial yang
pasti sangat membutuhkan bantuan orang lain di dalam menjalankan sebuah
kehidupan bermasyarakat.
 Dengan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila. Dengan cara
tidak mencontek saat ujian, mematuhi peraturan yang ada, dan masih banyak lagi hal-
hal yang dapat kita lakukan dalam mempertahankan Identitas Nasional walaupun itu
dengan hal-hal yang kecil. Karena, suatu hal yang besar pastilah berawal dari hal yang
kecil. Jadi, jangan malu untukmelakukan hal-hal kecil yang bersifat positif tersebut.
Malulah ketika kalian melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang terantum
dalam nilai-nilai Pancasila.
 Dengan mengembangkan rasa cinta tanah air atau rasa nasionalisme pada diri kita.
Misalnya dengan memulai dari hal-hal yang kecil seperti membaca buku-buku tentang
perjuangan para pahlawan, lebih mencintai produk lokal dengan cara bangga
menggunakan produk buatan lokal, selain itu kita juga apat mempelajari kebudayaan-
kebudayaan yang ada pada daerah tempat tinggal masing-masing agar budaya tersebut
tetap lestari dan tidak luntur atau bahkan hilang dimakan oleh zaman.

6. Agar Budaya Asli Indonesia Tidak Pudar Oleh Pengaruh Budaya Asing,
Pemerintah Telah Mengesahkan Undang-Undang No. 5 Tahun 2017 Tentang
Pemajuan Kebudayaan.

24
Undang- Undang Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan ditandatangani
Presiden Joko Widodo pada 24 Mei 2017 dan diundangkan di Jakarta pad 29 Mei
2017 dalam lembaran negara tahun 2017 nomor 104. Setelah melalui pembahasan
yang memakan waktu hampir dua tahun, Rancangan Undang-Undang (RUU)
Pemajuan Kebudayaan disahkan dalam rapat Paripurna Pembicaraan Tingkat II,
Kamis (27-4-2017), di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-
RI), Jakarta. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy
mengatakan bahwa kebudayaan tidak hanya pada tarian atau tradisi saja, tetapi juga
nilai karakter luhur yang diwariskan turun-temurun hingga membentuk karakter
bangsa kita.
“Kebudayaan telah menjadi akar dari pendidikan kita, oleh karena itu, RUU Pemajuan
Kebudayaan perlu menekankan pada pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan
pembinaan agar budaya Indonesia dapat tumbuh tangguh,” ujar Mendikbud yang
ditemui usai pengesahan Undang-Undang (UU) Pemajuan Kebudayaan dilansir
dari Portal Presiden RI
Undang-Undang Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan lahir dalam
rangka melindungi, memanfaatkan, dan mengembangkan kebudayaan Indonesia,
pemerintah bersama dengan Komisi X DPR RI akhirnya mengeluarkan UU Pemajuan
Kebudayaan RI. UU Pemajuan Kebudayaan merupakan gagasan antarkementerian,
yang dipimpin oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Penunjukan Kemendikbud sebagai koordinator atau pimpinan antar-kementerian
tersebut berdasarkan surat Presiden RI nomor R.12/Pres/02/2016, tanggal 12 Februari
2016, perihal Penunjukan Wakil untuk Membahas RUU tentang Kebudayaan.
Kementerian lain yang masuk dalam tim tersebut adalah Kementerian Pariwisata,
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kementerian
Agama, dan Kementerian Hukum dan HAM.
A. Manfaat UU No. 5 Tahun 2017
Pada awalnya yang diajukan adalah Undang-Undang dengan judul UU
Kebudayaan, namun pada akhirnya menjadi Undang-Undang
Pemajuan Kebudayaan karena dalam UUD 1945 Pasal 32 ayat 1
berbunyi:

25
“Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.”
Hal ini diungkapkan oelh Ketua Komisi X DPR RI Teuku Refky
Harsya dalam laporannya bahwa RUU yang berjudul Kebudayaan
namun Panja DPR bersepakat mengubahknya menjadi Pemajuan
Kebudayaan, demikian dilansir dari . Dan dia mengungkapkan
selanjutnya manfaat tentang UU Pemajuan Kebudayaan bagi
masyarakat ketika dalam ruang rapat Paripurna DPR RI, pada Kamis
28 April 2017.

B. Manfaat UU Pemajuan Kebudayaan bagi Masyarakat menurut Ketua Komisi


X DPR RI:
1. Kebudayaan merupakan investasi masa depan dalam membangun peradaban bangsa.
Karena itu, pemajuan kebudayaan Indonesia bakal maju dan bertahan hingga usia
bumi berakhir. Menurut Riefky, RUU tentang Pemajuan Kebudayaan memiliki cara
pandang bahwa kebudayaan sebagai investasi, bukan dinilai dari angka-angka
2. Sistem pendataan kebudayaan terpadu. Dikatakan Riefky, sistem data utama
kebudayaan yang mengintegrasikan seluruh data utama kebudayaan yang
mengintegrasikan seluruh data berbagai sumber serta kementerian dan lembaga. Nah,
sistem itu disebut sebagai sistem pendataan kebudayaan terpadu. Isinya terkait dengan
objek kemajuan kebudayaan, sumber daya manusia kebudayaan, lembaga
kebudayaan, pranata, sarana dan prasarana serta data lain terkait kebudayaan.
3. Pokok pikiran kebudayaan daerah. Menurutnya setiap daerah melalui pemerintahan
daerahnya merumuskan pokok pikiran kebudayaan daerah secara lisan, manuskrip,
hingga olahraga tradisional. Dalam penyusunan pokok pikiran kebudayaan daerah itu,
para budayawan hingga pegiat budaya dan pemangku kepentingan berkumpul dalam
rangka memajukan kebudayaan daerahnya.
4. Strategi kebudayaan. Indonesia memiliki potensi luar biasa dalam bidang kebudayaan.
Sayangnya, Indonesia belum memiliki strategi dalam memajukan kebudayaan itu
sendiri. Melalui RUU tentang Pemajuan Kebudayaan inilah, Indonesia nantinya
memiliki strategi kebudayaan yang bakal disusun oleh pemerintah pusat dengan
melibatkan masyarakat melalui sejumlah ahli yang memiliki kredibilitas dan
kompetensi.

26
C. Penjelasan Umum UU tentang Pemajuan Kebudayaan
Tuhan Yang Maha Esa telah menganugerahkan bangsa Indonesia kekayaan atas
keberagaman suku bangsa, adat istiadat, bahasa, pengetahuan dan teknologi lokal,
tradisi, kearifan lokal, dan seni. Keberagaman tersebut merupakan warisan budaya
bangsa bernilai luhur yang membentuk identitas bangsa di tengah dinamika
perkembangan dunia.

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


mengamanatkan tujuan nasional bangsa Indonesia, yaitu melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Selanjutnya,
Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengamanatkan bahwa “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya”. Kebudayaan Nasional Indonesia adalah
keseluruhan proses dan hasil interaksi antar-Kebudayaan yang hidup dan berkembang di
Indonesia. Perkembangan tersebut bersifat dinamis, yang ditandai oleh adanya interaksi antar-
Kebudayaan baik di dalam negeri maupun dengan budaya lain dari luar Indonesia dalam
proses dinamika perubahan dunia. Dalam konteks tersebut, bangsa Indonesia menghadapi
berbagai masalah, tantangan, dan peluang dalam memajukan Kebudayaan Nasional
Indonesia.
Untuk itu, diperlukan langkah strategis berupa upaya Pemajuan Kebudayaan melalui
Pelindungan, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan guna mewujudkan
masyarakat Indonesia sesuai dengan prinsip “Trisakti” yang disampaikan oleh Ir.
Soekarno sebagai pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam pidato tanggal
17 Agustus 1964, yaitu berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan
berkepribadian dalam Kebudayaan.
Langkah strategis berupa upaya Pemajuan Kebudayaan tersebut harus dipandang
sebagai investasi untuk membangun masa depan dan peradaban bangsa, bukan
sebagai beban biaya. Pemajuan Kebudayaan Nasional Indonesia dilaksanakan
berlandaskan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Asas

27
Pemajuan Kebudayaan Nasional Indonesia adalah toleransi, keberagaman, kelokalan,
lintas wilayah, partisipatif, manfaat, keberlanjutan, kebebasan berekspresi,
keterpaduan, kesederajatan, dan gotong royong. Adapun tujuannya adalah untuk
mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa, memperkaya keberagaman budaya,
memperteguh jati diri bangsa, memperteguh persatuan dan kesatuan bangsa,
mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan citra bangsa, mewujudkan
masyarakat madani, meningkatkan kesejahteraan rakyat, melestarikan warisan budaya
bangsa, dan mempengaruhi arah perkembangan peradaban dunia sehingga
Kebudayaan menjadi haluan pembangunan nasional.

6 .Contoh Kasus
Salah satu contoh hal yang dapat membanggakan bangsa Indonesia adalah anak
Indonesia yang dapat membawa harum nama Indonesia untuk lebih dikenal dunia
lewat kebudayaan yang dimiliki. Mislanya seperti prestasi membanggakan yang
dilakukan oleh "Weird Genius".  Weird Genius berhasil mengharumkan nama
Indonesia dikancah dunia dengan lagu-lagu yang mereka buat.
Weird Genius ini merupakan grup musik EDM asal Indonesia yang beranggotakan
Reza Oktavian, Eka Gustiwana dan Gerald Liu. Grup music ini mengusung tema
musik elektronik yang dipadukan dengan sentuhan tradisonal dan disitulah yang
menjadi daya tarik dari grup musik ini. 
Grup musik ini sudah terlibat banyak ajang berskala lokal maupun internasional setiap
tahunnya. Berikut pencapaian yang sudah didapatkan oleh grup musik ini salah
satunya melalui lagu mereka yang berjudul "LATHI" grup mereka berhasil mendunia.
Dikutip dari Kompas.com, senin (3/8/2020) Kiprah grup EDM, Weird Genius,
menjadi sebuah hal yang membanggakan bagi Indonesia lantaran karyanya yang
berjudul "Lathi" sukses mendunia. Bahkan, lewat ketenaran lagu "Lathi", grup yang
digawangi Reza Oktovian, Eka Gustiwana dan Gerald Liu dilirik oleh beberapa musisi luar.
Hal itu diakui oleh Eka Gustiwana saat hadir dalam kanal YouTube Kuy
Entertainment yang berjudul "Podskuy: Weird Genius & Yellow Claw Bingkar
Pembuatan Lagu Hush! Arap Mau Collab Sama Marshmello".
Sayangnya, Weird Genius belum membongkar siapa sajakah musisi luar negeri yang
melirik mereka. Setelah lagu mereka yang dilirik dunia mereka memengkan
penghargaan dari AMI Awards ke-23.

28
Dikutip dari Kompas.com, Jumat (27/11/2020) Grup musik EDM dan synth-pop
Weird Genius berhasil membawa pulang tiga piala AMI Awards ke-23. Penghargaan
bagi insan musik Tanah Air yang digelar Kamis (26/11/2020) itu memberikan tiga
piala AMI Awards untuk Weird Genius berkat lagu kolaborasi mereka dengan
penyanyi Sara Fajira berjudul " Lathi". Kebahagiaan atas kemenangan itu juga
dibagikan akun Instagram resmi Weird Genius.
Weird Genius berhasil memenangkan dalam tiga kategori yaituTim Produksi Suara
Terbaik, Artis Solo pria/wanita/grup/kolaborasi Dance Terbaik, dan Karya Produksi
Terbaik.
Selain itu, Weird Genius juga kembali meraih pencapaian baru juga melalui lagu yang
berjudul "Lathi" mereka meraih penghargaan dari Google.  Melalui unggahan resmi
Weird Genius, kamis (10/12/2020). Weird Genius mengunggah piala dari Google.
Mereka menyertakan ucapan terima kasih mereka kepada semua pihak yang telah
mendngarkan lagu "Lathi" dan yang telah membuat konten dan menyebarkannya
sehingga mereka bisa mendapatkan penghargaan tersebut.
Dari contoh upaya mempertahankan identitas nasional di atas tentunya hal tersebut
menjadi hal yang membanggakan bagi Indonesia. Dapat memiliki generasi penerus
bangsa yang dapat membanggakan dan mengharumkan nama bangsa. 
Selain contoh di atas masih ada banyak hal yang dapat kita lakukan sesuai dengan
passion dan kemapampuan kita dalam upaya mempertahankan identitas nasional
bangsa Indonesia di era globaliasi ini, apabila kita masih mengenyam pendidikan kita
dapat menunjukkan upaya mempertahankan identitas nasional tersebut dengan
melakukan bela negara sesuai profesi kita sebagai yaitu pelajar, jadi upaya yang
dilakukan tidak harus langsung dengan hal-hal yang besar namun dapat memulainya
dari hal yang kecil.  

Bab III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

29
Identitas nasional adalah kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki suatu
bangsa yang membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lainnya. Terdapat dua faktor
penting dalam pembentukan identitas nasional yaitu faktor primodial dan faktor
kondisional. Identitas Indonesia menjadikan bangsa Indonesia sebagai pemersatu dan
simbol kehormatan negara. Selain itu identitas Nasional menjadikan negara Indonesia
yang bermartabat diantara negara-negara lain yang memiliki beragam kebudayaan,
agama dan memiliki jiwa toleransi maupun solidaritas tinggi.

Pengaruh budaya asing yang dibawa oleh globalisasi merupakan kekuatan unik yang tak
dapat dibendung, ia menerpa batasan-batasan nasional, merubah cara berpikir dan
perilaku yang sudah terbentuk dengan mapan. Di satu sisi globalisasi dan budaya asing
membawa dampak positif, namun demikian globalisasi juga meninggalkan dampak
negatif pada sebagian lainnya (Keller 2006; Fookes et al. 2006).

Hal ini sejalan dengan pernyataan Keller (2006) bahwa selain menawarkan kesejahteraan
bagi banyak pihak, globalisasi juga menyebabkan banyak manusia kehilangan “kompas
moral”, termarginalisasi, tercerabut dari komunitasnya, terasingkan dan powerless. Lebih
jauh hal ini pada akhirnya telah mengarahkan pada pergeseran identitas.

Secara umum, globalisasi dan pengaruh budaya asing membawa banyak dampak berupa
perubahan postif dan negatif. Adanya pergeseran nilai, norma dan perilaku berkaitan
dengan perubahan dan kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan dan trend yang
diakibatkan oleh pengaruh budaya asing yang dibawa oleh globalisasi. Perubahan sikap
dan perilaku ini telah sedikit demi sedikit merubah nilai dan norma yang telah dianut
oleh bangsa indonesia dan menjadi karakter khas bangsa. Hal ini berkaibat pada
mengikisnya identitas bangsa. Baik secara individual maupun sebagai suatu kesatuan
bangsa indonesia.

Terdapat kekhawatiran bahwa perubahan sikap dan perilaku yang diakibatkan oleh
pengaruh arus budaya asing yang dibawa oleh globalisasi akan mengikis identitas
nasional dan karakter bangsa yang sejak dahulu dibanggakan. Berkaitan dengan berbagai
tantangan yang dihadapi oleh bangsa indonesia sebagai dampak negatif dari pengaruh
budaya asing yang dibawa oleh globalisasi, beberapa usaha dapat dilakukan dan
digalakan untuk mencegah terjadinya pergeseran nilai yang mengakibatkan melemahnya

30
karakter dan identitas nasional bangsa indonesia diantaranya adalah melalui usaha untuk
mewujudkan kesadaran individu untuk lebih mencintai bangsa dan memberikan wujud
nyata rasa cinta tersebut melalu karya nyata. Antonsich (2006) menyatakan bahwa
kebanggaan terhadap negara berkorelasi positif terhadap loyalitas terhadap bangsa dan
identitas nasional. Kebanggaan ini dapat terwujud melalui kegiatan-kegiatan olahraga,
kompetisi atau dalam event lainnya. Oleh karena itu dukungan negara untuk memberikan
kesempatan pada berbagai elemen bangsa untuk berprestasi dan berkreasi sangat
diperlukan.

B. SARAN
Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Dalam penulisan ini kami sadari masih banyak kekurangan, saran dan kritik
yang membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah kami ini.

31
DAFTAR PUSTAKA

https://binus.ac.id/character-building/2020/05/krisis-identitas-nasional-dalam-dunia-
pendidikan-indonesia-2/

Ubaidillah, dkk. Pendidikan Kewargaan (Civic Education), Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000.

Lubis, Maulana Arafat, Pembelajaran PPKn di SD/MI, Yogyakarta: Samudra Biru, 2018.
Nikmah, Azah.

“http://nikmahajah.blogspot.co.id/2013/11/proses-berbangsa-dan Bernegara.

https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-5-2017-pemajuan-kebudayaan

https://www.kompasiana.com/anitsa33929/5fdb663cd541df1e510fcda4/tantangan-dan-upaya-
mempertahankan-identitas-nasional-di-era-globalisasi?page=2

https://www.dosenpendidikan.co.id/budaya-asing/

https://ilhamberkuliah.blogspot.com/2015/09/makalah-identitas-nasional.html

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-globalisasi.html

32

Anda mungkin juga menyukai