Anda di halaman 1dari 14

Loncat ke konten utama

 Messages

Kelas 12 - Pancasila 2 sks


 



Alur halaman


 Kursus Yang Saya Ikuti
 GANJIL 2020/2021
 Pancasila 2 SKS
 Kelas 12 - Pancasila 2 sks
 16. Ujian Akhir Semester (UAS)

 Soal Ujian Akhir Semester Pancasila Kelas 12

Abaikan Quiz navigation

Quiz navigation
Question 1This page

Finish review

Started on Saturday, 19 December 2020,


08:01

State Finished

Completed on Saturday, 19 December 2020,


10:16

Waktu yang 2 jam 14 min


digunakan

Grade Not yet graded

Question 1
Complete

Marked out of 100,00

Flag question

Question text

Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila Ruang : Ilearning


Hari : Sabtu Sifat   Ujian : Buka Buku
Tgl : 19 Desember 2020 Dosen : Dr. Mhd. Nur, M.S.
Nama Mhs :
Waktu : 08.00 - 12.00
NIM :
Aturan ujian:
a.Kerjakankanlah soal dengan menulis Essaisesuai dengan kemampuan analisa saudara untuk
menjawabnya!
b.Setiap jawaban soal  yang benar minimal 300 kata mendapat nilai 10. Rentang Nilai adalah antara 1-
100.
c.Hindari pemakaian kalimat yang sama (Copy paste) dengan siapa saja yang akan dianggap sebagai
plagiat.
d.Jawaban ujian diketik langsung di Ilearning, dan harus selesai paling lambat pada  jam 12.00 WIB.
Soal:
1.Jelaskanlah mengapa Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 saling berhubungan! (Jawaban minimal
300 kata)
2.Jelaskanlah dan bagaimanakah generasi Milenial Indonesia memahami dan mengamalkan  Pancasila
dewasa ini?  (Jawaban minimal 400 kata)
3.Jelaskanlah tentang filsafat Pancasila sebagai sistem etika yang patut dihayati dan diamalkanbagi
seluruh bangsa Indonesia ! (Jawaban minimal 400 kata)
4.Pembangunan Nasional Indonesia baik pisik maupun mental berdasarkan pada Pancasila.
Jelaskanlah bentuk-bentuk aplikasinya dalam paradigma pembangunan Nasional ! (Jawaban
minimal 300 kata)
5.Jelaskanlah pengertian dari Reformasi dan faktor-faktor munculnya Reformasi di Indonesia pada
tahun 1998, serta dampaknya ! (Jawaban minimal 300 kata)
6.Jelaskanlah apakah Pancasila cocok dengan ide Reformasi Indonesia ! (Jawaban minimal 300 kata)
7.Cikal Pancasila sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, bisakah Pancasila tetap aktual dan
jelaskanlah alasan-alasan saudara? (Jawaban minimal 300 kata)
8.Jelaskanlah respon dari berbagai kalangan di Indonesia ketika Pancasila diwajibkan menjadi Azaz
Tunggal ! (Jawaban minimal 300 kata)   !
9.Jelaskanlah menurut pendapat saudara bagaimanakah cara membumikan Pancasila ditengah Covid-
19 ! (Jawaban minimal 300 kata)
10.Jelaskanlah materi kajian Pancasila yang belum muncul dan harus ada dalam pembelajaran
Pancasila di Perguruan Tinggi! (Jawaban minimal  350 kata)
 
Selamat Ujian
Nama : Isaac Wira Pratama
Nim : 2010611001
Paralel : Pancasila 08

1.) Karena Pembukaan Pembukaan UUD NKRI 1945 mengandung pokok- pokok pikiran
yang meliputi suasana kebatinan, cita-cita dan hukum dan cita-cita moral bangsa Indonesia.
Pokok-pokok pikiran tersebut mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa
Indonesia karena bersumber dari pandangan hidup dan dasar negara, yaitu Pancasila.
Pokok-pokok pikiran yang bersumber dari pancasila itulah yang dijabarkan ke dalam batang
tubuh melalui pasal-pasal UUD NKRI 1945:
POKOK PIKIRAN PERTAMA :
Negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan
berdasarkan asas persatuan.
POKOK PIKIRAN KEDUA
Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
POKOK PIKIRAN KETIGA
Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan/perwakilan.
POKOK PIKIRAN KEEMPAT
Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab.

Hubungan Secara Formal


Bahwa rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia adalah seperti yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alenia IV.
Bahwa Pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah, merupakan pokok kaedah
Negara yang Fundamental dan terhadap tertib hukum Indonesia mempunyai dua macam
kedudukan yaitu; 
 Sebagai dasarnya, karena Pembukaan UUD 1945 itulah yang memberi factor-faktor
mutlak bagiadanya tertib hukum Indonesia. 
  Memasukan dirinya di dalam tertib hukum sebagai tertib hukum tertinggi.

Bahwa dengan demikian Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi, selain
sebgaiMukaddimah dan UUD 1945 dalam kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, juga
berkedudukansebagai suatu yang bereksistensi sendiri, yang hakikat kedudukan hukumnya
berbeda dengan pasal-Pasalnya. Karena Pembukaan UUD 1945 yang intinya adlah
Pancasila tidak tergantung pada batangtubuh UUD 1945, bahkan sebagai sumbernya.
Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan mempunyai hakikat,sifat,kedudukan
dan fungsisebagai pokokkaedah negara yang fundamental, yang menjelmakan dirinya
sebagai dasarkelangsungan hidup negara Republik Indonesia yang di proklamirkan tanggal
17 Agustus 1945.
Bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945, dengan demikian mempunyai
kedudukan yangkuat, tetap dan tidak dapat di ubah dan terletak pada kelangsungan hidup
Negara RepublikIndonesia.

Hubungan secara materil


Bila ditinjau kembali proses perumusan Pancasila dan pembukaan UUD 1945, maka secara
kronologis, materi yang di bahas oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat
Pancasila baru kemudian Pembukaan UUD 1945.
Setelah pada sidang pertama pembukaan UUD 1945 BPUPKI membicarakan dasar filsafat
negara Pancasila berikutnya tersusunlah piagam jakarata yang di susun oleh panitia 9,
sebagai wujud bentuk pertama pembukaan UUD 1945.Jadi berdasar urut-urutan tertib
hukum Indonesia Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi,
adapun tertib hukum Indonesia bersumber pada Pancasila, atau dengan kata lain sebagai
sumber tertib hukum Indonesia.
Hal ini berarti secara material tertib hukum Indonesia dijabarkan dari nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila. Pancasila sebagai sumber tertib hukum indonesia meliputi
sumber nilai, sumber materi, sumber bentuk dan sifat.
Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan pembukaan UUD 1945
sebagai pokok kaidah negara yang fubdamental, maka sebenarnya secara material yang
merupakan esensi dari pokok kaidah negara fundamental tersebut tidak lain adalah
pancasila

2.) Sebelum kita mengetahui bagaimana cara generasi milenial dalam memahami dan
mengamalkan Pancasila, kita haru tau bahwa Generasi Milenial atau bisa disebut juga
generasi Y, Gen Y, atau Generasi Lunggas yang hadir setelah Generasi X. Tidak ada
patokan yang pasti tentang kapan mulai atau berakhirnya generasi ini muncul. Tetapi
peneliti menetapkan diantara akhir tahun 1990-an dan awal 2000-an adalah dimana anak-
anak generasi milenial ini lahir. 
Generasi milenial sendiri memiliki karakteristik yang unik. Mereka bisa berkembang pesat
dengan kreativitas mereka dengan catatan bahwa mereka tidak dibatasi untuk berkreasi.
Generasi Milenial juga sangat kental dengan pesat nya teknologi di zaman modern. Mereka
hampir tidak bisa untuk lepas dari gadget/perangkat elektronik mereka untuk melakukan
sosialisasi menggunakan social media.
Persoalan yang dihadapi oleh dewasa ini adalah mempersiapkan atau membekali Generasi
Milenial untuk menjadi penerus bangsa Indonesia yang baik dan patuh terhadap nilai-nilai
Pancasila. Namun, banyak sekali rintangan atau hambatan yang harus dihadapi untuk
mencapai semua itu.
Di Indonesia populasi generasi milenial mencapai 90 juta jiwa. Itu menandakan kelompok
milenial mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan dan kemajuan
Indonesia. Ditambah dengan jumlah aktivitas warga negara di dunia maya didominasi oleh
anak muda milenial. Generasi milenial menjadi penyokong utama peredaran informasi di
dunia virtual.
Di saat yang bersamaan, aktivitas ancaman terhadap bangsa juga meningkat. Mulai dari
radikalisme yang menjadi ideologi kaum tertentu, politik yang menjadi senjata untuk
memperebutkan kekuasaan dalam pemerintahan, agama menjadi tameng politik,
kesenjangan per-ekonomian, serta pengaruh budaya asing yang men-cederai budaya lokal
kita.
Revolusi Indistri 4.0 sendiri menjadikan arus informasi berjalan dengan sangat cepat dan
dapat menyebarkan berita dengan tingkat keakuratan yang tidak pasti, sehingga bisa saja
menjadi sebuah hoaks/berita kebohongan yang jika tidak pandai untuk memilih mana yang
benar mana yang salah, maka bisa menjadi sebuah provokasi untuk kericuhan.
Penanaman nilai Pancasila sangatlah penting untuk menjadi fondasi awal ideologi untuk
setiap individu karena sifat nya yang universal. Terutama untuk Generasi Milenial yang akan
menjadi tulang punggung penerus bangsa Indonesia ini.
Ketuhanan Yang Maha Esa. Nilai Ketuhanan. Indonesia adalah negara yang menganut
agama yang berbeda-beda. Ada yang Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan yang lain nya.
Karena itu dengan tidak menghina atau menggunakan agama untuk kepentingan pribadi
dapat menghadirkan kedamaian antar umat berbeda agama.
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Nilai kemanusiaan. Dengan menghargai dan tidak
merendahkan serta memahami orang lain bisa menjadikan masyarakat yang penuh adab
dan tentram. Tidak menyebarkan berita kebohongan atau Hoaks juga mencerminkan
perilaku adab yang baik.
Persatuan Indonesia. Nilai persatuan. Di era dimana informasi bergerak cepat, generasi
milenial tetap harus menjaga nilai persatuan bangsa kita ini. berperilaku yang baik di media
sosial, menghormati perbedaan, dan juga menjunjung tinggi kesolidaritasan perlu menjadi
point penting untuk diperhatikan.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Nilai kebijakan dalam bermusyawarah. Sering terjadi permusyawaratan secara online pada
generasi ini. Sikap yang harus diambil adalah bisa menerima segala keputusan musyawarah
dengan lapang dada ketika pendapat atau usulan nya tidak diterima. Dan juga ketika ada
berdebatan secara online, lebih baik diselsaikan dengan cara musyawarah.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai keadilan. Setiap orang mempunyai hak
untuk menjalankan kewajiban serta mendapatkan hak nya untuk bersosialisasi dengan
orang lain mau itu secara langsung bertatap muka atau lewat media sosial, namun semua
itu harus dengan menghormati hak asasi manusia (HAM) orang lain demi keadilan sosial.
Oleh sebab itu, semua permasalahan nasional yang melanda negara Indonesia yang kita
cintai ini dapat diselesaikan dengan kembali lagi dengan mengamalkan nilai-nilai yang
terdapat pada Pancasila. Pancasila sebagai ideologi dan juga jati diri negara Indonesia

3.) Filsafat Pancasila sebagai sistem etika, memiliki makna sebagai berikut: 


Etika sebagai cabang filsafat merupkan sebuah peranan seperti halnya agama, politik,
bahasa, dan ilmu-ilmu pendukung yang telah ada sejak dahulu kala dan diwariskan secara
turun temurun. Etika sebagai cabang filsafat menjadi refleksi krisis terhadap tingkah laku
manusia, maka etika tidak bermaksud untuk membuat orang bertindak sesuatu dengan
tingkah laku bagus saja. Ia harus bertindak berdasarkan pertimbangan akal sehat, apakah
bertentangan atau membangun tingkah laku baik.
Sebagai suatu usaha ilmiah, filsafat dibagi menjadi beberapa cabang menurut lingkungan
bahasanya masing-masing. Cabang-cabang itu dibagi menjadi dua kelompok bahasan yaitu
filsafat teoritis dan filsafat praktis. Kelompok pertama mempertanyakan segala sesuatu yang
ada, sedangkan kelompok kedua membahas bagaimana manusia bersikap terhadap apa
yang ada tersebut. Jadi filsafat teoritis mempertanyakan dan berusaha mencari jawabannya
tentang segala sesuatu, misalnya hakikat manusia, alam, hakikat realitas sebagai suatu
keseluruhan, tentang pengetahuan, tentang apa yang kita ketahui dan lain sebagainya.
Dalam hal ini filsafat teoritispun juga mempunyai maksud-maksud dan berkaitan dengan hal-
hal yang bersifat praktis, karena pemahaman yang dicari menggerakkan kehidupannya.
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika umum
dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-
ajaran dan pandangan-pandangan moral.
Hakikat Pancasila pada dasarnya merupakan satu sila yaitu gotong royong atau cinta kasih
dimana sila tersebut melekat pada setiap insane, maka nilai-nilai Pancasila identik dengan
kodrat manusia. oleh sebab itu penyelenggaraan Negara yang dilakukan oleh pemerintah
tidak boleh bertentangan dengan harkat dan martabat manusia, terutama manusia yang
tinggal di wilayah nusantara. Pancasila sebagai core philosophybagi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, juga meliputi etika yang sarat dengan nilai-nilai
filsafati; jika memahami Pancasila tidak dilandasi dengan pemahaman segi-segi filsafatnya,
maka yang ditangkap hanyalah segi-segi filsafatnya, maka yang ditangkap hanyalah
segisegi fenomenalnya saja, tanpa menyentuh inti hakikinya. Pancasila merupakan hasil
kompromi nasional dan pernyataan resmi bahwa bangsa Indonesia menempatkan
kedudukan setiap warga negara secara sama, tanpa membedakan antara penganut agama
mayoritas maupun minoritas. Selain itu juga tidak membedakan unsur lain seperti gender,
budaya, dan daerah. Nilai-nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan napas
humanism, karenanya Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa saka. Sekalipun
Pancasila memiliki sifat universal, tetapi tidak begitu saja dapat dengan mudah diterima oleh
semua bangsa. Oleh karena itu kita harus menghayati dan memahami Pancasila sebagai
sistem etika yang sarat dengan filsafat filsafat nya agar menyentuh inti dari hakekat nya dan
bukan hanya segi segi fenomena l nya saja.

4.)Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka mencapai masyarakat adil yang


berkemakmuran dan makmur yang berkeadilan. Berikut bentuk bentuk aplikasi nya :
A. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Bidang Politik Dan Hukum :
Pembangunan politik memilki dimensi yang strategis karena hampir semua kebijakan public
tidak dapat dipisahkan darinya. Hal ini juga banyak menimbulkan kekecewaan masyarakat,
antara lain : (1) kebijakan hanya dibangun atas dasar kebijakan politik tertentu; (2)
kepentingan masyarakat kurang mendapat perhatian; (3)pemerintah dan elite politik kurang
berpihak pada masyarakat;(4)adanya tujuan tertentu untuk melanggengkan kekuasaan elite
politik.
Prinsi-prinsip yang kurang sesuai dengan nilai-nilai panasila telah membawa implikasi yang
luas dan mendasar bagi kehidupan manusia Indonesia. Pembangunan bidang hokum yang
didasari pada nilai-nilai moral baru sebatas pada tataran filosofis dan konseptual. Hukum
nasional yang dikembangkan secara realistis jarang dapat terwujud karena setiap upaya
penegakan hokum dipengaruhi oleh keputusan politik. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa pembangunan dibidang politik telah mengalami kegagalan.
B. Pancasila Sebagai Paradigama Pembangunan Ekonomi :
Sesuai dengan paraddigma pancasila,pengelolaan ekonomi Indonesia diserahkan kepada
tiga bentuk badan usaha yaitu :

 Koperasi sebagai soko guru ekonomi indonesia merupakan badan usaha nonprofit
yang berpihak pada kepentingan rakyat kecil.
 BUMN atau BUMD sebagai badan usaha yang berwenang mengelola sector-sektor
ekonomi yang menguasai hajat hidup orang banyak.
 Badan Usaha Swasta sebagai badan usaha profit millik perseroan atau kelompok
yangmengelola sector ekonomi yang belum mampu ditangani oleh koperasi dan atau
BUMN/BUMD.

C. Pacasila sebagai Paradigma Pembangunan HANKAM :


pemerintah menyusun dan memperkenalkan sistem "pertahanan dan keamanan rakyat
semesta” (hankamrata). Sistem ini pada dasarnya sesuai dengan nilai-nilai Pancasila,
dimana pemerintah dan rakyat memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam usaha bela
negara. Disamping itu, Pancasila menganjurkan agar bangsa Indonesia dapat hidup
berdampingan secara damai.
D. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya:
nilai-nilai Pancasila harus dihayati dan diamalkan kembali agar dapat menjadi dasar
pembangunan bidang sosial budaya. Menurut Koentowijoyo, Pancasila sebagai paradigma
mempunyai ciri khas, seperti:

 Universal karena mampu melepas simbol-simbol dari keterkaitan struktur


 Transedental karena mampu meningkatkan derajat kemerdekaan manusia dan
kebebasan spiritual.

Atas dasar argumen di atas semua masyarakat dapat berpartisipasi secara rasional,
proporsional dan realistis dalam membangun tatanan sosial budaya. Akhirnya dalam rangka
mewujudkan tatanan kehidupan yang demokratis, aman, tentram, damai, adil, dan makmur
menuntut partisipasi dari seluruh komponen bangsa yang dilaksanakan atas nilai-nilai
kebenaran
E. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ipteks :
perkembangan ipteks harus memperhatikan aspek nilai. Sebagai bangsa yang telah
memiliki pandangan hidup Pancasila, maka tidak berlebihan apabila pengembangan ipteks
didasarkan atas paradigma Pancasila. Oleh karena itu, pengembangan ipteks harus
didasarkan pada nilai-nilai moral yang tekandung dalam sila-sila Pancasila.
Pertama, sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengkomplementasikan ipteks dalam
perimbangan rasional, irasional, antara akal, rasa, dan kehendak.
Kedua, sila Kemanusiaan yang adil dan beradab memberikan dasar-dasar moralitas bahwa
mengembangkan ipteks harus mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan
beradab
Ketiga, sila Persatuan Indonesia mengkomplementasikan sifat universal dan
internasionalisme (kemanusiaan) dalam kaitan dengan sila-sila yang lain.
Keempat, sila Kerakyatan yang dipempin oleh hikmat kebijaksanaan dalm
permusyawaratan/perwakilan merupak landasan bahwa pengembangan ipteks harus
dilakukan secara demokratis.
Kelima, sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi landasan bahwa
pengembangan ipteks harus dapat mendatangkan keadilan bagi kehidupan manusia
Dari pemikiran tersebut, maka pengembangan ipteks yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila diharapkan dapat membawa perbaikan kualitas kehidupan manusia.

5.) Pengertian reformasi: 


Secara umum reformasi di Indonesia dapat diartikan sebagai melakukan perubahan ke arah
yang lebih baik dengan cara menata ulang hal-hal yang telah menyimpang dan tidak sesuai
lagi dengan kondisi dan struktur ketatanegaraan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

Faktor-faktor pendorong muncul nya reformasi 1998 :


Pemerintah ordebaru dinilai tidak mampu menciptakan kehidupan masyarakat yang adil
dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Oleh karena itu, tujuan lahirnya gerakan reformasi adalah untuk memperbaiki tatanan peri
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kesulitan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan pokok merupakan faktor dan penyebab utama lahirnya gerakan
reformasi.
Namun, persoalan itu tidak muncul secara tiba-tiba. Banyak faktor yang mempengaruhinya
terutama ketidak adilan dalam kehidupan politik, ekonomi dan hukum. Pemerintah orde baru
dipimpin presiden Soeharto selama 32 tahun, ternyata tidak konsisten dalam melaksanakan
cita-cita orde baru. Pada awal kelahiranya pada tahun 1966, orde baru bertekad untuk
menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan pancasila dalam
UUD 1945.
Namun dalam pelaksanaanya, pemerintah orde baru banyak melakukan penyimpangan
terhadap nilai-nilai pancasila dan ketentuan ketentuan yang tertuang dalam UUD 1945 yang
sangat merugikan rakyat kecil. Bahkan, pancasila dan UUD 1945 hanya dijadikan legitimasi
untuk mempertahankan kekuasaan. Penyimpangan-penyimpangan itu melahirkan krisis
multidimensional yang menjadi penyebab umum lahirnya gerakan reformasi, yaitu :

 Krisis politik
 Krisis sosial
 Krisis hukum
 Krisis kepercayaan dan
 Krisis ekonomi

Dampak Reformasi 1998 ;


Dampak Negatif
Reformasi yang telah terjadi di tengah masyarakat Indonesia sejak 1998 menghendaki
perubahan mendasar. Agenda reformasi melalui berbagai ketetapan MPR dan
berbagai perundangan-undangan yang baru, tetapi setelah berlangsung lebih dari
lima tahun lamanya, terasa bahwa reformasi berjalan secara belum terarah.

Bangsa Indonesia pada saat ini justru sedang mengalami ketidakharmonisan , tanpa
orientasi sehingga sangat mudah mengarah kepada jurang disintergasi. Bila dinilai
kembali kepada kondisi sebelum reformasi maka tampak kekuasaan yang pada waktu
dahulu, bersifat otoriter, sekarang harus bersifat demokratis, pemerintahan yang
terpusat harus menjadi desentralisasi. Pemerintahan yang bersifat tertutup dan penuh
larangan serta pengawasan seharusnya menjadi lebih terbuka dan transparan, serta
kebebasan.
Kebebasan yang bertanggung jawab dan secara tegas melalui konsep-konsep yang
terarah dapat membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik. Rasionalitas dan
objektivitas telah tersisihkan sehingga muncul egoisme, perseorangan maupun
kelompok tanpa mengindahkan etika, moral, norma, dan hukum yang ada.

Politik kekerasan banyak bermunculan dan berkembang mewarnai kehidupan baru


dalam masyarakat sehingga sulit mengatasi maupun mengontrolnya. Polusi
kepentingan justru menambah keruwetan dalam kehidupan bermasyarakat bangsa
dan bernegara. Oleh karena itu, hal-hal seperti ini harus segera diatasi dan
dihapuskan.

Dampak Positif
Munculnya suasana baru yang bisa kita saksikan di antaranya terdapat kebebasan
pers, kebebasan akademis, kebebasan berorganisasi, dan lain-lain yang selama ini
belum pernah ada, termasuk kebeasan pemikiran dlam memperjuangkan pembebasan
tahanan politik maupun narapidana politik. Hal ini bisa dinilai sebagai lambang dari
suatu era kebeasa berpolitik di Indonesia.

Timbulnya kesadaran baru bahwa masyarakat bisa bertindak dan berbuat sesuatu
serta melakukan perubahan-perubahan diantaranya pendobrakan atas rasa ketakutan
politik, pendobrakan terhadap proses pembodohan yang telah berlangsung hampir
lebih adri tiga puluh tahun.

Dengan pengalaman baru bereformasi, masyarakay Indonesia, khususnya para


mahasiswa mulai sadar dan memiliki serta dapat memperjuangkan politik mereka
yang benar-benar dapat membawa ke arah perubahan positif. Kesadaran baru ini
penting sekali artinya dalam rangka perjuangan selanjutnya menuju reformasi yang
total dan menyeluruh.

6.) apakah Pancasila merupakan ideologi yang tepat untuk Indonesia? Untuk mengetahui
apakah Pancasila sudah ideal untuk kita gunakan, kita melihatnya dari tiga dimensi yang
dimiliki oleh ideologi tersebut, yaitu dimensi realitas, idealitas, dan fleksibilitas.

Ideologi adalah sekumpulan ide yang mencerminkan kebutuhan-kebutuhan, harapan, dan


tujuan sosial dari individu, kelompok, golongan atau budaya (The American Heritage dan
Dictionary of The English Language, Fourth Edition). Ideologi juga seringkali dipahami
sebagai sekumpulan ajaran atau kepercayaan yang membentuk dasar-dasar politik,
ekonomi, dan sistem-sistem lain yang ada di sebuah negara. Dengan kata lain, setiap
negara pasti memiliki sebuah ideologi.

Namun, seperti sebuah peribahasa, "lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya”.
Pandangan mengenai ideologi negara yang satu belum tentu diterima oleh negara yang lain.
Setiap negara memerlukan ideologi yang berbeda-beda sebagai wadah, dasar, dan
landasan untuk pembangunan di wilayah masing-masing. Banyak negara-negara maju di
dunia yang sudah mencapai kejayaan yang cemerlang dikarenakan mereka telah
menggunakan ideologi yang tepat untuk bangsa mereka sehingga tidak begitu sulit bagi
masyarakatnya agar berprilaku sesuai dengan landasan ideologi yang mereka gunakan.
Lalu, apakah Pancasila merupakan ideologi yang tepat untuk Indonesia? Untuk mengetahui
apakah Pancasila sudah ideal untuk kita gunakan, kita melihatnya dari tiga dimensi yang
dimiliki oleh ideologi tersebut, yaitu dimensi realitas, idealitas, dan fleksibilitas.

Dimensi Realitas menyatakan bahwa sebuah ideologi merupakan interprestasi dari keadaan
riil bangsanya sendiri. Ideologi Pancasila telah memenuhi dimensi realitasnya karena
Pancasila telah menggambarkan keadaan sesuangguhnya dari masyarakat Indonesia.
Dengan kata lain, Pancasila juga dapat dikatakan sebagai cermin dari kepribadian bangsa
Indonesia karena telah memberikan ciri yang khas bagi bangsa Indonesia untuk dapat
dibedakan dengan negara lain. Terdapat kemungkinan bahwa masing-masing sila di dalam
Pancasila terlepas dari sila yang lain, akan tetapi, kelima sila tersebut merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Itulah sifat dari Pancasila yang mencirikan bangsa
Indonesia, yaitu terdiri atas berbagai suku, agama, pulau-pulau namun tetap merupakan
satu kesatuan Indonesia.

 Dimensi Idealitas menyatakan sebuah ideologi harus mengandung cita-cita dari


seluruh elemen masyarakatnya, sehingga suatu bangsa mengetahui tujuan mereka
masing-masing. Ideologi Pancasila juga telah memenuhi dimensi idealitasnya, karena
Pancasila mengandung cita - cita dari seluruh elemen masyarakat di Indonesia. Cita-cita
luhur bangsa Indonesia tegas memuat dalam Pembukaan UUD 1945. Di dalam
Pembukaan UUD 1945 juga terdapat nilai-nilai Pancasila. Dengan demikian, Pancasila
merupakan cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.

 Dimensi Fleksibilitas menyatakan bahwa sebuah ideologi harus bisa beradaptasi


dengan perkembangan jaman. Pancasila telah memenuhi 
 dimensi fleksibilitasnya karena Pancasila bisa beradaptasi dengan perkembangan
jaman. Pancasila juga terbuka terhadap hal - hal yang baru tanpa kehilangan nilai - nilai
dasarnya. Oleh karena itu, Pancasila juga sering disebut sebagai ideologi terbuka.

Dari ketiga dimensi tersebut, maka sudah tentu Pancasila adalah ideologi terbaik bagi kita
sebagai warga negara Indonesia. Renungan Ir Soekarno tentang Pancasila di depan pohon
sukun di Ende, Flores telah membuktikan kepada kita bahwa sejarah tak hanya berawal dari
Pulau Jawa. Pancasila telah menyatukan Indonesia. Dan di usianya kini yang sudah berusia
69 tahun, Pancasila tetap setia menemani kita, tanpa tergoyahkan oleh ideologi-ideologi lain
yang ingin meruntuhkan kekuatannya
Pancasila memang sempat menuai perdebatan. Pada saat itu, terdapat masyarakat yang
menginginkan Islam menjadi dasar negara karena melihat mayoritas penduduk Indonesia
adalah pemeluk agama Islam. Namun, sebagian besar masyarakat Indonesia juga
menginginkan negara yang integralistik. Dan tentu saja, perdebatan tersebut akhirnya
dimenangkan oleh pihak yang menginginkan negara yang integralistik. Hal ini juga
membuktikan kepada kita bahwa nilai-nilai Pancasila tidak akan goyah hanya karena
kepentingan golongan tertentu, karena Pancasila bersifat universal dan merangkul semua
golongan. Tentu dengan sifatnya tersebut, Pancasila sangat cocok untuk digunakan di
Indonesia yang memiliki keanekaragaman suku, agama, ras, dan budaya. Sehingga
nantinya akan terwujud keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

7.) Apakah Pancasila tetap aktual? Bisa


karena Pancasila sebagai suatu Ideologi tidak bersifat tertutup dan kaku, tetapi bersifat
reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini menandakan bahwa Pancasila ini merupakan
ideologi yang bisa menyesuaikan zaman , bisa menyesuaikan keadaan dan perkembangan.
Baik perkembangan Ilmu pengetahuan, dan perkembangan Teknologi yang super canggih
seperti sekarang ini. 
Alasan kedua, yaitu Sebagai suatu ideologi bangsa dan Negara Indonesia maka pancasila
pada hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang
atau kelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia, namun pancasila diangkat
dari nilai-nilai adat istiadat, nilai-nilai budaya serta nilai religious yang terdapat dalam
pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk Negara, dengan kata lain
unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) pancasila tidak lain diangkat dari pandangan
hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kausa materialis (asal
bahan) pancasila.
Alasan ketiga, Pancasila sebagai ideologi terbuka, Keterbukaan ideologi pancasila bukan
berarti mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya, naun mengeksplisitkan
wawasannya secara lebih komplit, sehingga memiliki kemampuan reformatif untuk
memecahkan masalah-masalah actual yang seiring dengan aspirasi rakyat, perkembangan
iptek serta zaman.
Alasan terakhir, yaitu Ideologi Pancasila mendasarkan sifat manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial, yaitu dalam ideologi Pancasila mengakui kebebasan individu.
Namun dalam hidup bersama juga harus mengakui hak dan kebebasan orang lain. Selain itu
bahwa manusia menurut Pancasila berkedudukan sebagai makhluk pribadi dan makhluk
Tuhan yang Maha Esa. Dalam hal ini nilai-nilai ketuhanan senantisa menjiwai kehidupan
manusia dalam hidup bermasyarakat. 

8.) Berikut berbagai respon dari kalangan masyarakat terhadap Pancasila sebagai asas
tunggal :

 Awal lahirnya wacana asas tunggal Pancasila, bermula dari bentrok fisik antara
massa pendukung PPP dengan Golkar di Lapangan Banteng Jakarta,” tulis Fikrul Hanif
Sufyan dalam Sang Penjaga Tauhid: Studi Protes Tirani Kekuasaan 1982-1985 (2014).
Asas tunggal Pancasila adalah cara Orde Baru mencegah konflik ideologi. Pada 1983,
dalam beberapa acara berbeda--dalam acara halal bihalal dengan Perwira ABRI 17 Juli
1983, rapat pusat Pepabri 26 Juli 1983, serta kunjungan KNPI 20 September 1983--
Soeharto "menegaskan pentingnya setiap kekuatan sosial politik menerima azas tunggal
Pancasila.” Untuk menenangkan kaum Islam-politik, Soeharto menegaskan Pancasila
sebagai asas organisasi kemasyarakatan tak akan mengurangi arti dan peran agama
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 
 Menteri Koordinator Politik Keamanan (Menko Polkam) Surono juga ikut serta
mensosialisasikan Pancasila asas tunggal. Menteri Agama Munawir Sjadzali juga tak
lupa mensosialisasikannya dalam rapat kerja Majelis Ulama Indonesia (MUI), 5 Maret
1984. Menurutnya, tak ada alasan umat Islam menolak asas tunggal. "Dari segi aqidah,
Pancasila itu bukan jajarannya karena ia adalah asas hidup bersama dengan saudara-
saudara kita yang beragama lain seperti dulu Nabi SAW dulu melahirkan kesepakatan
yang hampir sama esensinya dengan yang kita kenal sebagai dokumen Madinah itu,”
kata Munawir Sjadzali dalam sambutannya kepada para ulama terkait sosialisasinya.
 Golkar melalui fungsionarisnya Yakob Tobing menegaskan bahwa asas tunggal
sangat penting mencegah radikalisme antar pendukung parpol. Nahdlatul Ulama (NU)
dalam Munas NU 1983 secara aklamasi menerima Pancasila sebagai asas tunggal.
Sebelumnya, KH As'ad Syamsul Arifin bahkan sudah memberi jaminan ketika bertemu
Presiden Soeharto para kiai akan menerimanya. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
yang merupakan satu-satunya partai Islam setelah fusi partai 1973, bahkan menerima
asas tunggal itu. PPP mengaku sudah tidak mengedepankan identitasnya sebagai partai
Islam dan menjadikan diri partai terbuka. Menurut Fikrul Hanif Sufyan, NU dan PPP
menerima tanpa beban asas tunggal ini. Namun, 

 Muhammadiyah lain sikapnya. "Muhammadiyah terkesan sangat berhati-hati dan


menunggu disahkannya asas tunggal oleh DPR. Berbeda dengan NU, Muhammadiyah
mengalami konflik interest dalam proses penerimaan asas tunggal Pancasila.” Fikrul
tidak sepenuhnya benar. NU sendiri bukannya tidak mengalami dilema menghadapi
gagasan asas tunggal Pancasila ini. Seperti diuraikan oleh Mohammad Iqbal dalam
kolomnya, NU, PPP dan Represi Orde Soeharto pada Islam, perlawanan NU terhadap
asas tunggal Pancasila terjadi sangat serius pada Sidang Umum MPR 1978 ketika
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) diwicarakan. Kali ini GBHN mengandung dua
item yang sulit diterima kebanyakan umat Muslim Indonesia. Satu item menyebutkan
aliran kepercayaan berdampingan dengan agama-agama resmi dan karena itu secara
implisit memberikan pengakuan formal kepada aliran kepercayaan sebagai agama
tersendiri. Item yang lain adalah usulan program pemerintah untuk melakukan
indoktrinasi ideologi negara, Pancasila (menurut penafsiran Orde Baru), secara massal,
yang kelak memuncak menjadi keharusan asas tunggal Pancasila. Kiai Bisri Syansuri,
tokoh penting NU, memandangnya sebagai ancaman terhadap status Islam sebagai
agama dan memprotesnya dengan keras. Ketika dilangsungkan voting atas pasal itu,
para anggota NU yang diikuti kelompok PPP lain secara demonstratif meninggalkan
tempat sidang (walk out). Sikap ini bukanlah ketidaksenangan kalangan Muslim
terhadap Pancasila itu sendiri, tetapi terhadap relativisme agama yang terkandung
dalam program indoktrinasi ini. (Semua agama yang diakui sama benarnya serta
memberikan tempat sejajar dengan Aliran Kepercayaan).
 HMI menerima asas tunggal Pancasila dengan sikap setengah terpaksa --
sebagaimana kebanyakan organisasi Islam. Di internal HMI sendiri terjadi perdebatan
yang bahkan harus dibayar dengan pecahnya organisasi ini. Kelompok HMI yang
menolak asas tunggal itu lalu membentuk HMI tandingan yang dikenal sebagai HMI
Majelis Penyelamat Organisasi (MPO).

Itulah tadi berbagai respon dari kalangan masyarakat dan elite politik mengenai Pancasila
sebagai asas tunggal.

9.) Membumikan pancasila ditengah pandemi harus kita gelorakan. Bagaimana cara nya? 
Caranya yaitu dengan cara Kita harus optimistis mampu melalui pandemi ini. Pandemi ini
semakin menuntut kita bahwa gotong royong menjadi kekuatan utama agar kita bahu-
membahu sebagai bangsa. Kita tidak boleh tenggelam dalam perbedaan yang dapat
menciptakan perpecahan.
Nilai nilai Pancasila merupakan sebuah aplikasi yang harus kita terapkan dimasa pandemi
ini. 
Salah satu nya dengan cara menerapkan mata pelajaran pendidikan Pancasila di sekolah
maupun perguruan tinggi walaupun dimasa pandemi tidak ada alasan untuk itu.
Pendidikan Pancasila menjadi faktor penentu dalam membumikan Pancasila karena
menyentuh langsung generasi muda sejak usia dini hingga dewasa. Kalangan generasi
muda disasar mengingat kerentanan mereka dalam menerima informasi dan upaya
mencegah agar jangan sampai mereka tergoda oleh ideologi lain yang ingin menggantikan
Pancasila. Menyikapi hal ini, BPIP tengah menyusun materi pembinaan ideologi Pancasila
yang melibatkan berbagai lapisan warga masyarakat.
Selain upaya pembinaan ideologi Pancasila melalui pendidikan formal, dikemukakan pula
upaya-upaya lain dalam mengharus utamakan nilai-nilai Pancasila melalui jalur non-formal,
misalnya dengan mendorong inisiatif publik dan kelompok-kelompok seperti pegiat kampung
sesuai protokol kesehatan COVID-19 untuk membuat lingkungan warga yang menjunjung
tinggi dan melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan keseharian.

10.) Materi yang belum ada dan harus ada, yaitu


A. Materi Bendera merah putih 
Sejak kapan merah putih menjadi ungkapan rasa kebangsaan kita? Menurut Muhammad
Yamin pahlawan nasional dan tokoh pergerakan Indonesia, warna merah putih telah
digunakan masyarakat nusantara sejak 6000 tahun lalu.
Suku bangsa rumpun Austronesia yang mendiami nusantara saat itu menggunakan warna
merah untuk melambangkan matahari dan putih untuk melambangkan bulan. Menurut
Yamin, jejak perlambangan merah putih juga tampak pada masa kerajaan Hindu Budha.
Misalnya pada relief candi Prambanan dan Borobudur
Itu adalah contoh pertanyaan mengenai bendera merah-putih. Terus ada lagi beberapa
pertanyaan soal Asal usul warna, siapa pencetus gagasan nya, siapa tokoh yang menjahit
bendera merah putih, mengapa harus bendera merah putih? Pertanyaan yang sepele tetapi
apabila kita tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut, maka kita bisa dibilang gagal sebagai
warga negara Indonesia yang asli. Maka dari itu perlu nya materi tersebut diadakan dalam
pembelajaran Pancasila.

B. Materi Tentang Lambang Negara


Di ruang kelas, kita selalu melihat lambang negara garuda pancasila. Tapi tahukah kita,
kisah dibalik tercetusnya lambang tersebut?  Tentunya pasti masih banyak orang yang
tidak tau mengenai hal tersebut. 
Apakah kita tahu apa saja makna yang terdapat dalam simbol simbol dipancasila,
seperti kepala banteng, bintang, pohon beringin, padi dan kapas, serta rantai ? Pasti
banyak dari kita yang tidak tau tentang makna simbol simbol tersebut. 

Apakah kita tahu mengapa burung Garuda dijadikan sebagai lambang negara
Indonesia? Pasti banyak orang yang berpikir, memang sudah dari sana nya. Tetapi tidak
tau alasan nya.
Apakah kita tau berapa jumlah bulu pada sayap burung Garuda, jumlah bulu pada ekor
garuda, dan berapa jumlah bulu pada leher Garuda? Dan apa makna dari jumlah bulu
bulu tersebut? Tentunya jika kita tidak mempelajari Materi Ini pada Pelajaran Pancasila,
maka kita tidak akan bisa menjawab nya, dan memaknai lambang negara Indonesia ini.
Tentunya ini menjadi suatu kerugian besar dan malu nya kita sebagai warga negara
Indonesia yang tidak mengerti hal kecil ini.
Finish review

Anda mungkin juga menyukai