1 Januari-Juni 2017
69
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
memenuhi ketuntasan belajar yang sudah tingkat pemahaman siswa sebesar 57,6% dengan
ditetapkan di SMA Negeri 2 Tanjung sebesar 6,5. kategori kurang Kemudian Persentasi hasil belajar
Berdasarkan pengalaman pengajar sendiri, selama siswa (postes siklus I) pada sub konsep struktur sel
ini seringkali mendapat permasalahan dalam telah meningkat dengan baik menjadi 78% dengan
upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-6 kategori baik. Selanjutnya pada siklus II, hasil
pada konsep tertentu. Pada konsep jamur hasil belajar siswa pada sub konsep fungsi sel kembali
belajar dalam dua tahun terakhir yaitu masih ada meningkat yang sangat berarti menjadi 88%
beberapa siswa yang belum tuntas pada ulangan dengan kategori amat baik.
hariannya hingga mencapai 20,48% dari seluruh Berdasarkan uraian di atas, maka penulis
jumlah siswa kelas X-6. Pada tahun pelajaran bekerjasama dengan guru biologi lainnya sebagai
2004/2005 dari 210 siswa 39 siswa (18,57%) tidak mitra kerja terdorong untuk melakukan sebuah
tuntas belajar dan pada tahun pelajaran 2005/2006 penelitian tindakan kelas (PTK) dalam upaya
dari 222 siswa 49 siswa (22,07% ) tidak tuntas meningkatkan pemahaman siswa kelas X
belajar. Masih banyaknya siswa yang belum tuntas umumnya dan kelas X-6 khususnya terhadap
belajar tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar konsep Jamur dengan menerapkan “Pembelajaran
siswa pada konsep jamur masih belum maksimal, Kooperatif Tipe Jigsaw”.
padahal konsep jamur sebenarnya termasuk
Rumusan dan Batasan Masalah
konsep yang tidak terlalu sulit untuk bisa dipahami
Sehubungan dengan uraian di atas, maka
siswa.
dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti,
Di samping hal tersebut di atas, pelaksanaan
yaitu:
pembelajaran konsep jamur juga tidak banyak
a. Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa
memerlukan media dan sarana penunjang karena
kelas X-6 SMA Negeri 2 Tanjung pada konsep
konsep ini sangat erat kaitannya dengan benda dan
jamur dengan menggunakan model
makhluk hidup yang sudah ada di lingkungan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ?
sekitar, cuma permasalahannya dalam
b. Bagaimana meningkatkan aktivitas siswa kelas
penyampaiannya selama ini guru cenderung
X-6 SMA Negeri 2 Tanjung dalam
sekadar menyampaikan materi yang ada di buku,
pembelajaran konsep jamur dengan
dan siswa jarang dilibatkan secara aktif dalam
menggunakan model pembelajaran kooperatif
proses pembelajaran, sehingga pembelajaran
tipe Jigsaw ?
menjadi tidak menarik dan membosankan bagi
c. Bagaimana aktivitas guru di kelas X-6 SMA
siswa. Berdasarkan atas permasalahan-
Negeri 2 Tanjung dalam pembelajaran konsep
permasalahan tersebut maka guru berkeinginan
jamur dengan menggunakan model
untuk dapat memperbaiki proses belajar mengajar
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ?
yang ada, sehingga diharapkan guru dapat
d. Bagaimana respon siswa kelas X-6 SMA
meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa
Negeri 2 Tanjung terhadap pelaksanaan
kelas X-6 SMA Negeri 2 Tanjung.
pembelajaran konsep jamur dengan
Dalam upaya meningkatkan pemahaman
menggunakan model pembelajaran kooperatif
siswa, maka guru dapat menerapkan strategi
tipe Jigsaw ?
ataupun model pembelajaran yang bisa membantu
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah
memotivasi siswa dalam memahami bahan ajar.
sebagai berikut:
Model pembelajaran yang dapat membantu siswa
a. Hasil belajar siswa ditentukan dari adanya
dalam memahami bahan ajar diantaranya adalah
peningkatan nilai pretes dan postes siklus I dan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Dalam
siklus II yang mengacu pada ketuntasan
penerapan Jigsaw, siswa dibagi berkelompok
belajar.
dengan 5 atau 6 anggota kelompok belajar
b. Aktivitas siswa diukur dari adanya penurunan
heterogen, setiap anggota tim bertanggung jawab
tidak terlibatnya siswa pada proses belajar
untuk menentukan materi pembelajaran yang
mengajar.
ditugaskan kepadanya, kemudian mengajarkan
c. Aktivitas guru dilihat dari adanya penurunan
materi tersebut kepada teman sekelompoknya
dominasinya dalam pembelajaran sehingga
yang lain (Ibrahim, dkk. 2000:22).
kegiatan pembelajaran dapat lebih berpusat
Penggunaan model pembelajaran kooperatif
pada siswa.
tipe Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman dan
d. Respon siswa dilihat dari pendapat siswa
hasil belajar siswa sudah banyak dilakukan orang,
tentang pelaksanaan pembelajaran dengan
diantaranya adalah Lestari (2006) dalam
menggunakan angket respon siswa.
penelitiannya pada konsep struktur dan fungsi sel
sub konsep struktur sel maupun sub konsep fungsi Tujuan dan Manfaat
sel, melaporkan bahwa hasil pretes menunjukkan Tujuan penelitian ini adalah:
70
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
a. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas memanjat anak tangga tersebut.
X-6 SMA Negeri 2 Tanjung pada konsep jamur Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran
dengan menggunakan model pembelajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara luas,
kooperatif tipe Jigsaw. berdasarkan teori bahwa siswa lebih mudah
b. Untuk meningkatkan aktivitas siswa kelas X-6 menemukan dan memahami konsep-konsep yang
SMA Negeri 2 Tanjung dalam pembelajaran sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah
konsep jamur dengan menggunakan model tersebut dengan temannya. Siswa secara rutin
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. bekerja dalam kelompok untuk saling membantu
c. Untuk mengetahui aktivitas guru di kelas X-6 memecahkan masalah-masalah kompleks.
SMA Negeri 2 Tanjung dalam pembelajaran
Pembelajaran Sains (IPA)
konsep jamur dengan menggunakan model
Sains berkaitan dengan cara mencari tahu dan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
proses penemuan tentang alam secara sistematis,
d. Untuk mengetahui respon siswa kelas X-6
selain memahami kumpulan pengetahuan ilmiah
SMA Negeri 2 Tanjung terhadap pelaksanaan
temuan saintis yang berupa fakta-fakta konsep-
pembelajaran konsep jamur dengan
konsep, dan prinsip-prinsip sains. Ini berarti
menggunakan model pembelajaran kooperatif
bahwa belajar sains tidak sekadar belajar informasi
tipe Jigsaw.
sains tentang fakta konsep prinsip hukum dalam
Manfaat Penelitian ini adalah:
wujud pengetahuan deklaratif (declarative
a. Bagi Siswa, yaitu dapat meningkatkan knowledge). Namun, belajar sains juga belajar
pemahamannnya terhadap materi pelajaran tentang cara memperoleh informasi sains, cara
khususnya konsep jamur. sains dan teknologi (terapan sains) bekerja dalam
b. Bagi Guru, yaitu sebagai bahan informasi dan wujud pengetahuan prosedural (procedural
kajian untuk dapat meningkatkan kemampuan knowledge), termasuk kebiasaan bekerja ilmiah
mengajarnya. dengan menerapkan metode dan sikap ilmiah.
c. Bagi Peneliti, merupakan pengalaman berharga Belajar sains seharusnya memfokuskan pada
dalam pengembangan keilmuan dan pemberian pengalaman secara langsung (lunds on
selanjutnya dapat digunakan dalam actiaity) dengan memanfaatkan dan menerapkan
pembelajaran sebagai upaya untuk konsep, prinsip serta fakta sains temuan saintis.
peningkatan profesional kerja guru. Dalam konteks ini, siswa perlu dilatih untuk
d. Bagi Sekolah, sebagai bahan referensi sehingga mengembangkan sejumlah keterampilan ilmiah,
dapat dipelajari oleh guru-guru maupun pihak yang disebut juga sebagai keterampilan proses
lain di kemudian hari. sains, untuk memahami perilaku/gejala alam.
TINJAUAN PUSTAKA Keterampilan itu antara lain, keterampilan
mengamati, menggunakan alat dan bahan,
Teori Konstruktivis dalam Pembelajaran mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis,
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan merencanakan percobaan, melaksanakan
dikelompokan dalam teori pembelajaran percobaan, menyimpulkan hasil percobaan, dan
konstruktivis (Constructivist theories of learning). mengkomunikasikan temuan. Selain itu, selama
Menurut Nur dan Wikandari (2000) dalam kegiatan pembelajaran, siswa perlu dilatih untuk
Depdiknas (2004:9) teori konstruktivis ini lahir membiasakan beberapa sikap ilmiah seperti sikap
dari gagasan Piaget dan Vygotsky yang ingin tahu, kerja sama/terbuka, tekun, dan peduli
menyatakan bahwa siswa harus menemukan lingkungan (Sudibyo, 2003:1).
sendiri dan mentransformasikan informasi Sains ternyata tidak mudah untuk
kompleks. Menurut teori konstruktivis ini, satu didefinisikan. Hal ini nampak dari banyaknya
prinsip yang paling penting dalam psikologi definisi tentang sains itu sendiri. Carin (1993)
pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya dalam Sudibyo (2003:3) mendefinisikan sains
sekadar memberikan pengetahuan pada siswa. sebagai “Suatu kumpulan pengetahuan yang
Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di tersusun secara sistematis, yang dalam
dalam benaknya. Guru dapat memberikan penggunaannya secara umum terbatas pada gelaja-
kemudahan untuk proses ini, dengan memberi gejala alam”. Sedangkan Nokes dalam Sudibyo
kesempatan pada siswa untuk menemukan atau (2003:3) di dalam bukunya ‘Science in Education,
menerapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajar menyatakan bahwa “sains merupakan pengetahuan
siswa menjadi sadar dan secara sadar teoritis yang diperoleh dengan metode khusus”.
menggunakan strategi mereka sendiri untuk Tentunya masih banyak perumusan lain yang
belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga berusaha untuk menjelaskan tentang sains. Kedua
yang membawa siswa kepemahaman yang lebih pendapat di atas sebenarnya tidak berbeda.
tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus Memang benar bahwa sains merupakan suatu ilmu
71
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
teoritis, namun teori tersebut didasarkan atas lingkungannya (Wasis dkk, 2002: 8). Selanjutnya
pengamatan, percobaan-percobaan terhadap Slavin (1994) dalam Wasis dkk. (2002:8-9)
gejala-gejala alam. memaklumi akan adanya perbedaan individual
Berdasarkan beberapa definisi tentang sains dalam kemajuan perkembangan intelektual. Teori
di atas sebenarnnya juga dapat kita amati adanya Piaget mengansumsikan bahwa seluruh siswa
kesepakatan dari tiap-tiap definisi, yaitu bahwa tumbuh melewati urutan perkembangan intelektual
pada dasarnya sains merupakan produk dan proses yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung
yang tak terpisahkan. Produk berupa kumpulan pada kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu,
pengetahuan, dan proses berupa langkah langkah guru harus melakukan upaya khusus untuk
yang harus ditempuh untuk memperoleh mengatur kegiatan kelas dalam bentuk individu-
pengetahuan atau mencari penjelasan tentang individu dan kelompok kecil siswa daripada dalam
gejala-gejala alam. Dengan demikian, sains bentuk kelas utuh (klasikal).
sebagai proses pada dasamya merupakan langkah- Teori lain yang juga mendasari
langkah yang biasa ditempuh oleh para ilmuwan perkembangan model pembelajaran kooperatif
(sainstis) untuk melakukan penyelidikan dalam atau Cooperative Learning menurut Slavin (2000)
rangka memburu penjelasan tentang gejala-gejala dalam Wasis dkk. (2002:18-19) adalah teori
alam. Di samping melakukan proses (langkah- pembelajaran konstruktivis. Ide-ide konstruktivis
langkah tertentu), dalam mempelajari gejala alam, modern banyak berlandaskan pada teori Vygotsky
saintis juga harus mempunyai sikap ilmiah. proses yang telah digunakan untuk menunjang metode
itu misalnya, pengamatan, percobaan, dan analisis pengajaran yang menekankan pada pembelajaran
rasional. sedangkan sikap ilmiah tersebut misalnya kooperatif, pembelajaran berbasis kegiatan, dan
obyektif dan jujur pada saat sedang nengumpulkan penemuan. Salah satu prinsip kunci yang
dan menganalisis data. Dengan menggunakan diturunkan dari teorinya adalah penekanan pada
proses dan sikap ilmiah itu sainstis memperoleh hakikat sosial dan pembelajaran. Ia
penemuan-penemuan yang merupakan produk mengemukakan bahwa siswa belajar melalui
ilmiah atau produk sains. Produk ilmiah itu dapat interaksi dengan orang dewasa atau teman sebaya
berupa fakta, konsep, prinsip atau hukum, dan yang lebih mampu. Berdasarkan teori ini
teori. Dengan demikian, pada hakikatnya sains dikembangkan pembelajaran kooperatif, yaitu
terdiri atas tiga komponen, yaitu: sikap ilmiah, siswa lebih mudah menemukan dan memahami
proses ilmiah, dan produk ilmiah. Jadi sains tidak konsep-konsep yang sulit jika mereka saling
hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau mendiskusikan masalah tersebut dengan
berbagai macam fakta yang dihafal namun sains temannya.
juga merupakan kegiatan atau proses aktif Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh
menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala- struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif.
gejala alam yang belum dapat diterangkan. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran
Sebagian besar sains terdiri atas penyelidikan dan kooperatif didorong dan atau dikehendaki untuk
studi sistematis terhardap hakikat alam. Kumpulan bekerjasama pada suatu tugas bersama, dan
pengetahuan tumbuh setiap saat penyelidikan mereka harus mengkordinasikan usahanya untuk
memperoleh informasi baru. sains menggunakan menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapan
apa yang telah diketahui sebagai batu loncatan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu
untuk memahami apa yang belum diketahui. Suatu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai
masalah dalam sains yang telah dirumuskan dan satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi
kemudian berhasil dipecahkan akan penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil
memungkinkan terbukanya masalah baru yang sebagai kelompok (Corebima, dkk. 2002: 4).
meminta pemecahan lagi. Demikian seterusnya Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif
sehingga memungkinkan sains berkembang secara menurut Corebima dkk. (2002:5) adalah:
dinamis. Akibatnya kumpulan pengetahuan 1. Siswa dalam kelompoknya haruslah
sebagai produk sains juga bertambah (Sudibyo, beranggapan bahwa mereka “ sehidup
2003:4-5). sepenanggungan bersama “.
2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di
Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)
dalam kelompoknya seperti milik mereka
Perkembangan model pembelajaran
sendiri.
kooperatif didasari oleh beberapa teori
3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota
pembelajaran seperti teori Piaget oleh Jean Piaget.
di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang
Menurut Piaget, perkembangan kognitif sebagian
sama.
besar bergantung pada seberapa besar anak aktif
4. Siswa haruslah membagi semua tugas dan
memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan
tanggung jawab yang sama di antara anggota
72
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
73
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
74
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
belajar siswa pada sub konsep fungsi sel kembali I dengan menggunakan model pembelajaran
meningkat yang sangat berarti menjadi 88% kooperatif tipe Jigsaw, maka hasil postes
dengan kategori amat baik. menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar
siswa dengan nilai rata-rata siswa 73,71 dan
METODOLOGI
ketuntasan klasikalnya 80,00% dimana siswa
Jenis penelitian yang digunakan adalah
yang tuntas belajar mencapai 28 orang, tidak
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu kajian
tuntas 7 orang siswa. Peningkatan hasil belajar
yang bersifat reflektif untuk meningkatkan
siswa pada pelaksanaan postes siklus I ini
kemampuan rasional, memperdalam pengalaman
dimungkinkan karena selama pembelajaran
serta mmperbaiki kondisi pembelajaran di kelas.
berlangsung siswa dilibatkan secara aktif untuk
Penelitian Tindakan Kelas ini berlangsung dalam
belajar bersama-sama saling memberi dan
dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II dimana
menyampaikan ide-ide dalam pembelajaran
kedua siklus tersebut merupakan rangkaian
kooperatif tipe Jigsaw. Disamping itu penggunaan
kegiatan yang berkaitan. Pelaksanaan tindakan
model pembelajaran ini membuat siswa merasa
pada siklus II ini merupakan perbaikan
senang dan termotivasi dalam belajar sehingga
berdasarkan hasil refleksi pada siklus sebelumnya
hasil belajar mereka dapat meningkat.
(siklus I). Masing-masing siklus memuat langkah-
Pembelajaran pada siklus I ini sudah bisa
langkah PTK, yaitu perencanaan tindakan,
dikatakan berhasil, karena Persentasi ketuntasan
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
klasikal yang tercapai pada pelaksanaan postes
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan
sudah memenuhi batas ketuntasan yang ditetapkan
pada bulan Oktober sampai Desember 2009 di
sebesar 80% dan bahkan lebih. Namun demikian
SMA Negeri 2 Tanjung pada kelas X-6 semester
untuk mengetahui efektifitas penggunaan model
ganjil tahun pelajaran 2009/2010.
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini dalam
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan
upaya mengoptimalkan pemahaman siswa dan
terhadap siswa kelas X-6 SMA Negeri 2 Tanjung
hasil belajar siswa, maka pembelajaran siklus II
Tahun Pelajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa
tetap dilaksanakan sebagaimana yang sudah
35 orang, yang terdiri dari 24 orang siswa laki-
dirancang sebelumnya.
laki dan 11 orang siswa perempuan. Jumlah siswa
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata
tersebut masing-masing dibagi dalam 7 kelompok
pretes siklus II adalah 45,71 dengan ketuntasan
masing-masing terdiri dari 5 anggota kelompok.
klasikal 34,29%, siswa yang tuntas belajar ada 12
Data hasil penelitian dianalisis dengan teknik
orang sementara tidak tuntas ada 23 siswa. Jika
prosentase dengan indikator keberhasilan siswa
diibanding dengan hasil pretes siklus I maka hasil
dalam belajar, dilihat dari ketuntasan belajar
pretes siklus II mengalami peningkatan. Hal ini
secara individual. Ketuntasan belajar siswa
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
individu tercapai bila siswa tersebut mendapat
menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw
nilai ≥ 60. Ketuntasan klasikal, tercapai bila 80%
menjadikan pembelajaran yang lebih bermakna
siswa memperoleh nilai minimal ≥ 60, dilihat dari
bagi siswa. Kemudian dari hasil postes dapat
nilai postes. Jika terjadi peningkatan aktivitas
diketahui nilai rata-rata postes juga meningkat
siswa selama proses pembelajaran berlangsung,
menjadi 86,00 dengan ketuntasan klasikal
ditandai dengan terjadinya penurunan aktivitas
mencapai 97,14%, siswa yang tuntas belajar
siswa yang seharusnya tidak dilakukan (off task)
mencapai 34 orang, dan hanya 1 siswa yang tidak
selama pembelajaran berlangsung.
tuntas. Pencapaian ketuntasan 97,14% ini
Terlaksananya pembelajaran sesuai RPP yang
dimungkinkan karena pada siklus II siswa sudah
telah disusun, dilihat dari aktivitas guru selama
beradaptasi dengan model pembelajaran kooperatif
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berlangsung.
tipe Jigsaw sehingga mereka merasa lebih mudah
HASIL DAN PEMBAHASAN dalam dalam memahami bahan ajar yang ada.
Persentasi yang dicapai pada siklus II ini,
Hasil Belajar Siswa
Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I menunjukkan keberhasilan dalam pembelajaran,
nilai rata-rata pretes siswa adalah 38,29 dengan karena ketuntasan yang dicapai sudah memenuhi
ketuntasan klasikal 20,00%. Dari 35 siswa yang batas ketuntasan yang ditetapkan sebesar 80% dan
ada 7 siswa tuntas belajar, 28 siswa tidak tuntas bahkan lebih. Dengan demikian indikator
belajar. Banyaknya siswa yang tidak tuntas pada keberhasilan siswa dalam belajar sudah dapat
pelaksanaan pretes terjadi karena pengetahuan terpenuhi. Dari hasil penelitian siklus I dan siklus
awal siswa tentang konsep jamur masih sedikit, II maka dapat diambil kesimpulan bahwa
disebabkan materi pelajaran ini termasuk suatu penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
yang baru bagi sebagian besar siswa kelas X-6. Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa
Setelah pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus kelas X-6 SMA Negeri 2 Tanjung pada konsep
75
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
76
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
kurang terlibat dalam tugas. Diskusi berlangsung dengan adanya penurunan kegiatan-kegiatan yang
dengan baik, masing-masing kelompok ahli sudah semestinya tidak dilakukan siswa.
menunjukkan kebersamaan dalam memecahkan
Hasil Observasi Aktivitas Guru
masalah. Aktivitas siswa pada saat sharing
Hasil penelitian terlihat bahwa kemampuan
informasi di kelompok asal juga berlangsung
guru mengelola kegiatan pembelajaran kooperatif
dengan baik dan lancar sehingga proses
tipe Jigsaw siklus I dapat dikategorikan baik
penyerapan informasi melalui tutor sebaya dapat
dengan penilaian dari observer 3. Pada umunnya
dikatakan berhasil. Hasil penelitian menunjukkan
guru/peneliti sudah melaksanakan fase-fasenya,
bahwa pada siklus II keaktifan siswa dalam
Pada fase l, yaitu menyampaikan tujuan
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
pembelajaran, appersepsi dan memotivasi siswa
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
masih kurang maksimal dilakukan, Fase
Jigsaw meningkat menjadi 90,36%. Pada
3,pembagian kelompok jigsaw juga masih kurang
umumnya siswa melakukan kategori yang ada,
maksimal. Pada bagian penutup terutama
khususnya dalam mengajukan pertanyaan siswa
pelaksanaan test perlu waktu yang cukup, hal ini
yang melakukannya semakin bertambah dari
terjadi karena pengelolaan waktu kurang tepat.
28,57% siswa pada siklus I menjadi 48,57% siswa
Pada suasana kelas, masih terlihat sebagian siswa
pada siklus II. Dan untuk kategori yang lain siswa
kurang terlibat dalarn pembelajaran dan guru
yang melakukannya juga mengalami peningkatan.
kurang memperhatikan hal tersebut sehingga tidak
Hasil Observasi Kegiatan Yang Tidak ada teguran terhadap kekurangan tersebut. Dari
Semestinya Dilakukan Siswa kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I ini
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui guru mengadakan refleksi untuk dijadikan bahan
kegiatan-kegiatan yang semestinya tidak pertimbangan perbaikan pada pelaksanaan
dilakukan siswa (off task). Dari hasil penelitian pembelajaran siklus II.
dapat diketahui kegiatan-kegiatan yang semestinya Hasil penelitian diketahui kemampuan guru
tidak dilakukan siswa mencapai 6,35%. Hasil ini mengelola kegiatan pembelajaran kooperatif tipe
menunjukkan bahwa sebagian siswa masih sering Jigsaw siklus II dapat dikategorikan baik dan
terlihat melakukan kegiatan yang semestinya tidak mengalami peningkatan jika dibanding dengan
dilakukan dalam mengikuti pembelajaran, terlihat pelaksanaan pembelajaran siklus I, yaitu menjadi
sebagian siswa masih sering berbicara yang tidak 3,47. Peningkatan ini terjadi dikarenakan guru
relevan dengan tugas dan mencoba menarik mampu melaksanakan refleksi dari pelaksanaan
perhatian. Persentasi kegiatan yang tidak relevan pembelajaran siklus I.
tersebut masing-masing 14,29% dan 8,57% siswa.
Respon Siswa Terhadap Pelaksanaan
Hasil ini menggambarkan pada siklus I sebagian
Pembelajaran
siswa masih belum terfokus dengan pembelajaran
Respon dari 35 siswa kelas X-6 SMA Negeri
yang disajikan guru, ini terjadi karena siswa belum
2 Tanjung terhadap pelaksanaan pembelajaran
memahami model pembelajaran yang disajikan
pada konsep jamur dengan menggunakan model
guru, dan juga sebagian siswa masih belum
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah
beradaptasi dengan kondisi pembelajaran yang
sebagai berikut:
diinginkan guru.
Dari 35 siswa yang dijadikan responden
Hasil penelitian dapat diketahui kegiatan-
dalam penelitian ini 31 siswa (88,6%) merasa
kegiatan yang semestinya tidak dilakukan siswa
memiliki tanggung jawab dalam kelompok untuk
pada pelaksanaan pembelajaran siklus II adalah
meyelesaikan tugas yang diberikan guru, dan 4
3,17%. Di sini sebagian siswa masih terlihat
siswa lainnya (11,4%) menjawab tidak tahu
melakukan kegiatan-kegiatan ini, namun sudah
apakah mereka memiliki tanggung jawab dalam
tidak tidak sebanyak pada siklus I, artinya pada
kelompok untuk meyelesaikan tugas yang
siklus II terjadi penurunan kegiatan-kegiatan yang
diberikan guru atau tidak.
semestinya tidak dilakukan siswa. Hasil ini
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang
menunjukkan bahwa siswa semakin terfokus
disajikan guru dapat menumbuhkan rasa
dengan kegiatan pembelajaran, hal ini
kebersamaan dari 35 siswa (100%) dalam bekerja
dimungkinkan karena siswa merasa senang dan
kelompok untuk menyelesaikan masalah atau
tertarik dengan model pembelajaran kooperatif
tugas yang diberikan oleh guru.
tipe Jigsaw yang digunakan sehingga para siswa
Dengan penerapan pembelajaran kooperatif
dengan mampu beradaptasi. Dengan demikian
tipe Jigsaw oleh guru, 28 siswa (80,0%) merasa
indikator aktivitas siswa pada penelitian ini dapat
dapat memudahkan dalam memahami konsep
terpenuhi yaitu peningkatan keaktifan siswa
jamur, sehingga pada siklus I sudah tercapai
selama mengikuti kegiatan pembelajaran ditandai
ketuntasan 80,00% yang memenuhi ketuntasan
77
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
belajar siswa secara klasikal sebesar 80%, dan SIMPULAN DAN SARAN
pemahaman siswa meningkat menjadi 97,14% Hasil penelitian tentang peningkatan
pada silkus II. Namun ada 2 siswa (5,7%) yang pemahaman siswa kelas X-6 SMA Negeri 2
merasa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tidak Tanjung pada konsep jamur dengan menggunakan
memudahkan dalam memahami konsep jamur dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat
2 siswa (5,7%) lainnya menyatakan tidak tahu, 20 disimpulkan sebagai berikut:
siswa (57,1%) menyatakan strategi mengajar guru 1. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan
dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe yaitu :
Jigsaw pada konsep jamur memberi kebermaknaan o Ketuntasan klasikal dari 80,00% menjadi
dalam kehidupan sehari-hari, 3 siswa (8,6%) 97,14%
menjawab tidak dan 12 siswa (34,3%) menjawab o Peningkatan pemahaman siswa melalui
tidak tahu. penguasaan soal-soal tes dari 73,71% (baik)
Kemudian 26 siswa (74,3%) menyatakan pada siklus I menjadi 86,00% (sangat baik)
bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang pada siklus II.
diterapkan guru memberi arti/pengaruh besar pada o Hasil proses pembelajatan kooperatif tipe
perkembangan dan keterampilan proses dalam diri Jigsaw meningkat dari 67,71 menjadi 70,29,
mereka, 1 siswa (2,9%) menyatakan tidak dan 8 ini menggambarkan bahwa siswa mampu
siswa (22,9%) menyatakan tidak tahu, 33 siswa beradaptasi dengan model pembelajaran
(94,3%) menyatakan dalam memecahkan masalah yang disajikan guru.
yang diberikan guru, merasa ikut serta 2. Aktivitas siswa meningkat dari 83,93% pada
memberikan sumbangan pikiran untuk siklus I menjadi 90,36% pada siklus II, dengan
kelompoknya dalam memecahkan masalah ditandai adanya penurunan aktivitas siswa
tersebut dan 2 siswa (5,7%) menyatakan tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang semestinya
tahu. tidak dilakukan siswa dari 6,88% menjadi
Pembelajaran kooperatif Jigsaw yang 3,17% pada siklus II.
diterapkan guru membuat 11 siswa (31,4%) 3. Kemampuan guru dalam mengelola
merasa dapat menghubungkan dan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
mengaplikasikan hasil belajar yang telah diperoleh mengalami peningkatan dari 3,00 (baik) pada
sebelumnyadengan kenyataan yang ada di siklus I menjadi 3,47 (baik) pada siklus II.
lingkungannya, 3 siswa (8,6%) merasa tidak dan 4. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan
21 siswa (60,0%) merasa tidak tahu apakah dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif
menghubungkan dan mengaplikasikan hasil tipe Jigsaw dapat diterima dan mendapat
belajar yang telah diperoleh sebelumnyadengan respon positif dari 35 orang siswa yang ada di
kenyataan yang ada di lingkungannya atau tidak. kelas X-6 SMA Negeri 2 Tanjung.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang Beberapa saran yang dapat penulis
diterapkan guru dapat menumbuhkan kekompakan kemukakan adalah sebagai berikut:
dari 35 siswa (100%) dalam kelompok untuk 1. Mengingat masih banyaknya kekurangan
memperoleh hasil belajar yang optimal, 32 siswa dalam hasil penelitian ini, kiranya perlu
(91,4%) menyatakan dalam pembelajaran dilakukan penelitian sejenis dengan tepat dan
kooperatif tipe Jigsaw, guru lebih bersifat sebagai dengan karakteristik berbeda serta dalam
pembimbing dalam pembelajaran, sementara 3 materi biologi lainnya yang lebih luas.
siswa (8,6%) lainnya menyatakan tidak tahu 2. Diharapkan guru dapat menggunakan model
apakah guru lebih bersifat sebagai pembimbing pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai
dalam pembelajaran atau tidak. alternarif pada pembelajaran dalam upaya
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw membuat meningkatkan kinerja guru dan hasil belajar
33 siswa (94,3%) merasa termotivasi untuk siswa pada sekolahnya.
bekerjasama dengan anggota/ kelompoknya dalam 3. Sekolah hendaknya bisa mendukung baik moril
mempelajari konsep jamur dan 2 siswa lainnya maupun materiil terhadap setiap kegiatan
(5,7%) menyatakan tidak tahu apakah merasa penelitian yang bertujuan untuk peningkatan
termotivasi atau tidak. hasil belajar siswa di sekolah.
Secara umum pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model DAFTAR RUJUKAN
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat Arikunto, S. (1997). Prosedur Penelitian suatu
diterima dan mendapat respon positif dari 35 Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka
orang siswa yang ada di kelas X-6 SMA Negeri 2 Cipta.
Tanjung. Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006).
Contoh/Model Rencana Pelaksanaan
78
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
79
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
80