OLEH:
Neza Ferti Malini 1826010064
Yori Destia Ulandari 1826010044
Yulita Purnama Sari 1826010078
Tika Oktavia 1826010031
DOSEN PENGAMPU
NS.Vellyza colin, S.Kep.MAN
Dengan Keridhoan dari tuhan yang Maha Esa yang sudah menjadi kekuatan kepada
kepada penulis untuk segerah menyelesaikan makala ini.Oleh karena itu tiada kata terindah
selain ucapan syukur yang tak terhingga karena telah menginspirasi penulis untuk dapat
membuat makalah yang berjudul “Eliminasi Salah Satu Kebutuhan Dasar Manusia”. Rasa syukur
penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena penulis telah mampu menyelesaikan
makala ini.
Tulisan makalah ini bertujuan untuk menerapkan tentang bahaynya Demam Eliminasi
adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Sehingga pentingnya masyarakat untuk menjaga
system eliminasi agar tetap sehat dan dijauhkan dari gangguan-gangguan system eliminasi.
Melalui kata pengantar ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen Ilmu Dasar
Keperawatan II yang telah membantu memberikan pengetahuan untuk menyelesaikan tugas
makalah ini semoga tuhan yang Maha Esa membalas kebaikan yang telah diberikan.
Dalam makalah ini tertulis berbagai informasi tentang Eliminasi sebagai kebutuhan dasar
manusia. Penulis berharap semoga penulisan makalah ini dapat mempermudah pengetahuan dan
bisa bermanfaat dalam masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ………………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ELIMINASI………………………………………………………….5
BAB III
A. KESIMPULAN………………………………………………………………………
B. SARAN ……………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu makhluk hidup, dikatakan sebagai makhluk hidup karena
dapat bernafas, berkembang biak, tumbuh, beradaptasi, memerlukan makanan dan mengeluarkan
metabolisme (eliminasi). Setiap kegiatan yang dilakukan tubuh dikarenakan peran masing –
masing organ.
Salah satu kegiatan tubuh dalam membuang sisa – sisa metabolisme adalah
mengeluarkan urine. Membuang urine dengan melalui eliminasi merupakan salah satu aktivitas
pokok yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Apabila eliminasi tidak dilakukan oleh tubuh,
maka akan terjadi ganggu an diantaranya : retensi urine (perubahan pola eliminasi urine),
enuresis, inkontinensia urine, dan lain-lain. Selain dapat menimbulkan gangguan – gangguan
yang disebutkan diatas, dapat juga menimbulkan dampak pada sistem organ lain seperti sistem
pencernaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Eliminasi.
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine atau feses.
Kebutuhan eliminasi dibagi menjadi dua yaitu; eliminasi urine dan eliminasi alvi (kebutuhan
buang air besar).
Eliminasi urine adalah kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan menentukan
kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
2.3.1 Ginjal
Ginjal merupakan organ retroperitoneal (dibelakang selaput perut) yang terdiri atas ginjal
sebelah kanan dan kiri tulang panggul. Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan volume
cairan dalam tubuh. Ginjal juga menyaring bagian dari darah untuk dibuang dalam bentuk urine
sebagai zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh. Bagian ginjal terdiri atas nefron yang
merupakan unit dari struktur ginjal yang berjumlah kurang lebih satu juta nefron. Melalui nefron,
urine disalurkan ke dalam bagian pelvis ginjal kemudian disalurkan melalui ureter menuju
kandung kemih.
2.3.2 Ureter
Ureter adalah suatu saluran moskuler berbentuk silider yang menghantarkan urine dari
ginjal menuju kandung kemih. Panjang ureter adalah sekitar 20 – 30 cm dengan diameter
maksimum sekitar 1,7 cm didekat kandung kemih dan berjalan dari hilus ginjal menuju kandung
kemih. Dinding ureter terdiri dari mukosa yang dilapisi oleh sel – sel transisional, otot
polossirkuler, dan longitudinal yang dapat melakukan kontraksi guna mengeluarkan urine
menuju kandung kemih.
2.3.3 Kandung Kemih
Kandung kemih merupakan sebuah kantong yang terdiri atas otot polos yang berfungsi
sebagai tempat penampungan air seni (urine). Di dalam kandung kemih, terdapat lapisan jaringan
otot yang memanjang ditengah dan melingkar disebut sebagai detrusor, dan berfungsi untuk
mengeluarkan urine. Pada dasar kandung kemih terdapat lapisan tengah jaringan otot yang
berbentuk lingkaran bagian dalam atau disebut sebagai otot lingkaran yang berfungsi menjaga
saluran antara kandung kemih keluar tubuh.
Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan motoris ke otot lingkar bagian
dalam diatur oleh system saraf simpatis. Akibat dari rangsangan ini, otot lingkar menjadi kendur
dan terjadi kontraksi sphinoter bagian dalam sehingga urine tetap tinggal di dalam kandung
kemih. System para simpatis menyalurkan rangsangan motoris kandung kemih dan rangsangan
penghalang ke bagian dalam otot lingkar. Rangsangan ini dapat menyebabkan terjadinya
kontraksi otot detrusor dan kendurnya shinoter.
2.3.4 Uretra
Uretra merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar. Saluran
perkemihan dilapisi membrane mukosa, dimulai dari meatus uretra hingga ginjal. Secara normal,
mikroorganisme tidak ada yang bias melewati uretra bagian bawah, namun membrane mukosa
ini pada keadaan patologis yang terus – menerus akan menjadikannya media baik untuk
pertumbuhan beberapa patogen.
Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urie yang dapat menimbulkan
rangsangan pada saraf – saraf di dinding vesika urinaria. Kemudian rangsangan tersebut
diteruskan melalui medulla spinalis ke pusat pengontrol berkemih yang terdapat di korteks
serebral. Selanjutnya, otak memberikan impuls melalui medula spinalis ke neuromotoris di
daerah sakral, kemudian terjadi kontraksi otot detrusor dan relaksasi otot sphincter internal.
Urine dilepaskan dari vesika urinaria, tetapi masih tertahan oleh spincter eksternal. Jika waktu
dan tempat memungkinkan, akan menyebabkan relaksasi spincter eksternal dan urine
dikeluarkan (berkemih).
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine
Jumlah dan tipe makanan merupakan factor utama yang mempengaruhi output urine
(jumlah urine). Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu,
minum kopi juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebakan urine banyak
tertahan di dalam vesika urinaria, sehingga mempengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah
pengeluaran urine.
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi. Hal ini
terkait dengan tersedianya fasilitas toilet.
Meningkatnya stress dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena
meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi
sphincter. Kemampuan tonus otot didapatkan dengan braktivitas. Hilangnya tonus otot vesika
urinaria dapat menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun.
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat mempengaruhi pola berkemih. Hal
tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki kesulitan untuk mengontrol buang air
kecil. Namun, kemampuan dalam mengontrol buang air kecil meningkat seiring dengan
pertambahan usia.
2.5.8 Sosiokultural
Tonus otot berperan penting dalam membantu proses berkemih adalah otot kandung
kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi sebagai
pengontrolan pengeluaran urine.
2.5.11 Pembedahan
2.5.12 Pengobatan
Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang mengalami gangguan
pada eliminasi urine karena obstruksi anatomis, kerusakan motorik sensorik, dan infeksi saluran
kemih. Perubahan pola eliminasi terdiri atas:
1. Frekuensi
2. Urgensi
Urgensi adalah perasaan seseorang yang takut mengalami inkontinensia jika tidak
berkemih. Pada umumnya, anak kecil memiliki kemampuan yang buruk dalam mengontrol
sphincter eksternal. Biasanya, perasaan segera ingin berkemih terjadi pada anak karena
kurangnya pengontrolan pada sphincter.
3. Disuria
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini sering ditemukan pada
penyakit infeksi saluran kemih, trauma, dan striktur uretra.
4. Poliuria
Poliuria merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, tanpa
adanya peningkatan asupan cairan. Biasanya, hal ini dapat ditemukan pada penyakit diabetes
mellitus dan penyakit ginjal kronis.
5. Urinaria Supresi
Urinaria supresi adalah berhentinya produksi urine secara mendadak. Secara normal,
urine diproduksi oleh ginjal pada kecepatan 60 – 120 ml/jam secara terus – menerus.
2.7 Penanggulangan Gangguan Eliminasi Urine
Mengingat tujuan pemeriksaan dengan bahan urine tersebut berbeda – beda maka dalam
pengambilan atau pengumpulan urine juga dibedakan sesuai dengan tujuannya. Cara
pengambilan urinetersebut antara lain ; pengambilan urine biasa, pengambilan urine steril, dan
pengumpulan selama 24 jam.
Pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine dengan menggunakan alat steril,
dilakukan dengan kateterisasi atau fungsi suprapubisyang bertujuan untuk mengetahui adanya
infeksi pada uretra, ginjal, atau saluran kemih lainnya.
Tindakan membantu pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri di kamar kecil
dilakukan dengan menggunakan alat penampung (urineal). Hal tersebut dilakukan untuk
menampung urine dan mengetahui kelainan dari urine (warna dan jumlah).
5. Melakukan Kateterisasi
Eliminasi alvi adalah proses pembuangan atau pengeluaran metabolism berupa feses yang
berasal dari saluran pencernaan yang melalui anus. Manusia dapat melakukan buang air besar
beberapa kali dalam satu hari atau satu kali. Tetapi bahkan dapat mengalami gangguan yaitu
hingga hanya beberapa kali saja dalam satu minggu atau dapat berkali – kali dalam satu hari,
biasanya gangguan – gangguan tersebut diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak benar dan jika
dibiarkan dapat menjadi maslah yang lebih besar.
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletah diantara
lambung dan usus besar. Bagian – bagian dari usus halus yaitu; duodenum (usus dua belas jari),
jejunum (usus kosong), ileum (usus penyerapan).
Usus dua belas jari adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan
menghubungkannya ke usus kosong dengan panjang antara 25 – 38 cm. bagian usus dua belas
jari merupakan bagian terpendek dari usus halus.
Usus kosong adalah bagian kedua dari usus halus, diantara usus dua belas jari dan usus
penyerapan. Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2 – 8 meter, 1 – 2 meter
adalah bagian usus kosong.
Usus penyerapan adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia
ini memiliki panjang sekitar 2 – 4 meter dan terletak setelah duodenum dan jejunum dan
dilanjutkan oleh usus buntu.
Usus besar adlah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini
adalah menyerap air dan feses. Bagian – bagian dari usus besar yaitu; kolon, rektum, dan anus.
1. Kolon
Rektum adalah organ terakhir dari usus besar. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan feses sementara.
3. Anus
Anus atau dubur adlah sebuah bukaan dari rektum ke lingkungan luar tubuh.
Defekasi merupakan proses pengosongan usus yang sering disebut buang air
besar.Terdapat dua pusat yang menguasai reflex untuk defekasi, yang terletak di medulla dan
sussum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sphincter anus bagian dalam
akan mengendur dan usus besar menguncup. Refleks defekasi dirangsang untuk buang air besar,
kemudian sphincter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap waktu
menguncup atau mengendur. Selam defekasi berbagai otot lain membantu prose situ, seperti otot
dinding perut, diafragma, dan otot – otot dasar pelvis.
Secara umum, terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi, yaitu refleks
defekasi intrinsik dan refleks defekasi parasimpatis. Refleks defekasi intrinsik dimulai dari
adanya zat sisa makanan (feses) di dalam rektum sehingga terjadi distensi kemudian flexus
mesenterikus merangsang gerakan peristaltik, dan akhirnya feses sampai di anus. Lalu pada saat
sphincter internal relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Sedangkan, refleks defekasi
parasintetis dimulai dari adanya proses dalam rektum yang merangsang saraf rektum, ke spinal
cord, dan merangsang ke kolon desenden, kemudian ke sigmoid, lalu ke rektum dengan gerakan
peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi sphincter internal, maka terjadilah proses defekasi saat
sphincter internal berelaksasi. Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulosa yang tidak
direncanakan dan zat makanan lainyang seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, berbagai macam
mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen empedu dan usus kecil.
2.11.1 Konstipasi
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko tinggi mengalami
statis usus besar sehingga mengalami eliminasi yang jarang atau keras, serta tinja yang keluar
terlalu kering dan keras.
2.11.2 Diare
Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami
pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus, mungkin ada rasa mual
dan muntah.
2.11.4 Kembung
Kembung merupakan keadaan penuh udara di dalam perut karena pengumpulan gas
berlebih di dalam lambung atau usus.
2.11.5 Hemorroid
Hemorrhoid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat
peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat disebabkan karena konstipasi, peregangan saat
defekasi dan lain – lain.
Fecal impaction merupakan massa feses karena dilipatkan rektum yang diakibatkan oleh
retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan. Penyebab fecal impaction adalah
asupan kurang, kurang aktivitas, diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot.
2.12.1 Usia
Setiap tahap perkembangan atau usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi
yang berbeda.
2.12.2 Diet
Diet pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses defekasi.
Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses percepatan defekasi dan
jumlah yang dikonsumsi dapat mempengaruhinya.
2.12.3 Asupan Cairan
Pemasukan cairan yang kurang ke dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras. Oleh
karena itu, proses absorpsi air yang kurang menyebabkan kesulitan proses defekasi.
2.12.4 Aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tinus otot
abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi.
2.12.5 Pengobatan
Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi, sperti penggunaan laksantif, atau
antasida yang terlalu sering.
Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat
pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat atau terbiasa melakukan buang air besar di
tempat bersih atau toilet, jika seseorang terbiasa buang air besar di tempat yang kotor, maka ia
akan mengalami kesulitan dalam proses defekasi.
2.12.8 Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan atau keingian untuk defekasi seperti
nyeri pada kasus hemorrhoid atau episiotomy.
Kerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat mempengaruhi proses defekasi karena
dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam melakukan defekasi.
Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan tindakan yang dilakukan untuk
mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan. Pemeriksaan tersebut yaitu pemeriksaan lengkap
dan pemeriksaan kultur (pembiakan).
2.13.2 Memberikan Huknah Rendah
Membantu pasien buang air besar dengan pispot ditempat tidur merupakan tindakan bagi
pasien yang tidak mampu buang air besar secara sendiri di kamar mandi.
Mengeluarkan feses dengan jari merupakan tindakan memasukkan jari ke dalam rektum
pasien untuk mengambil atau menghancurkan feses sekaligus mengeluarkannya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka adapun simpulan yang dapat penulis ambil yaitu sebagai
berikut: Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine
maupun alvi demi menjaga homeostasis tubuh.
Eliminasi urine merupakan kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan dalam
menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan manusia untuk
mempertahankan kesehatan tubuh. Adapun organ – organ yang berperan dalam proses eliminasi
urine diantaranya; ginjal, ureter, kandung kemih, uretra.
Eliminasi alvi merupakan proses pembuangan atau pengeluaran metabolism berupa feses yang
berasal dari saluran pencernaan. Adapun sistem tubuh yang berperan dalam proses eliminasi alvi
ini adalah sistem gastrointestinal yang meliputi usus halus dan usus besar.
Saran
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat atau pembaca, agar dapat
menjaga kesehatan organ eliminasi sehingga proses eliminasi di dalam tubuh manusia dapat
berjalan dengan baik dan seimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika.