Anda di halaman 1dari 5

UJIAN AKHIR SEMESTER METODE PENELITIAN DASAR II

PRESEPSI MAHASISWA TERHADAP E-LEARNING (KULIAH ONLINE)


SELAMA PANDEMI COVID-19

Oleh :
Cindi Clara Patrisia Potindingo
(17090000017)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
JULI 2020
PRESEPSI MAHASISWA TERHADAP E-LEARNING (KULIAH ONLINE)
SELAMA PANDEMI COVID-19

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Hampir seluruh dunia dibuat panik oleh virus Covid-19. hingga 11 Juni 2020 jumlah
kasus yang tercatat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2020, Coronavirus Disease
[Covid-19] Dashboard) adalah 7.273.958 dengan wilayah penyebaran termasuk Amerika
3.485.245, Eropa 2.339.145, Mediterania Timur 696.841, Asia Tenggara 407.414, Barat
Pasifik 194.470, dan Afrika 150.102. Karena penyebarannya yang luas, Covid-19
dinyatakan sebagai pandemi oleh World Health Organization pada 11 Maret 2020
(Organisasi Kesehatan Dunia [WHO], 2020, Timeline Covid-19, para. 20). Setiap negara
memiliki caranya sendiri untuk bertahan hidup di tengah pandemi ini.
Joko Widodo sebagai presiden republik Indonesia, mengumumkan kasus pertama
Covid-19 di Indonesia pada 2 Maret 2020 (Ihsanuddin, 2020, para. 2). Jumlah kasus terus
meningkat setiap hari, terutama di Jakarta. Hal ini diduga karena Jakarta adalah ibukota
negara. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan peraturan perundang-undangan Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 tentang karantina kesehatan yang merupakan upaya untuk
mencegah dan menangkal masuknya atau masuknya penyakit dan/atau faktor risiko
kesehatan masyarakat yang berpotensi menyebabkan keadaan darurat kesehatan masyarakat.
Brooks et al. (2020) menyatakan, "Karantina adalah pemisahan dan pembatasan
pergerakan orang yang berpotensi terkena penyakit menular untuk memastikan jika mereka
menjadi tidak sehat, sehingga mengurangi risiko mereka menulari orang lain" (hal. 912).
Karantina adalah pembatasan kegiatan dan /atau pemisahan seseorang yang terpapar
penyakit menular sebagaimana diatur dalam undang-undang meskipun ia tidak menunjukkan
gejala apa pun atau sedang dalam masa inkubasi, dan/atau pemisahan wadah, transportasi
peralatan, atau barang apa pun yang dicurigai terkontaminasi dari orang dan/atau barang
yang mengandung sumber penyebab penyakit atau sumber kontaminasi lain untuk mencegah
kemungkinan penyebaran ke orang dan/atau barang di sekitar mereka.
Ada empat jenis karantina menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2018 yaitu karantina rumah, karantina rumah sakit, karantina daerah, dan PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar). Pertama, karantina rumah adalah pembatasan pada
penghuni rumah yang diduga terinfeksi penyakit dan / atau terkontaminasi sedemikian rupa
untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi. Kedua, karantina
rumah sakit adalah pembatasan seseorang di rumah sakit yang diduga terinfeksi penyakit
dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran
penyakit atau kontaminasi. Ketiga, karantina regional adalah pembatasan populasi di suatu
daerah termasuk area masuk dan isinya yang diduga terinfeksi penyakit dan/ atau
terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau
kontaminasi. Terakhir, PSSB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) adalah pembatasan
kegiatan tertentu warga di daerah yang diduga terinfeksi penyakit dan / atau kontaminasi
sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi.
Peraturan PSBB ini membuat beberapa hal terjadi yakni; (1) kenyamanan di sekolah dan
tempat kerja; (2) pembatasan kegiatan keagamaan; dan/atau; (3) pembatasan kegiatan di
tempat atau fasilitas umum. Oleh karena itu, pemerintah mengimbau masyarakat untuk
menerapkan WFH (Work From Home). Untuk mendukung peraturan pemerintah,
Universitas Merdeka Malang mengeluarkan peraturan untuk e-learning. Jadi, e-learning
adalah metode yang paling cocok untuk digunakan saat bekerja dari rumah.
Menurut Hartley (2001), e-learning adalah jenis pengajaran dan pembelajaran yang
memungkinkan pengiriman bahan ajar kepada mahasiswa menggunakan Internet, Intranet
atau media jaringan komputer lainnya (dalam Indrakusuma & Putri, 2016, hal. 2). Ada tiga
penelitian sebelumnya yang membahas e-learning di era pandemi Covid-19. Pertama,
penelitian yang dilakukan oleh Zhafira, Ertika, dan Chairiyaton (2020) tentang persepsi
mahasiswa tentang kuliah online sebagai sarana pembelajaran selama periode karantina
Covid-19 di Universitas Teuku Umar, yang berfokus pada penggunaan media, gaya belajar,
dan jenis komunikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Whatsapp dan Google
Classroom adalah media pembelajaran online paling populer. Sedangkan pola komunikasi
yang paling disukai oleh mahasiswa adalah komunikasi dua arah (hal.37). Kedua, penelitian
yang dilakukan oleh Anhusadar (2020) dengan metode survei deskriptif tentang Persepsi
Mahasiswa PIAUD tentang Kuliah Online pada Periode Pandemi Covid-19. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa tentang kuliah online yang fokus
pada bentuk aplikasi yang digunakan dan faktor pendukung serta faktor penghambat dalam
kuliah online. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 91% mahasiswa yang menyukai
aplikasi Whatsapp. Dalam memahami materi 1 mahasiswa menjawab sangat dipahami, 23
mahasiswa menjawab dimengerti, 34 mahasiswa menjawab kadang-kadang mengerti, dan 4
mahasiswa menjawab tidak mengerti. Namun, secara keseluruhan, mahasiswa memilih
kuliah tatap muka daripada kuliah online (hal.44). Ketiga, jurnal penelitian yang
menggunakan metode cross-sectional deskriptif dengan judul "Persepsi mahasiswa tentang
E-learning selama Covid-19 di perguruan tinggi medis swasta" oleh Abbasi, Ayoob, Malik,
& Memon (2020). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 77% mahasiswa memiliki persepsi
negatif tentang e-learning dan 76% mahasiswa menggunakan perangkat mobile untuk e-
learning mereka (hal. 1).
Berdasarkan fenomena ini peneliti ingin mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa
terhadap penerapan e-learning. Persepsi yang dimaksud adalah interpretasi informasi
sensorik yang melibatkan kognisi tingkat tinggi (Robert, Maclin, & Maclin, 2007, hal. 75-
76). Persepsi ini akan membuat mahasiswa mampu memberikan umpan balik mengenai
penerapan e-learning di Universitas Merdeka Malang.
Fokus dari penelitian ini adalah pada 4 aspek e-learning termasuk interaktivitas, e-
moderasi, desain kursus, dan beban kerja. Alasan penelitian ini penting untuk dilakukan
adalah sebagai masukan bagi dosen dan perguruan tinggi di Universitas Merdeka Malang
tentang sistem e-learning. Sehingga e-learning dapat berkembang menjadi lebih baik dan
lebih efektif bagi mahasiswa. Selain itu, kita dapat mengetahui bagaimana presepsi
mahasiswa terkait dengan e-learning (pembelajaran online). Dengan demikian, peneliti
tertarik untuk meneliti tentang fenomena persepsi mahasiswa tentang e-learning selama
pandemi Covid-19.
B. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan


fenomenologi yang bertujuan mengetahui dan memahami lebih dalam tentang presepsi
mahasiswa terhadap e-learning (kuliah online) selama pandemi covid-19.

C. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah obervasi, wawancara, dan
dokumentasi.
D. SUBJEK (INFORMAN) PENELITIAN

Subjek (informan) penelitian adalah mahasiswa Universitas Merdeka Malang yang


mengikuti e-learning dan memiliki empat karakteristik yaitu mahasiswa yang tinggal di kos-
kosan, berasal dari luar Jawa, usia minimum 19 tahun, dan tidak mudik.
E. METODE ANALISIS DATA

Analisis dan interpretasi yang digunakan untuk mendapatkan temuan atau teori
disebut dengan penandaan/pengkodean (coding).
F. KATA KUNCI

Presepsi mahasiswa, E-learning, Pandemi Covid-19


G. DAFTAR PUSTAKA

Abbasi, S., Ayoob, T., Malik, A., Memon, I, S. (2020). Perceptions of students regarding E-
learning during Covid-19 at a private medical college, Pakistan Journal of Medical
Sciences, 36,1-5. https://doi.org/10.12669/pjms.36.COVID19-S4.2766
Anhusadar, L. (2020). Persepsi Mahasiswa PIAUD terhadap Kuliah Online di Masa Pandemi
Covid 19. : Journal of Islamic Early Childhood Education, 3(1), 44-58.
http://dx.doi.org/10.24014/kjiece.v3i1.9609
Brooks, K, S, et al. (2020). The psychological impact of quarantine and how to reduce it:
rapid review of the evidence. Rapid Review, 395, 912-920
Ihsanuddin. (2020, Juni, 11). Fakta Lengkap Kasus Pertama Virus Corona di Indonesia.
Kompas.com. Diambil dari https://nasional.Kompas.com/read /2020/03 /03/0
6314981/fakta-lengkap-kasus-pertama-virus-corona-di-indonesia?page=all
Indrakusuma, H, A., Putri, R, A. (2016). Teori dan Desain E-learning. STIKIP
PGRI:Tulungagung
Robert, L, S., Maclin, H, O., & Maclin, K, M. (2007). Psikologi Kognitif Edisi kedelapan.
Jakarta: ERLANGGA
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018.
https://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/175564/UU%20Nomor%206%20Tahun%202018.pdf

World Health Organization. (2020). Coronavirus Disease (Covid-19): Dashboard. Diambil


Juni 11, 2020, dari https://covid19.who.int/
World Health Organization. (2020). Covid-19: Timeline. Diambil Juni 25, 2020, dari
https://www.who.int/news-room/detail/27-04-2020-who-timeline---covid-19
Zhafira, H, N., Ertika, Y, E., & Chairiyaton. (2020). Persepsi Mahasiswa terhadap
Perkuliahan Daring sebagai Sarana Pembelajaran selama Masa Karantina Covid-19.
Jurnal Bisnis dan Kajian Strategi Manajemen, 4(1), 37-45. Diambil dari
http://jurnal.utu.ac.id/jbkan/article/download/1981/1454

Anda mungkin juga menyukai