B. PENGETIKAN
1. Jenis Huruf
Naskah diketik dengan huruf Times New Roman, ukuran 12. Huruf
miring digunakaan untuk keperluan tertentu, misalkan, kata asing yang
tidak diterjemahkan.
2. Jarak Baris
Naskah diketik dengan jarak 1,5 spasi.
3. Batas Tepi
Tepi atas : 4 cm
Tepi bawah : 3 cm
Tepi kiri : 4 cm
Tepi kanan : 3 cm
4. Pengisian Ruangan
Ruangan yang terdapat pada halaman naskah harus diisi penuh.
Artinya, pengetikan harus dari batas tepi kiri sampai batas tepi kanan,
dari atas ke bawah. Tidak dikehendaki terdapat ruangan kosong,
kecualai alinea baru, judul atau sub judul baru.
5. Alinea Baru
Alinea baru dimulai pada ketikan ke-5 (satu tab) dari batas tepi kiri.
C. PENOMORAN
Penomoran halaman menggunakan angka, dimulai dari kata pengantar
hingga daftar pustaka. Kata pengantar dan daftar isi menggunakan angka
romawi, mulai bab 1 hingga seterusnya menggunakan angka non-romawi
(1,2,3,dst…). Penomoran diletakkan pada center bagian bawah naskah.
D. BAHASA
Oleh:
Rezandy Dharmantaka (15090000034)
Annisa Bastia Sari (16090000061)
Aldenis Weo Seda (16090000019)
Vitya Nuraini Putri (17090000004)
Vena Puspita Maharani (17090000009)
Cindi Clara Patrisia Potindingo (17090000017)
Yosua Alberto Siagian (17090000029)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan berkat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun
laporan ini dengan baik dan mengumpulkan sesuai dengan ketentuan waktu.
Tujuan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode
eksperimen dan mencari tahu permasalahan terkait efektivitas pembelajaran E-
learning pada mata kuliah Metode Penelitian Dasar II melalui media zoom
terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada masa Pandemi Covid-19.
Harapan kami semoga laporan ini dapat memberi banyak manfaat bagi
pembaca
Penyusun
i
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................i
Daftar isi......................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang………………………………………………….……..1-2
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….3
C. Tujuan………………………………………………………………...3
D. Manfaat……………………………………………………..…… …3
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...…23-24
ii
iii
BAB.1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode penelitian dasar merupakan salah satu mata kuliah yang
penting di dalam proses pembelajaran. Hal ini karena mata kuliah ini
mempelajari tentang metode-metode penelitian dasar (basic research) disebut
juga penelitian murni (pure research) atau penelitian pokok (fundamental
research adalah penelitian yang diperuntukan bagi pengembangan suatu
ilmu pengetahuan serta diarahkan pada pengembangan teori-teori yang ada
atau menemukan teori baru. Ilmu metode penelitian dasar tentunya sejalan
dengan cabang ilmu psikologi. Karena, psikologi merupakan cabang ilmu
yang berkaitan dengan penelitian-penelitian, guna menunjang kemajuan
perkembangannya. Selain itu, mata kuliah tersebut memiliki banyak
kegunaan seperti memberikan sumbangan besar terhadap pengembangan
serta pengujian teori-teori yang akan mendasari penelitian terapan.
Penelitian dasar lebih diarahkan untuk mengetahui, menjelaskan, dan
memprediksikan fenomena-fenomena alam dan sosial. Hasil penelitian dasar
mungkin belum mapu mengatasi secara langsung masalah namun dapat
menajadikannya lebih baik (Dharma, 2008).
Seharusnya mahasiswa dapat memahami dan mempraktekan output
dari mata kuliah metode penelitian dasar dengan baik, sehingga dapat menjadi
bekal ilmu untuk masa depan nanti. Namun, kenyataannya pada mata kuliah
metode penelitian dasar II, model pembelajaran yang diterapkan adalah e-
learning atau kuliah daring (online). Hal ini tentu bukan sekedar disengaja,
melainkan karena kondisi pandemi Covid-19 yang mengharuskan semua
orang melakukan WFH (Work from Home).
Berdasarkan hasil dari website resmi Covid-19 Indonesia, hingga 13
Juli 2020, terdapat 76.981 orang yang positif, 36. 689 orang yang sembuh,
dan 3.656 orang yang meninggal (https://covid19.go.id/). Jumlah positif yang
terus meningkat di setiap harinya, membuat pemerintah mengeluarkan
kebijakan melalui peraturan undang-undang No. 6 tahun 2018 tentang
1
kekarantinaan kesehatan. Undang-undang ini berisi peraturan tentang WFH
(Work From Home) yaitu kebijakan kepada semua orang untuk melakukan
segala aktivitas mereka dirumah (terkecuali pekerjaan yang tidak dapat
bekerja dirumah). Hal ini tentunya berdampak pada pendidikan, salah satunya
seperti kampus di Indonesia. Akibatnya para dosen dan mahasiswa harus
menjalani perkuliahan secara online (e-learning). Meskipun, pemerintah
kembali mengeluarkan kebijakan tentang New Normal, tetapi pembelajaran
tetap dilakukan secara online.
Indrakusuma & Putri (2016) menyatakan, e-learning adalah singkatan
dari Electronic Learning, adalah cara baru pengajaran dan pembelajaran yang
menggunakan media elektronik khususnya internet sebagai sistem
pembelajaran (p. 2). E-learning sebenarnya merupakan metode pembelajaran
yang bisa dibilang baru di Indonesia. Oleh sebab itu, penerapan e-learning
yang mendadak pada sistem pendidikan membuat banyak pihak belum siap
untuk menjalani e-learning. Alhasil pengajar tidak dapat menyalurkan ilmu
dengan maksimal begitu juga mahasiswa, yang tidak dapat menyerap ilmu
dengan baik.
Berdasarkan fenomena ini, peneliti ingin meneliti terkait dengan
model pembelajaran e-learning dengan menggunakan media zoom. Karena,
merupaka video konferensi yang memungkinan penggunannya dapat
berinteraksi dengan tatap muka, meskipun berada di tempat yang berbeda.
Tentunya hal ini memberikan dampak yang baik pada proses pembelajaran.
Dosen dapat memberikan penjelasan dengan lebih mudah dan mahasiswa bisa
menanggapi secara spontan terkait materi pembelajaran. Diharapkan
penelitian ini memiliki dampak yang baik terhadap hasil belajar mahasiswa.
Sehingga, memberikan sumbangan referensi bagi lembaga pendidikan.
2
B. Rumusan masalah
Apakah pembelajaran E-learning pada mata kuliah Metode Penelitian
Dasar II melalui Media Zoom efektif terhadap Hasil belajar Mahasiswa pada
masa Pandemi Covid-19?
C. Tujuan penelitian
Mengetahui dan memahami Efektivitas Pembelajaran E-Learning
pada mata kuliah Metode Penelitian Dasar II melalui Media Zoom terhadap
Hasil Belajar Mahasiswa pada Masa Pandemi Covid-19.
D. Manfaat
1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah dan dapat
menambah khasanah bagi perkembangan ilmu psikologi khususnya
psikologi pendidikan mengenai Efektivitas pembelajaran e-learning
melalui Media Zoom pada mata kuliah Metode Penelitian Dasar II
terhadap Hasil Belajar Mahasiswa di masa Pandemi Covid-19.
2. Praktis
- Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat memberikan informasi tentang Efektivitas
pembelajaran e-learning melalui Media Zoom pada mata kuliah
Metode Penelitian Dasar II terhadap Hasil Belajar Mahasiswa di masa
Pandemi Covid-19.
- Bagi Penelitian Selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat dan menjadi
referensi untuk penelitian selanjutnya, dengan memberi masukan
mengenai Efektivitas pembelajaran e-learning melalui Media Zoom
pada mata kuliah Metode Penelitian Dasar II terhadap Hasil Belajar
Mahasiswa di masa Pandemi Covid-19.
3
BAB. II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian E-Learning
Indrakusuma & Putri (2016) menyatakan, e-learning adalah
singkatan dari Electronic Learning, adalah cara baru pengajaran dan
pembelajaran yang menggunakan media elektronik khususnya internet
sebagai sistem pembelajaran (p. 2). Ellis (2004), Benson (2002), dan Clark
(2002) menyatakan, “Keyakinan bahwa e-learning tidak hanya mencakup
konten dan metode pengajaran yang disampaikan melalui CD-ROM,
Internet atau Intranet, tetapi juga mencakup audio dan rekaman video,
siaran satelit dan TV interaktif ”(seperti dikutip dari Moore, Deane, &
Galyen, 2011, hlm. 130). Veerasamy (2010) menyatakan, "istilah e-
learning mencakup lebih dari pembelajaran online, pembelajaran virtual,
pembelajaran terdistribusi, pembelajaran berbasis jaringan atau berbasis
web" (hal. 364).
2. Jenis-jenis e-learning
a. Pembelajaran Berbasis Web (Web-Based Learning)
Pembelajaran berbasis web adalah "sistem pembelajaran jarak jauh
berbasis teknologi informasi dan komunikasi dengan antarmuka web"
(Munir, 2009: 231). Dalam pembelajaran berbasis web, siswa
melakukan kegiatan pembelajaran online melalui situs web. Mereka
juga dapat berkomunikasi dengan teman atau pelajar melalui fasilitas
yang disediakan oleh situs web.
b. Pembelajaran Berbasis Komputer
Pembelajaran berbasis komputer dapat didefinisikan sebagai kegiatan
belajar mandiri yang dapat dilakukan oleh siswa menggunakan sistem
komputer. Rusman (2009: 49) mengemukakan bahwa pembelajaran
berbasis komputer adalah, "... program pembelajaran yang digunakan
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat lunak
4
komputer yang berisi judul, tujuan, bahan pembelajaran, dan evaluasi
pembelajaran."
c. Pendidikan Virtual
Berdasarkan definisi dari Kurbel (2001), istilah pendidikan virtual
mengacu pada kegiatan belajar yang terjadi di lingkungan belajar di
mana peserta didik dan siswa dipisahkan oleh jarak dan waktu.
Pembelajar menyediakan materi pembelajaran melalui penggunaan
beberapa metode seperti aplikasi LMS, materi multimedia,
penggunaan internet, atau konferensi video. Siswa menerima materi
pembelajaran ini dan berkomunikasi dengan peserta didik dengan
memanfaatkan teknologi yang sama (dalam Indrakusuma & Putri,
2016)
d. Kolaborasi Digital
Kolaborasi digital adalah kegiatan di mana siswa dari berbagai
kelompok (kelas, sekolah atau bahkan negara bekerja) bersama dalam
suatu proyek / tugas, sambil berbagi ide dan informasi dengan
penggunaan teknologi internet semaksimal mungkin.
3. Aspek-aspek e-learning
Ada empat aspek dari e-learning menurut Ellis, Ginns & Piggott (2009),
seperti:
1. Interaktivitas
Definisi interaktivitas dalam literatur pendidikan tinggi termasuk
yang merujuk pada tindakan dan aktivitas di antara orang-orang dan
yang merujuk pada tindakan dan / atau aktivitas antara siswa dan
komputer / program. Dalam penelitian ini, kami menyebut interaksi
sebagai aktivitas dan tindakan di antara siswa dalam proses
pembelajaran, yaitu interaksi siswa-siswa. Interaksi antara siswa dan
guru dipandang sebagai bagian dari konsep e-teaching dan
moderating.
2. Pendekatan untuk e-moderasi
5
Dalam penelitian ini, konsep e-moderasi diperluas untuk mencakup
komunikasi online antara siswa dan guru yang tidak harus menjadi
bagian dari diskusi terstruktur dalam kelompok kecil. Ini termasuk
umpan balik online dari guru tentang kegiatan kelas atau karya tulis
yang disampaikan, serta komunikasi online untuk membuat siswa
mendapat informasi tentang hal-hal yang relevan dengan
pembelajaran mereka. Dalam studi ini, kami menyebut semua
kegiatan ini sebagai e-teaching.
3. Masalah yang terkait dengan desain kursus
Konsep desain dalam penelitian ini berfokus pada hubungan antara
konteks tatap muka dan online dari pengalaman belajar siswa dan
bagaimana desain materi dan aktivitas online membantu siswa untuk
belajar dan memahami seluruh pengalaman.
4. Kesadaran beban kerja
Dalam penelitian ini, beban kerja dikonseptualisasikan sebagai
jumlah pekerjaan online tambahan untuk pekerjaan yang diharapkan
dilakukan siswa di kelas.
4. Manfaat e-learning
1. Efisiensi Biaya
E-learning tersebut memberi efisiensi biaya bagi administrasi
penyelenggarannya, efisiensi penyediaan sarana serta juga fasilitas
fisik untuk dapat belajar serta juga efisiensi biaya bagi pembelajar
ialah biaya transportasi serta akomodasi.
2. Fleksibel
E-learning tersebut memberi fleksibilitas didalam memilih waktu
serta juga tempat untuk dapat mengakses perjalanan.
3. Belajar Mandiri
6
E-learning tersebut memberi kesempatan bagi pembelajar dengan
secara mandiri memegang seluruh kendali atas keberhasilan dalam
proses belajar
7
menawarkan kesempatan belajar untuk jumlah pelajar maksimum
tanpa perlu banyak bangunan.
e. E-learning selalu mempertimbangkan perbedaan peserta didik
individu. Beberapa peserta didik, misalnya lebih suka berkonsentrasi
pada bagian-bagian tertentu dari kursus, sementara yang lain siap
untuk meninjau keseluruhan kursus.
f. E-learning membantu mengkompensasi kelangkaan staf akademik,
termasuk instruktur atau guru serta fasilitator, teknisi laboratorium,
dll.
g. Penggunaan e-learning memungkinkan mondar-mandir sendiri.
Misalnya cara asinkron memungkinkan setiap siswa untuk belajar
dengan kecepatan dan kecepatannya sendiri baik lambat atau cepat.
Menurut Arkorful & Abaidoo (2014), ada delapan kelemahan dari e-
learning seperti:
a. Sebuah. E-learning sebagai metode pendidikan membuat peserta
didik mengalami kontemplasi, keterpencilan, serta kurangnya
interaksi atau relasi. Karena itu diperlukan inspirasi yang sangat kuat
serta keterampilan untuk mengelola waktu untuk mengurangi efek
tersebut.
b. Sehubungan dengan klarifikasi, penawaran penjelasan, serta
interpretasi, metode e-learning mungkin kurang efektif daripada
metode pembelajaran tradisional. Proses pembelajaran jauh lebih
mudah dengan penggunaan pertemuan tatap muka dengan instruktur
atau guru.
c. Ketika datang ke peningkatan keterampilan komunikasi peserta
didik, e-learning sebagai metode mungkin memiliki efek negatif.
Para pembelajar. Meskipun mungkin memiliki pengetahuan yang
sangat baik di bidang akademik, mereka mungkin tidak memiliki
keterampilan yang dibutuhkan untuk memberikan pengetahuan yang
mereka peroleh kepada orang lain.
d. Karena tes untuk penilaian dalam e-learning mungkin dilakukan
dengan menggunakan proksi, itu akan sulit, jika bukan tidak
8
mungkin untuk mengendalikan atau mengatur kegiatan buruk seperti
selingkuh.
e. E-learning mungkin juga disesatkan oleh pembajakan dan
plagiarisme, yang cenderung oleh keterampilan seleksi yang tidak
memadai, serta kemudahan menyalin dan menempel.
f. E-learning juga dapat memperburuk peran sosialisasi peran lembaga
dan juga peran instruktur sebagai direktur proses pendidikan.
g. Juga tidak semua bidang atau disiplin dapat menggunakan teknik e-
learning dalam pendidikan. Misalnya bidang murni ilmiah yang
mencakup praktis tidak dapat dipelajari dengan benar melalui e-
learning. Para peneliti berpendapat bahwa e-learning lebih sesuai
dalam ilmu sosial dan humaniora daripada bidang-bidang seperti
ilmu kedokteran dan farmasi, di mana ada kebutuhan untuk
mengembangkan keterampilan praktis.
h. E-learning juga dapat menyebabkan kemacetan atau penggunaan
berat beberapa situs web.
6. Pengertian aplikasi zoom
Zoom merupakan aplikasi komunikasi dengan menggunakan video.
Aplikasi tersebut dapat digunakan dalam berbagai perangkat seluler,
desktop, hingga telepon dan sistem ruang. Pada umumnya, para pengguna
menggunakan aplikasi ini untuk melakukan meeting hingga konferensi
video dan audio. Aplikasi yang berkantor pusat di San Jose, California,
Amerika Serikat ini didirikan sejak 2011 lalu dan digunakan oleh berbagai
organisasi dan perusahaan untuk mengakomodir para karyawan dari jarak
jauh.
9
7. Pengertian hasil belajar
10
2014). Mahasiswa mempunyai peranan penting dalam mewujudkan cita-
cita pembangunan nasional.
Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi baik di
universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di
perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa. Terdaftar sebagai
mahasiswa di sebuah Perguruan Tinggi hanyalah syarat administratif
menjadi mahasiswa, tetapi menjadi mahasiswa mengandung pengertian
yang lebih luas dari sekedar masalah administratif itu sendiri.
kemahasiswaan, berasal dari sub kata mahasiswa. sedangkan mahasiswa
terbagi lagi menjadi dua suku kata yaitu maha dan siswa. maha artinya
“ter” dan siswa artinya “pelajar” jadi secara pengartian mahasiswa artinya
terpelajar. maksudnya bahwa seorang mahasiswa tidak hanya mempelajari
bidang yang ia pelajari tapi juga mengaplikasikan serta mampu
menginovasi dan berkreatifitas tinggi dalam bidang tersebut.
Menurut Sarwono, mahasiswa adalah setiap orang yang secara
terdaftar untuk mengikuti pelajaran disebuah perguruan tinggi dengan
batasan umur sekitar 18 – 30 tahun. Mahasiswa merupakan suatu
kelompok dalam masyarakat yang memperolehstatusnya, karena adanya
ikatan dengan suatu perguruan tinggi.
B. Definisi Operasional
Berikut Definisi Operasional Variabel penelitian
1. Efektivitas Pembelajaran E-learning
Efektivitas adalah suatu tindakan untuk menyelesaikan pekerjaan
seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai
dengan tepat guna dimana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu
sehingga mencapai tujuan yang diharapkan dengan maksimal. Efektivitas
dalam penelitian ini dikaitkan dengan efisiensi pembelajaran e-learning
yang dapat digunakan sebagaimana mestinya. Efektivitas Pembelajaran
dalam penerapan metode dapat diukur dengan menghitung ukuran efek
yaitu menghitung berapa persen sumbangan perlakuan yang kita berikan
terhadap skor pada kelompok eksperimen.
11
2. Hasil Belajar
Hasil Belajar dapat diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki
mahasiswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar siswa
dijaring melalui metode pengumpulan data observasi. Perkembangan atau
peningkatannya dapat diukur dengan alat tes.
C. Penelitian Relevan
Dalam beberapa penelitian E-Learning menggunakan Zoom yang
dilakukan oleh peneliti, di antaranya ialah Brahma (2020), yang berjudul
“Penggunaan Zoom Sebagai Pembelajaran Berbasis Online Dalam Mata
Kuliah Sosiologi dan Antropologi Pada Mahasiswa PPKN di STKIP
Kusumanegara Jakarta” dalam penelitian ini penggunaan zoom dilakukan
pada mahasiswa prodi PPKN untuk mata kuliah Sosiologi dan Antropologi
semester 4 dari bulan Maret- April 2020 pembelajaran online jarak jauh
menjadikan pembelajaran lebih efektif. Hasil dari penelitian ini ialah bahwa
1) Zoom merupakan suatu aplikasi yang menjadi alternatif media yang mana
membantu dosen serta mahasisswa dalam menjalankan perkuliahan jarak
dengan melakukan video konferensi yang dijadikan sarana berkomunikasi
dalam pembelajaran secara online., 2) Dengan Zoom keamanan rekaman
proses meeting lebih terjaga, 3) Proses pembelajaran menggunakan Zoom
lebih diminati mahasisswa dan membuat mahasiswa lebih interaktif karena
media pembelajaran online yang digunakan sangat inovatif dan efektif sesuai
dengan perkembangan zaman. Dari hasi penelitian ini, terlihat bahwa
guru/dosen serta murud/mahasisswa sangat bergantungpada jaringan internet,
karena ketika jaringan terputus atau tidak lancar maka akan menghambat
proses pembelajaran tersebut. Dalam penelitian ini pun terdapat kekurangan
dari Zoom itu sendiri seperti 45 menit sesi pertama pengguna harus sign in
lagi untuk join berlanjut ke sesi berikutnya dan di menit 15-20 ketika
partisipan belum memenuhi room maka partisipan akan mengalami hambatan
dalam pembelajaran dengan kendala seperti audio yang tidak jelas, visual dan
koneksi jaringan yang lambat. Namun setelah semuanya telah masukdan siap
maka Zoom akan berjalan dengan efektif.
12
Penelitian lainnya ialah yang di lakukan oleh Amany & Desire (2019)
yang penelitiannnya berjudul ” Pembelajaran Interaktif berbasis Gamifikasi
guna Mendukung Program WFH pada saat Pandemik COVID-19”. Adanya
penelitian ini berdasarkan keluhan yang diberikan oleh murid/mahasisswa
yang mana merasa bosan karena proses pembelajran yang monoton, yang
mana berakibat kurangnya minat belajar pada murid/mahasisswa itu sendiri.
Hasil dari penelitian ini adalah pembelajaran online yang dilakukan dengan
penerapan agamifikasi Rahardja et al. (2019) pada pembelajaran jarak jauh
terutama pada saat COVID-19 ini merupakan inovasi dalam variasi kegiatan
belajar mengajar. Penerapan gamifikasi membuat kegiatan belajar mengajar
lebih menyenangkan dan interaktif, para murid/mahasiswa akan lebih
menyukai karena melalui Penerapan elemen gamifikasi seperti fitur
dashboard interaktif Rahardja et al. (2018), pemberian point, level dan
challenge serta adanya reward dapat meningkatkan pola pikir logis dan
memacu untuk meningkatkan daya saing yang positif dalam pembelajaran.
Penelitian lain yang membahas tentang keefektifitas daring atau
disebut dengan Work From Home (WFH) ialah penelitian yang diteliti oleh
Yensy (2020), yang berjudul “Efektifitas Pembelajaran Statistika Matematika
melalui Media Whatsapp Group Ditinjau dari Hasil Belajar Mahasiswa (Masa
Pandemik Covid 19)”. Hasil dari penelitian ini memperliatkan bahwa
perkuliahan Mata Kuliah Statistika Matematika di Program Studi Pendidikan
Matematika Jurusan PMIPA FKIP Universitas Bengkulu dengan
menggunakan media WhatsApp Group cukup efektif jika dilihat dari hasil
belajar mahasiswa. Hasil belajar mahasiswa setelah perkuliahan dengan
menggunakan WA Group lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar
mahasiswa sebelum perkuliahan dengan menggunakan WA Group.
Pembelajaran mengunakan WA Group Juga mempunyai kelebihan dan
kekurangan seperti applikasi Zoom serta aplikasi lainnya.
Dari beberapa hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa model
pembelajaran tatap muka dalam kelas bersama guru/dosen dengan
murid/mahasiswa yang di gantikan dengan pembelajaran daring atau disebut
dengan Work From Home (WFH) efektif dan terlihat mendapatkan respon
13
positif dari guru/dosen serta murid/mahasiswa, khususnya model
pembelajaran jarak jauh menggunakan media Zoom. Karena itu dapat
dijadikan sebagai pendukung dalam penelitian ini, dimana akan dilihat
apakah keefektifan daring atau disebut dengan Work From Home (WFH)
menggunakan media Zoom akan efektif seperti beberapa penelitian
sebelumnya.
D. Kerangka Berpikir
Ada berbagai keluhan yang diberikan murid/mahasisswa maupun
tenaga pendidik mengenai dampak dari Covid-19 terhadap proses
pembelajaran yang biasanya terjadi dalam kelas atau lingkungan sekolah serta
kampus di gantikan dengan pembelajaran daring atau disebut dengan Work
From Home (WFH). Pembelajaran online jarak jauh merupakan salah satu
solusi yang dibutuhkan oleh tenaga pendidik dan mahasiswa di masa pandemi
Covid-19 yang terjadi pada februari 2020. Ada berbagai banyak media
aplikasi yang mendukung jalannya daring untuk digunakan, namun dalam hal
ini media yang di gunakan dalam penelitian ini ialah Zoom.
Penggunaan media dalam pembelajaran jarak jauh yang dilakukan
secara online atau Daring mempunyai peranan yang penting, yakni harus
dipilih sebaik mungkin agar kemampuan dalam menciptakan minat belajar
para murid/mahasisswa yang efektif serta membantu murid/mahasiswa dalam
memahami materi pelajaran yang dipelajarinya.“ hal ini disebabkan
kemampuan daya serap manusia yang tertinggi adalah melalui penglihatan
sebesar 82% dan pendengaran sbesar 11%.” (Daryanto, 2011, h. 13), karena
itu media yang digunakan ialah Zoom yang mana sangat cocok diterapkan
dalam proses pembelajaran online.
Jadi, melalui media Zoom dijadikan pembelajaran online jarak jauh
menjadikan pembelajaran lebih efektif. Hal ini karena Zoom menyediakan
video konfrensi yang dapat dijangkau oleh seluruh partisipan atau
murid/mahasiswa dan guru/dosen. Selain itu, rekaman video pun terjaga
keamanannya dan memiliki fiturchatting sehingga jika ada yang mendapatkan
pendengaran dengan baik pada saat video konferensi maka dapat berbicara
14
melalui chattin. Walaupun pada setiap aplikasi memiliki kekurangan daln
kelenihannya masing-masing.
Dari uraian diatas dapat ditarik suatu kerangka berpikir seperti dibawah
ini:
Gambar.0,1
Kerangka Pemikiran
Hasil Belajar
Pretest
Postest
Quasi Eksperimen
Kelompok Kelompok
Eksperimen Kontrol
15
E. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2011), Hipotesis yakni adalah jawaban yang
masih bersifat sementara terhadap rumusan masalah penelitian, yang mana
rumusan masalah penelitian sudah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.
Hipotesis maka dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori. Menurut Kerlinger (1973), Hipotesis yakni adalah
pernyataan dugaan hubungan antara 2 variabel bahkan lebih. Selain itu,
Hipotesis juga merupakan pernyataan yang masih lemah tingkat kebenaran
yang masih perlu diuji dengan menggunakan teknik atau penelitian tertentu.
Jadi, Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara terhadap
masalah yang masih bersifat praduga atau dugaan sementara karena masih
perlu dibuktikan kebenarannya. Maka, dalam penelitian ini hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini ialah “Bagaimana Efektivitas Pembelajaran E-
Learning pada Mata Kuliah Metode Penelitian Dasar II melalui Media Zoom
Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Pada Masa Pandemi Covid-19?”.
BAB. III.
METODE PENELITIAN
16
mempunyai jumlah jam dan fasilitas kampus yang sama; serta c) materi
yang diajarkan sama.
E. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011) Dalam penentuan sampel
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 teknik pengambilan
sampel yaitu purposive sampling yakni pengambilan sampel dengan
menetukan kriteria-kriteria tertentu. Subjek yang diambil adalah
mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2017 Universitas Merdeka
Malang yang mengambil mata kuliah Metode Penelitian Dasar II dan
mengikuti E-Learning (pembelajaran secara online). Serta, teknik
random sampling yaitu pengambilan sampel yang memberikan
kesempatan sama kepada anggota populasi untuk menjadi sampel
penelitian (Sugiyono, 2011).
17
awal dan tes akhir. Menurut Sugiyono (2011) adapun bentuk desain dalam
model ini adalah sebagai berikut.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016:38).
Sesuai dengan judul penelitian yang dipilih penulis yaitu Efektivitas
Pembelajaran E-Learning Pada Mata Kuliah Metode Penelitian Dasar II
Melalui media zoom terhadap keberhasilan belajar Mahasiswa pada Masa
Pandemi Covid-19. Maka penulis mengelompokan variabel yang digunakan
dalam penelitian menjadi variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).
- Variabel bebas (X)
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus , predictor ,
abdecedent. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas.
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. (Sugiyono, 2016 :
39). Dalam penelitian ini variabel bebas “Efektivitas Pembelajaran E-
learning Pada mata Kuliah Metode Penelitian Dasar II melalui media
zoom”
- Variabel terikat (Y)
18
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat,karena adanya variabel bebas (Sugiyono,2016 :39). Dalam
Penelitian ini variabel terikat “Hasil Belajar”
D. Metode Pengumpulan Data
1) Observasi
Rahayu & Ardani (2004) menyatakan tentang definisi observasi:
Pengamatan istilah berasal dari bahasa Latin yang berarti
"melihat" dan "memperhatikan". Istilah pengamatan
diarahkan untuk mengamati kegiatan secara akurat,
mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan
hubungan antar aspek hubungan. Observasi berarti
pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang
suatu masalah, sehingga suatu pemahaman atau sebagai
sarana pengecekan ulang atau pembuktian informasi /
informasi yang diperoleh sebelumnya (hal. 1-2).
19
peningkatan aktivitas mahasiswa dapat diukur. Supaya
pengamatan lebih valid, maka peneliti menggunakan alat bantu
yaitu kamera untuk merekam kejadian yang kompleks selama
pembelajaran.
2) Wawancara
Pada penelitian, wawancara dapat berfungsi sebagai
metode primer, pelengkap atau sebagai kriterium (Hadi, 1992).
Sebagai metode primer, data yang diperoleh dari wawancara
merupakan data yang utama guna menjawab pemasalahan
penelitian (dalam Rahayu & Ardani, 2004) Sebagai metode
pelengkap, wawancara berfungsi sebagai sebagai pelengkap
metode lainnya yang digunakan untuk mengumpulkan data pada
suatu penelitian. Sebagai kriterium, wawancara digunakan untuk
menguji kebenaran dan kemantapan data yang diperoleh dengan
metode lain.
3) Catatan Lapangan
Sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian
adalah catatan lapangan (field notes) yang dibuat oleh peneliti
yang melakukan pengamatan atau observasi, (Wiriaatmadja,
2008:125). Kekayaan data dalam catatan lapangan ini , yang
memuat secara deskriptif berbagai kegiatan, suasana kelas, dan
berbagai bentuk interaksi sosial. Catatan lapangan dalam
penelitian ini digunakan untuk mengetahui keadaan lapangan
ketika dilakukan pembelajaran metode penelitian dasar II
menggunakan model pembelajaran model pembelajaran E-
learning melalui media zoom.
4) Tes
Menurut Poerwanti, dkk, (2008:5) tes merupakan
seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan
yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat
pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang
dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran. Metode tes
20
dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar
metode penelitian dasar II dengan menggunakan model
pembelajaran E-learning melalui media zoom.
E. Prosedur penelitian
Penelitian yang kami lakukan ini meliputi tiga tahap, yakni seperti
tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian dan tahap akhir
penelitian yang dapat dirinci sebagai berikut :
1) Tahap Persiapan Penelitian
a) Studi pendahuluan
- Melakukan studi literatur dengan mencari berbagai jurnal dan
buku yang relevan mengenai model pembelajaran E-Learning
yang akan digunakan.
- Analisis sumber-sumber jurnal tentang E-Learning (pembelajaran
sistem online atau daring). Hal ini dilakukan untuk mengetahui
proses dan tingkat keefektifan dari pelaksanaan E-Learning
tersebut.
b) Konsultasi dengan pihak terkait mengenai waktu penelitian, populasi
dan sampel yang akan dijadikan subyek penelitian.
c) Penyusunan pertanyaan/pernyataan seputar mata kuliah Metode
Penelitian Dasar II.
d) Pembuatan instrumen penelitian yaitu berupa tes dan lembar observasi
yang digunakan untuk mengukur keterlaksanaan model yang
digunakan.
e) Melakukan uji coba instrumen tes.
f) Menganalisis hasil uji coba instrumen penelitian untuk mengetahui
layak atau tidaknya soal tersebut digunakan sebagai instrumen
penelitian.
21
b) Memberikan perlakuan yaitu dimana kelompok A diberi pembelajaran
E-Learning melalui media zoom dan kelompok B yang mengikuti
perkuliahan seperti biasa (kuliah E-Learning).
c) Memberikan tes akhir berupa post test untuk mengukur keefektifan
pembelajaran dengan sistem E-Learning pada mata kuliah Metode
Penelitian Dasar II setelah diberi perlakuan.
22
- Statistik Uji Dengan bantuan SPSS 21 menggunakan uji 1-Sample
K-S.
- Kriteria
H0 Keputusan ditolak jika nilai signifikansi kurang dari 0,05
Daftar Pustaka
Arkorful, V., Abaidoo, N. (2014). The role of e-learning, the advantages and
disadvantages. International Journal of Education and Research, 2(12),
397-410
Aqib, Zainal. Dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widia
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Apridasar, E. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Mahasiswa Dalam Mata Kuliah Bidang Akuntansi. Dewantara, 2, 230-240
Amany, D., Desire, A. (2019). Pembelajaran Interaktif berbasis Gamifikasi guna
Mendukung Program WFH pada saat Pandemik COVID-19.
Brahma, A, I. (2020). Penggunaan Zoom Sebagai Pembelajaran Berbasis Online
Dalam Mata Kuliah Sosiologi dan Antropologi Pada Mahasiswa PPKN di
STKIP Kusumanegara Jakarta. Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal
AKSARA. 6(2), 97-102. http://dx.doi.org/10.37905/aksara.6.2.97-102.2020
23
Covid-19 Indonesia. Informasi terkait covid-19 di Indonesia. Diakses 14 Juli 2020
dari https://covid19.go.id/
Dewi, Rosmala. 2009. Profesionalisasi Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas.
Medan: Pasca Sarjana Unimed
Dimyati & Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri, dkk. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta
Dharma, Surya. 2008. Pendekatan, Jenis, dan Metode Penelitian Pendidikan.
Jakarta: Dirjen PMPTK.
Ellis, A, R., Ginns, P., & Piggott, L. (2009). E‐learning in higher education: some
key aspects and their relationship to approaches to study. Higher
Education Research & Development, 28(3). 303-318.
https://doi.org/10.1080/07294360902839909
Indrakusuma, H, A., Putri, R, A. (2016). Teori dan Desain E-learning. STIKIP
PGRI:Tulungagung
Moore, L, J., Deane, D, C., & Galyen, K. (2011). E-learning, Online learning,
distance learning environments: Are the they same?, Internet and Higher
Education, 14, 129-135. doi:10.1016/j.iheduc.2010.10.001
Munir. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh: Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Bandung: CV. Alvabeta.Pranoto, Alvini.dkk. 2009.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Surakarta: Pustaka Belajar.
Rusman. 2009. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran Bagi
Guru. Bandung: UPI.
Ramyulis. 2005. Penerapan Metode Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Saifuddin, S, M. (2017). E-LEARNING DALAM PERSEPSI MAHASISWA,
Varia Pendidikan, 29(2) , 102-109
Sagala, Saiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
PT Alfabet Pendidikan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018.
https://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/175564/UU%20Nomor
%206%20Tahun%202018.pdf
24
Veerasamy, D, B. (2010). The Overall Aspects of E-Leaning Issues,
Developments, Opportunities and Challenges. International Journal of
Information and Communication Engineering, 4(3), 364-367
Wulan, N, A, D., Abdullah, M, S. (2014). PROKRASTINASI AKADEMIK
DALAM PENYELESAIAN SKRIPSI. Jurnal Sosio-Humaniora , 5(1), 55-
74
Yensy, A, N. (2020). Efektifitas Pembelajaran Statistika Matematika melalui
Media Whatsapp Group Ditinjau dari Hasil Belajar Mahasiswa (Masa
Pandemik Covid 19). Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia. 5(2), 65-74
Zoom video communications, wikipedia bahasa indonesia. Diakses 13 juli 2020
dari https://id.wikipedia.org/wiki/Zoom_Video_Communications
25