Anda di halaman 1dari 21

i

KOLABORASI MEDIA PEPISONG DAN MODEL NHT INTERAKTIF


UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
DALAM PEMBELAJARAN PERANG DUNIA II KELAS IX-3
DI SMP 2 KOTA CIREBON

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Pada Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon

SHOFIYATUN NUFUS
NIM. 2008104004

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2023 M
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang3
B. Identifikasi Masalah
C. Focus Masalah3
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN TEORI
A. kajian Teori
1. Hakikat Peta Pikiran Kosong (Mind
Map/pepisong).............................6
2. Hakikat Model NHT Interaktif..............................................................7
3. Hakikat Hasil
Belajar ............................................................................8
B. Penelitian Yang Relevan10
BAB III METODE PENELITIAN11
A. Jenis Penelitian11
B. Setting Penelitian11
C. Prosedur Siklus Penelitian11
D. Teknik Pengumpulan Data15
E. Analisis Data16
F. Indicator Keberhasilan18
DAFTAR PUSTAKA. 19

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diujikan di ujian Sekolah pada setiap akhir tahun pelajaran yang juga ikut
menentukan predikat kelulusan setiap siswa SMP, karena dari pelajaran IPS
tersebut diharapkan siswa mampu meningkatkan kepekaan terhadap masalah-
masalah sosial disekitarnya serta mampu menerapkan ilmu yang mereka dapat
dalam kehidupan mereka sehari-hari sehingga penguasaan terhadap materi
pelajaran IPS perlu mendapat perhatian khusus. Salah satu materi ajar yang perlu
mendapat perhatian khusus itu adalah pada bab perang dunia II yang konten
materinya begitu banyak jalinan cerita yang bersifat kronologis serta bersifat
berurut.
Untuk itulah diperlukan inovasi pembelajaran yang dapat diterapkan untuk
mendorong terciptanya pembelajaran IPS dalam hal ini materi perang dunia II
yang berkualitas yang berangkat dari pendekatan pembelajaran yang berpusat
kepada siswa. Atas dasar semua itu, perlu adanya upaya-upaya agar segala
hambatan yang selama ini berlaku dapat segera diatasi. Upaya-upaya yang
mampu mengkondisikan seluruh siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran.
Salah satu cara agar pembelajaran IPS dapat berlangsung dalam suasana
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) berbasis TIK adalah
pemanfaatan software Mindjet MindManager Pro 7 untuk menyusun media
PEPISONG yang merupakan singkatan dari peta pikiran yang masih kosong
sebagai bentuk kegiatan integrasi teknologi dalam pembelajaran yang didukung
model pembelajaran berkelompok Number Head Together (NHT) interaktif
dengan yang memanfaatkan software SmartNotebook 10.7. Strategi ini disinyalir
akan lebih mampu meningkatkan aktivitas sekaligus hasil belajar siswa.
Berdasarkan studi awal, Permasalahan yang terjadi pada kondisi siswa di
pembelajaran IPS materi perang dunia II seringkali didominasi oleh kegiatan
menulis, mencatat, mendengarkan guru menerangkan, membaca buku. Semua
itu adalah aktivitas yang dilakukan oleh otak kiri saja sehingga siswa sering

1
2

merasa bosan untuk belajar dan kurang memiliki inisiatif untuk aktif secara
individu maupun berkelompok.
Problem lainnya juga nampak pada sebuah momen pembelajaran
seringkali jika guru memanggil siswa untuk tampil di depan kelas pemandangan
yang terjadi nyaris selalu ada dua kondisi yang muncul yaitu ada siswa yang
dengan mudah dipanggil maju ke depan kelas, sebaliknya banyak siswa yang
selalu sulit untuk memberanikan diri tampil ke depan kelas. Hal lain lagi yang
sering terlihat para siswa kurang terkondisi dalam keadaan bahwa tiap individu
siswa memiliki peluang yang sama untuk dilibatkan secara aktif, seharusnya
tidak melulu para siswa yang pandai saja yang aktif tetapi siswa lainnya pun
dapat berperan lebih aktif dari biasanya. Untuk itu perlu dipikirkan model
pembelajaran yang memungkinkan semua siswa aktif seperti beberapa model
pengelompokkan yang telah banyak kita kenal.
Model pembelajaran yang didominasi oleh guru melalui ceramah-
ceramahnya menyampaikan sejumlah informasi/materi pelajaran yang sudah
disusun secara sistematis mengkondisikan siswa dalam tingkat partisipasi yang
rendah serta siswa sering berada dalam situasi “tertekan” yang berakibat pada
tidak optimalnya pemusatan perhatian pada kemampuan yang harus dikuasainya
menjadi rendah termasuk juga aktivitas belajar yang kurang menantang siswa
untuk melakukan kerja yang maksimal. Dan kalau hal ini terus berlanjut maka
tujuan pengajaran IPS yang telah disampaikan di atas tidak dapat tercapai.
Pembelajaran IPS oleh guru juga, seringkali dikemas dengan cara yang
konvensional atau tradisional yang selalu melaksanakan rutinitas. Sehingga,
cenderung mengendapkan kreativitas serta seperti menutup mata terhadap
perkembangan IPTEK. Sebenarnya memberi kemudahan dalam konteks
penyampaian materi pelajaran, namun semua itu seperti terabaikan begitu saja.
Dalam hal ini media pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang menarik
minat para siswa.
Berdasarkan uraian diatas, perlu diadakan penelitian tindakan kelas untuk
membuktikan bahwa melalui kolaborasi pemanfaatan media Pepisong dan
pengelompokkan model Number Heads Together (NHT) interaktif dalam
3

pembelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas sekaligus hasil belajar siswa,


khususnya pada materi Perang Dunia II di kelas IX-3 SMP 2 Kota Cirebon.
Maka peneliti tertarik melakukan sebuah penelitian, yang berjudul KOLABORASI
MEDIA PEPISONG DAN MODEL NHT INTERAKTIF UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARAN PERANG DUNIA II KELAS IX-3 DI SMP 2 KOTA
CIREBON
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menemukan identifikasi permasalah
yang terjadi pada kondisi saat ini, diantaranya:
1. Pembelajaran IPS didominasi oleh aktivitas otak kiri saja.
2. Rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS.
3. Partisipasi siswa di pembelajaran IPS masih sangat kurang.
4. Hasil belajar siswa kurang optimal.
5. Guru belum kreatif dan cenderung mempertahankan tradisi mengajar
konvensional serta cenderung mengabaikan integrasi teknologi dalam
pembelajaran.

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk menerapkan media pepisong dan NHT interaktif agar
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
perang dunia II di kelas IX-3 SMP 2 Kota Cirebon?
2. Seperti apakah cara yang dilakukan dalam penerapan melalui media
pepisong dan NHT interaktif dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran perang dunia II di kelas IX-3 SMP 2
Kota Cirebon?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Latar Belakang di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan
sebagai berikut:
4

1) Untuk Mengetahui bentuk penerapan media Pepisong dan NHT secara


Interaktif untuk dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di
kelas IX-3 SMP 2 Kota Cirebon
2) Untuk mengetahui cara yang dilakukan dalam penerapan media Pepisong
dan NHT secara Interaktif untuk dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa di kelas IX-3 SMP 2 Kota Cirebon
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan di bidang pendidikan khususnya
dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di pembelajaran IPS.
Penelitian ini juga berguna :
1. Bagi Penulis
Merupakan alat untuk mengembangkan diri sebagai guru yang
professional
2. Bagi Siswa
 Meningkatnya aktivitas siswa dalam pembelajarn IPS
 Meningkatnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS.
 Meningkatnya partisipasi siswa dalam pembelajarn IPS.
 Optimalnya potensi otak kanan dan kiri para siswa.
3. Bagi Guru
 Guru mampu mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran.
 Guru lebih kreatif dalam mengelola pembelajaran IPS.
 Dapat menjadi bahan acuan dalam menyusun rencana dan
melaksanakan pembelajaran dengan media dan model pengelompokkan
yang tepat.
4. Bagi Sekolah
 Merupakan sumbangsih bagi pengembangan praktek pembelajaran yang
inovatif di SMP Negeri 14 Depok.
 Memotivasi sekolah untuk lebih meningkatkan layanan terhadap
peningkatan mutu para guru di SMP.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Teori
1. Hakikat Peta Pikiran Kosong (Mind Map/pepisong)
Konsep Mind Map ala Tony Buzan sedikit banyak membutuhkan
kemampuan dan waktu untuk menggambar. Dan usaha ini tentunya akan
memakan waktu yang tidak sedikit. Namun, dengan aplikasi ini kita tidak
perlu khawatir akan hambatan ini sehingga kita dapat bekerja dengan
kreatif namun dengan waktu yang relatif singkat. Sehingga dapat
dikatakan bahwa Minjet MindManager Pro 7 adalah Sebuah
aplikasi software yang memberi kemudahan dalam hal pembuatan peta
pikiran sehingga peta pikiran yang dihasilkan mampu memudahkan guru
untuk meringkas materi ajar secara efektif dan efisien termasuk dalam hal
penyampaian materi ajar sedangkan siswa dapat menyerap materi
pelajaran IPS dengan lebih antusias sekaligus mampu memanjakan
kesukaan otak siswa yang cenderung menyukai bentuk (simbol) dan
warna.
a. Konsep Mind Map Tony Buzan
Dalam bukunya “How to Mind Map” Tony Buzan
mengungkapkan bagaimana cara otak bekerja. Yakni dengan
menggunakan gambar-gambar dengan jaring-jaring penghubungnya.
Otak terpicu oleh sebuah kata yang kemudian memunculkan imajinasi
berupa gambar. Jaringan informasi yang dilengkapi dengan gambar
inilah yang merupakan Mind Map alami yang dirancang oleh otak
ketika kita terpicu oleh sebuah kata atau ide. Dengan membuat sistem
kerja seperti ini maka kita telah memulai mengembangkan
kemampuan berpikir kita dengan cara yang luar biasa.
Mind map juga merupakan cerminan dari kemampuan dan proses
berpikir alami otak yang sarat dengan gambar. Dengan cara
mengungkapkan ide seperti ini, kita melatih otak untuk berpikir secara
teratur dan seimbang dengan menggunakan fungsi otak kiri dan kanan.

5
6

Mind Map seperti halnya peta jalan yang memberi ringkasan atas
sesuatu ide yang luas, mengumpulkan data dan informasi di suatu
tempat, menyajikannya dalam bentuk yang menyenangkan untuk
dilihat, dibaca dan tentu saja diingat.
b. Konsep Peta Pikiran (Mind Map) Sutanto Windura, BLI
Menurut sutanto Windura konsepmind map dijelaskan dalam
berikut ini:
1) Pengertian
Mind Map adalah salah satu sistem how to learn yang
paling penting dan harus didapatkan paling pertama oleh siswa
jika mau menggunakan otaknya secara efektif dan efisien dalam
belajar. Penggunaan Mind Map akan menyebabkan proses belajar
yang menyenangkan dan mendorong siswa untuk mandiri belajar
serta sukses dalam prestasi akademiknya.
Mind Map adalah suatu teknis grafis yang memunginkan
kita untuk mengeksplorasi seluruh kemampuan kita untuk
berpikir dan belajar. Mind map prinsip kerjanya sudah melibatkan
kedua belah otak secara aktif dan sinergis sehingga pembelajaran
pasti terasa menyenangkan. Penggunaan gambar dan illustrasi
dalam belajar akan mengaktifkan otak kanan siswa, dan
menyeimbangkan dengan otak kirinya. Mind Map banyak
menggunakan gambar yang dapat mengaktifkan otak kanan
(OKA) dan warna yang menyenangkan otak.
Pusat Mind Map ada di tengah-tengah kertas agar menarik
perhatian mata dan otak kita. Sesuatu yang menarik mata dan otak
kita pasti akan menyebabkan kita mudah untuk fokus. Cara
kerja Mind Map tidak lain adalah sama dengan apa yang terjadi
pada sel otak, yaitu memancar dari satu titik ke titik lainnya.
2) Hukum Mind Map
Adapun hukum Mind Map yaitu :
7

a) Pusat Mind map harus berupa gambar, dan terletak ditengah-


tengah kertas.
b) Cabang utama Mind Map memancar langsung dari pusat Mind
Map ke segala arah. Gunakan warna yang berbeda untuk
cabang yang berbeda.
c) Panjang cabang sesuai dengan panjang kata kunci di atasnya.
d) Kata yang ditulis di atas cabang berupa kata kunci dan
diusahakan hanya satu kata.
e) Tambahkan gambar dan warna sebanyak mungkin dalam Mind
Map.
f) Gunakan garis lengkung untuk tiap cabang.

Jadi dapat disimpulkan, peneliti memaknai yang dimaksud dengan


peta pikiran kosong/mind map adalah sebuah media belajar siswa
berupa mind map atau peta pikiran yang disediakan oleh guru namun
isinya belum ada atau kosong sehingga siswalah yang nantinya akan
mengisi peta pikiran tersebut sesuai dengan pancaran pikiran masing-
masing siswa atau kelompok

2. Hakikat Model NHT Interaktif


Pada saat Guru ingin melihat siswa yang sulit diaktifkan termasuk
siswa paling pendiam pun berani tampil ke depan kelas maka ada teknik
yang dapat dijadikan alternatif bagi para guru yaitu melalui
pemanfaatan Random Tools for Students yang merupakan bagian dari
software SmartNotebook 10.7 (software layar sentuh) dan
dikombinasikan oleh Model Pembelajaran Number Heads Together
(NHT Interaktif/ NHT Digital).
SmartNotebook 10.7 merupakan sebuah aplikasi yang diperuntukkan
bagi penyusunan media pembelajaran interaktif berbasis layar sentuh yang
dikembangkan oleh Smart Technologies Inc. dari Kanada. Ada banyak
fitur-fitur menarik yang dapat para guru kembangkan dari aplikasi
SmartNotebook 10.7 ini, salah satu yang menarik menurut penulis setelah
8

penulis mempraktekkan langsung di kelas bersama siswa yaitu Random


Tools for Students.
Random Tools for Students adalah fitur yang diperuntukkan agar guru
dapat memilih siswa mana atau kelompok berapa yang harus tampil ke
depan kelas. Cara memilihnya guru tidak lagi mengucapkan secara lisan
tapi menggunakan Random Tools yang dapat mencari sendiri secara acak
siswa mana yang terpilih. Dari beberapa kali penulis lakukan di kelas,
hampir tiap kelas seluruh siswanya dengan sukarela mau untuk tampil
termasuk para siswa yang pendiam atau kurang aktif akan secar sukarela
dan senang hati maju ke depan kelas untuk beraktivitas mengikuti
pembelajaran.
Random Tools for Students tadi akan sangat “powerfull’ jika
dikombinasikan dengan Model Pengelompokkan Number Heads Together
(NHT) yang ditemukan oleh Spencer Kagan tahun 1992. Model
pembelajaran ini mengkondisikan seluruh siswa menjadi beberapa
kelompok kecil dimana tiap anggota kelompok memiliki nomor urut
masing-masing yang juga menjadi kode panggil. Cara pemilihan anggota
kelompoknya pun diupayakan heterogen dari sisi kemampuan siswanya
sehingga distribusi ilmunya akan terjalin dengan baik serta lebih merata.
Dalam konteks ini, penulis mengembangkan model NHT tadi dengan
menyusunnya menggunakan software SmartNotebook 10.7 terutama dengan
fitur Random Tools for Students sehingga NHT yang terbetuk menjadi lebih
interaktif lagi.

3. Hakikat Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS


SMP
a. Hakikat Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap,
pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna
menunjang proses belajar mengajar da memperoleh manfaat dari
kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa, yaitu meningkatnya
9

jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang
bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang saling
berinteraksi membahas materi pembelajaran. Metode belajar mengajar
yang bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa
siswa lebih berperan dan lebih terbuka serta sensitive dalam kegiatan
belajar mengajar.
Indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari: pertama, mayoritas
siswa beraktivitas dalam pembelajaran; kedua, aktivitas pembelajaran
didominasi oleh kegiatan siswa; ketiga, mayoritas siswa mampu
mengerjakan tugas yang diberikan guru
b. Hakikat Hasil Belajar
Menurut Samuel Soeitoe hasil belajar merupakan perubahan
mental pada diri pelajar atau modifikasi kecenderunganya. Perubahan
yang dimaksud, baik perubahan kognitif, afektif maupun psikomotor.
Perubahan-perubahan yang terjadi itu akan berinteraksi, artinya saling
mempengaruhi satu sama lain dank an tergambar pada diri siswa.
Sehingga, Lily Budiarjo mengutip pengertian hasil belajar yang
dikemukakan Bentley dalam buku The Bussines of Training (1991)
bahwa hasil belajar siswa ditandai oleh dua proses yaitu proses
menemukan dan proses menerima. Sedangkan S. Nasution menyatakan
bahwa hasil belajar merupakan suatu perubahan pada individu yang
belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk
kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar.
Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau
suatu proses untuk menentukan nilai sesuatu. Sesuai dengan pendapat
tersebut maka evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu tindakan
untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunai pendidikan atau yang
ada hubungannya dengan dunia pendidikan. Penilaian terhadap kemajuan
dan hasil belajar siswa harus dilakukan secara berkesinambungan dan
seobyektif mungkin. Menilai kemajuan siswa dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar mempunyai tujuan ganda, yaitu untuk mengetahui
10

tingkat keberhasilan dan kesulitan yang dialami siswa dalam menguasai


materi pelajaran dan untuk mengetahui relevansi antara tujuan, materi,
metode dan sasaran penyelenggaraan program pembelajaran.
Berdasarkan tujuan tersebut siswa dan guru memerlukan umpan balik
(feedback) atas upaya yang mereka lakukan sehingga siswa mengetahui
hasil belajarnya dan guru juga mengetahui keefektifan strategi
pengajaran. Dalam penelitian tindakan kelas ini yang dimaksud dengan
penilaian adalah nilai tes di setiap akhir pembelajaran maupun ulangan
harian siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan sosial (IPS) materi
Perang Dunia II.
Maka dapat disimpulkan, hasil belajar siswa merupakan hasil yang
dicapai setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) pada satu
mata pelajaran untuk jangka waktu tertentu dan dapat diketahui dari hasil
penilaian belajar (evaluasi). Evaluasi sebagai salah satu komponen pada
sistem instruksional yang tak terpisahkan dalam KBM.

B. Kajian Penelitian yang Relevan


Peneliti menggunakan hasil penelitian dari Moh Rowi (2004) tentang
hubungan antara penggunaan media pembelajaran dengan motivasi belajar IPS
Sejarah kelas VII SMP Sidomukti kota Salatiga tahun ajaran 2020/2021, yang
disimpulkan bahwa dengan kemampuan penggunaan media pembelajaran
dalam proses belajar megaja guru mampu meningkatkan konsentrasi siswa.
Sehingga, tujuan khusus dapat dicapai dan dampak dalam penggunaan media
pembelajaran tesebut siswa dapat memberikan perhatian baik terhadap
pelajaran
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Menurut nana syaodih ukmadinata, penelitian tindakan adalah sesuatu
pencarian secara sistematik yang dilaksanakan para pelaksanaan
programdalam kegiatan sendiri dan mengumpulkan data tentang pelaksanaan
kegiatan, keberhasilan dan hambatan yang dihadapi untuk kemudian
menyusun rencana dan melakukan kegiatan penyempurnaan (2006:14).
Sehingga, penelitian tindakan kelas menurut penelti merupakan peneletian
yang dilakukan oleh guru di dalam kelas melalui suatu refleksi diri, dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru.
Berdasarkan pengertian penelitian ini maka desain penelitian yang
peneliti gunakan ialah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan alat
peraga guna meningkatkan hasilaktivitas dan hasil belajar siswa.

B. Setting Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IX-3 SMPN 2
Kota Cirebon untuk mata pelajaran IPS materi Perang Dunia II
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada awal semester ganjil tahun pelajaran
2023/2024, yaitu bulan November 2023 sampai dengan Januari 2024.

C. Prosedur Siklus Penelitian


Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu
suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai
aksi atau tindakan yang dilakukan oleh guru, mulai dari perencanaan sampai
dengan penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupaya
kegiatan belajar mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang
dilakukan (Depdiknas, 2004:9) Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat
tahap (Arikunto dkk. 2009:16), yaitu:

11
12

1. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini disusun mencakup semua langkah
tindakan secara rinci mulai dari pembuatan RPP, rencana pembelajaran
mingguan (RKM), selanjutnya dibuat rencana pembelajaran harian (RKH)
sesuai tema / bidang pengembangan yang diajarkan, menyimpan media
pengajaran, penyimpulkan lembar observasi untuk anak dan observasi guru.
2. Pelaksanaan tindakan
Tahap ini merupakan tahap implementasi (pelaksanaan) dari semua
rencana yang dibuat. Langkah-langkah yang telah dilakukan adalah hasil
realisasi dari perencanaan yang dibuat dan disiapkan sebelumnya, dalam
pelaksanaan pembelajaran ini dibagi tiga tahap kegiatan yaitu: kegiatan
awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir, yang bertujuan untuk meningkatkan
efektivitas perkembangan.
3. Observasi dan Evaluasi
Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan kelas. Observasi ini dilakukan dalam rangka mengumpul data
peningkatan kemampuan sains anak, dengan metode eksperimen. Dalam
melaksanakan observasi dan evaluasi ini peneliti dibantu dan bekerjasama
dengan guru dan pengamat dari luar (teman sejawat atau pakar).
4. Refleksi dan Evaluasi
Pada tahap ini dilakukan refleksi sekaligus analisis terhadap data-
datayang telah diperoleh selama pembelajaran dan observasi, kemudian
direfleksikan untuk melibatkan kelebihan dan kekurangan pembelajaran
yang udah dilaksanakan. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langka
selanjutnya atau membuat rencana tindakan sehingga dapat ditarik suatu
kesimpulan.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti menguraikan kembali prosedur
penelitian ini dalam 2 siklus, diantaranya:
13

Prosedur Siklus I
1. Tahap perencanaan
Pada tahapan perencanaan ini peneliti menyusun rencana tindakan
dan rencana penelitian yang hendak dilaksanakan dalam proses
pembelajaran. Kegiatan perencanaan tersebut diantaranya:
a. Mempersiapkan silabus yang akan digunakan.
b. Menetapkan materi yang akan diajarkan.
c. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
d. Mempersiapkan media atau alat yang akan digunakan untuk
pembelajaran.
e. Menyusun dan mempersiapkan lembar pengamatan/observasi untuk
aktivitas pendidik dan peserta didik.
f. Membuat soal tes evaluasi peserta didik sebagai alat evaluasi
untuk mengetahui hasil belajar peserta didik.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan yaitu penerapan isi rancangan pada penelitian
ini dimulai dari cara:
a. Mengkondisikan ruangan belajar bagi peserta didik
b. Pendidik menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai
c. Melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran Pepisong dan NHT, tahap kegiatannya mengikuti urutan
kegiatan yang terdapat dalam RPP
d. Membentuk kelompok untuk mengetahui hasil aktifitas siswa
e. Melakukan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa
3. Tahap Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah seluruh
kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan juga peserta didik dalam proses
pembelajaran. Dalam penelitian ini hasil pengamatan kemudian
didiskusikan dengan pengamat yang bertujuan untuk memberikan
pendapat mengenai proses dan hasil pembelajaran yang sedang
14

berlangsung, memberi kritikan dan penjelasan masalah-masalah yang


dihadapi.

4. Tahap Refleksi
Kegiatan refleksi mencakup kegiatan analisis dan interprestasi atas
informasi/hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Artinya peneliti
dan pengamat mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil tindakan
baik terhadap proses maupun terhadap hasil belajar peserta didik
berdasarkan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Tahap ini dilakukan
terhadap proses pembelajaran pada siklus pertama dan menjadi
pertimbangan pada siklus kedua.

Prosedur Siklus II
Dalam siklus II seperti halnya siklus I dengan catatan sudah direvisi yang
terdiri dari:
1. Tahap Perencanaan
Pada tahapan perencanaan ini peneliti menyusun rencana tindakan dan
rencana penelitian yang hendak dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
Kegiatan perencanaan tersebut diantaranya:
a. Menetapkan materi yang akan diajarkan.
b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
c. Mempersiapkan media atau alat yang akan digunakan untuk
pembelajaran.
d. Menyusun dan mempersiapkan lembar pengamatan/observasi untuk
aktivitas pendidik dan peserta didik.
e. Menyusun alat evaluasi atau tes.
2. Tahap Pelaksanaan
Peneliti melaksanakan kegiatan belajar berdasarkan hasil refleksi
prosedur siklus I.
3. Tahap Pengamatan
15

Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah seluruh


kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan juga peserta didik dalam proses
pembelajaran. Dalam penelitian ini hasil pengamatan kemudian
didiskusikan dengan pengamat yang bertujuan untuk memberikan pendapat
mengenai proses dan hasil pembelajaran yang sedang berlangsung, memberi
kritikan dan penjelasan masalah-masalah yang dihadapi.
4. Tahap Refleksi
Bila dalam PTK terdapat lebih dari satu siklus, maka siklus kedua dan
seterusnya merupakan putaran ulang dari tahapan selanjutnya. Hanya saja
antara siklus pertama, kedua dan selanjutnya selalu mengalami perbaikan
setahap demi setahap

D. Teknik dan alat Pengumpulan Data


Peneliti melakukan pengumpulan data melalui tes, observasi,
wawancara dan diskusi guru. Berikut merupakan penjelasan yang dilakukan
peneliti dalam teknik pengumpulan data:
1. Observasi
Merupakan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian,
salah satu instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi adalah
pedoman observasi yang diadakan oleh peneliti. Pedoman observasi
dalam penelitian kualitatif berupa garis-garis besar atau butir-butir umum
kegiatan yang akan diobservasi. Rincian dari aspekaspek yang
diobservasi dikembangkan dilapangan dalam proses pelaksanaan
observasi. Hal ini, dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang
aktivitas siswa dalam PBM dan implementasi media pepisong dan model
NHT interaktif
2. Wawancara
Berisi tentang uraian penelitian yang biasanya dituangkn dalam
bentuk daftar pertanyaan agar proses wawancara dapat berjalan dengan
baik, isi pertanyaan mencakup fakta, data, pengetahuan, konsep,
pendapat, persepsi atau evaluasi responden berkenaan dengan fokus
16

masalah atau variabel yang dikaji dalam penelitian

3. Dokumentasi
Menurut wayan Suwendra (2018:10) menyebutkan dokumentasi
merupakan data-data yang diambil berupa kata-kata, ambar, dan bukan
angka. Dengan demikan, laporan penelitian ini akan berisi naskah
wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi dan dokumen
resmi. Sehingga dengan hal ini peneliti menggunakan teknik ini untuk
mengumpulkan data secara tertulis yang bersifat dokumen yang
dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung merupakan data
sekunder
4. Alat
berupa butir soal tes dan lembaran pengamatan.

F. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data kualitatif. Menurut Miles dan Huberman (1984) yang termasuk ke dalam
analisis kualitatif adalah data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan
rangkaian angka. Data itu telah dikumpulkan dalam aneka macam cara
(observasi, wawancara, dan intisari dokumen) dan yang biasanya diproses
kirakira sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan,
penyuntingan, atau alih-tulis), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-
kata, yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas. Dalam teknik
penyusunan analisis data terdapat tiga alur kegiatan yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi. (Sugiyono, 2014:246)
Penjelasan untuk ketiga alur kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat ditarik
17

kesimpulan-kesimpulan finalnya dan diverifikasi (Miles & Huberman,


2007: 16). Melalui reduksi data, data kualitatif dapat disederhanakan dan
ditransformasikan dalam aneka cara seperti melalui seleksi ketat, melalui
ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang
lebih luas, dan sebagainya. Terkadang dapat juga mengubah data ke dalam
angka atau peringkat dengan kata-kata untuk menguraikan angka atau
peringkat tersebut.
2. Penyajian data
Penyajian merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan
(Miles & Huberman, 2007: 17). Lebih lanjut, melalui penyajian data dapat
dipahami apa yang sedang terjadi untuk selanjutnya dilakukan analisis atau
pengambilan tindakan atas pemahaman dari penyajian data tersebut.
Penyajian data ada empat jenis yaitu matriks, grafik, jaringan, dan bagan.
Semuanya dirancang untuk menggabungkan informasi yang tersusun
menjadi bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga seorang
penganalisis dapat melihat apa yang terjadi untuk menarik kesimpulan.
3. Penarikan kesimpulan/ verifikasi
Kegiatan analisis yang ketiga merupakan menarik kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan yang muncul tergantung pada besarnya kumpulan-
kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya, penyimpanan, metode
pencarian ulang yang digunakan, dan kecakapan peneliti (Miles &
Huberman, 2007: 19). Kesimpulan-kesimpulan yang ada juga diverifikasi
selama penelitian berlangsung. Verifikasi ini seperti pemikiran kembali
dan tinjauan ulang terhadap catatancatatan lapangan dari penganalisis
ataupun tukar pikiran di antara teman sejawat sebagai upaya untuk
menguji kebenaran, kekokohan, dan kecocokan data yang merupakan
validitas. Reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/
verifikasi sebagai sesuatu yang saling berhubungan pada saat sebelum,
selama, dan sesudah pengumpulan data yang dilakukan untuk membangun
wawasan umum disebut sebagai analisis. Seorang peneliti harus aktif
18

bergerak selama pengumpulan data, bolak-balik di antara reduksi,


penyajian, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi. Reduksi menjurus ke
arah gagasan-gagasan baru guna dimasukkan ke dalam matriks (penyajian
data). Setelah matriks terisi, dapat ditarik kesimpulan awal.
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan
siklus penelitian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik
persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran.
1. Hasil belajar: dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan harian yang
kemudian dibuat dalam persentase ketuntasan belajar para siswa.
2. Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar IPS: dengan menganalisis
tingkat keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar IPS.

F. Indikator Keberhasilan
Siswa dikatakan tuntas belajar jika pada saat ujian mendapatkan nilai
diatas 70 berdasarkan SKM dan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
belajar berkisar pada 75%. Lalu, kemampuan aktifitas belajar dikatakan
berhasil jika semua aspek yang diamati meliputi pengimplementasian visual
activities, drawing actovities, motor activitties, emetional activities yang
meningkat dari siklus I ke siklus II. Sedangkan peningkatan dikatakan
berhasil ketika tiap-tiap aspek berada pada kategori cukup, sehingga ketika
aktifitas belajar siswa telah memenuhi indikator maka siklus penelitian dapat
dihentikan.
19

DAFTAR PUSTAKA
Buzan, Tony. 2002. Gunakan Kepala Anda. Jakarta: Delapratasa Publishing.

Enterprise, Jubilee. 2008. Seni Berpikir Cerdas dengan Mind Manager 7. Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo.

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Manurung, M. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Gramedia.

Mulyasa, E. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja


Rosda Karya.

Nardi. (2011). Pembelajaran Number Head Together, (Online).


Tersedia: http://nardishome.blogspot.com/2011/04/pembelajaran-
numbered-head-together-nht.html. (18 April 2011).

Nurkancana, Wawan dan Sumatana, PPN. 1983. Evaluasi Pendidikan. Surabaya:


Usaha Nasional.

Purwanto, M. Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda


Karya.

Ridwan, Sa’adah. 2002. Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru. Bandung:Basic


Education Project.

Waluyo. 2008. Bse: Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Depdiknas.

Windura, Sutanto. 2008. Mind Map Langkah Demi Langkah. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.

Yuanita, Eva. (2011). Model Pembelajaran Number Heads Together, (Online).


Tersedia: http://rumahdesakoe.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-
numbered-heads.html. (3 Mei 2011).

Anda mungkin juga menyukai