Anda di halaman 1dari 3

MEREKA ALASANKU SEMANGAT

Ssssssssssstt…………. Suasana hening terasa di halaman sekolahku. Setelah semua


anak didik mulai memasuki kelasnya masing – masing setelah kami berbaris dan bernyanyi
bersama di halaman sekolah. Selasa pagi, saat itu kegiatan kami bernyanyi. Anak didikku
bernyanyi penuh semangat dengan cuaca yang begitu cerah. Keheninganpun begitu terasa.
Setelah kami menyelesaikan aktifitas pagi itu. Semangatkupun bertambah tuk memulai
tugasku mengajar anak didikku.

Hari ini jadwalku mengajar di kelas 5C. Aku memulai menapakkan kakiku
menelusuri jalan menuju kelas. Aku disambut dengan suasana yang tenang dan disiplin.
Mmmmmm ….. ini memang kelas favoritku. Setelah mereka mengganti baju olahraga,
mereka langsung duduk yang rapi dan berdoa membaca juz ama. Begitu tertibnya anak
didikku. Akupun mulai mengabsen anak didikku satu persatu. Di urutan tengah nomor absen,
aku terhenti sesaat menatap satu anak didikku. Aku memanggilnya kedepan. Alfin namanya,
“ alfin, mana baju olah raga mu nak,?”. Diapun tertunduk takut, lalu aku mengulangi
pertanyaan yang sama. Dengan terbata – bata , alfin mulai menjawab. “Maaf buk, saya lupa
memasukkannya ke dalam tas”. Aku menarik nafas panjang menahan emosi. Dan
melanjutkan menyelesaikan absen.

Sambil berfikir, apa ya hukuman yang cocok buat alfin. Aku mulai membuka buka
pelajaran. Bab VI materiku hari ini. Aku meminta alfin untuk mencatat pelajaran pada bab
VI,dan tidak membolehkan dia ikut berolahraga ke lapangan. Agar menjadi pelajaran untuk
teman – temannya yang lain. Itulah hukuman yang aku berikan pada alfin agar tidak ada lagi
alfin alfin berikutnya. Lalu aku mulai menjelaskan materi apa yang akan kita praktekkan di
lapangan. Karena aku adalah guru PJOK. Sebelum kelapangan aku mencoba tanya jawab
tentang materi kita hari ini. Begitu antusiasnya mereka, melihat semangatnya yang tidak
sabaran lagi tuk mempraktekkannya di lapangan. Sementara alfin harus menyelesaikan
hukumannya.

Sebelum kami ke lapangan, aku berfikir lagi. Bagaimana bagusnya agar anak
didikku semuanya selalu berpakaian olahraga . Karena itu adalah nilai utama untukku
memberi dia nilai. Sebagai guru PJOK aku selalu mewajibkan anak didikku berpakaian
olahraga lengkap. Karena dari situ aku mulai menilai disiplin anak didikku. Aku berfikir lagi,
sekarang waktu untuk pelajaran olahraga mulai sedikit. Ditambah lagi anak didikku
mengganti pakaiannya di sekolah. Sudah banyak waktu yang habis, ditambah lagi aku marah
– marah kalau ada beberapa anak didikku yang tidak berpakaian olahraga lengkap. Aku
menyampaikan ideku pada mereka. “ Anak – anak, jadwal pelajaran kita kan pagi.
Terkadang kegiatan pagi di luar memakan waktu belajar kita. Tambah lagi kamu yang harus
bergantian ganti baju bersama teman – teman yang perempuan dan laki – laki. Untuk itu ibuk
punya ide, bagaimana kalau baju olah raganya kamu lampisi langsung dari rumah. Karna kita
jadwalnya pagi, tentunya kamu tidak akan kepanasan memakai baju berlampis. Selain itu bisa
menghemat waktu dan kalianpun tidak akan lupa membawa baju olahraga lagi”. Bagaimana,
apakah kalian setuju? Mereka dengan serentak menjawab, “ setuju buuuuuk”. Baguslah,
mudah – mudahan kalian bisa menerapkan kesepakatan kita yang telah kita buat bersama –
sama.

Lalu aku mulai menyampaikan materi apa yang akan kita pelajari di lapangan. Aku
selalu membiasakan kepada anak didikku untuk membagi waktu dalam pelajaran olahraga.
Tidak semua pelajaran olahraga di pelajari langsung ke lapangan. Aku membiasakan
menyampaikan materi di dalam kelas terlebih dahulu. Dan merekapun harus mempunyai satu
buku catatan khusus untuk pelajaran olahraga. Merekapun mulai terbiasa dengan keadaan
seperti ini. Awalnya memang berat, mereka selalu protes dan kecewa. Tapi akhirnya mereka
paham maksud dan tujuan ku apa. Dan kamipun menikmati suasana belajar yang seperti ini.
Dulu mereka selalu berfikir olahraga itu hanya bermain bola. Setiap jam pelajaran olahraga
mereka selalu meminta bola kaki. Aku selalu menjelaskan kepada mereka. Aku meminta
mereka mengeluarkan buku pelajaran dan bertanya tentang apa materi kita hari ini? Dari situ
mereka mulai paham, bahwa pelajaran olahraga tidak hanya bermain bola. Dan kitapun
belajar sesuai buku paket yang kita punya. Secara perlahan – lahan merekapun mulai terbiasa
tanpa wajah kecewa dan protes kepadaku.

Hal yang ditunggu – tunggupun tiba. Mereka dengan tertib mulai berbaris di
lapangan. Suasana lapangan yang masih hening. Ditambah lagi dengan mereka yang selalu
disiplin dan langsung membuat barisan yang rapi. Satu anak sudah langsung berdiri di depan
untuk memberikan komando. Teman – temannya yang lain pun tanpa berbuat yang aneh –
aneh langsung menuruti aba – aba yang diberikan. Siiiaaaaaaaaaaap grak. Dengan suara
lantang Bima menyiapkan barisan. Dengan posisi siap teman – temannya melakukan. Sampai
akhirnya barisan rapi, akhirnya kami memulai pemanasan dan berlari santai mengelilingi
lapangan. Dan kami pun memulai mempraktekkan materi hari ini. Melihat raut wajah anak
didikku yang gembira. Akupun tertegun sejenak, mereka sudah mulai menanamkan nilai –
nilai berkarakter. Kedisiplinan mereka, tanggung jawab mereka, kejujuran mereka, toleransi
mereka terhadap teman – temannya, bahkan rasa syukur mereka karena diberi kesehatan oleh
ALLAH untuk bisa belajar olahraga hari ini.

Tanpa disadari loncengpun berbunyi, pertanda waktu pergantian pelajaran. Akupun


tersentak dari lamunanku. Habis sudah tugasku di kelas ini. Lanjut lagi aku melangkahkan
kaki ke kelas berikutnya. Sebagai guru, tidaklah boleh kita membandingkan antara kelas yang
satu dengan yang lain. Sebagai guru bidang studi, aku memegang beberapa kelas. Sehingga
aku bisa merasakan perbedaan masing – masing kelas yang aku pegang. Manusiawi memang,
kalau sebagai guru kadang terlintas di benakku untuk membandingkan beberapa kelas yang
aku pegang. Ada kelas yang aku merasa nyaman tuk mengajarinya. Anak anaknya yang
selalu bersemangat dengan materi – materi yang aku berikan. Mereka selalu megeluarkan
bakat – bakat mereka . Memang karakteristik setiap anak didikku berbeda – beda. Disitulah
tugasku sebagai guru tertantang untuk mengasah kemampuannya sesuai dengan karakter
mereka masing – masing. Ah, sudahlah…… aku selalu memotivasi diriku sendiri.
Menyemangati diriku sendiri bahwa semua anak didik itu sama. Tergantung bagaimana
caraku menyikapi perbedaan karakter mereka. Dan setiap kelas yang aku pegang mempunyai
keunikan tersendiri. Yang selalu membuatku semangat untuk mengajari mereka. Akupun
mempercepat langkah kakiku menuju kelas berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai