Anda di halaman 1dari 50

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Tinjauan tentang Morfologi Tumbuhan

Secara bahasa Morfologi berasal dari kata Morphologi (Morphe:

bentuk, logos: ilmu) berarti ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk luar dari

tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji mengenai organ-organ tubuhnya

dengan segala variasinya.15 Menurut istilah Morfologi Tumbuhan adalah ilmu

yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh tumbuhan yang dipisahkan

menjadi morfologi luar dan morfologi dalam. Morfologi tumbuhan tidak

hanya menguraikan bentuk dan susunan tubuh tumbuhan saja, tetapi juga

bertugas untuk menentukan apakah fungsi masing-masing bagian itu dalam

kehidupan tumbuhan, dan selanjutnya juga berusaha mengetahui darimana

asal bentuk dan susunan tubuh tersebut.16 Demikian dapat disimpulkan bahwa

Morfologi Tumbuhan merupakan ilmu yang menyelidiki dan membandingkan

aspek yang mengkaji bentuk dan struktur tumbuhan yang menjadi dasar dari

penafsiran adanya perbedaan diantara berbagai tanaman.

Sejak dahulu sifat morfologi telah digunakan untuk kepentingan

kemudahan dalam ilmu Taksonomi. Sifat-sifat morfologi ini meliputi struktur

vegetatif seperti daun, batang, dan tunas serta struktur generative seperti

15
Siti Sutarmi T., Said H., dkk. Botani Umum, (Bandung: Angkasa, 1983), hal. 1-2
16
Gembong Tjitrosoepomo, Morfologi Tumbuhan, Cetakan 15 (Yogyakarta: UGM Press,
2005), hal.1-2

13
14

bunga, buah, dan biji.17 Menurut sejarah, taksonomi adalah ilmu pengetahuan

yang berdasar pada variasi dan karakter bentuk morfologi. Karakter suatu

organisme adalah seluruh ciri atau sifat yang dimilki organisme tersebut yang

dapat dibandingkan, diukur, dihitung, digambarkan dengan cara lain.18

Karakter morfologi morfologi pada tumbuhan yang dapat diamati adalah

semua organ tumbuhan meliputi akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji.

a. Tinjauan tentang Akar (Radix)

Akar merupakan bagian bawah dari sumbu tumbuhan dan biasanya

berkembang dibawah permukaan tanah, meskipun terdapat juga akar yang

tumbuh diatas tanah. Morfologi struktur luar akar tersusun atas rambut

akar, batang akar, ujung akar dan tudung akar. Kondisi lingkungan sering

kali mempengaruhi pertumbuhan akar. Sistem perakaran tumbuhan yang

hidup ditanah kering biasanya berkembang lebih baik. Pada tumbuhan

yang hidup pada tanah berpasir, perkembangan akarnya dangkal,

mendatar, dan akar leteral menyebar didekat permukaan tanah. Struktur

akar banyak ragamnya.

Fungsi akar ialah untuk menegakkan berdirinya tumbuhan, mengisap

air dan zat hara dari tanah lalu menyalurkannya ke batang. Dalam

melaksanakan tugasnya, akar harus menembus tanah dengan partikel-

partikelnya yang keras, maka titik vegetasi pada ujung akar dilindungi oleh

17
Foster. Adriance S. Ernest M. Gifford, W. H. Fremaan and Company, Comperative
Morphology and Evolution of Vascular Plant, (San Fransisco, 1974)
18
Jones, S. B and A. E. Luchsinger, Plant Systematics, (New York: Mc. Graw-Hill Book
Company, 1979) Pp 44, 60-77
15

calyptra (tudung akar).19 Bagian-bagian akar meliputi leher akar atau

pangkal akar (collum), ujung akar (apex radix), batang akar (corpus

radicis), cabang-cabang akar (radix lateralis), serabut akar (fibrilla

radicalis), dan rambut-rambut akar atau bulu-bulu (pilus radicalis).

Berdasrkan fungsinya, dikenal akar penyimpan, akar udara, akar

sukulen, akar panjat, akar penunjang, akar napas (pneumatafor), dan akar

yang bersiombiosis dengan jamur (mikorhiza). Sedangkan sistem

perakaran dapat dibedakan menjadi sistem akar tunggang yang terdapat

pada tumbuhan dikotil dan sistem akar serabut yang terdapat pada

tumbuhan monokotil. Akar tunggang hanya dapat dijumpai pada tumbuhan

yang ditanam dari biji.20

Gambar 2.1 Akar tunggang dan Akar serabut


(Sumber: Agroteknologi, 2017)

b. Tinjauan tentang Batang (Caulis)

Batang adalah bagian dari tubuh tanaman yang menghasilkan daun

dan struktur reproduktif. Daerah pada batang yang menumbuhkan daun

disebut nodus (buku), sedangkan daerah antara dua nodus disebut


19
Siti Sutarmi, Said, dkk., Botani Umum 1, hal. 50
20
Tjitrosoepomo, Morfologi Tumbuhan, hal. 91-95.
16

internodium (ruas). Berdasarkan kenampakan batang, tumbuhan dibedakan

menjadi tumbuhan yang tidak berbatang (Planta acaulis), seperti lobak

(Rhapanus sativus L.), dan sawi (Brassica juncea L.), dan tumbuhan yang

jelas berbatang, yang terdiri atas batang basah (herbaceus), batang berkayu

(lignosus), batang rumput (calmus), dan batang mendong (calamus). Pada

umumnya batang mempunyai sifat-sifat sebagi berikut.

1) Umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula

umumnya bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf. Artinya

dapat dengan sejumlah bidang dibagi menjadi dua bagian yang

setangkup.

2) Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku,

dan pada buku-buku inilah terdapat daun.

3) Tumbuhanya biasanya keatas. menuju cahaya atau matahari (bersifat

fototrop atau heliotrop).

4) Selalu bertambah panjang diujungnya, oleh sebab itu sering dikatakan.

bahwa batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.

5) Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan tidak

digugurkan. Kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil.

6) Umumnya tidak berwarna hijau. Kecuali tumbuhan yang umurnya

masih pendek, misalnya rumput dan waktu batang masih muda.

Fungsi batang sebagai bagian dari tubuh tumbuhan antara lain.

1) Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada diatas tanah, yaitu :

daun, bunga, dan buah.


17

2) Dengan percabanganya memperluas bidang asimilasi, dan

menempatkan bagian-bagian tumbuhan didalam ruang sedemikian

rupa. Hingga dari segi kepentingan tumbuhan bagian-bagian tadi

terdapat dalam posisi yang paling menguntukan.

3) Jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah keatas dan

jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari atas ke bawah

4) Menjadi tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan.21

Bentuk batang berdasarkan penampang melintangnya dapat

dibedakan menjadi bulat (teres), bersegi (angularis), dan pipih yang

biasanya lalu melebar menyerupai daun dan mengambil alih tugas daun

pula. Batang juga dapat dikarakterisasi melalui sifat permukaannya,

apakah licin (laevis), berusuk (costatus), beralur (sulcatus), bersayap

(alatus), berambut (pilosus), berduri (spinosus), dan sebagainya. Arah

tumbuh batang juga berbeda-beda, seperti tegak lurus (erectus),

menggantung (dependens, pendulus), berbaring (humifusus), menjalar atau

merayap (repens), serong ke atas atau condong (ascendens), mengangguk

(nutans), memanjat (scandens), dan membelit (volubilis). Sedangkan

percabangan pada batang dibedakan menjadi monopodial, simpodial, dan

menggarpu atau dikotom.22

Batang tumbuhan mempunyai umur yang terbatas, sehingga

tumbuhan seringkali dibeda-bedakan menurut panjang atau pendek

umurnya, yaitu:

21
Sri Mulyani, Anatomi Tumbuhan, (Jogjakarta: Kanasius, 2006) hal. 76
22
Tjitrosoepomo, Morfologi Tumbuhan, hal. 77-86.
18

1) Tumbuhan annual (annulus), yaitu tumbuhan yang umurnya pendek,

umurnya kurang dari satu tahun sudah mati atau paling banyak

mencapai umur setahun, mislnya jagung (Zea mays L.), kedelai (Soya

max Piper), kacang tanah (Arachis hypogea L.), dan lain-lain.

2) Tumbuhan bienial; dua tahun (biennis), yaitu tumbuhan yang untuk

hidupnya, mulai tumbuh sampai menghasilkan biji (keturunan baru)

memerlukan waktu dua tahun, misalnya biet (Beta vulgaris L.) dan

digitalis (Digitalis purpurea L.).

3) Tumbuhan menahun atau tumbuhan keras, yaitu yang dapat mencapai

umur sampai bertahun-tahun belum juga mati, bahkan ada yang dapat

mencapai umur sampai ratusan tahun. Terna yang berumur panjang

biasanya mempunyai bagian di bawah tanah yang selalu hidup,

meskipun bagiannya yang di atas tanah sudah mati, misalnya empon-

empon (Zingiberaceae).23

c. Tinjauan tentang Daun (Folium)

Daun merupakan struktur pokok tumbuhan yang penting. Daun

mempunyai fungsi antara lain sebagai resorbsi (pengambilan zat-zat

makanan terutama yang berupa zat gas karbon dioksida), mengolah

makanan melalui fotosintesis, serta sebagai alat transpirasi (penguapan air)

dan respirasi (pernapasan dan pertukaran gas).24 Daun sebenarnya adalah

batang yang telah mengalami modifikasi yang kemudian berbentuk pipih

23
Ibid., hal. 90
24
Dewi Rosanti, Morfologi Tumbuhan, (Jakarta: Erlangga, 2013), hal. 18
19

dan juga terdiri dari sel-sel yang dan jaringan seperti yang terdapat pada

batang.25

Bagian-bagian daun yang lengkap meliputi upih daun atau pelepah

daun (vagina), tangkai daun (petiolus), dan helaian daun (lamina). Daun

yang lengkap dapat dijumpai pada beberapa tumbuhan, seperti pisang

(Musa paradisiaca L.), pohon pinang (Areca catechu L.), bambu (Bambusa

sp.) dan lain-lain. Tumbuhan seringkali mempunyai alat tambahan atau

selain bagian-bagian tersebut di atas, diantaranya daun penumpu (stipula),

selaput bumbung (ocrea atau ochrea), dan lidah-lidah (ligula).

Sifat-sifat daun yang perlu diperhatikan adalah bangunnya

(circumscriptio), ujungnya (apex), pangkalnya (basis), susunan tulang-

tulangnya (nervatio atau nevatio), tepinya (margo), daging daunnya

(intervenium), dan sifat-sifat lain seperti keadaan permukaan atas maupun

bawahnya (gundul, berambut, atau lainnya), warnanya, dan lain-lain.26

1) Pangkal daun

Pangkal daun merupakan bagaian helaian yang berhubungan langsung

dengan tangkai daun. Pangkal yang terdapat di kiri-kanan tangkai

daun, baik berekatan atau tidak, dapat dibedakan menjadi sedikitnya

delapan macam yang dapat dilihat pada gambar 2.2.

25
Siti Sutarmi, dkk., Botani Umum 1, hal. 32
26
Tjitrosoepomo, Morfologi Tumbuhan, hal. 11-21
20

Gambar 2.2 Variasi bentuk pangkal daun.


(Sumber: Agroteknologi, 2017)

2) Ujung Daun, merupakan puncak daun, di mana letaknya paling jauh

dari tangkai daun. Ujung daun memiliki bentuk yang beraneka ragam.

Dalam morfologi tumbuhan dikenal sedikitnya 8 bentuk ujung daun

yang dapat dilihat pada gambar 2.3

Gambar 2.3 Variasi bentuk ujung daun


(Sumber: Agroteknologi, 2017)

3) Tulang Daun, merupakan struktur penguat helaian daun, sama

fungsinya dengan tulang manusia yang member kekuatan menunjang

berdirinya tubuh. Tulang daun terdiri 4 bagian yang dapat dilihat pada

gambar 2.4
21

Gambar 2.4 Macam-macam tulang daun (a) menyirip (b) melengkung


(c) menjari (d) sejajar (Sumber: Agroteknologi, 2017)

4) Bangun (Bentuk) Daun

Bangun daun merupakan bentuk helaian daun secara keseluruhan.

Untuk melihat bangun daun hanya perlu dilihat satu helian daun

(lamina) saja. Jika daun tersebut merupakan daun majemuk, untuk

melihat bangun daunya dapat diamati pada satu helaian anak daunya.

Berbagai macam bangun daun dapat dilihat pada gambar.

Gambar 2.5 Bentuk daun (a) pedang/belati, (b) jarum, (c) linear, (d) lanset, (e)
lanset oval, (f) bulat telur, (g) telur pipih, (h) oval meruncing, (i)
sudip, (j) bulat telur, (k) lingkaran, (l) ginjal, (m) jantung terbalik,
(n) jantung, (o) belah ketupat, (p) berbagi menyirip, (r) tombak (s)
anak panah, (t) segitiga (Sumber : Gembong, 2009)

Tipe-tipe daun meliputi daun tunggal dan daun majemuk (folium


22

compasitum). Menurut susunan anak daun pada ibu tangkainya, daun

majemuk dapat dibedakan menjadi daun majemuk menyirip (pinnatus),

daun majemuk menjari (palmatus), daun majemuk bangun kaki (pedatus),

dan daun majemuk campuran (digitato pinntatus). Daun juga mengalami

modifikasi pada banyak tumbuhan sehingga membuatnya berguna bagi

manusia, diantaraya adalah sulur, piala, dan duri.

Sulur atau pembelit adalah daun yang berubah dan berfungsi sebagai

penunjang dengan membelit. Sulur dapat berasal dari tangkai daun

(Nepenthes, kantung semar), seluruh daun atau ujung daun (Gloirosa

superba, kembang sungsang), anak daun pada daun majemuk bahkan

stipula, dan lain-lain. Piala adalah modifikasi tangkai daun yang menjadi

pipih lebar dan mengambil alih fungsi helaian daun untuk berfotosintesis,

misalnya pada Nepenthes, Acacia auriculiformis, Utricularia dan

Dischidia raffesiana. Daun yang kehilangan warna hijaunya dan berubah

menjadi runcing dan keras disebut duri. Contoh yang umum adalah kaktus

dan sebangsanya. Duri juga dapat berasal dari stipula seperti pada jeruk

kingkit.27

Karakter morfologi tumbuhan lain yang dapat diamati adalah tata

letak daun pada batang (phyllotaxis atau dispositio foliorum). Sebelum

menentukan tata letak daun harus ditentukan dahulu berapa jumlah daun

yang terdapat pada satu buku-buku batang yang memiliki kemungkinan

hanya terdapat satu daun saja, dua daun, atau lebih dari dua daun. Tata

27
Siti Sutarmi, Said, dkk., Botani Umum 1, hal. 42
23

letak daun dihitung dengan menggunakan rumus yang disebut dengan

deret Fibonacci berdasarkan karakter yang dimiliki oleh daun.28

d. Tinjauan tentang Bunga (Flos)

Bunga merupakan alat perkembangbiakan pada tumbuhan

Angiospermae. Mengingat pentingnya bunga bagi tumbuhan, pada bunga

terdapat sifat-sifat yang merupakan penyesuaian untuk melaksanakan

tugasnya sebagai penghasil alat perkembangbiakan yang sebaik-baiknya.

Pada umumnya bunga mempunyai bagian-bagian berikut.

1) Tangkai bunga (pedicellus), yaitu bagian bunga yang masih jelas

bersifat batang, padanya seringkali terdapat daun-daun peralihan, yaitu

bagian-bagian yang menyerupai daun, berwarna hijau.

2) Dasar bunga (receptaculum), yaitu ujung tangkai yang seringkali

melebar, dengan ruas-ruas yang amat pendek, sehingga daun-daun

yang telah mengalami metamorfosis menjadi bagian-bagian bunga

yang duduk amat rapat satu sama lain.

3) Hiasan bunga (perianthium), yaitu bagian bunga yang merupakan

penjelmaan daun yang masih tampak berbentuk lembaran dengan

tulang-tulang atau urat-urat yang masih jelas.

4) Alat kelamin jantan (andoroecium), bagian ini sesungguhnya juga

merupakan metamorfosis daun yang menghasilkan serbuk sari.

5) Alat kelamin betina (gynaecium), yang pada bunga merupakan bagian

28
Tjitrosoepomo, Morfologi Tumbuhan, hal. 49-67
24

yang biasanya disebut putik (pistillum), juga putik terdiri atas

metamorfosis daun yang disebut daun buah (carpella).29

Gambar 2.6 Bagian-bagian bunga (Sumber :ebiologi, 2015 )

Berdasarkan bagian-bagian bunga pada gambar, maka bunga dapat

dibedakan menjadi 2 macam antara lain.

1) Bunga lengkap atau bunga sempurna (flos completus) yang terdiri atas

satu lingkaran daun dan kelopak, satu lingkaran daun-daun mahkota,

dan satu atau dua lingkaran daun-daun buah.

2) Bunga tidak lengkap atau tidak sempurna (flos in completus), jika salh

satu bagian hiasan bunganya atau salah satu alat kelaminnya tidak

ada.30

e. Tinjauan tentang Buah (Fructus)

Pada pembentukan buah, ada kalanya bagian bunga selain bakal

buah ikut tumbuh dan merupakan suatu bagian buah. sedang umumnya

segera setelah terjadi penyerbukan dan bagian-bagian bunga selain bakal

29
Ibid., hal. 143
30
Ibid., hal. 144
25

buah segera menjadi layu dan gugur. Dari putik sendiri dengan tegas

disebut hanya bakal buahnya, karena biasanya tangkai dan kepala putiknya

gugur pula seperti halnya dengan bagian-bagian yang lain.31 Di bawah ini

merupakan gambar bagian buah pada apel.

Gambar 2.7 Struktur Buah a) Struktur kulit tengah (tebal dan kuat) b) Struktur
bagian daging (tebal, lunak, dan berair) (Sumber : Seri Eyewitness,
1992)

Pada tumbuhan umumnya dapat dibedakan dalam dua golongan, yaitu :

1) Buah semu, atau buah tertutup, yaitu jika buah itu terbentuk dari bakal

buah beserta bagian-bagian lain pada bunga itu, yang menjadi bagian

utama buah ini menjadi besar. Buah semu dibedakan dalam 3 macam

a) Buah semu tunggal, yaitu buah semu yang terjadi dari satu bunga

dengan bakal buah, pada buah ini selain bakal buah ada bagian lain

bunga yang membentuk buah. Tangkai pada buah jambu monyet.

b) Buah semu ganda, yaitu jika pada satu bunga terdapat lebih dari

pada bakal buah yang bebas satu sama lain. Misalnya pada buah

arbe (Fragraria vesca L.)

c) Buah semu majemuk, ialah buah semu yang terjadi dari bunga

31
Ibid., hal. 218
26

majemuk. Tetapi seluruhnya dari luar tampak seperti satu buah

saja, misalnya buah nangka (Artocarpus integra Merr.)

2) Buah atau buah telanjang, yang biasanya terjadi dari bakal buah. Buah

sejati dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu:

a) Buah sejati tunggal, ialah buah sejati yang terjadi dari satu bunga

dengan satu bakal buah saja, misalnya buah mangga (Mangifera

indica L.)

b) Buah sejati ganda, yaitu terjadi dari satu bunga dengan beberapa

bakal buah yang bebas satu sama lain, misalnya pada cempaka

(Michelia champaca Bail.)

c) Buah sejati majemuk, yaitu buah yang berasal dari suatu bunga

majemuk, yang masing-masing bunganya mendukung satu bakal

buah. Misalnya pada pandan (Pandanus tettorius Sol.).32

f. Tinjauan tentang Biji

Biji merupakan alat perkembangbiakan yang utama, karena biji

mengandung calon tumbuhan baru (lembaga). Dengan dihasilkanya biji,

tumbuhan dapat mempertahankan jenisnya, dan dapat pula terpencar ke

lain tempat. Pada biji umumnya dapat dibedakan beberapa bagian-bagian,

dapat dilihat pada gambar 2.8.

32
Ibid., hal. 241
27

Gambar 2.8 Bagian-bagian biji (Sumber: Pusat Biologi, 2013)

Kulit biji berasal dari selaput bakal biji (integumentum), biasanya kulit

biji terdapat dari tumbuhan biji tertutup (Angiospermae) terdiri dua lapisan,

yaitu

1) Lapisan kulit luar (testa). Lapisan ini mempunyai sifat yang

bermacam-macam, ada yang tipis, ada yang kaku seperti kulit, ada

yang keras seperti kayu atau batu.

2) Lapisan kulit dalam (tegmen), biasanya tipis seperti selaput, sering

juga dinamakan kulit ari.33

2. Tinjauan tentang Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)

a. Botani Tanaman Kakao

Kakao merupakan satu-satunya diantara 22 jenis marga

Theobroma, suku Malvaceae yang diusahakan secara komersial.

Sistematika tanaman kakao menurut ITIS (Integrated Taxonomic

Information System) adalah sebagai berikut.34

33
Ibid., hal. 244
34
Integrated Taxonomic Information System, (online) (www.itis.gov) diakses pada
tanggal 11 November 2018
28

Kingdom : Plantae

Division : Tracheophyta

Class : Magnoliopsida

Order : Malvales

Family : Malvaceae

Genus : Theobroma

Species : Theobroma cacao L.

Menurut Cuatrecases (1964) dikenal dua subjenis kakao, yaitu

cacao dan Sphaerocarpum (chev.) Cuatr. Subjenis cacao mempunyai

empat forma (taksonomi di bawah subjenis) seperti berikut.35

1) Forma cacao. Anggotanya tipe criollo dari Amerika tengah. Bentuk

biji bulat, keeping biji (kotiledon) putih, dan mutunya tinggi.

2) Forma pentagonum. Hanya dikenl di Meksiko dan Amerika tengah.

Biji bulat besar, kotiledon putih, dan mutunya tinggi.

3) Forma leiocarpum. Biji bulat atau montok (plum), kotiledon putih

atau ungu pucat, dan mutunya tinggi. Klon-klon Djati Runggo

(DR) termasuk forma ini.

4) Forma lacandonense. Dikenal di dekat Chiapas, Meksiko. Forma

ini termasuk kakao liar.

Berdasarkan varietasnya, terdapat tiga macam kakao yang

dibudidayakan di dunia antara lain sebagai berikut.

35
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia: Panduan Lengkap Budidaya Kakao.
(Jakarta: Agromedia Pustaka, 2004), hal. 14
29

1) Criollo

Criollo merupakan tipe tanaman kakao yang menghasilkan

biji kakao kering premium yang dikenal sebagai fine flavour cocoa,

choiced cocoa, endel cocoa, serta kakao mulia. Kakao Criollo

dibedakan atas 2 jenis, yaitu Central America Criollos dan South

America Criollos. Kakao Endel memasok kurang dari 7 % produksi

kakao dunia yang dihasilkan oleh negara Equador, Venezuela,

Trinidad, Grenada, Jamaika, Srilanka serta Indonesia.

Kakao jenis Criollo memiliki ciri pertumbuhan tanaman

kurang kuat dengan produksi yang rendah serta lamban berbuah.

Tunas mudanya berbulu, memiliki tongkol buah berwarna hijau

atau merah bila masih muda dan kuning orange ketika sudah

matang, agak peka terhadap hama dan penyakit.

Buahnya tumpul, sedikit bengkok dan tidak memiliki bottle

neck.Tekstur kulit buah kasar berbintil, tipis dan lunak. Terdapat

30-40 biji di setiap buah kakao. Biji berbentuk bulat telur dengan

kotiledon berwarna putih pada saat kering. Dinding buah tipis, agak

lembut kadang-kadang berkerut. Daun lebih kecil dari jenis-jenis

yang lainnya, mempunyai 2-3 cabang dari Jorquette. 36

2) Forastero

Forastero merupakan tipe tanaman yang menghasilkan biji

kakao kering bermutu sedang yang dikenal sebagai ordinary cacao

36
Endang Sugiharti, Budidaya Kakao, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2016) hal. 16
30

atau kakao baku serta bulk cacao. 93% produksi kakao di dunia

merupakan jenis Bulk cacao yang dihasilkan dari negara di Afrika

Barat, Brazil dan Dominica. Kakao lindak (bulk) yang telah

tersebar luas di daerah tropika adalah anggota subjenis

Sphaerocarpum.

Kakao Forastero memiliki ciri pertumbuhan tanaman kuat

dan produktivitas tinggi, menghasilkan buah lebih cepat, relatif

lebih tahan terhadap hama dan penyakit. Kulit buah agak keras

namun permukaaannya halus. Buah memiliki bottle neck ada juga

yang tidak. Endosperm berwarna ungu tua dan berbentuk gepeng

pada waktu basah. Kulit buah berwarna hijau dengan alur kulit

buah dalam.37

3) Trinitario

Trinitario merupakan tipe hibrida yang berasal dari

persilangan alami Criollo dan Forastero sehingga sangat heterogen

dengan biji kering yang dihasilkan bisa Endel Cocoa maupun Bulk

Cocoa yang artinya Kakao jenis ini dapat menghasilkan biji kakao

Fine Flavour maupun Bulk Cacao.

Kakao Trinitario memiliki ciri yaitu masa pertumbuhan yang

cepat dan produktivitas tinggi. Bentuk buah bermacam-macam

dengan warna kulit buah berwarna merah dan hijau. Warna

kotiledon berwarna ungu dan ungu tua ketika masih basah.

37
Ibid., hal. 16
31

Berdasarkan bentuk buahnya, jenis Trinitario dikelompokkan

menjadi empat bagian, antara lain. 38

a) Angoleta

Berbentuk lebih mirip dengan Criollo, kult sangat kasar,

tanpa bottle neck, ukuran buah besar, biji bulat, alur dalam

warna endosperm ungu serta memiliki kualitas superior.

b) Cundeamor

Bentuk buah seperti angoleta, dengan kulit kasar bentuk

bottle neck terlihat jelas, biji gepeng dengan rasa agak manis,

alur tidak dalam serta warna endosperma berwarna ungu gelap.

Kualitas yang dihasilkan kualitas superior.

c) Amelonado

Bentuk buah bulat telur dengan tekstur kulit halus, ada

yang memiliki bottle neck ada juga yang tidak, biji gepeng

dengan rasa agak manis, alur jelas dengan endosperm berwarna

ungu. Kualitas yang dihasilkan merupakan kualitas sedang

bahkan superior.

d) Calabacillo

Buah pendek dan bulat, kulit buah sangat licin, tidak

memiliki bottle neck, biji gepeng dengan rasa pahit, alur sangat

dangkal, warna indosperma berwaarna ungu. Kualitas yang

dihasilkan rendah.

38
Ibid., hal. 17
32

b. Manfaat Tanaman Kakao

Kakao merupakan tanaman yang dibudidayakan secara masal

karena mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi khususnya untuk

dipanen buahnya. Kulit buah kakao dapat diolah menjadi bahan pakan

ternak, kompos, substrat budidaya jamur, dan bahan bakar serta

memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan zat

pewarna β-karoten, dan briket arang.39

Pulpa dari kakao juga dapat digunakan untuk industri rumah

tangga maupun industri kimia. Untuk industri rumah tangga pulpa

kakao banyak diolah menjadi pupuk hijau, gas bio, bahan bakar atau

jus pulpa kakao. Pada industri kimia, pulpa kakao dapat diolah

menjadi jelli, nata de cocoa, pektin, alkohol, herbisida cair, serta

aktivator untuk proses pengomposan.40

Biji kakao dapat diolah menjadi cocoa butter, dan cocoa

powder. Cocoa butter merupakan bahan utama produk makanan dan

kecantikan seperti dark coklat, pasta coklat, lulur coklat hingga sabun

coklat, sedangkan cocoa powder merupakan bahan baku jenis

makanan ringan seperti dodol, kue, selai, permen, susu, serta makanan

lainnya. Makanan hasil olahan dari cocoa powder memiliki

antioksidan yang tinggi, sehingga dengan memakan makanan tersebut

dipercaya akan mampu melindungi kulit dari bahaya sinar

39
Mariani, 2011, Ekstraksi dan Identifikasi Senyawa Polifenol dalam Kulit Biji Kakao
dan Potensinya sebagai Antioksidan. Tesis. UGM
40
Widyotomo, S. & S. Mulato, Teknologi Fermentasi dan Diversifikasi Pulpa Kakao
menjadi Produk yang Bermutu dan Bernilai Tambah. Warta Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia, 2008,Vol 24 No. 1 hal. 65-82.
33

ultraviolet.41

3. Wisata Edukasi Kampung Coklat Blitar

Wisata edukasi merupakan suatu kegiatan atau perjalanan yang

dilakukan untuk tujuan rekreatif dengan lebih menonjolkan unsur

pendidikan. Hal ini berarti bahwa wisatawan selain dapat menikmati

keindahan pariwisata yang ditawarkan tetapi mereka juga mendapatkan

ilmu pengetahuan yang telah disediakan oleh sumber daya manusia

pengelola tempat wisata.42

Wisata edukasi merupakan wisata minat khusus yang menjadi tren

baru dalam industri pariwisata yang memberikan pengalaman belajar.

Perkembangan wisata edukasi didukung dengan adanya produk yang

ditawarkan pada suatu daya tarik wisata. Dengan adanya tren wisata

tersebut, membuat para pelaku pariwisata berusaha menggali dan

mengembangkan produk wisata yang bertemakan edukasi.

Pada masa sekarang, wisata edukasi yang terkenal bukan hanya di

museum-museum saja tetapi juga di alam bebas. Salah satu tempat wisata

alam yang mengunggulkan nilai edukasinya adalah wisata edukasi

perkebunan kakao yakni Kampung Coklat.

Wisata Edukasi Kampung Coklat merupakan kawasan wisata yang

41
Mariani dan Supriyanto, Ekstraksi dan Identifikasi Senyawa Polifenol dalam Kulit Biji
Kakao dan Potensinya sebagai Antioksidan, UGM, Tesis, 2011 (online)
(https://repository.ugm.ac.id) diakses pada 11 April 2018, hal. 32
42
Mukaromah, Peran Strategi Pemasaran Dalam Meningkatkan Jumlah Wisatawanpada
Wisata Edukasi Kampung Coklat Di Kabupaten Blitar Dalam Perspektif Ekonomi Islam, IAIN
Tulungagung. Skripsi, 2017, (online) (http://repo.iain-tulungagung.ac.id) diakses pada 11 April
2018, hal. 9
34

dibuat sebagai media pengenalan dan pembelajaran tentang pertanian

kakao mulai dari pembibitan sampai produksi menjadi coklat yang siap

dipasarkan. Wisata ini terletak di desa Plosorejo tepatnya di Jalan

Banteng-Blorok No.18 RT.01/RW.06 kecamatan Kademangan, kabupaten

Blitar. Desa Plosorejo merupakan salah satu desa dari 15 (lima belas) desa

yang berada di Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar.

Salah satu daya tarik terbesar di Kampung Coklat adalah kesempatan

para wisatawan untuk melihat secara langsung kebun budidaya coklat.

Tanaman kakao yang dibudidayakan berasal dari Pusat Penelitian Kopi

dan Kakao dari Jember. Kampung Coklat juga dapat dijadikan sebagai

sarana pembelajaran untuk pelajar maupun keluarga yang berkunjung

kesana.

Edukasi yang didapatkan oleh para pelajar yaitu penanaman bibit

kakao hingga proses pengolahan coklat yang dipasarkan langsung di galeri

Kampung Coklat. Produk olahan coklat yang dihasilkan antara lain coklat

bubuk, coklat batangan, kripik pisang cokelat, brownies, permen, souvenir

seperti mug, tas, celengan, topi, jam dinding, dan kaos yang siap untuk

menjadi barang oleh-oleh keluarga di rumah.

4. Sumber Belajar Biologi

a. Pengertian Sumber Belajar

Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of

Education and Communication Technology/ AECT) mengartikan


35

sumber belajar sebagai semua sumber (data, manusia, dan barang)

yang dapat dipakai oleh pelajar sebagai suatu sumber tersendiri atau

dalam kombinasi untuk memperlancar belajar.43 Begitupun dengan

Mulyasa yang mengatakan bahwa “sumber belajar dapat dirumuskan

sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan kepada

siswa dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan,

pengalaman dan keterampilan dalam proses belajar mengajar”.44

Di samping itu Sudjana dan Rivai mengatakan bahwa “sumber

belajar adalah suatu daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan

proses belajar mengajar baik secara langsung maupun tidak langsung,

sebagian atau keseluruhan”.45 Dengan demikian, sumber belajar

merupakan segala sesuatu yang secara fungsional dimanfaatkan dan

digunakan untuk mendukung terjadinya proses belajar termasuk

system pelayanan, bahan pembelajaran, dan lingkungan yang dapat

digunakan secara terpisah maupun terkombinasi, sehingga

mempermudah peserta didik untuk mencapai tujuan belajar.

b. Klasifikasi Sumber Belajar

Mengklasifikasikan sumber belajar tidaklah mudah. Hal itu

disebabkan sulitnya mencari definisi yang tegas dan pasti tentang

sumber belajar, namun dari beberapa definisi yang dikemukakan,

43
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran: Landasan & Aplikasinya, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2008) hal.209
44
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) hal. 48
45
Ahmad Rivai, Nana Sudjana, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algensindo)
hal. 76
36

paling tidak dapat dijadikan indikasi dalam mengklasifikasikan

sumber-sumber belajar. Apabila ditinjau dari pemanfaatannya sumber

belajar terbagi menjadi dua yaitu sumber belajar yang dirancang

(learning resources by design) dan sumber belajar yang sudah tersedia

dan tinggal dimanfaatkan (learning resources by utilitation).

1) Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design),

yaitu sumber belajar yang secara khusus atau sengaja dirancang

atau dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu

dengan harapan dapat membantu kemudahan kegiatan belajar yang

bersifat formal ataupun non formal. Contohnya, buku pelajaran,

modul, program VCD pembelajaran, program audio pembelajaran,

transparansi, CAI (Computer Asisted Instruction) dan lain-lain.46

Dengan demikian sumber belajar jenis ini harus dianalisis,

direncanakan, dan kemudian baru dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan tujuan dan materi serta karateristik anak didik agar

hasilnya benar-benar dapat memudahkan belajar.

2) Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by

utilitation), yaitu sumber-sumber yang secara tidak khusus didesain

untuk keperluan pembelajaran namun dapat dipilih dan digunakan

untuk keperluan belajar. Contohnya: surat kabar, siaran televise,

pasar, sawah, pabrik, museum, kebun binatang, tenaga ahli,

olahragaman, pemuka agama, dan lain-lain.

46
Bambang, Teknologi Pembelajaran…, hal.212
37

Berdasarkan AECT (Association of Educational Communication

Technology) yang dikutip oleh Warsita (2008), sumber belajar

dibedakan menjadi enam jenis seperti dalam tabel berikut ini.47

Tabel 2.1 Jenis Sumber Belajar Menurut AECT

Sumber Contoh
Pengertian
Belajar Dirancang Dimanfaatkan
Informasi yang ditransmisikan
Cerita rakyat,
Pesan atau diteruskan oleh komponen
Materi bidang studi dongeng,
(message) lain dalam bentuk ide, ajaran,
nasihat
fakta, makna, nilai, dan data
Manusia yang berperan sebagai Narasumber,
Orang Guru, dosen, tutor,
pencari, penyimpan, pengelola, Instruktur,
(person) siswa
dan penyaji pesan. responden
Suatu wujud tertentu yang
mengandung pesan atau ajaran
Transparansi, film, Relief, candi,
Bahan untuk disajikan dengan
slides, tape arca, peralatan
(material) menggunakan alat atau bahan itu
recorder tehnik
sendiri tanpa alat penunjang
apapun. (Hardware dan Software)
Suatu perangkat yang digunakan
Proyektor slide,
untuk menyampaikan pesan yang Generator,
Alat proyektor film,
tersimpan dalam bahan. Alat ini monitor televise,
(Device) Camera, proyektor
disebut hardware atau perangkat kaset
overhead (OHP),
keras.
Prosedur yang runtut atau acuan
yang dipersiapkan untuk
Problem solving, Permainan,
menggunakan bahan peralatan,
Tehnik belajar kelompok, sarasehan,
orang dan lingkungan belajar
(Technique) ceramah, diskusi, percakapan
secara terkombinasi dan
sosiodrama biasa/spontan
terkoordinasi untuk
menyampaikan materi pelajaran.
situasi di sekitar proses belajar-
mengajar terjadi. Latar atau
lingkungan ini dibedakan menjadi
dua macam yaitu lingkungan fisik
dan non fisik. Lingkungan fisik Laboratorium, Taman, Kebun
Lingkungan seperti gedung, sekolah, taman Perpustakaan, Binatang,
(Setting) dan sebagainya. Sedangkan Ruangan kelas, Museum, toko,
lingkungan non fisik contohnya Studio, Auditorium pasar.
adalah tatanan ruang belajar,
sistem ventilasi, tingkat
kegaduhan lingkungan belajar,
cuaca dan sebagainya.

47
Ibid., hal. 209-210
38

Klasifikasi lain yang biasa dilakukan terhadap sumber belajar

adalah sebagai berikut:

1) Sumber belajar tercetak. Contohnya: buku, majalah, brosur, koran,

poster, denah, ensiklopedi, kamus, Booklet, dan lain-lain.

2) Sumber belajar non cetak. Contohnya; film, slides, video, model,

transparansi, reali, dan lain-lain.

3) Sumber belajar yang berbentuk fasilitas. Contohnya perpustakaan,

ruangan belajar, carrel, studio, lapangan olah raga dan lain-lain.

4) Sumber belajar berupa kegiatan. Contohya: wawancara, kerja

kelompok, observasi, simulasi, permainan dan lain-lain.

5) Sumber belajar berupa lingkungan di masyarakat. Contohnya:

taman, terminal, pasar, toko, pabrik, museum dan lain-lain.48

c. Manfaat Sumber Belajar

1) Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a)

mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan

waktu secara lebih baik dan (b) mengurangi beban guru dalam

menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan

mengembangkan gairah.

2) Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih

individual, dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku

dan tradisional; dan (b) memberikan kesempatan bagi siswa untuk

berkembang sesuai dengan kemampuannnya.

48
Nana Sudjana, Teknologi Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru: 1989), hal. 80
39

3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan

cara: (a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis;

dan (b) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh

penelitian.

4) Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan

kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara

lebih kongkrit.

5) Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi

kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak

dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan

yang sifatnya langsung.

6) Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan

menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.49

d. Kriteria Pemilihan Sumber Belajar

Kriteria pemilihan sumber belajar yang perlu diperhatikan adalah

sebagai berikut:

1) Tujuan yang ingin dicapai, ada sejumlah tujuan yang ingin dicapai,

dengan menggunakan sumber belajar dipergunakan untuk

menimbulkan motivasi, untuk keperluan pengajaran, untuk

keperluan penelitian ataukah untuk pemecahan masalah. Harus

disadari bahwa masingmasing sumber belajar memiliki kelebihan

dan kelemahan.

49
Isbani, Media Pendidikan, (Surakarta: UNS Press, 1987), hal. 10
40

2) Ekonomis, sumber belajar yang dipilih harus murah. Kemurahan di

sini harus diperhitungkan dengan jumlah pemakai, lama

pemakaian, langka tidaknya peristiwa itu terjadi dan akurat

tidaknya pesan yang disampaikan.

3) Praktis dan sederhana, sumber belajar yang sederhana, tidak

memerlukan peralatan khusus, tidak mahal harganya, dan

tidakcmembutuhan tenaga terampil yang khusus.

4) Gampang didapat, sumber belajar yang baik adalah yang ada di

sekitar kita dan mudah untuk mendapatkannya.

5) Fleksibel atau luwes, sumber belajar yang baik adalah sumber

belajar yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai kondisi dan

situasi.50

e. Biologi

Istilah Biologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang

berarti hidup dan logos yang berarti ilmu. Jadi, Biologi adalah ilmu

tentang kehidupan. Kajian Biologi sangatlah luas. Biologi berbicara

tentang semua makhluk hidup yang ada di muka bumi ini. Biologi

sebagai ilmu memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan ilmu-

ilmu yang lain. Biologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang

mempelajari makhluk hidup dan kehidupannya dari berbagai aspek

persoalan dan tingkat organisasinya. Biologi mengungkap keterkaitan

50
Karti Soeharto, Teknologi Pembelajaran Pendekatan Sistem, Konsepis dan Model,
SAP, Evaluasi, Sumber Belajar dan Media, (Surabaya: SIC, 2003), hal. 80-82
41

antara makhluk hidup, makhluk tak hidup, dan banda mati. Apakah

terdapat keterkaitan antara makhluk hidup dan makhluk tak hidup 51

Biologi tidak hanya membicarakan kehidupan manusia, hewan

dan tumbuhan saja. Biologi mengungkap kehidupan di samudera yang

dalam dan luas. Biologi menyibak kehidupan hutan belantara. Biologi

juga menjadi media untuk menyejahterakan kehidupan manusia

seperti adanya penemuan bibit unggul, penemuan obat-obatan, serta

pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Produk keilmuan

biologi berwujud kumpulan fakta-fakta maupun konsep-konsep

sebagai hasil dari proses keilmuan biologi.52

Sesuai dengan sifat ilmu sains lainnya, Biologi memiliki ciri

tentatif. Artinya, Biologi akan terus berubah sesuai dengan

perkembangan waktu. Contohnya, dalam penemuan virus mosaik.

Awalnya para ilmuwan Biologi menyimpulkan bahwa penyebab

penyakit mosaik pada daun tembakau adalah bakteri yang berukuran

sangat kecil. Akan tetapi, seiring kemajuan teknologi dan

perkembangan waktu, ternyata penyebab dari penyakit mosaik pada

daun tembakau tersebut adalah virus.53

Perubahan yang terjadi pada Biologi tersebut dipengaruhi oleh

penemuan baru, perkembangan ilmu lain yang terkait, atau

perkembagan teknologi. Misalnya, penemuan mikroskop elektron

51
Rikky Firmansyah, Agus Mawardi H., dkk., Mudah dan Aktif Belajar Biologi, (Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009), hal. 1
52
Ibid., hal 1
53
Ibid., hal. 2
42

telah memungkinkan dilakukannya pengamatan terhadap objek

biologi yang tidak teramati oleh mikroskop cahaya. Ciri lain Biologi

adalah berlaku universal. Pengetahuan atau teori yang diungkapkan

dalam Biologi berlaku untuk seluruh dunia. Contohnya, pengetahuan

tentang bakteri berlaku umum untuk semua bakteri yang ada di dunia.

Pengetahuan tentang DNA dipelajari sama di seluruh dunia. 54

Biologi mampu memecahkan suatu permasalahan secara ilmiah.

Dalam sejarah kehidupan manusia, banyak sekali permasalahan

kemanusian yang diselesaikan dengan landasan Biologi. Misalnya,

bagaimana meningkatkan hasil pertanaian untuk memenuhi kebutuhan

pangan manusia. Untuk menjawab permasalahan tersebut, melalui

Biologi, ditemukan bibit unggul atau pupuk yang akan memberikan

hasil maksimal. Contoh lainnya, akhir-akhir ini sedang marak suatu

penyakit, yaitu flu burung. Awalnya, penyebab penyakit ini tidak

diketahui. Biologi yang merupakan ilmu mengenai kehidupan ini,

menjadi salah satu ilmu terdepan dalam memecahkan permasalahan

tersebut. Akhirnya, penyakit tersebut dapat diketahui penyebabnya,

yaitu virus H5N1.

Berdasarkan uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa

melalui Biologi kita dapat memecahkan suatu permasalahan yang

menyangkut berbagai aspek kehidupan. Contohnya, permasalahan

pada aspek kesehatan, pertanian, peternakan, dan lingkungan. Dalam

54
Ibid., hal. 2
43

pemecahan suatu masalah, Biologi memiliki cara kerja yang tersusun

secara sistematis berdasarkan bukti. Pemecahannya tersebut

dinamakan juga metode ilmiah. Di dalam metode ilmiah segala

permasalahan dipecahkan secara sistematis. Para ilmuwan Biologi,

menggunakan metode ilmiah untuk melakukan observasi suatu

hipotesis (dugaan sementara) dalam usahanya menjelaskan suatu

fenomena alam berdasarkan bukti di lapangan.55

5. Booklet

a. Pengertian Booklet

Pengertian booklet menurut French (2013) adalah buku kecil

yang dicetak antara 32- 96 halaman. Booklet memiliki bahasan yang

lebih terbatas, struktur sederhana, dan fokus pada satu tujuan.56

Menurut Hapsari (2013) booklet merupakan media komunikasi yang

termasuk dalam kategori media lini bawah (below the line media).

Sesuai sifat yang melekat pada media lini bawah, pesan yang ditulis

pada media tersebut berpedoman pada beberapa kriteria yaitu:

menggunakan kalimat pendek, sederhana, singkat, dan ringkas.57

Menurut Satmoko “Booklet adalah sebuah buku kecil yang

memiliki paling sedikit lima halaman tetapi tidak lebih dari empat

55
Ibid., hal. 2
56
French, C., How to Write Successful How to Booklet, (England UK: The Endless
Bookcase, 2011) hal.1
57
Hapsari, C. M., Efektivitas Komunikasi Media Booklet Anak Alami Sebagai Media
Penyampaian Pesan “Gentle Birthing Service”, Jurnal E-Komunikasi, 2013, Vol I. No. 3 hal. 267
44

puluh delapan halaman di luar hitungan sampul”.58 Sedangkan

menurut Roymond S. Simamora “Booklet adalah buku berukuran

kecil dan tipis, tidak lebih dari 30 lembar bolak balik yang berisi

tentang tulisan dan gambar-gambar”.

Berdasarkan sejumlah pendapat tersebut, disimpulkan bahwa

Booklet merupakan media berbentuk buku berukuran kecil yang

memuat gambar dan tulisan. Booklet merupakan perpaduan antara

buku dan leaflet. Booklet memiliki format (ukuran) yang kecil seperti

leaflet, namun struktur isi Booklet menyerupai buku (terdapat

pendahuluan, isi, dan penutup), hanya saja cara penyajian isinya lebih

ringkas dari pada buku.

Booklet umumnya digunakan dengan tujuan untuk

meningkatkan pengetahuan, karena Booklet memberikan informasi

dengan spesifk dan banyak digunakan sebagai alternatif media untuk

dipelajari setiap saat. Menurut Mintarti “Booklet sebagai media

pembelajaran telah berhasil meningkatkan pengetahuan khalayak

sasaran dalam bidang tertentu”. Booklet secara efektif mampu

mengubah perilaku khalayak sasaran bukan sembarang Booklet.59

Alasan pemilihan Booklet sebagai sumber belajar Biologi

adalah: 1) Booklet dapat membantu pembaca untuk mendapatkan

gambaran secara lengkap tentang morfologi tanaman kakao

58
Satmoko, H. Pengaruh Bahasa Booklet pada Peningkatan Pengetahuan Peternak Sapi
Perah tentang Inseminasi Buatan di Kelurahan Nongkosawit, Kecamatan Gunungpati, Kota
Semarang, Jurnal Penyuluhan, 2 (2), hal. 2
59
Ibid., hal. 26
45

(Theobroma cacao L.), 2) Booklet dapat menjadi sumber belajar

mandiri yang dirancang khusus secara sistematis, menarik, dan

disertai dengan gambar sehingga pembaca mudah mempelajari secara

mandiri.

b. Kelebihan dan Kelemahan Booklet

Bagaray (2016) menjelaskan keunggulan booklet sebagai media

cetak antara lain dapat mencakup banyak orang, praktis dalam

penggunaanya karena dapat dipakai di mana saja dan kapan saja, tidak

memerlukan listrik, dan karena booklet tidak hanya berisi teks tetapi

terdapat gambar sehingga dapat menambah keindahan dan

meningkatkan pemahaman serta gairah dalam belajar. Selain itu,

booklet termasuk media pembelajaran visual yang dapat meningkatkan

pemahaman siswa melalui penglihatan sebesar 75-87%.60

Sejalan dengan pendapat di atas, Hapsari (2013) menjelaskan

bahwa booklet memiliki beberapa kelebihan antara lain.61

1) Dapat digunakan untuk belajar mandiri

2) Pembaca dapat mempelajari isinya dengan santai

3) Informasi dapat dibagikan dengan keluarga dan teman

4) Mengurangi kebutuhan mencatat

5) Awet

6) Daya tampung lebih luas

60
Baragay, F. E. K., Efektivitas DHE Dengan Media Booklet dan Media Flip Chart
Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa SDN 126 Manado. Jurnal e-
Gigi, 2016, Vol. 4 No. 2 hal. 76-82.
61
Hapsari, C. M. Efektivitas Komunikasi…., hal. 264-275
46

7) Dapat diarahkan pada segmen tertentu.

8) Dapat dibuat secara sederhana dengan biaya relative murah

Selain kelebihan booklet yang telah disebutkan di atas, booklet

juga memiliki kelemahan. Menurut Mintarti (2001) booklet memiliki

beberapa kelemahan yaitu.62

1) Keberhasilan menyampaikan informasi tergantung kepada

kemampuan membaca dari sasaran yang dituju.

2) Apabila rancangan lambang visual yang digunakan untuk

mempermudah penyampaian materi kurang tepat malah akan

menurunkan kualitas.

Menurut Arsyad (2006) kelemahan atau keterbatasan booklet

sebagai media cetak antara lain.63

1) Sulit menampilkan gerak dalam halaman media cetakan.

2) Biaya pencetakan akan mahal apabila ingin menampilkan ilustrasi,

gambar, atau foto berwarna.

3) Proses pencetakan media seringkali memakan waktu yang cukup

lama tergantung kepada alat cetak dan kerumitan informasi pada

halaman cetakan.

4) Media cetak dapat membawa hasil yang baik jika tujuan

pembelajaran bersifat kognitif, fakta dan ketrampilan.

5) Jarang sekali yang mencoba menekankan pada perasaan, emosi

62
Mintarti, Efektivitas Buklet Makjan Sebagai Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan
Perilaku Berusaha Bagi Pedagang Makanan Jajanan (Kasus di Kabupaten Cianjur). Tesis. Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor, 2001, hal. 13
63
Arsyad, A., Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006) hal. 38-39
47

atau sikap.

6) Jika tidak dirawat dengan baik media cetak cepat rusak atau hilang.

Booklet sumber belajar Biologi apabila dilihat dari kelemahan dan

kelebihan booklet secara umum, harus dirancang dan dibuat menarik,

informatif sehingga booklet yang dibuat sebagai sumber belajar ini

mampu memaksimalkan kelebihan booklet dan menutupi kelemahan

booklet.

c. Unsur-unsur Booklet

Unsur-unsur pada Booklet tidak berbeda dari unsur-unsur yang

terdapat pada buku. Menurut Sitepu, unsur-unsur atau bagian-bagian

pokok yang secara fisik terdapat dalam buku, yaitu:64

1) Kulit (cover) dan isi buku

Kulit buku (cover) terbuat dari kertas yang lebih tebal dari

kertas isi buku, fungsi dari kulit buku adalah melindungi isi buku.

Kulit buku terdiri atas kulit depan atau kulit muka, kulit punggung

isi suatu buku apabila lebih dari 100 halaman dijilid dengan lem

atau jahit benang tetapi jika buku kurang dari 100 halaman tidak

menggunakan kulit punggung. Agar lebih menarik kulit buku

didesain dengan menarik seperti pemberian ilustrasi yang sesuai

dengan isi buku dan menggunakan nama.

2) Bagian depan (premlimunaries)

Bagian depan ini memuat halaman judul, halaman kosong,

64
Rizki S.N., Media Pembelajaran Booklet, (online)
(http://www.tintapendidikanindonesia.com) diakses pada 19 November 2018
48

halaman judul utama, halaman daftar isi dan kata pengantar, setiap

nomor halaman depan buku teks menggunakan angka Romawi

kecil.

3) Bagian teks

Bagian teks memuat bahan yang akan disampaikan kepada

siswa, terdiri atas judul bab dan sub judul, setiap bagian dan bab

baru dibuat pada halaman berikutnya dan diberi nomor halaman

yang diawali dengan angka 1.

4) Bagian belakang

Bagian belakang buku terdiri atas daftar pustaka, glosarium

dan indeks, tetapi penggunaan glosarium dan indeks dalam buku

hanya jika buku tersebut banyak menggunakan istilah atau frase

yang memiliki arti khusus dan sering digunakan dalam buku

tersebut.

5) Ukuran huruf

Huruf yang digunakan pada Booklet yaitu jenis font yang

mudah dibaca dan biasanya menggunakan ukuran font 11. Booklet

menghindari penggunaan huruf kapital pada seluruh teks, huruf

kapital digunakan sesuai dengan kebutuhan.

6) Ruang (spasi) kosong

Ruang (spasi) kosong diisi dengan menambahkan kontras.

Pemberian ruang kosong penting untuk memberi kesempatan siswa

untuk beristirahat selama membaca. Ruang kosong dapat berbentuk


49

spasi di sekitar judul, batas tepi, spasi antar kolom, permulaan

paragraf, spasi antar baris dan paragraf. Penyesuaian spasi antar baris

dan penambahan spasi antar paragraf dapat dimanfaatkan

meningkatkan tampilan dan tingkat keterbacaan.

d. Aspek-aspek dalam Booklet

Adapun menurut Susanti (2013) suatu Booklet yang layak

digunakan harus memperhatikan aspek-aspek berikut.65

1) Aspek isi materi

Materi atau isi Booklet harus sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang dijadikan dasar dalam penulisan Booklet karena

materi diharapkan dapat membantu pencapaian tujuan

pembelajaran, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni, mengembangkan kemampuan nalar, dan dapat

mendorong pembacanya untuk dapat berpikir. Berdasar hal

tersebut, hal-hal yang harus diperhatikan pada isi Booklet, yakni:

a) Relevansi

Booklet yang baik memuat materi yang relevan dengan

tuntutan kurikulum yang berlaku dan relevan dengan

kompetensi yang harus dimiliki pada jenjang pendidikan

tertentu. Di sisi lain, Booklet juga harus relevan dengan tingkat

perkembangan dan karakteristik peserta didik pengguna Booklet.

b) Kecukupan

65
Susanti, R. D., Studi Analisis Materi Ajar “Buku Teks Pelajaran” pada Mata Pelajaran
Bahasa Arab di Kelas Tinggi Madrasah Ibtidaiyah. Arabia. Vol 5 No 2. Juli-Desember 2013, hal.
199
50

Kecukupan mengandung arti bahwa Booklet tersebut

memuat materi yang memadai dalam rangka mencapai

kompetensi yang diharapkan.

c) Keakuratan

Keakuratan berarti bahwa isi materi yang disajikan dalam

Booklet benar-benar secara keilmuan, mutakhir, bermanfaat bagi

kehidupan, dan pengemasan materi sesuai dengan hakikat

pengetahuan.

d) Proporsionalitas

Proporsionalitas artinya uraian materi pada Booklet

memenuhi keseimbangan kelengkapan, kedalaman, dan

keseimbangan antara materi pokok dengan materi pendukung.

2) Aspek Penyajian

Booklet yang baik menyajikan bahan secara lengkap,

sistematis, berdasarkan pertimbangan urutan waktu, ruang, maupun

jarak yang disajikan secara teratur, sehingga dapat mengarahkan

kerangka berpikir (mind frame) pembaca melalui penyajian materi

yang logis dan sistematis. Penyajian Booklet mudah dipahami dan

familiar dengan pembaca, penyajian materi dapat menimbulkan

suasana menyenangkan, penyajian materi dapat juga dilengkapi

dengan ilustrasi untuk merangsang pengembangan kreativitas.

3) Aspek bahasa dan keterbacaan

Keterpahaman bahasa atau ilustrasi dapat meningkatkan


51

keterpahaman pembaca apabila pada Booklet digunakan bahasa dan

ilustrasi yang sesuai dengan perkembangan kognisi pembaca,

menggunakan ilustrasi yang jelas dan dilengkapi keterangan.

Ketepatan penggunaan bahasa seperti menggunakan ejaan, kata,

dan istilah dengan benar dan tepat, kalimat dengan baik dan benar,

serta paragraf yang harmonis dan sistematis.

4) Aspek grafika

Grafika merupakan bagian dari Booklet yang bersifat fisik,

seperti ukuran Booklet, jenis kertas, cetakan, ukuran font, warna,

dan ilustrasi. Ketepatan penggunaan seluruh komponen akan

membuat pembaca menyenangi Booklet tersebut.66

e. Penyusunan Booklet

Menurut French (2013) penyusunan booklet menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut.67

1) Memilih judul dan sub judul yang terbaik

Pemilihan judul dan sub judul sangat penting untuk

membantu mendefinisikan isi booklet dan membantu tetap pada

topik bahasan. Judul booklet disarankan untuk memilih topik yang

sempit dan spesifik serta memperhatikan sasaran, keinginan, dan

kebutuhan calon pembaca.

2) Menggunakan struktur yang logis dan format yang konkret.

a) Mengikuti sebuah proses dan pokok pedoman pilihan.

66
Ibid., hal. 223
67
French, C., How to Write…, hal. 12
52

Pada dasarnya penyusunan booklet bertujuan untuk

menunjukkan pada pembaca bagaimana mempersiapkan dan

melakukan kegiatan dan tugas tertentu. Jadi setidaknya ada satu

atau lebih proses yang harus diikuti. Oleh karena itu perlu dibuat

pedoman pilihan bagi orang yang melakukan proses tersebut.

Dengan melakukan hal tersebut, dapat membantu memetakan

proses penyusunan isi booklet.

b) Menggunakan kertas ukuran A5 untuk edisi cetak.

Penggunaan ukuran kertas A5 direkomendasikan untuk

memudahkan pembaca menggunakan booklet sebagai referensi

ketika melakukan kegiatan. Selain itu, booklet dengan ukuran

A5 akan tetap terlihat bagus dalam bentuk e-booklet, ukurannya

sudah umum dikenal pembaca dan mengurangi biaya produksi.

c) Menggunakan panduan style dan pola yang konsisten.

Penggunaan style dan pola yang konsisten akan

memudahkan pembaca untuk memahami isi booklet dan sebagai

indikator proses pada setiap poin. Penerapan konsistensi

penulisan pada booklet dapat dilakukan dengan memperhatikan

penggunaan header (penggunaan penomoran), jenis huruf

(menggunakan satu jenis huruf untuk setiap bagian),

penggunaan numbering/bullets, emphasis/penekanan (contohnya

konsistensi penggunaan huruf miring untuk pernyataan dalam

booklet).
53

d) Perencanaan bagian definisi dengan baik.

Umumnya menggunakan pola apa yang dibutuhkan

sebelum memulai kegiatan, bagaimana memulai kegiatan,

langkah-langkah proses kegiatan dan penyelesaian.

e) Penggunaan bagian dan paragraf bernomor.

Penggunaan bagian dan paragraf bernomor menjadi lebih

bernilai apabila tidak ada angka halaman. Paragraf bernomor

dapat digunakan untuk menandai proses selama kegiatan,

penomoran terutama yang bersifat hierarki dapat memberi

konteks, membantu pembaca menemukan isi dan memberikan

efek psikologis kepada pembaca sehingga materi menjadi lebih

mudah untuk dipelajari.

f) Menggunakan kalimat utama awal paragraf berupa pertanyaan

atau instruksi.

g) Menulis isi paragraf setelah kalimat utama awal dengan singkat.

h) Menyusun daftar isi dengan jelas dan relevan dengan isi booklet.

i) Menggunakan gambar dan diagram yang konsisten.

Pada booklet gambar dan diagram dapat memperjelas isi,

namun dapat pula membingungkan pembaca. Langkah-langkah

penggunaan gambar dan diagram pada booklet dapat dilakukan

dengan cara memberikan nomor pada gambar sehingga mudah

dikaitkan dengan isi teks, memberi keterangan pada gambar, pada

diagram menggunakan notasi, huruf dan ukuran yang konsisten,


54

menggunakan penempatan yang konsisten, menggunakan proporsi

gambar yang konsisten, menggunakan gambar berkualitas baik.

3) Mengadopsi metode penulisan yang sesuai.

Penyusunan booklet tidak dapat dilakukan jika hanya sekedar

menulis saja. Penulisan booklet memiliki skala pembaca yang lebih

besar dan luas sehingga harus dipikirkan dan direncanakan secara

hati-hati. Isi booklet disusun dengan cara sistematis yaitu menyusun

judul, pokok materi, menyusun daftar isi, menyusun perencanaan

kegiatan perlangkah.

Setelah booklet selesai dibuat, yang perlu dilakukan adalah

membaca ulang dan memeriksa dari awal hingga akhir, meminta

orang yang lebih ahli dan dapat dipercaya untuk memberi saran dan

masukan, merevisi booklet sesuai saran, menyelesaikan format yang

dibutuhkan untuk produksi, menyiapkan sampul, membuat preview

copy, revisi akhir sesuai saran dari preview copy, dan produksi.

4) Penggunaan sampul yang baik.

Pembaca banyak menilai buku dari sampulnya. Sampul yang

baik dapat menarik minat pembaca untuk membaca dan membeli

booklet. Sampul sebagai sarana promosi dan penjualan berfungsi

untuk menarik perhatian, menimbulkan minat, memberikan pengaruh

bahwa booklet terlihat sesuai bagi pembaca.68

68
Ibid., hal. 19
55

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan penelitian ini

antara lain mengenai krakteristik morfologi, Kakao (Theobroma cacao L.),

dan media pembelajaran Booklet. Adapun relevansinya dengan penelitian akan

dijelaskan dalam uraian berikut.

1. Penelitian Melia Ariyanti tahun 2017 yang berjudul “Karakteristik Mutu

Biji Kakao (Theobroma cacao L.) Dengan Perlakuan Waktu Fermentasi

berdasarkan SNI 2323-2008”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

mutu biji kakao yang difermentasi 5 dan 6 hari di Belopa, Kab. Luwu

Sulawesi Selatan berdasarkan SNI 2323-2008. Bahan baku yang

digunakan dalam penelitian adalah biji kakao dari petani di Dusun Batu

Titik Desa Batu Lappa, Belopa Kab. Luwu. Biji kakao yang telah

difermentasi selama 5 dan 6 hari kemudian dikeringkan dengan dijemur di

bawah sinar matahari, selanjutnya dianalisa di Laboratorium Pengujian

BBIHP Makassar. Parameter uji berdasarkan syarat mutu biji kakao SNI

2323-2008 meliputi syarat umum dan syarat khusus. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa biji kakao fermentasi 5 dan 6 hari berukuran 94 dan

95 biji per 100 gram, termasuk golongan A. Berdasarkan syarat umum SNI

2323-2008, biji kakao fermentasi 5 dan 6 hari belum memenuhi syarat

mutu untuk kadar air, sedangkan syarat khusus biji belum memenuhi

syarat mutu untuk kadar kotoran. Berdasar syarat khusus, biji kakao
56

fermentasi 5 dan 6 hari hasil penelitian dari Kab. Luwu termasuk mutu

III.69

2. Penelitian Mutmainah, Rifka, Muslimin, dan I Nengah Suwastika pada

tahun 2014 yang berjudul “Variasi Morfologi Buah Beberapa Klon Kakao

Dari Perkebunan Rakyat Kecamatan Sigi Biromaru Dan Palolo Sulawesi

Tengah”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi morfologi buah

kakao pada klon Panter, Irian, ICS 60, Hibrida, Sulawesi 1 dan M01 yang

dibudidayakan pada perkebunan kakao rakyat di Kecamatan Sigi Biromaru

dan Palolo. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode

pengambilan sampel secara purposive sampling. Data yang dikumpulkan

bersifat kuantitatif yang meliputi hasil pengukuran terhadap panjang buah,

diameter buah, panjang rongga buah, diameter rongga buah, tebal epikarp

(eksokarp, mesokarp, dan endokarp), dan jumlah biji pada setiap buah

serta ukuran biji (panjang, lebar dan tebal). Data yang bersifat kualitatif

meliputi bentuk buah, konstruksi apeks dan basal serta keadaan alur dan

permukaan buah. Hasil penelitian menunjukan buah dari keenam klon

menunjukkan ciri morfologi buah yang bervarisi. Klon Panter merupakan

klon dengan rata-rata ukuran buah paling besar dibandingkan klon lainnya.

Jumlah biji yang dihasilkan klon ini paling banyak dengan kualitas biji

AA.70

69
Melia Ariyanti tahun 2017 yang berjudul “Karakteristik Mutu Biji Kakao (Theobroma
cacao L.) dengan Perlakuan Waktu Fermentasi berdasarkan SNI 2323-2008”. Jurnal Industri Hasil
Perkebunan.Vol. 12 No. 1 (2017): 34-42
70
Mutmainah, Rifki, Muslimin, dan I Nengah Suswastika, “Variasi Morfologi Buah
Beberapa Klon Kakao Dari Perkebunan Rakyat Kecamatan Sigi Biromaru Dan Palolo Sulawesi
Tengah”. Jurnal of Natural Science. Vol. 3(3) : 278-286
57

3. Penelitian Asmini Budiani & Darmono Taniwiryono, Agustin Sri

Mulyaatni melalui “Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Kakao

(Theobroma Cacao L.) Terhadap Escherichia Coli, Bacillus Subtilis, dan

Staphylococcus Aureus”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai

potensi ekstrak kulit kakao sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli,

Bacillus subtilis, dan Staphylococcus aureus, dan untuk menentukan

konsentrasi hambat minimum (MIC) ekstrak kulit kakao ke tiga bakteri uji.

Ekstraksi kulit kakao dilakukan dengan metode maserasi menggunakan

etanol 96%. Analisis aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi

cakram kertas. Rancangan Acak Lengkap dari presentase faktor tunggal

yaitu konsentrasi ekstrak 0; 1; 2; 4; 8; 16; 32; dan 64% (g / mL) dengan

tiga replikan diterapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit

buah kakao memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus, B. subtilis,

dan E. coli dengan MIC adalah 8% (g / mL). ), 16% (g / mL), dan 32% (g /

mL) masing-masing.71

4. Penelitian Kurnia Ratna Dewi P., Heribertus Soegiyanto, dan Chatarina

Muryani Tahun 2016 yang berjudul “Pengembangan Media Booklet

Berbasis SETS Pada Materi Pokok Mitigasi dan Adaptasi Bencana Alam

Untuk Kelas X SMA”. Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1)

mengembangkan media Booklet berbasis SETS sebagai media

pembelajaran pada materi pokok mitigasi dan adaptasi bencana alam di

SMA Negeri 8 Surakarta, 2) mengetahui efektivitas pembelajaran dengan


71
Asmini Budiani & Darmono Taniwiryono dkk., “Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit
Buah Kakao (Theobroma cacao L .) Terhadap Escherichia Coli, Bacillus Subtilis, Dan
Staphylococcus Aureus,” Menara Perkebunan 80, no. 2 (2012): 77–84.
58

penggunaan media Booklet berbasis SETS pada materi pokok mitigasi dan

adaptasi bencana alam pada hasil belajar siswa kelas X di SMA Negeri 8

Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, telah berhasil

dikembangkan media Booklet berbasis SETS dengan hasil validasi secara

keseluruhan yaitu 77,35% dengan kriteria kelayakan “layak” digunakan

sebagai media pembelajaran. Selanjutnya dari hasil uji efektivitas

diketahui bahwa thitung > ttabel sehingga dapat diartikan media Booklet

berbasis SETS efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas X pada

materi pokok mitigasi dan adaptasi bencana alam.72

5. Penelitian Avisha Puspita, Arif Didik K., dan Hanum Mukti R., tahun

2017 yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Booklet Pada

Materi Sistem Imun Terhadap hasil Belajar Siswa Kelas XI SMAN 8

Pontianak”. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media

pembelajaran Booklet sistem imun. Metode yang digunakan dalam

penelitian yaitu model pengembangan 4-D (four D model). Berdasarkan

penelitian diperoleh hasil validasi media Booklet yaitu sebesar 89,3%

dengan kriteria sangat valid dan kepraktisan media sebesar 89,3% dengan

kategori sangat praktis. Respon siswa terhadap media Booklet ada uji skala

kecil dan skala besar berturut-turut yaitu sebesar 90,2% dan 86,5%

(kategori respon positif). Berdasarkan pengukuran efektifitas penggunaan

media diperoleh nilai gain sebesar 0,51 dengan kategori sedang.

72
Kurni Ratnadewi P., Heribertus S., Chatarina M., “Pengembangan Media Booklet
Berbasis Sets Pada Materi Pokok Mitigasi Dan Adaptasi Bencana Alam Untuk Kelas X SMA”.
Jurnal GeoEco. Vol. 2 No. 2 (2016) : 147-154
59

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil

pengembangan media Booklet dapat dikatakan valid, praktis dan efektif.73

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti dan


No. Persamaan Perbedaan
Judul Penelitian
Melia Ariyanti (2017) 1. Sama-sama mengkaji 1. Tujuan penelitian
“Karakteristik Mutu karakteristik tanaman berbeda
Biji Kakao Kakao. Karakteristik 2. Lokasi penelitian
(Theobroma cacao L.) yang dikaji pada berbeda
Dengan Perlakuan penelitian terdahulu
Waktu Fermentasi berfokus pada mutu
berdasarkan SNI 2323- biji Kakao dengan
2008”. perlakuan waktu
1.
fermentasi.Pada
penelitian sekarang
karakteristik berfokus
pada morfologi
tanaman Kakao.
2. Sama-sama
menggunakan
penelitian kualitatif
Mutmainah, Rifka, 1. Sama-sama mengkaji
1. Tujuan penelitian
Muslimin, dan I tentang morfologi
berbeda
Nengah Suwastika tumbuhan Kakao.
2. Jenis penelitian
(2014) “Variasi Morfologi yang dikaji
yang digunakan
Morfologi Buah pada penelitian
berbeda. Penelitian
Beberapa Klon Kakao terdahulu mengenaiterdahulu
Dari Perkebunan variasi buah beberapa
menggunakan
2.
Rakyat Kecamatan Sigi klon kakao. Pada penelitian
Biromaru Dan Palolo penelitian sekarang
kuantitatif.
Sulawesi Tengah”. mengkaji morfologiPenelitian sekarang
Kakao secara
menggunakan
keseluruhan. kualitatif
3. Lokasi penelitian
berbeda
Asmini B & Darmono 1. Sama-sama 1. Tujuan penelitian
T., Agustin Mulyaatni menjadikan buah berbeda
(2012) “Aktivitas Kakao sebagai objek 2. Jenis penelitian
Antibakteri Ekstrak penelitian. yang digunakan
3.
Kulit Buah Kakao berbeda. Penelitian
(Theobroma Cacao L.) terdahulu
Terhadap Escherichia menggunakan
Coli, Bacillus penelitian

73
Avisha Puspita, Arif Didik K., dan Hanum Mukti R., “Pengembangan Media
Pembelajaran Booklet Pada Materi Sistem Imun Terhadap hasil Belajar Siswa Kelas XI SMAN 8
Pontianak”. Jurnal Bioeducation, Vol.4 No. 1 (2017) : 64-73
60

Subtilis,dan kuantitatif.
Staphylococcus Penelitian sekarang
Aureus” menggunakan
kualitatif
Kurnia Ratna Dewi P., 1. Sama-sama mengkaji 1. Tujuan penelitian
Heribertus Soegiyanto, Booklet sebagai alat berbeda
dan Chatarina Muryani bantu dalam 2. Materi yang diteliti
(2016) “Pengembangan pembelajaran. berbeda
Media Booklet 3. Lokasi penelitian
Berbasis SETS Pada berbeda
4. Materi Pokok Mitigasi 4. Jenis penelitian
dan Adaptasi Bencana terdahulu
Alam Untuk Kelas X menggunakan R &
SMA”. D. Penelitian
sekarang
menggunakan
kualitatif
Avisha Puspita, Arif 1. Sama-sama mengkaji 1. Tujuan penelitian
Didik K., dan Hanum Booklet sebagai alat berbeda
Mukti R. (2017) bantu dalam 2. Materi yang diteliti
“Pengembangan Media pembelajaran. berbeda
Pembelajaran Booklet 3. Lokasi penelitian
Pada Materi Sistem berbeda
5. Imun Terhadap hasil 4. Jenis penelitian
Belajar Siswa Kelas XI terdahulu
SMAN 8 Pontianak”. menggunakan R &
D. Penelitian
sekarang
menggunakan
kualitatif

C. Paradigma Penelitian

Wisata Edukasi Kampung Coklat merupakan kawasan wisata yang

dibuat sebagai media pengenalan dan pembelajaran tentang pertanian kakao

mulai dari pembibitan sampai produksi menjadi coklat yang siap dipasarkan.

Namun sayangnya, informasi mengenai karakterisitik tanaman kakao beserta

jenis-jenisnya masih sangat kurang sehingga kebanyakan wisatawan yang

berkunjung tidak mendapatkan gambaran yang jelas tentang tanaman kakao.

Hal itu juga menyebabkan wisatawan dan masyarakat sekitar Kampung


61

Coklat lebih tertarik terhadap hasil olahan kakao seperti ice cream, bubuk

coklat, minuman coklat, mie coklat dan pernak-pernik cokelat lainnya. Oleh

karena itu, perlu adanya penelitian mengenai morfologi tanaman kakao mulai

dari akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji nya. Pengamatan morfologi

Kakao (Theobroma cacao L.) merujuk pada karakter morfologi menurut

Tjitrosoepomo.

Adanya pengamatan morfologi kakao akan menambah informasi bagi

pengunjung setelah sebelumnya hanya informasi mengenai teknik budidaya

dan pengolahan kakao saja yang mereka peroleh. Data yang diperoleh hasil

pengamatan akan disusun dalam bentuk Booklet yang nantinya dijadikan

sebagai sumber informasi tambahan bagi pengunjung wisata dan masyarakat

sekitar Kampung Coklat. Adanya Booklet tersebut menjadikan Wisata

Edukasi Kampung Coklat lebih berkualitas. Di samping itu, Booklet Kakao

juga dapat dijadikan sebagai sumber belajar bagi mahasiswa Biologi dalam

mempelajari Morfologi Tumbuhan.


62

Wisatawan dan masyarakat Informasi mengenai karakteristik


sekitar Kampung Coklat hanya dan jenis-jenis tanaman kakao
mengenal produk olahan kakao masih sedikit

Perlu adanya informasi tentang


Tanaman Kakao

Pengamatan karakter morfologi


tanaman kakao di Kampung Coklat

Informasi mengenai Tanaman kakao


bertambah

Wisata Edukasi Kampung Coklat


menjadi lebih berkualitas

Data hasil pengamatan disusun dalam bentuk


Booklet Kakao sebagai sumber belajar

Booklet dapat menjadi sumber Booklet dapat menjadi sumber


informasi bagi wisatawan dan belajar bagi mahasiswa Biologi
masyarakat sekitar Kampung Coklat dalam mempelajari Morfologi
Tumbuhan

Bagan 2.1 Paradigma Penelitian

Anda mungkin juga menyukai