ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA:
Kejang
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
• pasien kejang sejak 1 hari SMRS sebanyak 2 kali selama 5 menit, mata mendelik
keatas,dan sebelum ke RS. pasien kejang pertama jam 16.00 1 hari SMRS selama 5 menit
mata mendelik ke atas dan kejang ke 2 sebelum ke RS jam 08 selama 5 menit mata
mendelik ke atas.
• Pasien demam sejak 4 hari SMRS, demam dirasakan sepanjang hari, demam turun sebentar
setelah minum obat
• Napsu makan pasien baik, pasien masih bisa minum
STATUS GENERALIS
• Keadaan Umum : Baik
• Kesadaran : Komposmentis Kooperatif
• Frekuensi Nadi : 110x/menit
• FrekuensiNafas : 32 x/menit
• Suhu : 37,8oC
• Berat Badan : 9 kg
Pemeriksaan khusus:
Kepala:
- Normochepal
- Mata: konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, diameter pupil 2mm/2mm, refleks pupil +/+
- Hidung: sumbatan (-), deviasi septum (-), polip (-), sekret (-)
- Telinga: tofus (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan tragus (-)
- Gigi dan mulut: caries (-)
- Tenggorokan: tonsil T1 – T1, faring hiperemis
Leher:
- KGB tidak teraba membesar
- Kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Thorax:
- Paru-Paru
Inspeksi : Normochest, gerakan paru simetris kiri dan kanan, retraksi (+)
Palpasi : taktil fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor kiri dan kanan
Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-)
- Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidakterlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V, tidak kuat angkat, luas 1-2
jari, thrill (-)
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : BJ I, BJ II murni (+), irama reguler, bising (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Supel, Hepar/ Lien tidak teraba, Ballotemen ginjal (-), undulasi (-), shifting
dullnes (-), nyeri tekan epigastrium (-), nyeri lepas (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Punggung:
Nyeri tekan CVA -/-
Nyeri ketok CVA -/-
Alat Kelamin: tidak dilakukan pemeriksaan
Anus : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstrimitas:
- Refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-
- Akral hangat, perfusi baik
Laboratorium:
Hasil lab tanggal 8 November 2020
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan
Darah Perifer Lengkap:
• Haemoglobin 10,8 gr/dl 12-14 gr/dl
• Leukosit 9.500 /ul 4,4 – 10 x 103 /ul
• Eritrosit 4,15/m
Diagnosa Kerja:
Kejang Demam Sederhana
Tatalaksana
• 0ksigen 0,5 – 1 liter
• IVFD D5 10 tpm mikro
• Ij fenobarbital 15 ml/12 jam
• Paracetamol drop 4 x 1,2 cc
TINJAUAN PUSTAKA
KEJANG DEMAM SEDERHANA
DEFINISI
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
lebih dari 38ºC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.1-3 Mengenai definisi kejang
demam ini masing-masing peneliti membuat batasan-batasan sendiri, tetapi pada garis besarnya
hampir sama. Menurut ConsensusStatement on Febrile Seizures, kejang demam adalah suatu
kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur antara umur 3 bulan dan 5 tahun,
berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab
tertentu.1,2 Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak
termasuk. Derajat tingginya demam yang dianggap cukup untuk diagnosis kejang demam ialah
38ºC atau lebih, tetapi suhu sebenarnya saat kejang tidak diketahui. Anak yang pernah mengalami
kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam.
Kejang disertai demam pada bayi usia kurang dari 1 bulan tidak termasuk kejang demam.1
EPIDEMIOLOGI
Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa
Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi, kira-kira 20% kasus merupakan kejang demam kompleks.
Umumnya kejang demam timbul pada tahun kedua kehidupan (17-23 bulan). Kejang demam
sedikit lebih sering terjadi pada laki-laki.3
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kejang pada seorang anak yang mengalami
demam dan sebelumnya tidak ada riwayat epilepsi. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan lanjutan
yang perlu dilakukan jika didapatkan karakteristik khusus pada anak,yaitu:1,5,6,7
• Pungsi lumbal
Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal yang dilakukan untuk menyingkirkan
meningitis terutama pada pasien kejang demam pertama. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk
menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak
jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:
1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.3
• EEG
EEG adalah pemeriksaan gelombang otak untuk meneliti ketidak-normalan gelombang.
Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada kejang demam yang baru terjadi sekali
tanpa adanya defisit neurologis.2,3 Saat ini pemeriksaan EEG tidak dianjurkan untuk pasien
kejang demam sederhana.1,3
Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas.
Misalnya: kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam
fokal.3
• Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor,
magnesium, atau gula darah tidak rutin dilakukan pada kejang demam pertama. Pemeriksaan
laboratorium harus ditujukan untuk mencari sumber demam, bukan sekedar sebagai
pemeriksaan rutin.3
DIAGNOSIS BANDING
Menghadapi seorang anak yang menderita demam dengan kejang, harus dipikirkan apakah
penyebab dari kejang itu di dalam atau di luar susunan saraf pusat (otak). Kelainan di dalam otak
biasanya karena infeksi, misalnya meningitis, ensefalitis, abses otak dan lain-lain. Oleh sebab itu
perlu waspada untuk menyingkirkan dahulu apakah ada kelainan organis di otak. Baru sesudah itu
dipikirkan apakah kejang demam ini tergolong dalam kejang demam sederhana atau epilepsi yang
diprovokasi oleh demam. Infeksi susunan saraf pusat dapat disingkirkan dengan pemeriksaan
klinis dan cairan cerebrospinal. Kejang demam yang berlangsung lama kadang-kadang diikuti
hemiparesis sehingga sukar dibedakan dengan kejang karena proses intrakranial. Sinkop juga
dapat diprovokasi oleh demam, dan sukar dibedakan dengan kejang demam. Anak dengan demam
tinggi dapat mengalami delirium, menggigil, pucat dan sianosis sehingga menyerupai kejang
demam.1
TATALAKSANA
Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu: pengobatan
fase akut, pemberian obat pada saat demam, mencari dan mengobati penyebab, dan pengobatan
profilaksis terhadap berulangnya kejang demam;2,3
• Pengobatan fase akut
Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah
aspirasi ludah atau muntahan. Jalan napas harus bebas agar oksigenasi terjamin. Perhatikan
keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu
tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres air dingin dan pemberian antipiretik.2,3
Obat yang paling cepat untuk menghilangkan kejang adalah diazepam yang diberikan
secara intravena atau intrarektal. Kadar diazepam tertinggi dalam darah akan tercapai dalam
waktu 1-3 menit apabila diazepam diberikan intravena dan dalam waktu 5 menit apabila
diberikan intrarektal. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah
adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5
mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari
10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis
7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun. Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum
berhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit.
Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB perlahan-lahan
dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu lebih dari 2 menit, dengan dosis maksimal
20 mg. Apabila kejang tidak berhenti dapat diberikan diazepam lagi dengan dosis dan cara
yang sama. Bila kejang tidak berhenti diberikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB
secara intravena perlahan-lahan dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50
mg/kg/menit. Dosis selanjutnya diberikan 4-8 mg/kg/hari, 12-24 jam setelah dosis awal.
Dalam waktu 30-60 menit kadar diazepam dalam otak sudah menurun dan pasien dapat
kejang kembali. Oleh karena itu setelah kejang berhenti harus diberikan obat dengan masa
kerja yang lama misalnya valproat atau fenobarbital. Fenobarbital diberikan secara
intramuskular dengan loadingdose. Dosis awal 10-20 mg/kg dan dosis selanjutnya 4-8
mg/kg/hari. Diberikan 24 jam setelah dosis awal.
Fenobarbital dosis tinggi intravena dapat menyebabkan depresi pernapasan, hipotensi,
letargi dan somnolen, sehingga pemberian harus dipantau dengan ketat. Diazepam juga
mempunyai efek samping hipotensi dan depresi pernapasan,sebab itu setelah pemberian
fenobarbital dosis tinggi jangan diberikan diazepam.2,3
5 – 15 menit
KEJANG
Perhatikan jalan napas, kebutuhanO2 atau bantuan
pernapasan
Bila kejang menetap 3-5 menit,