Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan IPA
Dosen Pengampu
Disusun oleh :
Kelompok 4
ROMBEL G
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul
“ANALISIS KURIKULUM IPA SD”
Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
Daftar ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... 2
Daftar ISI......................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................................................... 5
1.3 TUJUAN................................................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................. 6
2.1 Permeendikbud No 57 Tahun 2014........................................................................................6
2.2 Permendikbud No 21,22,23,24 Tahun 2016........................................................................ 11
2.2.1 Permendikbud no 21 tahun 2016...................................................................................11
2.2.2 Permendikbud no 22 tahun 2016...................................................................................13
2.2.3 Permendikbud no 23 tahun 2016...................................................................................13
2.2.4 Permendikbud no 24 tahun 2016...................................................................................21
2.3 Pemendikbud No 37 Tahun 2018.........................................................................................24
2.4 Permendikbud No 20 Tahun 2018....................................................................................... 28
BAB III PENUTUP....................................................................................................................... 38
3.1 KESIMPULAN.................................................................................................................... 38
3.2 SARAN................................................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................... 39
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
kebingungan untuk mengimplementasikan kurikulum 2013. Dalam hal ini pada aspek
penilaian. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan
untuk memperoleh data dan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik.
Sedangkan kita tahu bahwa untuk mencapai standar kompetensi lulusan sangat berhubungan
degan penilaian hasil belajar. Sehingga penilaian merupakan hal yang sangat wajib dilakukan
oleh satuan pendidikan maupun pendidik.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui Analisis Permendikbud No 57 Tahun 2014
2. Untuk mengetahui Analisis Permendikbud No 20,21,22,23,24 Tahun 2016
3. Untuk mengetahui Analisis Permendikbud No 20 Tahun 2018
4. Untuk mengetahui Analisis Permendikbud No 37 Tahun 2018
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pasal 1
1) Kurikulum pada Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah yang telah dilaksanakan sejak
tahun ajaran 2013/2014 disebut Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.
2) Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana dimaksud pada ayat
terdiri atas:
b. Struktur Kurikulum;
c. Silabus; dan
Pasal 2
1) Struktur Kurikulum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf b merupakan
pengorganisasian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, muatan pembelajaran, mata
pelajaran, dan beban belajar.
2) Kompetensi Inti pada Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana
6
dimaksud pada ayat (1) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik sekolah dasar/madrasah
ibtidaiyah pada setiap tingkat kelas.
3) Kompetensi Inti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:
a. Kompetensi Inti sikap spiritual;
Pasal 4
Pasal 5
2) Mata pelajaran umum Kelompok A sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
7
merupakan program kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sikap,
kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik sebagai dasar dan
penguatan kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3) Mata pelajaran umum Kelompok B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan program kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sikap,
kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik terkait lingkungan
dalam bidang sosial, budaya, dan seni.
4) Muatan dan acuan pembelajaran mata pelajaran umum Kelompok A sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) bersifat nasional dan dikembangkan oleh Pemerintah.
5) Muatan dan acuan pembelajaran mata pelajaran umum Kelompok B sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) bersifat nasional dan dikembangkan oleh Pemerintah dan dapat
diperkaya dengan muatan lokal oleh pemerintah daerah dan/atau satuan pendidikan
6) Mata pelajaran umum Kelompok A sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti;
c. Bahasa Indonesia;
d. Matematika;
7) Mata pelajaran umum Kelompok B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri
atas:
a. Seni Budaya dan Prakarya; dan
b. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan.
8) Mata pelajaran umum Kelompok B sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dapat ditambah
dengan mata pelajaran muatan lokal yang berdiri sendiri.
Pasal 6
1) Madrasah ibtidaiyah dapat menambah mata pelajaran rumpun pendidikan agama Islam
dan bahasa arab selain Mata pelajaran umum Kelompok A sebagaimana dimaksud dalam
8
Pasal 4 ayat (6).
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penambahan mata pelajaran rumpun pendidikan
agama Islam dan bahasa arab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh
menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama.
Pasal 7
1) Beban belajar merupakan keseluruhan muatan dan pengalaman belajar yang harus
diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pelajaran.
Beban belajar di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah terdiri atas:
a. kegiatan tatap muka;
c. kegiatan mandiri.
2) Beban belajar kegiatan tatap muka sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
dinyatakan dalam jumlah jam pelajaran per minggu, dengan durasi setiap satu jam
pelajaran adalah 35 (tiga puluh lima) menit;
3) Beban belajar kegiatan terstruktur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan
beban belajar kegiatan mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c paling
banyak 40% (empat puluh persen) dari waktu kegiatan tatap muka tema pembelajaran
yang bersangkutan.
4) Beban belajar satu minggu untuk:
9
Pasal 8
Silabus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf c merupakan rencana
pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema pembelajaran tertentu yang mencakup
Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar
Pasal 9
2) Silabus mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dikembangkan oleh Pemerintah.
3) Silabus tematik terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikembangkan
oleh Pemerintah dan dapat diperkaya dengan muatan lokal oleh pemerintah daerah.
4) Silabus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan oleh pendidik sebagai acuan
dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.
5) Silabus Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 10
10
a. memahami secara utuh mata pelajaran dan tema pembelajaran sesuai dengan
karateristik Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah; dan
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 1
1) Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi
terdiri dari Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti sesuai dengan jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
11
2) Kompetensi Inti meliputi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan.
3) Ruang lingkup materi yang spesifik untuk setiap mata pelajaran dirumuskan berdasarkan
Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
4) Standar Isi untuk muatan peminatan kejuruan pada SMK/MAK setiap program keahlian
diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Menengah.
5) Pencapaian Kompetensi Inti dan penguasaan ruang lingkup materi pada setiap mata
pelajaran untuk setiap kelas pada tingkat kompetensi sesuai dengan jenjang dan jenis
pendidikan tertentu ditetapkan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
6) Perumusan Kompetensi Dasar pada setiap Kompetensi Inti untuk setiap mata pelajaran
sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu ditetapkan oleh Pusat Kurikulum dan
Perbukuan.
7) Perumusan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti Sikap Spiritual sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (6) pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budipekerti disusun
secara jelas.
8) Perumusan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti Sikap Soial sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan disusun
secara jelas.
9) Standar Isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran yang merupakan
bagian yang tidak terpisah dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Satuan Pendidikan Dasar dan Satuan
Pendidikan Menengah wajib menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini paling lambat 3 (tiga)
tahun untuk semua tingkat kelas.
Pasal 3
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 4
Pasal 1
1) Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah selanjutnya disebut Standar Proses
merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan
satuan pendidikan dasar menengah untuk mencapai kompetensi lulusan.
2) Standar Proses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 3
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1) Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip,
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan
13
sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.
2) Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik.
3) Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
4) Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian Kompetensi Peserta
Didik secara berkelanjutan dalam proses Pembelajaran untuk memantau kemajuan dan
perbaikan hasil belajar Peserta Didik.
5) Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari
suatu satuan pendidikan.
6) Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah kriteria ketuntasan
belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang mengacu pada standar kompetensi
BAB II
LINGKUP PENILAIAN
Pasal 2
Penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdiri atas:
1) Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah
meliputi aspek:
a. sikap;
b. pengetahuan; dan
c. keterampilan.
14
2) Penilaian sikap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh informasi deskriptif mengenai perilaku peserta
didik.
3) Penilaian pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan kegiatan
yang dilakukan untuk mengukur penguasaan pengetahuan peserta didik.
4) Penilaian keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan kegiatan
yang dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dalam
melakukan tugas tertentu.
5) Penilaian pengetahuan dan keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)
dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan/atau Pemerintah.
BAB III
TUJUAN PENILAIAN
Pasal 4
1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses,
kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
2) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian Standar
Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran.
3) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi
lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu.
BAB IV
PRINSIP PENILAIAN
Pasal 5
a. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur;
b. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi
subjektivitas penilai;
c. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
15
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status
sosial ekonomi, dan gender.
d. terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan
pembelajaran;
e. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat
diketahui oleh pihak yang berkepentingan;
f. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi
dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau dan menilai
perkembangan kemampuan peserta didik;
g. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah baku;
h. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang
ditetapkan; dan
i. akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segimekanisme,
prosedur, teknik, maupun hasilnya.
BAB V
BENTUK PENILAIAN
Pasal 6
1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan, pengamatan,
penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan.
2) Penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk:
a. mengukur dan mengetahui pencapaian kompetensi Peserta Didik;
b. memperbaiki proses pembelajaran; dan
c. menyusun laporan kemajuan hasil belajar harian, tengah semester, akhir semester, akhir
tahun. dan/atau kenaikan kelas.
3) Pemanfaatan hasil penilaian oleh pendidik sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) diatur
lebih lanjut oleh Direktorat Jenderal terkait.
Pasal 7
1) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan dalam bentuk ujian
16
sekolah/madrasah.
2) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
digunakan untuk penentuan kelulusan dari satuan pendidikan.
3) Satuan pendidikan menggunakan hasil penilaian oleh satuan pendidikan dan hasil penilaian
oleh pendidik sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) untuk melakukan perbaikan
dan/atau penjaminan mutu pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
4) Dalam rangka perbaikan dan/atau penjaminan mutu pendidikan sebagai mana yang dimaksud
pada ayat (3), satuan pendidikan menetapkan kriteria ketuntasan minimal serta kriteria
dan/atau kenaikan kelas peserta didik.
Pasal 8
1) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional dan/atau
bentuk lain yang diperlukan.
2) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dalam bentuk Ujian Nasional digunakan sebagai dasar
untuk:
a. pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;
b. pertimbangan seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikutnya; dan
c. pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
BAB VI
MEKANISME PENILAIAN
Pasal 9
17
teknik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai;
e. peserta didik yang belum mencapai KKM satuan pendidikan harus mengikuti
pembelajaran remedi; dan
f. hasil penilaian pencapaian pengetahuan dan keterampilan peserta didik disampaikan
dalam bentuk angka dan/atau deskripsi.
2) Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme penilaian oleh pendidik diatur dalam pedoman yang
disusun oleh Direktorat Jenderal terkait berkoordinasi dengan Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementerian.
Pasal 10
b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan pada semua mata pelajaran mencakup
aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
c. penilaian pada akhir jenjang pendidikan dilakukan melalui ujian sekolah/madrasah;
d. laporan hasil penilaian pendidikan pada akhir semester dan akhir tahun ditetapkan dalam
rapat dewan pendidik berdasar hasil penilaian oleh Satuan Pendidikan dan hasil penilaian
oleh Pendidik; dan
e. kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan ditetapkan melalui
rapat dewan pendidik.
2) Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme penilaian oleh satuan pendidikan diatur dalam
pedoman yang disusun oleh Direktorat Jenderal terkait berkoordinasi dengan Badan Penelitian
dan Pengembangan Kementerian.
Pasal 11
a. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional (UN) dan/atau
bentuk lain dalam rangka pengendalian mutu pendidikan;
b. penyelenggaraan UN oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bekerjasama dengan
instansi terkait untuk mengukur pencapaian kompetensi lulusan.
c. hasil UN disampaikan kepada peserta didik dalam bentuk sertifikat hasil UN;
18
d. hasil UN disampaikan kepada satuan pendidikan untuk dijadikan masukan dalam perbaikan
proses pembelajaran;
e. hasil UN disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai dasar untuk:
pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan; pertimbangan seleksi masuk jenjang
pendidikan berikutnya; serta pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan
dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan;
f. bentuk lain penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dapat dilakukan dalam bentuk survei
dan/atau sensus; dan
g. bentuk lain penilaian hasil belajar oleh Pemerintah diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB VI
PROSEDUR PENILAIAN
Pasal 12
19
Pasal 13
1) Prosedur penilaian proses belajar dan hasil belajar oleh pendidik dilakukan dengan urutan:
a. menetapkan tujuan penilaian dengan mengacu pada RPP yang telah disusun;
b. menyusun kisi-kisi penilaian;
c. membuat instrumen penilaian berikut pedoman penilaian;
d. melakukan analisis kualitas instrumen;
e. melakukan penilaian;
f. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;
g. melaporkan hasil penilaian; dan
h. memanfaatkan laporan hasil penilaian.
2) Prosedur penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan dengan mengkoordinasikan
kegiatan dengan urutan:
a. menetapkan KKM;
b. menyusun kisi-kisi penilaian mata pelajaran;
c. menyusun instrumen penilaian dan pedoman penskorannya;
d. melakukan analisis kualitas instrumen;
e. melakukan penilaian;
f. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;
g. melaporkan hasil penilaian; dan
h. memanfaatkan laporan hasil penilaian.
3) Prosedur penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan dengan urutan:
a. menyusun kisi-kisi penilaian;
b. menyusun instrumen penilaian dan pedoman penskorannya;
c. melakukan analisis kualitas instrumen;
d. melakukan penilaian;
e. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;
f. melaporkan hasil penilaian; dan
g. memanfaatkan laporan hasil penilaian.
4) Ketentuan lebih lanjut tentang prosedur Penilaian oleh Pendidik sebagai mana dimaksud pada
ayat (1) serta Penilaian oleh Satuan Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dalam pedoman yang disusun oleh Direktorat Jenderal terkait berkoordinasi dengan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian.
20
BAB VII
INSTRUMEN PENILAIAN
Pasal 14
1) Instrumen penilaian yang digunakan oleh pendidik dalam bentuk penilaian berupa tes,
pengamatan, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan
karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
2) Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk penilaian akhir
dan/atau ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa,
serta memiliki bukti validitas empirik.
3) Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk UN memenuhi
persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik serta
menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antarsekolah, antardaerah, dan antartahun.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
Pasal 16
21
TENTANG KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PELAJARAN PADA
KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH
BAB I
UMUM
Pasal 1
1) Kurikulum 2013 pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah mencakup Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
BAB II
Pasal 2
1) Kompetensi inti pada kurikulum 2013 merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas.
2) Kompetensi dasar merupakan kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus
dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang
22
mengacu pada kompetensi inti.
3) Kompetensi inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. kompetensi inti sikap spiritual;
b. kompetensi inti sikap sosial;
c. kompetensi inti pengetahuan; dan
d. kompetensi inti keterampilan.
4) Kompetensi dasar pada kurikulum 2013 berisi kemampuan dan materi pembelajaran untuk
suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi
inti.
5) Kompetensi inti dan kompetensi dasar digunakan sebagai dasar untuk perubahan buku teks
pelajaran pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
BAB III
KETENTUAN LAIN
Pasal 3
Dokumen yang memuat kompetensi inti dan kompetensi dasar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 4
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka ketentuan yang mengatur tentang
Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Muatan Pembelajaran dalam Struktur Kurikulum, Silabus,
Pedoman Mata Pelajaran, dan Pembelajaran Tematik Terpadu sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58
Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah,
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum
2013 Sekolah
23
Menengah Atas/Madrasah Aliyah, dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 60
Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 5
Berisi Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum
2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Memutuskan bahwa:
Pasal I
1. Di antara Pasal 2 dan Pasal 3disisipkan 1 (satu) Pasal yaitu Pasa l2A sebagai berikut:
Pasal 2A
Kompetensi Inti (KI) adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi
Lulusan yang harus dimiliki peserta didik. Setiap tingkat kelas atau program harus
mengupayakan pencapaian Kompetensi Inti sebagai landasan pengembangan Kompetensi
Dasar.
Kompetensi Dasar (KD) merupakan kemampuan untuk mencapai Kompetensi Inti yang
harus diperoleh peserta didik melalui pembelajaran. Kompetensi dasar berisi sejumlah
kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu, sebagai
rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.
Di dalam setiap rumusan Kompetensi Dasar, terdapat unsur kemampuan berpikir yang
dinyatakan dalam kata kerja dan materi.
Di dalam Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018 adapun hal-hal yang menjadi kajian
adalah sebagai berikut:
2.Sikap Sosial
3.Pengetahuan
4.Keterampilan
b) Rumusan Kompetensi:
1. Sikap Spiritual yaitu “Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya”
Konsep mata pelajaran Informatika sedikit berbeda dengan pelajaran TIK, meskipun ada
beberapa hal yang diadaptasi. Mata pelajaran Informatika tidak hanya mempelajari tentang
beragam perangkat lunak komputer. Mata pelajaran Informatika juga mengajak peserta didik
untuk memecahkan masalah dan membuat aplikasi dengan berpikir kritis.
Penambahan mata pelajaran Informatika ini diharapkan dapat membantu peserta didik
dalam upaya memecahkan masalah, berpikir kritis, berinovasi, serta membangun jiwa
kolaborasi melalui pemanfatan teknologi. Peserta didik dituntut untuk berpikir komputasional
dengan mempelajari beragam disiplin ilmu. baik informatika atau pun noninformatika.
Produk TIK untuk menunjang pembelajaran dan tugas sehari-hari tersebut masih perlu
dijalankan sebagai bagian dari program literasi digital yang sudah berjalan. Nantinya, mata
pelajaran Informatika akan mencakup lima materi yang bakal menunjang kompetensi siswa
di era revolusi industri 4.0. Kelima materi tersebut adalah teknik komputer, jaringan
komputer/internet, analisis data, dampak sosial informatika, dan programming.
Mata pelajaran Informatika akan didesain sesuai dengan kebutuhan masa depan dari
peserta didik. Sesuai dengan bunyi Pasal 1 Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018 disebutkan
bahwa muatan informatika pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dapat
digunakan sebagai alat pembelajaran dan/atau dipelajari melalui ekstrakurikuler dan/atau
muatan lokal.
27
Sedangkan mata Pelajaran Informatika pada Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs) dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) dimuat
dalam Kompetensi Dasaryang digunakan sebagai acuan pembelajaran.
Dengan masuknya mata pelajaran Informatika pada Kurikulum 2013 ini, maka secara
otomatis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah sebagaimana tercantum dalam peraturan
sebelumnya (Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016) mengalami perubahan. Masuknya mata
pelajaran Informatika ke dalam Kurikulum 2013 menjadikan perlu penambahan Kompetensi
Inti dan Kompetensi Dasar Informatika.
Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK merupakan bagian dari
Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Agar pelaksanaan Penguatan Pendidikan
Karakter memiliki payung hukum yang kuat maka dikeluarkanlah Peraturan Presiden Nomor
87 tahun 2017.
Oleh karena itu diterbitkanlah Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter pada lembaga pendidikan formal.
Berikut ini adalah pasal - pasal yang tercantum dalam Permendikbud Nomor 20 Tahun
2018, yaitu.
28
Pasal 1
2. Satuan Pendidikan Formal, yang selanjutnya disebut Sekolah adalah kelompok layanan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan formal, terstruktur dan berjenjang, terdiri
atas taman kanak-kanak(TK), satuan pendidikan jenjang pendidikandasar,dan satuan
pendidikan jenjang pendidikanmenengah yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan masyarakat.
4. Komite Sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali peserta didik,
komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.
5. Intrakurikuler adalah kegiatan pembelajaran untuk pemenuhan beban belajar dalam
kurikulum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Kokurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk penguatan, pendalaman, dan/atau
pengayaan kegiatan Intrakurikuler.
Pasal 2
2) Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perwujudan dari 5 (lima) nilai
utama yang saling berkaitan yaitu religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong,
dan integritasyang terintegrasi dalam kurikulum.
Pasal 3
Pasal 4
2) Penyelenggaraan PPK pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar memiliki muatan
karakter yang lebih besar dibandingkan dengan muatan karakter dalampenyelenggaraan
PPK padasatuan pendidikan jenjang pendidikan menengah.
Pasal 5
a. sekolah.
b. Keluarga, dan
c. masyarakat.
30
2) Sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Satuan Pendidikan
Formal.
3) Pengoptimalan penyelenggaraan PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a oleh
sekolah pada:
Pasal 6
a.kelas,
b.budaya sekolah,
c.masyarakat.
31
dengan karakter peserta didik,
c. Melakukanevaluasi pembelajaran/pembimbingan;dand.mengembangkan
kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerah, satuan
pendidikan,dan peserta didik.
e. Mengembangkan keunikan, keunggulan, dan daya saing sekolah sebagai ciri khas
sekolah,
g. Khusus bagi peserta didik pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar atau
satuan pendidikan jenjang pendidikanmenengah diberikan ruang yang luas untuk
mengembangkan potensi melalui kegiatan ekstrakurikuler.
2) Manajemen berbasis sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan kewenangan
dan tanggung jawab kepada kepala sekolah,guru, dan pengawas sekolahserta tenaga
kependidikan bersama Komite Sekolah sesuai dengan kebutuhan dan konteks satuan
pendidikan.
Pasal 8
2) Dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepala sekolah berperan sebagai:
a. Inovator,
b. Motivator; dan
c. Kolaborator.
4) Dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
guru berperan antara lain sebagai:
a. Penghubung sumberbelajar
b. Pelindung
c. Fasilitator;
d. Katalisator.
33
5) Kewenangan dan tanggung jawab guru, pengawas sekolahdan tenaga kependidikan
lainnya dalam penyelenggaraan PPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2)
dilaksanakandalam rangka pemenuhan beban kerja sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
6) Peran Komite Sekolah dalam membantu kepala satuan pendidikan dan guru
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) merupakan pelaksanaan fungsi Komite
Sekolah untuk peningkatan mutu layanan pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 9
2) Lembaga lain yang terkait sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf c paling sedikit
meliputi lembaga pemerintahan,lembaga kursus dan
pelatihan, sanggar, perkumpulan/organisasi kemasyarakatan,dunia usaha/dunia industri,
dan/atau organisasiprofesi terkait.
4) Dalam hal untuk melestarikan dan mengembangkansuatu identitas dan ciri khas daerah
serta kearifanlokal, Satuan Pendidikan dan/atau Pemerintah Daerah dapat menetapkan
kegiatan tertentu menjadikegiatan Kokurikuler atau Ekstrakurikuler wajib yangdiikuti
oleh setiap peserta didikpada satuan pendidikan jenjang pendidikandasar atau satuan
pendidikanjenjang pendidikan menengah.
34
5) Kegiatan Kokurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan kegiatan yang
terkait dengan mata pelajaran muatan lokal yang ditetapkan pemerintah daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 10
1) Kerja sama sebagaimana dimaksud dalamPasal 9ayat (1) merupakan kesepakatan bersama
yang dituangkan secara tertulis dan ditandatangani oleh para pihak.
Pasal11
2) Penyelenggaraan PPK dalam 5 (lima) hari sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempertimbangkan:
3) Kecukupan pendidik dan tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a merupakan ketersediaan jumlah pendidik sesuai dengan jumlah rombongan belajar dan
jumlah pendidik sesuai dengan mata pelajaran.
35
4) Ketersediaan sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b paling
sedikit meliputi:
5) Kearifan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c sesuai dengan karakteristik
dan ciri khas daerah.
Pasal 12
Pasal 13
1) Dinas yang menyelenggarakan urusan pendidikan kabupaten/kota/provinsi sesuai
dengan kewenangannya bertanggung jawab untuk:
36
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun terhadap Penyelenggaraan PPK pada Satuan Pendidikan
Formal.
Pasal 14
Pedoman teknis penyelenggaraan PPK pada Satuan Pendidikan Formal ditetapkan oleh
direktur jenderal terkait.
Pasal 15
a. Nilai utama PPK meliputi religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan
integritas. Penjabarannya menjadi nilai relegius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras,kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, kebangsaan dan cinta tanah air. Selain itu dikembangkan
pula nilai menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan bertanggung jawab.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
https://bsnp-indonesia.org/wp-
content/uploads/2009/06/Permendikbud_Tahun2016_Nomor021.pdf
https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/bsnp/Permendikbud22-2016SPDikdasmen.pdf
https://bsnp-indonesia.org/wp-
content/uploads/2009/09/Permendikbud_Tahun2016_Nomor023.pdf
http://simpuh.kemenag.go.id/regulasi/permendikbud_24_16.pdf
https://drive.google.com/file/d/14bPIV4Tr1VC_tQfwOu05HXHsVMk3fSev/view
https://www.amongguru.com/permendikbud-nomor-37-tahun-2018-informatika-resmi-mapel-
baru-k13/
https://jdih.kemdikbud.go.id/arsip/37%20TAHUN%202018.pdf
https://bertema.com/penguatan-pendidikan-karakter
https://jdih.kemdikbud.go.id/arsip/Permendikbud_Tahun2018_Nomor20.pdf
39