Anda di halaman 1dari 39

ANALISIS KURIKULUM IPA SD

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan IPA

Dosen Pengampu

1. Dr. Barokah Isdaryanti, S.Pd., M.Pd.


2. Aldina Eka Andriani, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :
Kelompok 4

1. Sintya Kusuma Wardani (1401419283/ 02)


2. Ika Heny Setyaningrum (1401419286/ 04)
3. Karin Nina Syaharani (1401419297/ 13)
4. Pramaisheilla Ninda Karisa (1401419307/ 21)
5. Nabeella Rachma Tika Ghaisani (1401419325/34)

ROMBEL G
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul
“ANALISIS KURIKULUM IPA SD”

Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 4 Oktober 2020

Penulis

2
Daftar ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................... 2
Daftar ISI......................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................................................... 5
1.3 TUJUAN................................................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................. 6
2.1 Permeendikbud No 57 Tahun 2014........................................................................................6
2.2 Permendikbud No 21,22,23,24 Tahun 2016........................................................................ 11
2.2.1 Permendikbud no 21 tahun 2016...................................................................................11
2.2.2 Permendikbud no 22 tahun 2016...................................................................................13
2.2.3 Permendikbud no 23 tahun 2016...................................................................................13
2.2.4 Permendikbud no 24 tahun 2016...................................................................................21
2.3 Pemendikbud No 37 Tahun 2018.........................................................................................24
2.4 Permendikbud No 20 Tahun 2018....................................................................................... 28
BAB III PENUTUP....................................................................................................................... 38
3.1 KESIMPULAN.................................................................................................................... 38
3.2 SARAN................................................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................... 39

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pada
bidang pendidikan, pemerintah terus-menerus melakukan perubahan, salah satu perubahan
yang dilakukan adalah membuat perubahan pada kurikulum. Kurikulum merupakan salah
satu sumber daya pendidikan yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk
mewujudkan proses perkembangan pada peserta didik. Kurikulum merupakan komponen
utama dalam pendidikan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan yang ada dalam
kesatuan pendidikan. Menurut Suryosubroto (2010:32) berpendapat bahwa kurikulum adalah
segala pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sekolah kepada seluruh anak didiknya,
baik dilakukan di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
Kurikulum merupakan acuan untuk menyelenggarakan suatu pendidikan yang sesuai
dengan tujuan pendidikan. Menurut Permendikbud No. 20 Tahun 2016 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah pasal 1 menyebutkan bahwa Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah (SKL) digunakan sebagai acuan utama
pengembangan standar nasional pendidikan yang lainnya, termasuk didalamnya sebagai
acuan utama pengembangan standar penilaian pendidikan. Seiring dengan perkembangan
zaman, jika ditelaah dari peraturan pemerintah tersebut juga mendasari keharusan sistem
pendidikan untuk membuat suatu perubahan yang bertujuan untuk memajukan mutu sistem
pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu dalam Permendikbud No. 57 Tahun 2014 Tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah menerangkan bahwa telah
diberlakukannya kurikulum baru yang kemudian disebut Kurikulum 2013.
Struktur kurikulum tersebut merupakan pengorganisasian Kompetensi Inti,
Kompetensi Dasar, muatan pembelajaran, mata pelajaran, dan beban belajar. Melihat dari
proses transformasi kurikulum KTSP menuju K13 pada kenyataannya masih membuat guru

4
kebingungan untuk mengimplementasikan kurikulum 2013. Dalam hal ini pada aspek
penilaian. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan
untuk memperoleh data dan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik.
Sedangkan kita tahu bahwa untuk mencapai standar kompetensi lulusan sangat berhubungan
degan penilaian hasil belajar. Sehingga penilaian merupakan hal yang sangat wajib dilakukan
oleh satuan pendidikan maupun pendidik.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana Analisis Permendikbud No 57 Tahun 2014?
2. Bagaimana Analisis Permendikbud No 20,21,22,23,24 Tahun 2016?
3. Bagaimana Analisis Permendikbud No 20 Tahun 2018?
4. Bagaimana Analisis Permendikbud No 37 Tahun 2018?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui Analisis Permendikbud No 57 Tahun 2014
2. Untuk mengetahui Analisis Permendikbud No 20,21,22,23,24 Tahun 2016
3. Untuk mengetahui Analisis Permendikbud No 20 Tahun 2018
4. Untuk mengetahui Analisis Permendikbud No 37 Tahun 2018

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Permendikbud No 57 Tahun 2014

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 57 TAHUN 2014

TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH

Pasal 1

1) Kurikulum pada Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah yang telah dilaksanakan sejak
tahun ajaran 2013/2014 disebut Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.
2) Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana dimaksud pada ayat
terdiri atas:

a. Kerangka Dasar Kurikulum;

b. Struktur Kurikulum;

c. Silabus; dan

d. Pedoman Mata Pelajaran dan Pembelajaran Tematik Terpadu.

Pasal 2

Kerangka Dasar Kurikulum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2)


huruf a berisi landasan filosofis, sosiologis, psikopedagogis, dan yuridis sesuai dengan
Standar Nasional Pendidikan.
Pasal 3

1) Struktur Kurikulum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf b merupakan
pengorganisasian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, muatan pembelajaran, mata
pelajaran, dan beban belajar.
2) Kompetensi Inti pada Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana
6
dimaksud pada ayat (1) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik sekolah dasar/madrasah
ibtidaiyah pada setiap tingkat kelas.
3) Kompetensi Inti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:
a. Kompetensi Inti sikap spiritual;

b. Kompetensi Inti sikap sosial;

c. Kompetensi Inti pengetahuan; dan

d. Kompetensi Inti keterampilan


4) Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisikan kemampuan dan muatan
pembelajaran untuk suatu tema pembelajaran atau mata pelajaran pada Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang mengacu pada Kompetensi Inti.
5) Kompetensi Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan penjabaran dari
Kompetensi Inti dan terdiri atas:
a. Kompetensi Dasar sikap spiritual;
b. Kompetensi Dasar sikap sosial;
c. Kompetensi Dasar pengetahuan; dan
d. Kompetensi Dasar keterampilan

Pasal 4

Kerangka Dasar Kurikulum dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/ Madrasah


Ibtidaiyah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3 tercantum dalam Lampiran I
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 5

1) Mata pelajaran Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3


ayat (1) dikelompokkan atas:

a. mata pelajaran umum Kelompok A; dan

b. mata pelajaran umum Kelompok B.

2) Mata pelajaran umum Kelompok A sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

7
merupakan program kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sikap,
kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik sebagai dasar dan
penguatan kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3) Mata pelajaran umum Kelompok B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan program kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sikap,
kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik terkait lingkungan
dalam bidang sosial, budaya, dan seni.
4) Muatan dan acuan pembelajaran mata pelajaran umum Kelompok A sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) bersifat nasional dan dikembangkan oleh Pemerintah.
5) Muatan dan acuan pembelajaran mata pelajaran umum Kelompok B sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) bersifat nasional dan dikembangkan oleh Pemerintah dan dapat
diperkaya dengan muatan lokal oleh pemerintah daerah dan/atau satuan pendidikan
6) Mata pelajaran umum Kelompok A sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti;

b. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan;

c. Bahasa Indonesia;

d. Matematika;

e. Ilmu Pengetahuan Alam; dan

f. Ilmu Pengetahuan Sosial.

7) Mata pelajaran umum Kelompok B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri
atas:
a. Seni Budaya dan Prakarya; dan
b. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan.
8) Mata pelajaran umum Kelompok B sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dapat ditambah
dengan mata pelajaran muatan lokal yang berdiri sendiri.

Pasal 6

1) Madrasah ibtidaiyah dapat menambah mata pelajaran rumpun pendidikan agama Islam
dan bahasa arab selain Mata pelajaran umum Kelompok A sebagaimana dimaksud dalam

8
Pasal 4 ayat (6).
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penambahan mata pelajaran rumpun pendidikan
agama Islam dan bahasa arab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh
menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama.

Pasal 7

1) Beban belajar merupakan keseluruhan muatan dan pengalaman belajar yang harus
diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pelajaran.
Beban belajar di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah terdiri atas:
a. kegiatan tatap muka;

b. kegiatan terstruktur; dan

c. kegiatan mandiri.

2) Beban belajar kegiatan tatap muka sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
dinyatakan dalam jumlah jam pelajaran per minggu, dengan durasi setiap satu jam
pelajaran adalah 35 (tiga puluh lima) menit;
3) Beban belajar kegiatan terstruktur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan
beban belajar kegiatan mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c paling
banyak 40% (empat puluh persen) dari waktu kegiatan tatap muka tema pembelajaran
yang bersangkutan.
4) Beban belajar satu minggu untuk:

a. Kelas I adalah 30 (tiga puluh) jam pelajaran;

b. Kelas II adalah 32 (tiga puluh dua) jam pelajaran;

c. Kelas III adalah 34 (tiga puluh empat) jam pelajaran; dan

d. Kelas IV, Kelas V, dan Kelas VI masing-masing adalah 36 (tiga


puluh enam) jam pelajaran.
5) Beban belajar di Kelas I, Kelas II, Kelas III, Kelas IV, dan Kelas V masing-masing paling
sedikit 36 (tiga puluh enam) minggu efektif.
6) Beban belajar di kelas VI pada semester ganjil paling sedikit 18 (delapan belas) minggu
efektif dan pada semester genap paling sedikit 14 (empat belas) minggu efektif

9
Pasal 8

Silabus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf c merupakan rencana
pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema pembelajaran tertentu yang mencakup
Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar

Pasal 9

1) Silabus Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dikelompokkan atas:

a. silabus mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti; dan

b. silabus tematik terpadu.

2) Silabus mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dikembangkan oleh Pemerintah.
3) Silabus tematik terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikembangkan
oleh Pemerintah dan dapat diperkaya dengan muatan lokal oleh pemerintah daerah.
4) Silabus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan oleh pendidik sebagai acuan
dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.
5) Silabus Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

Pasal 10

1) Pedoman Mata Pelajaran dan Pembelajaran Tematik Terpadu sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 1 ayat (2) huruf d merupakan profil utuh mata pelajaran dan
pengembangan muatan mata pelajaran menjadi pembelajaran tematik terpadu yang
berisi latar belakang, karateristik mata pelajaran pengertian, prinsip, Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar mata pelajaran, desain pembelajaran, model pembelajaran, penilaian,
media dan sumber belajar, dan peran guru sebagai pengembang budaya sekolah.
2) Pedoman Mata Pelajaran dan Pembelajaran Tematik Terpadu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikembangkan oleh Pemerintah.
3) Pedoman Mata Pelajaran dan Pembelajaran Tematik Terpadu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digunakan oleh pendidik untuk:

10
a. memahami secara utuh mata pelajaran dan tema pembelajaran sesuai dengan
karateristik Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah; dan

b. acuan dalam penyusunan dan penerapan rencana pelaksanaan pembelajaran.

4) Pedoman Mata Pelajaran dan Pembelajaran Tematik Terpadu Sekolah Dasar/Madrasah


Ibtidaiyah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tercantum dalam Lampiran
III yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 11

1) Pelaksanaan pembelajaran pada Sekolah Dasar/Madrasah dilakukan dengan pendekatan


pembelajaran tematik-terpadu.
2) Pembelajaran tematik-terpadu merupakan Muatan pembelajaran dalam mata pelajaran
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang diorganisasikan dalam tema-tema.

Pasal 12

Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan Nomor 67 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 13

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

2.2 Permendikbud No 21,22,23,24 Tahun 2016


2.2.1 Permendikbud no 21 tahun 2016

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2016

TENTANG STANDAR ISI PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Pasal 1

1) Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi
terdiri dari Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti sesuai dengan jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
11
2) Kompetensi Inti meliputi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan.
3) Ruang lingkup materi yang spesifik untuk setiap mata pelajaran dirumuskan berdasarkan
Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
4) Standar Isi untuk muatan peminatan kejuruan pada SMK/MAK setiap program keahlian
diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Menengah.
5) Pencapaian Kompetensi Inti dan penguasaan ruang lingkup materi pada setiap mata
pelajaran untuk setiap kelas pada tingkat kompetensi sesuai dengan jenjang dan jenis
pendidikan tertentu ditetapkan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
6) Perumusan Kompetensi Dasar pada setiap Kompetensi Inti untuk setiap mata pelajaran
sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu ditetapkan oleh Pusat Kurikulum dan
Perbukuan.
7) Perumusan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti Sikap Spiritual sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (6) pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budipekerti disusun
secara jelas.
8) Perumusan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti Sikap Soial sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan disusun
secara jelas.
9) Standar Isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran yang merupakan
bagian yang tidak terpisah dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 2

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Satuan Pendidikan Dasar dan Satuan
Pendidikan Menengah wajib menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini paling lambat 3 (tiga)
tahun untuk semua tingkat kelas.
Pasal 3

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 4

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


12
2.2.2 Permendikbud no 22 tahun 2016

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 22.TAHUN 2016

TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Pasal 1

1) Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah selanjutnya disebut Standar Proses
merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan
satuan pendidikan dasar menengah untuk mencapai kompetensi lulusan.
2) Standar Proses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 2

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 3

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

2.2.3 Permendikbud no 23 tahun 2016

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016

TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1) Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip,
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan
13
sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.
2) Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik.
3) Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
4) Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian Kompetensi Peserta
Didik secara berkelanjutan dalam proses Pembelajaran untuk memantau kemajuan dan
perbaikan hasil belajar Peserta Didik.
5) Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari
suatu satuan pendidikan.
6) Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah kriteria ketuntasan
belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang mengacu pada standar kompetensi

kelulusan, dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik, karakteristik mata


pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan.

BAB II

LINGKUP PENILAIAN

Pasal 2

Penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdiri atas:

a. penilaian hasil belajar oleh pendidik;


b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan
c. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
Pasal 3

1) Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah
meliputi aspek:
a. sikap;
b. pengetahuan; dan
c. keterampilan.

14
2) Penilaian sikap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh informasi deskriptif mengenai perilaku peserta
didik.
3) Penilaian pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan kegiatan
yang dilakukan untuk mengukur penguasaan pengetahuan peserta didik.
4) Penilaian keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan kegiatan
yang dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dalam
melakukan tugas tertentu.
5) Penilaian pengetahuan dan keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)
dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan/atau Pemerintah.

BAB III

TUJUAN PENILAIAN

Pasal 4

1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses,
kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
2) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian Standar
Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran.
3) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi
lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu.

BAB IV

PRINSIP PENILAIAN

Pasal 5

Prinsip penilaian hasil belajar:

a. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur;
b. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi
subjektivitas penilai;
c. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena

15
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status
sosial ekonomi, dan gender.
d. terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan
pembelajaran;
e. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat
diketahui oleh pihak yang berkepentingan;
f. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi
dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau dan menilai
perkembangan kemampuan peserta didik;
g. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah baku;
h. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang
ditetapkan; dan
i. akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segimekanisme,
prosedur, teknik, maupun hasilnya.

BAB V

BENTUK PENILAIAN

Pasal 6

1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan, pengamatan,
penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan.
2) Penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk:
a. mengukur dan mengetahui pencapaian kompetensi Peserta Didik;
b. memperbaiki proses pembelajaran; dan
c. menyusun laporan kemajuan hasil belajar harian, tengah semester, akhir semester, akhir
tahun. dan/atau kenaikan kelas.
3) Pemanfaatan hasil penilaian oleh pendidik sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) diatur
lebih lanjut oleh Direktorat Jenderal terkait.

Pasal 7

1) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan dalam bentuk ujian

16
sekolah/madrasah.
2) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
digunakan untuk penentuan kelulusan dari satuan pendidikan.
3) Satuan pendidikan menggunakan hasil penilaian oleh satuan pendidikan dan hasil penilaian
oleh pendidik sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) untuk melakukan perbaikan
dan/atau penjaminan mutu pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
4) Dalam rangka perbaikan dan/atau penjaminan mutu pendidikan sebagai mana yang dimaksud
pada ayat (3), satuan pendidikan menetapkan kriteria ketuntasan minimal serta kriteria
dan/atau kenaikan kelas peserta didik.

Pasal 8

1) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional dan/atau
bentuk lain yang diperlukan.
2) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dalam bentuk Ujian Nasional digunakan sebagai dasar
untuk:
a. pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;
b. pertimbangan seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikutnya; dan
c. pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk
meningkatkan mutu pendidikan.

BAB VI

MEKANISME PENILAIAN

Pasal 9

1) Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pendidik:


a. perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus;
b. penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan dan teknik penilaian lain
yang relevan, dan pelaporannya menjadi tanggungjawab wali kelas atau guru kelas;
c. penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan
sesuai dengan kompetensi yang dinilai;
d. penilaian keterampilan dilakukan melalui praktik, produk, proyek, portofolio, dan/atau

17
teknik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai;
e. peserta didik yang belum mencapai KKM satuan pendidikan harus mengikuti
pembelajaran remedi; dan
f. hasil penilaian pencapaian pengetahuan dan keterampilan peserta didik disampaikan
dalam bentuk angka dan/atau deskripsi.
2) Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme penilaian oleh pendidik diatur dalam pedoman yang
disusun oleh Direktorat Jenderal terkait berkoordinasi dengan Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementerian.

Pasal 10

1) Mekanisme penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan:


a. penetapan KKM yang harus dicapai oleh peserta didik melalui rapat dewan pendidik;

b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan pada semua mata pelajaran mencakup
aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
c. penilaian pada akhir jenjang pendidikan dilakukan melalui ujian sekolah/madrasah;

d. laporan hasil penilaian pendidikan pada akhir semester dan akhir tahun ditetapkan dalam
rapat dewan pendidik berdasar hasil penilaian oleh Satuan Pendidikan dan hasil penilaian
oleh Pendidik; dan
e. kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan ditetapkan melalui
rapat dewan pendidik.
2) Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme penilaian oleh satuan pendidikan diatur dalam
pedoman yang disusun oleh Direktorat Jenderal terkait berkoordinasi dengan Badan Penelitian
dan Pengembangan Kementerian.

Pasal 11

Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pemerintah:

a. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional (UN) dan/atau
bentuk lain dalam rangka pengendalian mutu pendidikan;
b. penyelenggaraan UN oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bekerjasama dengan
instansi terkait untuk mengukur pencapaian kompetensi lulusan.
c. hasil UN disampaikan kepada peserta didik dalam bentuk sertifikat hasil UN;
18
d. hasil UN disampaikan kepada satuan pendidikan untuk dijadikan masukan dalam perbaikan
proses pembelajaran;
e. hasil UN disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai dasar untuk:
pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan; pertimbangan seleksi masuk jenjang
pendidikan berikutnya; serta pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan
dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan;
f. bentuk lain penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dapat dilakukan dalam bentuk survei
dan/atau sensus; dan
g. bentuk lain penilaian hasil belajar oleh Pemerintah diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB VI

PROSEDUR PENILAIAN

Pasal 12

1) Penilaian aspek sikap dilakukan melalui tahapan:


a. mengamati perilaku peserta didik selama pembelajaran;
b. mencatat perilaku peserta didik dengan menggunakan lembar observasi/pengamatan;
c. menindaklanjuti hasil pengamatan; dan
d. mendeskripsikan perilaku peserta didik.
2) Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tahapan:
a. menyusun perencanaan penilaian;
b. mengembangkan instrumen penilaian;
c. melaksanakan penilaian;
d. memanfaatkan hasil penilaian; dan
e. melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi.
3) Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui tahapan:
a. menyusun perencanaan penilaian;
b. mengembangkan instrumen penilaian;
c. melaksanakan penilaian;
d. memanfaatkan hasil penilaian; dan
e. melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi.

19
Pasal 13

1) Prosedur penilaian proses belajar dan hasil belajar oleh pendidik dilakukan dengan urutan:
a. menetapkan tujuan penilaian dengan mengacu pada RPP yang telah disusun;
b. menyusun kisi-kisi penilaian;
c. membuat instrumen penilaian berikut pedoman penilaian;
d. melakukan analisis kualitas instrumen;
e. melakukan penilaian;
f. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;
g. melaporkan hasil penilaian; dan
h. memanfaatkan laporan hasil penilaian.
2) Prosedur penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan dengan mengkoordinasikan
kegiatan dengan urutan:
a. menetapkan KKM;
b. menyusun kisi-kisi penilaian mata pelajaran;
c. menyusun instrumen penilaian dan pedoman penskorannya;
d. melakukan analisis kualitas instrumen;
e. melakukan penilaian;
f. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;
g. melaporkan hasil penilaian; dan
h. memanfaatkan laporan hasil penilaian.
3) Prosedur penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan dengan urutan:
a. menyusun kisi-kisi penilaian;
b. menyusun instrumen penilaian dan pedoman penskorannya;
c. melakukan analisis kualitas instrumen;
d. melakukan penilaian;
e. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;
f. melaporkan hasil penilaian; dan
g. memanfaatkan laporan hasil penilaian.
4) Ketentuan lebih lanjut tentang prosedur Penilaian oleh Pendidik sebagai mana dimaksud pada
ayat (1) serta Penilaian oleh Satuan Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dalam pedoman yang disusun oleh Direktorat Jenderal terkait berkoordinasi dengan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian.
20
BAB VII

INSTRUMEN PENILAIAN

Pasal 14

1) Instrumen penilaian yang digunakan oleh pendidik dalam bentuk penilaian berupa tes,
pengamatan, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan
karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
2) Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk penilaian akhir
dan/atau ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa,
serta memiliki bukti validitas empirik.
3) Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk UN memenuhi
persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik serta
menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antarsekolah, antardaerah, dan antartahun.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 15

Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar
oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Pasal 16

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

2.2.4 Permendikbud no 24 tahun 2016

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 24 TAHUN 2016

21
TENTANG KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PELAJARAN PADA
KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

BAB I

UMUM

Pasal 1

1) Kurikulum 2013 pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah mencakup Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah

(SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah


Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).
2) Kurikulum 2013 pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. kerangka dasar kurikulum; dan
b. struktur kurikulum.
3) Pelaksanaan pembelajaran pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dilakukan
dengan pendekatan pembelajaran tematik-terpadu, kecuali untuk mata pelajaran Matematika
dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) sebagai mata pelajaran yang berdiri
sendiri untuk kelas IV, V, dan VI.
4) Pelaksanaan pembelajaran pada Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) dilakukan dengan pendekatan
pembelajaran sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri.

BAB II

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR

Pasal 2

1) Kompetensi inti pada kurikulum 2013 merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas.
2) Kompetensi dasar merupakan kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus
dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang
22
mengacu pada kompetensi inti.
3) Kompetensi inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. kompetensi inti sikap spiritual;
b. kompetensi inti sikap sosial;
c. kompetensi inti pengetahuan; dan
d. kompetensi inti keterampilan.
4) Kompetensi dasar pada kurikulum 2013 berisi kemampuan dan materi pembelajaran untuk
suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi
inti.
5) Kompetensi inti dan kompetensi dasar digunakan sebagai dasar untuk perubahan buku teks
pelajaran pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

BAB III

KETENTUAN LAIN

Pasal 3

Dokumen yang memuat kompetensi inti dan kompetensi dasar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

BAB V

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 4

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka ketentuan yang mengatur tentang
Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Muatan Pembelajaran dalam Struktur Kurikulum, Silabus,
Pedoman Mata Pelajaran, dan Pembelajaran Tematik Terpadu sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58
Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah,
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum
2013 Sekolah
23
Menengah Atas/Madrasah Aliyah, dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 60
Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 5

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

2.3 Pemendikbud No 37 Tahun 2018

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2018

TENTANG KI DAN KD JENJANG SD SMP SMA

Berisi Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum
2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Memutuskan bahwa:

Pasal I

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24Tahun 2016 tentang


Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016Nomor 971)
diubah sebagai berikut:

1. Di antara Pasal 2 dan Pasal 3disisipkan 1 (satu) Pasal yaitu Pasa l2A sebagai berikut:

Pasal 2A

1) Muatan informatikapada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dapat digunakan


sebagai alat pembelajaran dan/atau dipelajari melalui ekstrakurikuler dan/atau muatan
lokal.
2) Mata Pelajaran Informatikapada Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs)dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA)dimuat dalam
24
Kompetensi Dasar yang digunakan sebagai acuan pembelajaran.

2. Kompetensi Inti dan Kompetensi DasarPelajaran pada


Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
diubah denganmenambahkan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Informatika
SMP/MTspada nomor urut 60 dan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Informatika
SMA/MA pada nomorurut 61 sehingga menjadi sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Menteri ini.

a. Pemerintah kembali mengumumkan perubahan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi


Dasar (KD) pada Kurikulum 2013.

 Kompetensi Inti (KI) adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi
Lulusan yang harus dimiliki peserta didik. Setiap tingkat kelas atau program harus
mengupayakan pencapaian Kompetensi Inti sebagai landasan pengembangan Kompetensi
Dasar.

Kompetensi inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL. KI berbentuk kualitas


yang harus dimiliki oleh peserta didik yang dinyatakan telah menyelesakan pendidikan
pada satuan pendidikan tertentu.

 Kompetensi Dasar (KD) merupakan kemampuan untuk mencapai Kompetensi Inti yang
harus diperoleh peserta didik melalui pembelajaran. Kompetensi dasar berisi sejumlah
kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu, sebagai
rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.

Di dalam setiap rumusan Kompetensi Dasar, terdapat unsur kemampuan berpikir yang
dinyatakan dalam kata kerja dan materi.

Di dalam Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018 adapun hal-hal yang menjadi kajian
adalah sebagai berikut:

a) Tujuan Kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu meliputi:


25
1.Kompetensi Sikap Spiritual

2.Sikap Sosial

3.Pengetahuan

4.Keterampilan

Keempat dimensi tersebut dirancang sebagai pengintegrasi muatan


pembelajaran, mata pelajaran, atau program dalam mencapai Standar Kompetensi
Lulusan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler,
kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler.

b) Rumusan Kompetensi:

1. Sikap Spiritual yaitu “Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya”

2. Sikap Sosial yaitu “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,


santun,peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan
guru”

Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung


(indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, danbudaya sekolah dengan
memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta
didik. Sedangkan Kompetensi Pengetahuan dan Keterampilan dapat dirumuskan
dalam proses kegiatan belajar mengajar seperti berikut ini.

b. Latar Belakang Diterbitkannya Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018

1. Informatika merupakan salah satu disiplin ilmu yang berfungsi memberikan


kemampuan berpikir manusia dalam mengatasi persoalan-persoalan yang semakin

kompleks agar dapat bersaing di Abad ke-21. Teknologi Informasi dan


Komunikasi sebagai salah satu bagian dari Informatika merupakan kebutuhan dasar
peserta didik agar dapat mengembangkan kemampuannya pada era digital.

2. Mata Pelajaran Informatika merupakan mata pelajaran pilihan yang


diselenggarakan berdasarkan ketersediaan guru sesuai dengan kualifikasi akademik dan
kompetensi,serta sarana prasarana pada satuan pendidikan.
26
Pertimbangan diterbitkannya Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018 ini adalah untuk
memenuhi kebutuhan dasar peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya pada era
digital.

Dengan demikian, diperlukan penambahan dan pengintegrasian muatan informatika pada


kompetensi dasar dalam kerangka dasar dan struktur kurikulum 2013 pada jenjang pendidikan
dasar dan pendidikan menengah. Hal ini berarti bahwa pada Kurikulum 2013 jenjang
pendidikan dasar dan menengah akan dimunculkan kembali mata pelajaran TIK yang
sebelumnya sempat dihapus dan berganti nama menjadi Informatika.

KONSEP MATA PELAJARAN INFORMATIKA

Konsep mata pelajaran Informatika sedikit berbeda dengan pelajaran TIK, meskipun ada
beberapa hal yang diadaptasi. Mata pelajaran Informatika tidak hanya mempelajari tentang
beragam perangkat lunak komputer. Mata pelajaran Informatika juga mengajak peserta didik
untuk memecahkan masalah dan membuat aplikasi dengan berpikir kritis.

Penambahan mata pelajaran Informatika ini diharapkan dapat membantu peserta didik
dalam upaya memecahkan masalah, berpikir kritis, berinovasi, serta membangun jiwa
kolaborasi melalui pemanfatan teknologi. Peserta didik dituntut untuk berpikir komputasional
dengan mempelajari beragam disiplin ilmu. baik informatika atau pun noninformatika.

Produk TIK untuk menunjang pembelajaran dan tugas sehari-hari tersebut masih perlu
dijalankan sebagai bagian dari program literasi digital yang sudah berjalan. Nantinya, mata
pelajaran Informatika akan mencakup lima materi yang bakal menunjang kompetensi siswa

di era revolusi industri 4.0. Kelima materi tersebut adalah teknik komputer, jaringan
komputer/internet, analisis data, dampak sosial informatika, dan programming.

Mata pelajaran Informatika akan didesain sesuai dengan kebutuhan masa depan dari
peserta didik. Sesuai dengan bunyi Pasal 1 Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018 disebutkan
bahwa muatan informatika pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dapat
digunakan sebagai alat pembelajaran dan/atau dipelajari melalui ekstrakurikuler dan/atau
muatan lokal.

27
Sedangkan mata Pelajaran Informatika pada Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs) dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) dimuat
dalam Kompetensi Dasaryang digunakan sebagai acuan pembelajaran.

Dengan masuknya mata pelajaran Informatika pada Kurikulum 2013 ini, maka secara
otomatis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah sebagaimana tercantum dalam peraturan
sebelumnya (Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016) mengalami perubahan. Masuknya mata
pelajaran Informatika ke dalam Kurikulum 2013 menjadikan perlu penambahan Kompetensi
Inti dan Kompetensi Dasar Informatika.

2.4 Permendikbud No 20 Tahun 2018

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2018

TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN


FORMAL

Berisi tentang Penguatan Pendidikan Karakter pada Satuan Pendidikan Formal.

Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK merupakan bagian dari
Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Agar pelaksanaan Penguatan Pendidikan
Karakter memiliki payung hukum yang kuat maka dikeluarkanlah Peraturan Presiden Nomor
87 tahun 2017.

Merujuk pasal 14 Peraturan Presiden Nomor 87 tahun 2017, mengenai


penyelenggaraan PPK diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan. Di bidang pendidikan dan kebudayaan dan menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang agama sesuai dengan kewenangannya.

Oleh karena itu diterbitkanlah Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter pada lembaga pendidikan formal.

Berikut ini adalah pasal - pasal yang tercantum dalam Permendikbud Nomor 20 Tahun
2018, yaitu.
28
Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan


pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter
peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan
pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai
bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

2. Satuan Pendidikan Formal, yang selanjutnya disebut Sekolah adalah kelompok layanan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan formal, terstruktur dan berjenjang, terdiri
atas taman kanak-kanak(TK), satuan pendidikan jenjang pendidikandasar,dan satuan
pendidikan jenjang pendidikanmenengah yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan masyarakat.

3. Satuan Pendidikan Nonformal adalah kelompok layanan pendidikan yang


menyelenggarakan pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

4. Komite Sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali peserta didik,
komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.
5. Intrakurikuler adalah kegiatan pembelajaran untuk pemenuhan beban belajar dalam
kurikulum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Kokurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk penguatan, pendalaman, dan/atau
pengayaan kegiatan Intrakurikuler.

7. Ekstrakurikuler adalah kegiatan pengembangan karakter dalam rangka perluasan potensi,


bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerja sama, dan kemandirian peserta didik secara
optimal.8.Kementerian adalah kementerian yangmembidangi pendidikan.

Pasal 2

1) PPK dilaksanakan denganmenerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan


karakter terutama meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras,
kreatif,mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
29
menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,peduli
sosial, dan bertanggungjawab.

2) Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perwujudan dari 5 (lima) nilai
utama yang saling berkaitan yaitu religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong,
dan integritasyang terintegrasi dalam kurikulum.

Pasal 3

a. PPK pada SatuanPendidikan Formal dilakukan dengan menggunakan prinsip sebagai


berikut:a.berorientasi pada berkembangnya potensi peserta didiksecara menyeluruh dan
terpadu.

b. Keteladanan dalam penerapan pendidikan karakter pada masing-masing lingkungan


pendidikan; danc.berlangsung melalui pembiasaan dan sepanjang waktu dalam kehidupan
sehari-hari

Pasal 4

1) Penyelenggaraan PPK pada TK bertujuanuntuk menanamkan nilai karakter dalam


pelaksanaan pembelajaran.

2) Penyelenggaraan PPK pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar memiliki muatan
karakter yang lebih besar dibandingkan dengan muatan karakter dalampenyelenggaraan
PPK padasatuan pendidikan jenjang pendidikan menengah.

3) Muatan karakter dalam penyelenggaraan PPKsebagaimana dimaksud pada ayat (2)


diimplementasikan melalui kurikulum dan pembiasaan pada satuan pendidikan jenjang
pendidikan dasaratau satuan pendidikan jenjang pendidikan menengah

Pasal 5

1) PPK pada Satuan Pendidikan Formal diselenggarakan dengan mengoptimalkan fungsi


kemitraan tripusat pendidikan yang meliputi:

a. sekolah.

b. Keluarga, dan

c. masyarakat.
30
2) Sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Satuan Pendidikan
Formal.

3) Pengoptimalan penyelenggaraan PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a oleh
sekolah pada:

a. TK diselenggarakan melalui kegiatan Intrakurikuler; dan

b.Satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar atau satuan pendidikan jenjang


pendidikan menengah diselenggarakan melalui kegiatan Intrakurikuler,
Kokurikuler, dan Ekstrakurikuler,yang dilaksanakan secara kreatif dan terpadu.

4) Pengoptimalan penyelenggaraan PPKoleh keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf b dilaksanakan melalui kegiatan bersamadan pelibatan keluarga di sekolah,
rumah,danlingkunganmasyarakat.

5) Pengoptimalan penyelenggaraan PPK oleh masyarakat sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf c dilaksanakan melalui pelibatan perorangan, kelompok masyarakat,
dan/atau lembaga.

Pasal 6

1) Penyelenggaraan PPK yang mengoptimalkan fungsi kemitraan tripusat pendidikan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilaksanakan dengan pendekatan berbasis:

a.kelas,

b.budaya sekolah,

c.masyarakat.

2) Pendekatan berbasis kelas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a


dilakukan dengan:

a. Mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran secara


tematik atau terintegrasi dalam mata pelajaran sesuai dengan isi
kurikulum,

b. Merencanakan pengelolaan kelasdan metode pembelajaran / pembimbingan sesuai

31
dengan karakter peserta didik,

c. Melakukanevaluasi pembelajaran/pembimbingan;dand.mengembangkan
kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerah, satuan
pendidikan,dan peserta didik.

3) Pendekatan berbasis budaya sekolahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b


dilakukan dengan:

a. Menekankan pada pembiasaan nilai-nilai utama dalam keseharian sekolah,

b. Memberikan keteladanan antar warga sekolah,

c. Melibatkan seluruh pemangku kepentingan pendidikan di sekolah,

d. Membangun dan mematuhi norma, peraturan, dan tradisi sekolah,

e. Mengembangkan keunikan, keunggulan, dan daya saing sekolah sebagai ciri khas
sekolah,

f. Memberi ruang yang luas kepada peserta didik untukmengembangkan potensi


melalui kegiatan literasi;dan

g. Khusus bagi peserta didik pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar atau
satuan pendidikan jenjang pendidikanmenengah diberikan ruang yang luas untuk
mengembangkan potensi melalui kegiatan ekstrakurikuler.

4) Pendekatanberbasis masyarakatsebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c


dilakukan dengan:

a. Memperkuat peranan orang tua sebagai pemangku kepentingan utama


pendidikandan Komite Sekolahsebagai lembaga partisipasi masyarakat yang
menjunjung tinggi prinsip gotong royong,

b. Melibatkan dan memberdayakan potensi lingkungan sebagai sumberbelajar seperti


keberadaan dan dukunganpegiat seni dan budaya, tokoh masyarakat, alumni, dunia
usaha, dan dunia industri; dan

c. Mensinergikan implementasi PPK dengan berbagai program yang ada dalam


lingkup akademisi, pegiat pendidikan, lembaga swadaya masyarakat, danlembaga
informasi
32
Pasal 7
1) Penyelenggaraan PPK pada Satuan Pendidikan Formal sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 dan Pasal 6 diimplementasikan melalui manajemen berbasis sekolah.

2) Manajemen berbasis sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan kewenangan
dan tanggung jawab kepada kepala sekolah,guru, dan pengawas sekolahserta tenaga
kependidikan bersama Komite Sekolah sesuai dengan kebutuhan dan konteks satuan
pendidikan.

Pasal 8

1) Kewenangan dan tanggung jawab kepala sekolahdalam penyelenggaraan PPK


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7ayat (2) dilaksanakan dalam rangka pemenuhan
beban kerjakepala sekolah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepala sekolah berperan sebagai:

a. Inovator,

b. Motivator; dan

c. Kolaborator.

3) Kewenangan dan tanggung jawab guru dalam penyelenggaraan PPK sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 7ayat (2) dilaksanakan untuk pemenuhan kebutuhan siswa sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4) Dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
guru berperan antara lain sebagai:

a. Penghubung sumberbelajar

b. Pelindung

c. Fasilitator;

d. Katalisator.

33
5) Kewenangan dan tanggung jawab guru, pengawas sekolahdan tenaga kependidikan
lainnya dalam penyelenggaraan PPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2)
dilaksanakandalam rangka pemenuhan beban kerja sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

6) Peran Komite Sekolah dalam membantu kepala satuan pendidikan dan guru
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) merupakan pelaksanaan fungsi Komite
Sekolah untuk peningkatan mutu layanan pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 9

1) Penyelenggaraan PPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dapat dilakukan


melaluikerja sama:

a. Antar Satuan Pendidikan Formal,

b. Antara Satuan Pendidikan Formal dengan Satuan Pendidikan Nonformal,

c. Antara Satuan Pendidikan Formal dengan lembagakeagamaan/lembaga


lain yang terkait.

2) Lembaga lain yang terkait sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf c paling sedikit
meliputi lembaga pemerintahan,lembaga kursus dan
pelatihan, sanggar, perkumpulan/organisasi kemasyarakatan,dunia usaha/dunia industri,
dan/atau organisasiprofesi terkait.

3) Satuan Pendidikan Nonformal, lembaga keagamaanatau lembaga lain yang terkait


sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf b dan huruf c harus mendapatrekomendasi dari
kantor kementerian yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan dalambidang agama
setempat, dinas terkait, atau pejabatyang berwenang.

4) Dalam hal untuk melestarikan dan mengembangkansuatu identitas dan ciri khas daerah
serta kearifanlokal, Satuan Pendidikan dan/atau Pemerintah Daerah dapat menetapkan
kegiatan tertentu menjadikegiatan Kokurikuler atau Ekstrakurikuler wajib yangdiikuti
oleh setiap peserta didikpada satuan pendidikan jenjang pendidikandasar atau satuan
pendidikanjenjang pendidikan menengah.

34
5) Kegiatan Kokurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan kegiatan yang
terkait dengan mata pelajaran muatan lokal yang ditetapkan pemerintah daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

6) Ekstrakurikuler wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan Ekstakurikuler


selain pramuka.

7) Penetapankegiatan tertentu menjadi kegiatan Kokurikuler atau Ekstrakurikuler wajiboleh


pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan kepada satuan
pendidikan, dengan memperhatikan hak-hak peserta didik.

Pasal 10

1) Kerja sama sebagaimana dimaksud dalamPasal 9ayat (1) merupakan kesepakatan bersama
yang dituangkan secara tertulis dan ditandatangani oleh para pihak.

2) Rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9ayat (3) merupakan rekomendasi


tertulis yang menjadi lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari kerja sama
sebagaimana pada ayat (1).

Pasal11

1) Penyelenggaraan PPK pada Satuan Pendidikan Formal sebagaimana dimaksud dalamPasal


6 dilaksanakan selama 6 (enam) atau 5 (lima)hari sekolah dalam 1 (satu) minggu.

2) Penyelenggaraan PPK dalam 5 (lima) hari sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempertimbangkan:

a. Kecukupan pendidik dan tenaga kependidikan,

b. Ketersediaan sarana dan prasarana,

c. Kearifan lokal; dan


d. Pendapat tokoh masyarakat dan/atau tokoh agama di luar Komite Sekolah.

3) Kecukupan pendidik dan tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a merupakan ketersediaan jumlah pendidik sesuai dengan jumlah rombongan belajar dan
jumlah pendidik sesuai dengan mata pelajaran.

35
4) Ketersediaan sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b paling
sedikit meliputi:

a. Ketersediaan ruang belajar sesuai dengan jumlah rombongan belajar,

b. Ketersediaan sumber daya lainnya untuk pelaksanaan kegiatan kokurikuler dan e


kstrakurikuler;

c. Akses transportasi dari dan menuju sekolah.

5) Kearifan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c sesuai dengan karakteristik
dan ciri khas daerah.

Pasal 12

1) Pelaksanaan PPK pada Satuan Pendidikan di daerah dikoordinasikan oleh Lembaga


Penjaminan Mutu Pendidikandengan melibatkan unit pelaksana teknis lainnya di
lingkungan Kementerian.

2) Pimpinan unit utama di lingkungan Kementerian sesuaidengankewenangannya


bertanggung jawab terhadap koordinasi pelaksanaan PPK pada Satuan Pendidikan di
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 13
1) Dinas yang menyelenggarakan urusan pendidikan kabupaten/kota/provinsi sesuai
dengan kewenangannya bertanggung jawab untuk:

a. Menjamin terlaksananya penyelenggaraan PPK,


b. Melakukan kerjasama dengan unit pelaksana teknis kementerian/ lembaga di
wilayahnyayang mendukung penyelenggaraan PPK,
c. Memfasilitasi kerja sama dengan dunia usaha dan dunia industriyang mendukung
penyelenggaraan PPK,

d. Menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten dalam penyelenggaraan PPK,

e. Menyediakan anggaran untuk penyelenggaraan PPK di sekolah; dan


f. Melakukan sosialisasipenyelenggaraan PPK.
2) Dinas pendidikan melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala paling sedikit 1

36
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun terhadap Penyelenggaraan PPK pada Satuan Pendidikan
Formal.

Pasal 14

Pedoman teknis penyelenggaraan PPK pada Satuan Pendidikan Formal ditetapkan oleh
direktur jenderal terkait.

Pasal 15

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

a. Nilai utama PPK meliputi religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan
integritas. Penjabarannya menjadi nilai relegius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras,kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, kebangsaan dan cinta tanah air. Selain itu dikembangkan
pula nilai menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan bertanggung jawab.

Pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di sekolah dilakukan sejak Taman


Kanak Kanak, SD, SMP, SMA, SMK dan yang sederajad. Pada jenjang Taman Kanak Kanak
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) diselenggarakan melalui kegiatan Intrakurikuler.
Sedangkan pada jenjang SD, SMP, SMA dan SMK, PPK diselenggarakan melalui kegiatan
Intrakurikuler, Kokurikuler, dan Ekstrakurikuler.

Penyelenggaraan PPK oleh keluarga dilaksanakan melalui kegiatan bersama dan


pelibatan keluarga di sekolah, rumah, dan lingkungan masyarakat. Sedangkan
penyelenggaraan PPK oleh masyarakat dilaksanakan melalui pelibatan perorangan, kelompok
masyarakat, dan/atau lembaga. Penyelenggaraan PPK dengan mengoptimalkan fungsi
kemitraan tripusat pendidikan dilaksanakan dengan pendekatan berbasis kelas, budaya
sekolahdan masyarakat.

b. Prinsip Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di sekolah dilakukan dengan:


1) Berorientasi pada berkembangnya potensi peserta didik secara menyeluruh dan terpadu.

2) Keteladanan dalam penerapan pendidikan karakter pada masing-masing


lingkungan pendidikan.

3) Berlangsung melalui pembiasaan dan sepanjang waktu dalam kehidupan sehari-hari


37
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dalam perkembanganya kurikulum 2013 terus mengalami perubahan-perubahan


dalam kententuan maupun isi di dalamnya.Perubahan kurikulum 2013 ini di sesuaikan
dengan perkembangan zaman dan tujuan bangsa indonesia.Di dalam perubahan-perubahan
tersebut kurikulum yang digunakan bebasis sains. Menurut Permendikbud No 57 tahun
2014 tentang kurikulum 2013 Sekolah Dasar, IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) bertujuan
untuk mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi
keterampilan peserta didik. Pada kegiatan pembelajaran ini siswa diharuskan aktif- mencari
sendiri dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pada kurikulum ini siswa diharapkan
dapat menerapkan pembelajaran yang dilakukan kedalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Permendikbud No. 24 Tahun 2016 Menurut peraturan ini bahwa kompetensi inti pada
kurikulum 2013 merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas. Sementara yang
dimaksud dengan kompetensi dasar adalah kemampuan dan materi pembelajaran minimal
yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan
pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti.pada tahun 2013, Permendikbud no 67
tahun2013 mengatur tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar atas kompetensi sikap
spiritual bagi materi IPA Kelas VI. Selanjutnya, Permendikbud no 24 tahun 2016 masih
mempertahankan kompetensi inti dari kompetensi kompetensi sikap spiritual pada materi
IPA Kelas VI, tetapi regulasi Permendikbud tersebut telah menghapus kompetensi
dasarnya.
3.2 SARAN

Demikian pemaparan mengenai makalah yang dapat penulis sampaikan.Penulis menyadari


bahwa makalah ini masih banyak kekuarangan karena terbatasnya ilmu pengetahuan dan
kurangnya referensi yang berkaitan dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi kesempurnaan
makalah ini.
38
DAFTAR PUSTAKA
https://fdokumen.com/document/1-permendikbud-n0-57-tahun-2014ttg-kurikulum-2013-sd.html

https://bsnp-indonesia.org/wp-
content/uploads/2009/06/Permendikbud_Tahun2016_Nomor021.pdf

https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/bsnp/Permendikbud22-2016SPDikdasmen.pdf

https://bsnp-indonesia.org/wp-
content/uploads/2009/09/Permendikbud_Tahun2016_Nomor023.pdf

http://simpuh.kemenag.go.id/regulasi/permendikbud_24_16.pdf

https://drive.google.com/file/d/14bPIV4Tr1VC_tQfwOu05HXHsVMk3fSev/view

https://www.amongguru.com/permendikbud-nomor-37-tahun-2018-informatika-resmi-mapel-
baru-k13/

https://jdih.kemdikbud.go.id/arsip/37%20TAHUN%202018.pdf

https://bertema.com/penguatan-pendidikan-karakter

https://jdih.kemdikbud.go.id/arsip/Permendikbud_Tahun2018_Nomor20.pdf

39

Anda mungkin juga menyukai