Anda di halaman 1dari 22

PERSPEKTIF ILMU EKONOMI DAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTIK


MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT
TERHADAP DISKRIMINASI HARGA
Irwan Sugiarto
Dosen Tetap Sekolah Tinggi Hukum Bandung
E-mail: irwan.sugiarto@yahoo.com

Abstract
Unfair business competition can cause and trigger monopoly practice where markets are
controlled and dominated by business doers. Besides, another impact of monopoly practice
is that; the business doers tend to sell expensive products without good quality. Monopoly
business doers often apply price strategy where the entrepeneurs at normal competitive
markets are not possible to do that. One of price strategies is price discrimination. Price
discrimination refers to different price determination at a product at different time to every
different customer, or different market, but it is not based on different cost. Price discrimination
can be distinguished into three kinds, namely first degree price discrimination, second degree
price discrimination, and third degree price discrimination. In addition to that, there is a
variant in second degree price discrimination and third degree price discrimination, namely
two part tariff, intertemporal price discrimination, and also peak load pricing.
In Act No. 5 year 1999, discrimination related to prices is regulated in two groups of
rules and articles, that is to say price discrimination which is aproved under agreement, and
discrimination which is performed by unilateral agreement or without agreement.

Keywords: economy; price discrimination; monopoly; business competition.

Abstrak
Persaingan usaha yang tidak sehat dapat menyebabkan timbulnya praktik monopoli di
mana pasar hanya dikuasai oleh pelaku usaha tersebut. Selain itu akibat lain yang timbul
adalah kecenderungan pelaku usaha menjual barang yang mahal tanpa kualitas yang
memadai. Pengusaha monopoli seringkali menerapkan strategi harga yang tidak mungkin
dilakukan oleh para pengusaha yang berada pada pasar persaingan sempurna. Salah satu
contoh strategi tersebut adalah diskriminasi harga (price discrimination). Diskriminasi
harga (price discrimination) mengacu pada penentuan harga yang berbeda pada sebuah
produk, pada waktu yang berbeda untuk setiap pelanggan yang berbeda, atau pasar yang
berbeda, tetapi bukan berdasarkan perbedaan biaya. Diskriminasi harga dapat dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu diskriminasi harga derajat pertama, derajat kedua, dan derajat
ketiga. Selain itu terdapat varian dari diskriminasi harga derajat kedua dan derajat ketiga,
yaitu two part tariff, intertemporal price discrimination dan peak load pricing.
Di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, diskriminasi yang berkaitan dengan
harga diatur dalam dua kelompok aturan atau pasal, yakni diskriminasi harga yang
disepakati di bawah payung perjanjian dan diskriminasi yang dilakukan secara sepihak
atau tanpa perjanjian.

Kata kunci: Ekonomi, Diskriminasi Harga, Monopoli, Persaingan Usaha.

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015 153


A. PENDAHULUAN untuk mendapatkan keuntungan yang
Kegiatan ekonomi merupakan sebesar-besarnya.
aktivitas yang tidak dapat dilepaskan Teori ekonomi pasar bebas yang
dari kehidupan manusia, bahkan kegiatan diperkenalkan Adam Smith dikenal sebagai
ekonomi telah ada sejak manusia mengenal persaingan sempurna. Dalam pasar
kebudayaan. Kegiatan ekonomi merupakan sempurna, terdapat banyak perusahaan
salah satu pilar penting dalam dinamika yang beroperasi untuk menjual barang
kehidupan manusia, karena manusia dengan karakteristik yang serupa.
selalu mempunyai kebutuhan hidup baik Kemampuan mereka untuk mengatur
primer, sekunder maupun tertier, sehingga harga pasar ditentukan oleh mekanisme
semakin komplek kebutuhan manusia penawaran (supply) dan permintaan
akan semakin meningkat pula kegiatan (demand) sendiri yang bisa dicapai oleh
ekonominya. Pada era globalisasi dan pasar (price equilibrium), maksudnya
perdagangan bebas seperti sekarang ini, ketika pelaku usaha menaikkan harga,
kegiatan ekonomi menjadi semakin intens maka kemungkinan mereka akan
dan luas menjangkau seluruh bagian dunia kehilangan sejumlah pembeli yang
dan mempunyai cakupan seluas kegiatan mencari perusahaan atau penjual yang
manusia di mana saja berada, jarak dan menjual dengan harga murah.1
waktu bukanlah merupakan penghalang Dalam dunia usaha, persaingan harus
lagi bagi kegiatan ekonomi. Kegiatan dipandang sebagai hal yang positif. Dalam
ekonomi pada dasarnya merupakan satu Ilmu Ekonomi, persaingan yang sempurna
rangkaian kegiatan yang bersifat simultan, adalah suatu kondisi pasar yang ideal.
komprehensif, dan terus menerus. Paling tidak ada empat asumsi yang
Pihak yang menjalankan kegiatan melandasi agar terjadinya persaingan
ekonomi disebut pelaku ekonomi, baik yang sempurna pada suatu pasar tertentu:
perorangan maupun yang bersifat kelompok Pertama, pelaku usaha tidak
atau badan usaha. Dalam menjalankan dapat menentukan secara sepihak
kegiatan ekonominya tersebut, para pelaku harga atas produk atau jasa. Adapun
usaha akan menghadapi persaingan, yang menentukan harga adalah pasar
dan itu merupakan persyaratan bagi berdasarkan equilibrium permintaan dan
terselenggaranya ekonomi pasar, terlebih penawaran. Kedua, barang dan jasa yang
lagi dalam era global yang menuntut sistem dihasilkan oleh pelaku usaha mempunyai
ekonomi pasar bebas, sehingga persaingan kebebasan untuk masuk ataupun keluar
antar pelaku usaha akan lebih terbuka. dari pasar “perfect homogeneity”, Ketiga,
Adakalanya persaingan usaha tersebut pelaku usaha mempunyai kebebasan
merupakan persaingan yang sehat (fair untuk masuk ataupun keluar dari pasar
competition), namun dapat juga terjadi “perfect mobility of resource”, dan Keempat,
persaingan tidak sehat (unfair competition) konsumen dan pelaku pasar memiliki

1
D. Carlton dan J. Perloff, Modern Industrial Organization, Addiso-Wesley Longman Inc, New York, 1999,
hlm. 68.

154 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015


informasi yang sempurna tentang berbagai diskriminasi harga, maka terhadap
hal.2 komoditas yang sama akan dikenakan
Walaupun dalam kehidupan nyata harga yang berbeda. Dalam hal ini variasi
sukar ditemui pasar yang didasarkan pada harga dapat terjadi untuk pembeli yang
mekanisme persaingan yang sempurna, sama, untuk pembeli yang berbeda, atau
namun persaingan dianggap sebagai suatu untuk pembeli yang sama dan berbeda.
hal yang esensial dalam ekonomi pasar. Dalam melakukan diskriminasi harga,
Persaingan usaha atau kompetensi antar perbedaan bukan didasarkan pada
para pelaku usaha dalam merebut pasar perbedaan dalam biaya produksi.4
adalah hal yang sangat wajar. Namun hal itu Diskriminasi harga perlu dibedakan
menjadi tidak wajar manakala persaingan dengan perbedaan harga. Perbedaan
tersebut dilakukan dengan cara yang harga (price differential) bukanlah suatu
curang (unfair), dengan tujuan untuk diskriminasi harga, melainkan harga yang
menghalangi pelaku usaha lain untuk berbeda dikenakan kepada konsumen yang
bersaing (barrier to entry) atau mematikan berlainan. Misal, sebuah pabrik di Jakarta
usaha persainganya. Namun demikian, menjual radio di Jakarta dengan harga Rp.
kompetisi dapat dilaksanakan secara 100.000,00 dan menjual barang yang sama
wajar, apabila tercipta pertumbuhan dunia ke Bandung dengan harga Rp. 125.000,00.
usaha yang sehat dan menjamin adanya Bila perbedaan Rp. 25.000,00 per radio
kesempatan berusaha yang sama. Untuk tersebut disebabkan oleh perbedaan biaya
itu dibutuhkan suatu iklim persaingan transportasi, maka hal tersebut bukanlah
usaha yang kondusif. kasus diskriminasi harga.
Persaingan usaha yang tidak sehat Perusahaan yang memiliki kemam-
dapat menyebabkan timbulnya praktik puan monopoli memiliki rangsangan
monopoli di mana pasar hanya dikuasai menerapkan diskriminasi harga karena
oleh pelaku usaha tersebut. Selain itu akibat kebijakan tersebut dapat meningkatkan
lain yang timbul adalah kecenderungan keuntungan dengan pertimbangan tidak
pelaku usaha menjual barang yang mahal terlalu mahalnya biaya yang dikeluarkan
tanpa kualitas yang memadai.3 Pengusaha untuk mengidentifikasi keinginan pembeli
monopoli seringkali menerapkan strategi potensial yang berbeda-beda dan mence-
harga yang tidak mungkin dilakukan oleh gah upaya penjualan ulang. Bila monopolis
para pengusaha yang berada pada pasar yang mampu mencapai monopoli alamiah
persaingan sempurna. Salah satu contoh bertujuan memaksimumkan keuntungan,
strategi tersebut adalah diskriminasi harga maka tindakannya akan merugikan
(price discrimination). Dengan kebijakan masyarakat, karena masyarakat hanya

2
Robert S Pindycle and Daniel L. Rubinfeld, Microeconomic, Prentice Hall International Inc, USA, 1998,
hlm. 283-284.
3
Hikmahanto Juwana, “Sekilas Tentang Hukum Persaingan dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999”,
Jurnal Magister Hukum, (September 1999), hlm. 32.
4
Sugiarto, et.al, Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehensif, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002,
hlm. 381.

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015 155


memperoleh sebagian saja komoditas 1999) untuk menciptakan persaingan
yang dapat dihasilkan oleh perusahaan usaha yang sehat dengan terbangunnya
tersebut dengan harga yang relatif tinggi. iklim yang kondusif, agar tercipta
Kerugian yang diderita masyarakat pertumbuhan dunia usaha yang sehat dan
menjadi bertambah serius mengingat menjamin adanya kesempatan berusaha
perusahaan monopoli alamiah pada yang sama.
umumnya menghasilkan komoditas yang UU Nomor 5 Tahun 1999 telah
sangat penting artinya bagi kehidupan mengantisipasi beberapa perilaku pelaku
masyarakat. Dengan demikian diperlukan usaha yang tidak sehat yang dilakukan
campur tangan pemerintah untuk oleh pelaku usaha dalam menciptakan
menjamin agar kegiatan perusahaan kekuatan pasar yang cenderung anti
tersebut menguntungkan masyarakat. persaingan. Salah satu bentuk tindakan
Bentuk campur tangan pemerintah yang anti persaingan adalah Diskriminasi
tersebut biasanya berupa pengendalian Harga. Diskrimininasi Harga merupakan
dan penetapan harga komoditas yang salah satu bentuk perjanjian yang dilarang
dihasilkan oleh perusahaan monopoli oleh UU No. 5 Tahun 1999 yang dapat
yang umum dikenal dengan ceiling price.5 terjadi melalui penetapan harga berbeda
Dalam mengatur perekonomian, yang dilakukan oleh pelaku usaha untuk
pemerintah dapat menggunakan barang dan atau jasa yang sama dari suatu
wewenangnya untuk menentukan harga produsen berdasarkan kriteria tertentu,
maksimum dari komoditas yang dihasilkan atau mengenakan harga berbeda untuk
oleh seorang monopolis. Tindakan pelanggan berbeda berdasarkan tambahan
tersebut ditujukan untuk melindungi yang tidak proporsional di atas biaya
masyarakat dari penetapan harga yang marjinal atau dapat juga diartikan sebagai
terlalu tinggi dan jumlah komoditas yang strategi penetapan harga non-linear
terlalu sedikit. Meski demikian pada yang mencoba untuk dapat memperoleh
umumnya pemerintah juga menjaga surplus konsumen lebih banyak.
agar kebijakannya tidak sampai terlalu Selain itu diskriminasi harga dapat
merugikan produsen monopolis tersebut. terjadi apabila pelaku usaha menentukan
Bila harga yang ditetapkan pemerintah harga sehingga perbedaan antara
terlalu rendah, maka pemerintah akan harga rata-rata dengan biaya rata-rata
memberikan subsidi kepada perusahaan bervariasi diantara penjualan barang
monopoli alamiah tersebut. yang sama atau barang yang fungsinya
Bentuk lain campur tangan hampir sama. Diskriminasi harga hanya
pemerintah, pemerintah Indonesia telah dapat terjadi pada barang dan atau jasa
mengeluarkan Undang-Undang Nomor yang sama dengan kuantitas yang sama.
5 Tahun 1999 tentang Lapangan Praktek Semua pengertian di atas mengacu pada
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak praktik diskriminasi harga berdasarkan
Sehat (selanjutnya disebut UU No. 5 Tahun daya beli atau pendapatan konsumen yang

5
Ibid., hlm. 370-371.

156 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015


diproyeksikan dari struktur biaya pelaku siang hari dibanding malam hari, yaitu
usaha. pada pertunjukan bioskop, teater, dan
Berdasarkan latar belakang masalah peristiwa olahraga; 5). Penentuan jasa
di atas, permasalahan yang akan potong rambut, angkutan umum, dan tiket
dibahas dalam makalah ini dibatasi dan pesawat yang lebih murah untuk anak-
diidentifikasi sebagai berikut: anak dan usia lanjut; 6). Penentuan tarif
1. Bagaimanakah perspektif ilmu menginap di hotel yang lebih murah untuk
ekonomi terhadap diskriminasi harga? acara-acara rapat, dan sebagainya. Contoh-
2. Bagaimanakah perspektif Undang- contoh ini adalah indikasi tentang bebe-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 rapa meluasnya penerapan diskriminasi
tentang Larangan Praktik Monopoli harga dalam perekonomian Indonesia.
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Namun demikian, harus diingat
terhadap diskriminasi harga? bahwa perbedaan harga akibat perbedaan
biaya dalam memasok suatu produk atau
B. PEMBAHASAN jasa dengan jumlah yang berbeda, pada
1. Perspektif Ilmu Ekonomi Terhadap waktu yang berbeda, pada kelompok
Diskriminasi Harga konsumen yang berbeda, atau dalam
Diskriminasi harga (price pasar yang berbeda, tidaklah termasuk
discrimination) mengacu pada penentuan dalam kelompok diskriminasi harga. Agar
harga yang berbeda pada sebuah produk, menjadi diskriminasi harga, perbedaan
pada waktu yang berbeda untuk setiap ini tidaklah boleh berdasarkan perbedaan
pelanggan yang berbeda, atau pasar dalam biaya. Juga perlu ditekankan bahwa
yang berbeda, tetapi bukan berdasarkan diskriminasi harga tidak memiliki konotasi
perbedaan biaya.6 Sebagai contoh dari yang negatif dalam ilmu ekonomi (tidak
diskriminasi harga yaitu 1). Praktik seperti dalam ilmu hukum). Artinya, dalam
penentuan harga oleh perusahaan energi ilmu ekonomi, diskriminasi harga bersifat
(listrik dan gas); 2). Praktik penentuan netral dan menguntungkan sebagian orang
harga oleh profesional dalam bidang (yang membayar harga yang lebih rendah
kesehatan dan hukum, yang menentukan bagi produk itu ketimbang jika tidak ada
harga rendah untuk kelompok yang diskriminasi harga) dan juga merugikan
berpenghasilan rendah dan harga tinggi sebagian lainnya, dan karena itu, seringkali
untuk yang berpenghasilan tinggi; 3). sulit atau bahkan tidak mungkin untuk
Penentuan harga yang lebih mahal di luar menentukan, apakah diskriminasi harga
negeri dibanding di dalam negeri untuk menguntungkan atau merugikan bagi
berbagai produk dan jasa mulai dari buku, masyarakat secara keseluruhan.
obat-obatan, dan film; 4). Penentuan harga Tiga kondisi harus dipenuhi agar
yang lebih murah untuk pertunjukan sebuah perusahaan dapat menerapkan
diskriminasi harga, yaitu:7

6
Dominick Salvatore, Ekonomi Manajerial Dalam Perekonomian Global, Edisi 5, Buku 2, Salemba Empat,
Jakarta, 2005, hlm. 129.
7
Ibid.

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015 157


a. Perusahaan tersebut harus mempunyai bersih, meteran yang dipasang di
kemampuan mengendalikan harga lokasi bisnis atau di rumah-rumah
produk (artinya, perusahaan tersebut membuat pasar menjadi terpisahkan.
haruslah perusahaan persaingan tidak Biaya transportasi dan pembatasan
sempurna). Perusahaan persaingan perdagangan memisahkan pasar
sempurna tidak memiliki kendali atas komestik dan luar negeri. Dalam hal
harga produk yang dijual (artinya, penjualan jasa, pasar secara alamiah
dia bertindak sebagai price taker) bersifat terpisah oleh kenyataan
dan dengan demikian tidak mungkin bahwa kebanyakan jasa (misalnya,
menerapkan diskriminasi harga. kunjungan dokter, konsultasi dokter,
b. Elastisitas harga permintaan terhadap potong rambut, tiket angkutan umum
produk tersebut harus berbeda untuk kelompok lanjut usia, dan
untuk jumlah produk yang berbeda, lain-lain) tidak dapat dengan mudah
pada waktu yang berbeda, untuk dipindahkan atau dijual kembali
kelompok pelanggan yang berbeda, kepada orang lain.
atau dalam pasar yang berbeda. Jika Menurut Sugiarto, et.al.8, diskriminasi
elastisitas permintaannya sama, harga dapat dibedakan menjadi tiga
maka perusahaan tersebut tidak jenis, yaitu diskriminasi harga derajat
dapat meningkatkan pendapatannya pertama, derajat kedua, dan derajat
dan labanya dengan menerapkan ketiga. Selain itu terdapat varian dari
diskriminasi harga. diskriminasi harga derajat kedua dan
c. Jumlah produk atau jasa tersebut, kapan derajat ketiga, yaitu two part tariff,
waktu digunakan atau dikonsumsinya intertemporal price discrimination dan
produk tersebut, dan kelompok peak load pricing.
pelanggan atau pasar bagi produk 1. Diskriminasi Harga Derajat
tersebut harus dapat dipisahkan Pertama
(artinya, perusahaan tersebut harus Dalam diskriminasi harga derajat
mampu melakukan segmentasi pasar). pertama, monopolis berusaha sepenuhnya
Jika tidak, individu atau perusahaan untuk mengambil seluruh surplus
akan membeli produk atau jasa konsumen dengan cara menentukan
dari tempat murah dan menjualnya harga yang berbeda untuk setiap jumlah
kembali di tempat yang harganya komoditas yang berbeda. Dengan
lebih mahal, sehingga menggagalkan menggunakan kebijakan ini tiap unit output
upaya perusahaan untuk menerapkan dijual pada tingkat harga maksimum yang
harga yang berbeda bagi produk yang mau dibeli oleh pembeli.
sama (yaitu menerapkan diskriminasi Penjelasan tentang diskriminasi harga
harga). Dalam kasus listrik, gas, air akan dimulai dengan ilustrasi awal sebagai
berikut:

158 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015


Monopolis menghasilkan suatu jurnal output 100, sehingga keuntungan yang
yang terbit bulanan. Terhadap jurnal dapat diraihnya ditunjukkan oleh daerah
tersebut tiap konsumen hanya akan A. Seandainya pengusaha monopolis
membeli satu unit tiap bulannya; jarang tersebut berharap untuk meningkatkan
diantara mereka mau membeli dua atau keuntungannya atas dasar kurva
lebih jurnal yang sama bahkan dengan permintaan yang dihadapinya, maka
harga yang lebih rendahpun. Kurva yang bersangkutan dapat menerapkan
permintaan yang dihadapi oleh pengusaha kebijakan diskriminasi harga. Katakan ada
monopoli tersebut ditunjukkan oleh kurva satu konsumen yang mau membeli jurnal
D yang memiliki kemiringan negatif karena tersebut pada harga yang lebih rendah
konsumen hanya mau membayar dengan dari 15, (misalkan 14,95) terhadap jurnal
harga yang berbeda untuk kuantitas yang yang belum terjual, maka jika pengusaha
berbeda (Gambar 1). monopoli dapat memberi harga 14,95,
si konsumen tersebut akan melakukan
pembelian. Dalam hal ini keuntungan
pengusaha monopoli akan naik 4,95
(14,95-10), asal pengusaha monopoli
tersebut tidak harus mengurangi harga
15 yang diberlakukan bagi 100 konsumen
pertamanya. Selanjutnya jika unit yang ke-
102 dapat dijual pada harga 4,90 asalkan
monopolis tidak harus menurunkan
harga untuk 101 konsumen pertamanya.
Tambahan keuntungan tersebut dapat
terus diperolehnya hingga unit jurnal ke-
200, karena tiap unit jurnal dapat dijual
pada harga yang melebihi tambahan biaya
Gambar 1 yang diperlukan untuk memproduknya.
Diskriminasi Harga Derajat Pertama Dengan cara ini pengusaha monopoli
dapat meningkatkan keuntungan sebesar
Pada tingkat harga yang paling rendah, daerah B. Kebijakan penetapan harga
kualitas jurnal yang diminta meningkat demikian tidak dibatasi hanya dari unit
karena lebih banyak konsumen yang yang ke-101 hingga 200, tetapi semua unit
mau membeli jurnal tersebut. Tetapi dapat dihargai pada tingkat tertinggi yang
tiap konsumen hanya membeli satu unit mau dibayar konsumen. Misalnya unit
jurnal. Margin cost per jurnalnya konstan jurnal pertama dapat dijual pada harga
pada 10. Monopolis harus menetapkan 20, yang kedua 19,95 dan seterusnya.
harga yang sama untuk tiap konsumen, Bila kondisi ini dapat dijalankan, maka
dengan memperhatikan pencapaian kurva marginal revenue yang relevan
tingkat keuntungan maksimal, mereka dengan output berhimpit dengan kurva
akan menetapkan harga 15 pada unit demand, sehingga aturan MR = MC untuk

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015 159


memperoleh keuntungan maksimal ini. Meski mereka tidak dapat secara
akan menghasilkan output sebesar Q2. sempurna memperkirakan harga tertinggi
Pada kondisi ini keuntungan monopolis yang mau dibayar oleh konsumen, mereka
ditunjukkan oleh daerah A + B = C yang seringkali menerapkan taktik kira-kira
bernilai lebih besar dibandingkan dengan dengan menggali minat konsumen. Karena
bila hanya diterapkan harga tunggal 15 taktik ini, maka pembeli yang berbeda
bagi semua unit. akan membayar dengan harga yang
Dalam kenyataannya untuk berbeda untuk komoditas yang berbeda.
menerapkan kebijakan diskriminasi 2. Diksriminasi Harga Derajat Kedua
harga derajat pertama tidaklah mudah, Pada kebijakan diskriminasi harga
dibutuhkan mekanisme sedemikian derajat kedua, harga persatuan komoditas
rupa agar monopolis dapat menerapkan turun sebagai fungsi jumlah komoditas
harga maksimum yang mau dibayar yang dibeli. Dengan pertimbangan
oleh pembeli terhadap produk-produk bahwa turunnya harga menggambarkan
yang dihasilkan oleh monopolis. pertimbangan biaya (sebagai contoh
Bertanya langsung pada pembeli tentang economies of scale), kebijakan diskriminasi
keinginan membayar mereka tentu harga derajat kedua dapat meningkatkan
bukan merupakan cara yang baik, upaya keuntungan perusahaan dengan
pencarian informasi dengan teknik-teknik mengambil keuntungan dari kenyataan
tertentu seringkali dijalankan, misalnya bahwa kurva permintaan yang dihadapi
pengacara dan dokter memberikan tarif perusahaan memiliki kemiringan negatif.
yang berbeda kepada konsumen mereka Contoh diskriminasi harga derajat
yang kaya dan yang miskin seandainya kedua di Indonesia adalah tarif dasar
mereka mengetahui kondisi ekonomi listrik dengan volume 220 yang ditetapkan
konsumennya. Para broker mobil bekas sebagai berikut:
juga seringkali menerapkan kebijakan

8
Sugiarto, et.al., Ekonomi Mikro..., Op.Cit., hlm. 384-392.

160 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015


Tabel 1
Tarif Tenaga Listrik untuk Keperluan Rumah Tangga9

Reguler Pra
Gol. Batas Biaya Beban Bayar
No Biaya Pemakaian
Tarif Daya (Rp/kVA/ (Rp/
(Rp/kWh) kWh)
bulan)
Blok I : 0 s.d. 30 kWh : 169
Blok II : di atas 30 kWh
R-1/
1 s.d. 450 VA 11.000 s.d. 60 kWh : 360 415
TR
Blok III : di atas 60 kWh :
495
R-1/
2 900 VA 20.000 Blok I : 0 s.d. 20 kWh : 275
TR
Blok II : di atas 20 kWh
605
s.d. 60 kWh : 445
Blok III : di atas 60 kWh :
495
R-1/
3 1.300 VA *) 1.352 1.352
TR
R-1/
4 2.200 VA *) 1.352 1.352
TR
R-2/ 3.500 s.d.
5 *) 1.352 1.352
TR 5.500 VA
R-3/ 6.600 VA
6 *) 1.352 1.352
TR ke atas

Catatan:
*) diterapkan rekening minimum (RM):
RM1 = 40 (Jam Nyala) X Daya Tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian

9
Peraturan Menteri ESDM Nomor 31 Tahun 2014 tentang Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan oleh
Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perusahaan Listrik Negara.

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015 161


Dalam hal ini harga persatuan listrik 3. Diskriminasi Harga Derajat Ketiga
yang digunakan tergantung pada kuantitas Monopolis yang ingin menjalankan
output yang dikonsumsi oleh konsumen. kebijakan diskriminasi harga, harus
Fenomena ini seringkali disebut dengan menetapkan harga di tiap-tiap pasar
block pricing. Pada kasus ini pemakai agar keuntungan dapat dimaksimumkan.
komoditas A dalam kuantitas yang Dalam hal ini monopolis harus
semakin banyak akan memperoleh harga mempertimbangkan biaya produksi
yang sama atau mendekati marginal cost. dan sifat permintaan di tiap-tiap pasar.
Misalkan, kurva average cost (AC) dan
marginal cost (MC) perusahaan monopolis
adalah seperti digambarkan dalam
Gambar 3 (iii). Misalkan pula produksi
perusahaan monopoli tersebut dijual di
dua pasar, yaitu di pasar dalam negeri,
dengan kurva permintaan (Dd) dan
marginal revenue (MRd) sebagaimana
ditunjukkan dalam gambar 3 (i) dan
di pasar luar negeri dengan kurva
permintaan (Dw) dan marginal revenue
(MRw) sebagaimana ditunjukkan dalam
gambar 3 (ii). Gabungan permintaan kedua
pasar tersebut ditunjukkan oada gambar
3 (iii), yaitu kurva Dd+w. Begitu juga kurva
MRd+w adalah kurva marginal revenue bila
Gambar 2 analisis terhadap hasil penjualan di kedua
Diskriminasi Harga Derajat Kedua pasar tersebut digabungkan.

Sebagaimana dengan kebijakan


harga sebelumnya block pricing dapat
meningkatkan keuntungan perusahaan
dengan mengambil bagian dari surplus
konsumen dengan bertambahnya
pemakaian produk. Meskipun demikian
harga derajat kedua ini tidak dapat
mengambil semua surplus konsumen
menjadi keuntungan pengusaha monopoli
sebagaimana yang dapat dilakukan pada
kebijakan diskriminasi harga derajat
pertama.

162 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015


output sebanyak Qw. Harga pasar di dalam
negeri dalam Pd dan harga di pasar luar
negeri adalah Pw. Jumlah keuntungan yang
diperoleh perusahaan tersebut adalah
CdePd (di pasar dalam negeri) ditambah
CabPw (di pasar luar negeri).
Dalam diskriminasi harga derajat
ketiga monopolis menjual komoditasnya di
pasar yang memiliki elastisitas permintaan
yang berbeda-beda. Dimisalkan produsen
menjual barang di dua pasar yang berbeda
yaitu di pasar A dan di pasar B. Pertama-
tama harus dipahami, bahwa produsen
akan mendapatkan total revenue yang
maksimal bila marginal revenue di pasar
A (MRA) sama dengan marginal revenue di
pasar yang lain (MRB). Ini menunjukkan
jumlah komoditas Q yang dialokasikan
di pasar A sebanyak QA dan di pasar B
Gambar 3 sebanyak QB. Harga di pasar A adalah PA
Diskriminasi Harga Derajat Ketiga dan harga di pasar B adalah PB. Karena
pasar A menunjukkan permintaan yang
Perusahaan monopoli akan lebih inelastis daripada permintaan di
memperoleh keuntungan maksimum bila pasar B, maka harga di pasar A lebih tinggi
MRd+w = MC, keadaan tersebut dicapai bila dari pada di pasar B. Bila dimisalkan A = 2
monopolis memproduksi sebagai Qd+w. Saat dan B = 3, maka akan ditemukan bahwa PB
perusahaan memproduksi Qd+w marginal = ¾ P A.
costnya adalah OC. Agar di tiap pasar
diperoleh keuntungan maksimum (dan
selanjutnya memaksimumkan keseluruhan
keuntungan perusahaan), maka penjualan
di tiap-tiap pasar harus memenuhi syarat
marginal cost OC sama dengan marginal
revenue di masing-masing pasar. Dengan
demikian pemaksimuman keuntungan
di pasar dalam negeri tercapai saat OC =
MRd dan di pasar luar negeri tercapai saat
OC = MRw. Dengan demikian, keuntungan
maksimum di kedua pasar akan dicapai Gambar 4
bila di pasar dalam negeri dijual output Elastisitas Permintaan dan
sebanyak Qd dan di pasar luar negeri dijual Diskriminasi Harga

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015 163


Biaya produksi untuk menghasilkan dan MRB untuk pasar B dan menghasilkan
komoditas X tetap ditunjukkan oleh komoditas OQA untuk pasar A dan OQB
kurva AC dan kurva MC. Sehingga untuk untuk pasar B. Harga komoditas di masing-
menentukan keuntungan yang diperoleh masing pasar adalah PA di pasar A dan
di masing-masing pasar, kita harus PB di pasar B. Masing-masing harga itu
mengurangkan biaya rata-rata itu dari ditentukan dengan menarik garis vertikal
tingkat harga di masing-masing pasar pada jumlah output OQA sampai memotong
dan kemudian mengalikannya dengan kurva permintaan DA dan dari output
jumlah yang dijual di masing-masing ORB di pasar B sampai memotong kurva
pasar tersebut. Dengan menjumlahkan permintaan DB. Tampak pada gambar
keuntungan total di pasar A dan pasar 4 bahwa di pasar yang permintaannya
B kita akan mendapatkan jumlah lebih elastis (yaitu pasar B) tingkat harga
keuntungan dari monopolis yang bekerja komoditas PB lebih rendah daripada di
dengan diskriminasi harga derajat ketiga pasar A (PA) yang permintaannya lebih
tersebut. tidak elastis (inelastis). Perhatikan pula
Yang menjadi persoalan adalah bahwa QA + QB = Qt.
penentuan jumlah komoditas yang
dihasilkan, alokasi produk serta harga 2. Perspektif Undang-Undang No.
dimasing-masing pasar tersebut. Dengan 5 Tahun 1999 tentang Larangan
diketahuinya pula kurva permintaan di Praktek Monopoli dan Persaingan
pasar A dan di pasar B, maka diketahui Usaha Tidak Sehat Terhadap
pula kurva marginal revenue di masing- Diskriminasi Harga
masing pasar tersebut. Masing-masing Di dalam Undang-Undang Nomor 5
kurva itu ada DA, DB dan MRA dan MRB. Tahun 1999, diskriminasi yang berkaitan
Untuk menentukan jumlah komoditas dengan harga diatur dalam dua kelompok
yang dihasilkan, mula-mula kurva aturan atau pasal, yakni diskriminasi
penerimaan masing-masing pasar MRA dan harga yang disepakati di bawah payung
MRB harus dijumlahkan secara horisontal perjanjian dan diskriminasi yang dilakukan
sehingga didapat kurva penerimaan secara sepihak atau tanpa perjanjian.
gabungan (MRG). Produksi ditentukan oleh a. Diskriminasi harga yang disepakati
perpotongan kurva penerimaan gabungan di bawah payung perjanjian.
MRG itu dengan kurva marginal cost MC Diskriminasi harga yang disepakati
dan menghasilkan produksi total Qt. di bawah payung perjanjian diatur dalam
Dengan menarik garis horisontal dari titik Pasal 5 ayat 1 dan Pasal 6 Undang-Undang
perpotongan kurva penerimaan gabungan Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
dan biaya marjinal ke kiri, akan dapat Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
ditentukan jumlah produk yang harus Tidak Sehat.
dialokasikan di pasar A dan di pasar B Pasal 6 menyatakan:
pada perpotongan antara garis horisontal “Pelaku usaha dilarang membuat
itu dengan kurva penerimaan marjinal perjanjian yang mengakibatkan
masing-masing pasar MRA untuk pasar A pembeli yang satu harus membayar

164 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015


dengan harga yang berbeda dari harga informasi yang berbeda mengenai
yang harus dibayar oleh pembeli lain konsumen, yaitu:10
untuk barang dan atau jasa yang sama”. 1) Diskriminasi harga sempurna, dimana
produsen akan menetapkan harga
Pasal ini membahas mengenai yang berbeda untuk setiap konsumen.
perjanjian diskriminasi harga (price Dengan menetapkan strategi ini,
discrimination agreement) yakni, produsen akan menyerap seluruh
perjanjian yang dibuat oleh pelaku usaha surplus konsumen, sehingga dapat
dengan pelaku usaha lainnya dimana mencapai laba yang paling tinggi.
untuk suatu produk yang sama dijual 2) Pada situasi dimana produsen tidak
kepada setiap konsumen dengan harga dapat mengidentifikasi maksimum
yang berbeda-beda. harga yang dapat dikenakan untuk
Konsep larangan dalam Pasal 6 setiap konsumen, atau situasi dimana
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 produsen tidak dapat melanjutkan
mensyaratkan adanya suatu perjanjian struktur harga yang sama untuk
yang dibuat oleh pelaku usaha yang isinya tambahan unit penjualan, maka
mengakibatkan pembeli yang satu harus produsen dapat menetapkan strategi
membayar berbeda dengan pembeli diskriminasi tingkat harga kedua,
lainnya untuk barang atau jasa yang sama. dimana produsen akan menerapkan
Pengertian perjanjian maupun pelaku sebagian dari surplus konsumen.
usaha di sini sesuai dengan pengertian Pembeli yang bersedia membeli
dalam ketentuan Pasal 1 Undang-Undang barang lebih banyak diberikan harga
Nomor 5 Tahun 1999. per unit yang lebih murah. Strategi
Berdasarkan ketentuan Pasal 6 ini banyak dilakukan pada penjualan
tersebut, diskriminasi harga dilarang grosir atau pasar swalayan besar.
apabila pelaku usaha membuat suatu 3) Bentuk terakhir diskriminasi harga
perjanjian dengan pelaku usaha lain umumnya diterapkan produsen
yang mengakibatkan pembeli satu harus yang mengetahui bahwa permintaan
membayar harga yang tidak sama atau atas produk mereka beragam secara
berbeda dengan harga yang harus dibayar sistematik berdasarkan karakteristik
oleh pembeli lain untuk barang dan/ konsumen dan kelompok demografis.
atau jasa yang sama, karena hal ini dapat Interpretasi dari rumusan:”...pembeli
menimbulkan persaingan usaha yang tidak harus membayar dengan harga yang
sehat di kalangan pelaku usaha atau dapat berbeda...”, jika ini yang menjadi landasan
merusak persaingan usaha. Dalam hal ini penafsirannya, maka pembeli harus
menurut Rachmadi Usman terdapat tiga membayar dengan harga yang berbeda
jenis dan tingkatan strategis diskriminasi tidak hanya disebabkan oleh perjanjian
harga, di mana setiap tingkatan menuntut dalam hubungan vertikal, tetapi juga

10
Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, Cet. 1, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2004, hlm. 49-50.

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015 165


dimungkinkan oleh perjanjian dalam tanpa melihat efek negatif dari perjanjian
hubungan horizontal. Contoh, perjanjian tersebut terhadap persaingan. Dengan
ekslusif antara perusahaan kartu kredit kata lain, walaupun efek negatif terhadap
X dengan jasa angkutan penerbangan persaingan usaha kecil. Perjanjian price
udara Y dalam hubungan horizontal fixing tetap dilarang.
menyebabkan diskriminasi harga bagi Akan tetapi undang-undang
pemegang kartu kredit non X. Meskipun memberikan pengecualian terhadap
demikian, pemeriksaan terhadap contoh larangan membuat perjanjian tentang
kasus terakhir hendaknya tidak dilakukan penetapan harga antar pelaku usaha ini,
dengan menggunakan Pasal 6, melainkan yaitu jika perjanjian penetapan harga
dengan Pasal 5 ayat 1. tersebut dibuat:
Pasal 5 ayat 1 dengan formulasi 1) Dalam suatu usaha patungan (joint
sebagai berikut: ventures); atau
“Pelaku usaha dilarang membuat 2) Didasarkan pada undang-undang yang
perjanjian dengan pelaku usaha berlaku (vide Pasal 5 ayat (2) Undang-
pesaingnya untuk menetapkan harga Undang Nomor 5 Tahun 1999).
atas suatu barang dan atau jasa yang Dalam undang-undang ini tidak
harus dibayar oleh konsumen atau dijelaskan usaha patungan seperti apa yang
pelanggan pada pasar bersangkutan bisa dikecualikan. Bila usaha patungan
yang sama”. membuat collateral restraint, yakni
perjanjian yang membatasi kompetisi
Pasal 5 ayat 1 pada dasarnya merupa- dimasa datang antara para pihak, usaha
kan larangan terhadap setiap perjanjian ini bisa menghadapi tuntutan pelanggaran
harga yang bersifat horizontal. Salah satu peraturan di bidang anti monopoli dan
jenis perjanjian harga horizontal adalah persaingan usaha tidak sehat. Dengan
perjanjian harga untuk memperlakukan demikian tidak bisa dikatakan bahwa
pembeli tertentu berbeda dalam hal harga semua perjanjian dalam usaha patungan
dengan pembeli atau pelanggan lainnya. tidak akan merugikan persaingan. Perlu
Berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat dibuatkan penjelasan lagi mengenai
(1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun kriteria usaha patungan yang dapat
1999, pelaku usaha dilarang mengadakan dikecualikan.
perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya guna menetapkan suatu harga b. Diskriminasi harga tanpa perjanjian
tertentu atas suatu barang dan/atau jasa Pasal 19 Undang-Undang No. 5 Tahun
yang akan diperdagangkan pada pasar 1999 dengan judulnya “Penguasan Pasar”
bersangkutan. Larangan muncul, sebab menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang
perjanjian seperti itu akan meniadakan melakukan satu atau beberapa kegiatan,
persaingan usaha diantara pelaku usaha baik sendiri maupun bersama pelaku
yang mengadakan perjanjian tersebut. usaha lain, yang dapat mengakibatkan
Dalam Pasal 5 ayat (1) dikatakan bahwa terjadinya praktik monopoli dan atau
perjanjian penetapan harga dilarang persaingan usaha tidak sehat berupa:

166 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015


1) menolak dan atau menghalangi pelaku pada dilewati atau tidak dilewatinya batas
usaha tertentu untuk melakukan pangsa pasar tertentu.12
kegiatan usaha yang sama pada pasar Terminologi diskriminasi dalam
bersangkutan; atau Industrial Organization biasanya lebih
2) menghalangi konsumen atau banyak digunakan untuk konteks
pelanggan pelaku usaha pesaingnya pembedaan harga untuk produk yang
untuk tidak melakukan hubungan sama dengan alasan yang tidak terkait
usaha dengan pelaku usaha pesaingnya dengan perbedaan biaya produksi.13
itu; atau Dalam hal ini dikenal diskriminasi harga
3) membatasi peredaran dan atau dengan berbagai derajatnya. Diskriminasi
penjualan barang dan atau jasa pada harga derajat satu jika penjual mampu
pasar bersangkutan; atau menetapkan harga yang berbeda-beda
4) melakukan praktik diskriminasi untuk konsumen yang berbeda sehingga
terhadap pelaku usaha tertentu. dapat meraup seluruh surplus konsumen.
Diskriminasi harga derajat dua berlaku
Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 dalam bentuk pemberlakuan harga yang
Tahun 1999 ini mengesankan ditujukan berbeda untuk blok penggunaan yang
kepada para pelaku usaha yang harus berbeda sehingga sebagian, tetapi tidak
mempunyai kemampuan untuk semuanya, surplus konsumen dapat
mempengaruhi pasar sehingga mempunyai diambil oleh penjual. Diskriminasi derajat
kekuatan pasar yang substansial. Hal tiga memberlakukan harga yang berbeda
tersebut mungkin didasarkan kepada untuk barang yang sama pada pasar yang
anggapan bahwa perbuatan yang dimuat berbeda elastisitasnya.14
pada huruf a sampai d hanya dapat Syarat untuk dapat menerapkan
terjadi jika pelaku usaha memiliki posisi strategi diskriminasi harga adalah
pasar yang kuat. Namun, yang menjadi adanya market power yang dimiliki oleh
pertimbangan bukanlah persoalan pangsa perusahaan atau penjual yang pada
pasar saja, melainkan dapat langsung umumnya dimiliki oleh perusahaan
diterapkan kepada pelaku usaha yang monopoli. Syarat kedua, perusahaan harus
melakukan kegiatan usahanya, baik secara mampu mencegah penjualan kembali
sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan barang yang dibeli pada harga yang lebih
pelaku usaha yang lain.11 Dengan kata murah ke pasar dengan harga yang lebih
lain, penerapan Pasal 19 tidak tergantung mahal. Oleh karena itu strategi ini pada

11
Knud Hansen, et al., Undang-undang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat:
Law Concerning Prohibition of Monopolistic Practices and Unfair Business Competition. GTZ dan Katalis
Publishing Media Services, Jakarta, 2002, hlm. 289.
12
Ibid., hlm. 291.
13
Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pedoman Pasal 10 Huruf d
(Praktek Diskriminasi) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, hlm. 2.
14
Ibid.

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015 167


umumnya efektif untuk pasar jasa dan deadweight social loss yang terjadi akibat
pasar yang terpisah cukup jauh secara struktur pasar yang monopolistis.17 Oleh
geografis.15 karena itu, apakah praktek diskriminasi
Karena diskriminasi harga hanya harga pada akhirnya menguntungkan atau
mampu dilakukan oleh perusahaan yang merugikan bagi masyarakat merupakan
mempunyai market power, maka strategi masalah empiris yang harus dikaji kasus
ini juga berpotensi untuk disalahgunakan per kasus.
untuk melakukan berbagai hal yang Selain diskriminasi harga dengan
dilarang pada Undang-Undang No. 5 Tahun memberlakukan harga yang berbeda untuk
1999. Dengan kemampuan diskriminasi segmen pasar yang berbeda elastisitasnya
harga, produsen atau penjual dapat di atas, bentuk lain diskriminasi harga
menurunkan harga pada suatu pasar juga dapat ditemukan dalam bentuk
tertentu untuk menyingkirkan pesaingnya perbedaan harga intemporal (misal: harga
dari pasar tersebut atau menghambat berbeda pada waktu yang berbeda seperti
perusahaan baru untuk masuk tanpa harga komputer yang sama berbeda pada
khawatir mengalami kerugian karena saat baru diluncurkan dengan harga
akan dikompensasi oleh penerimaan dan setelah beberapa waktu), peak load (misal:
keuntungan dari pasar lain yang dikenakan harga tiket pesawat atau hotel berbeda
harga yang lebih tinggi.16 pada saat liburan panjang dengan bukan
Jika dilihat dari aspek distribusi, liburan), two part tariff (misal: pemain
jelas diskriminasi akan meningkatkan golf dikarenakan iuran angggota yang
penerimaan atau keuntungan produsen tetap, lalu dikenakan biaya terpisah untuk
atau penjual dengan berkurangnya setiap penggunaan sehingga anggota yang
kesejahteraan konsumen karena menggunakan lapangan golf tersebut lebih
seluruh atau sebagian surplus mereka sering akan mendapatkan harga rata-rata
diambil. Namun demikian, diskriminasi yang lebih rendah dibandingkan dengan
harga jual dapat berdampak positif anggota yang jarang menggunakannya),
terhadap kesejahteraan masyarakat bundling dimana suatu barang yang dijual
secara keseluruhan dibandingkan secara paket dengan barang lainnya
dengan pemberlakuan satu harga (non sementara tersedia barang yang sama
diskriminasi). Dengan diskriminasi dapat dibeli tanpa paket dengan harga
harga, jumlah barang yang dihasilkan yang sama, dan tying dimana seorang
dan dapat dinikmati masyarakat akan konsumen disyaratkan membeli barang
meningkat dibandingkan dengan metode tertentu sebelum dapat membeli suatu
satu harga yang biasanya diterapkan oleh barang.18
perusahaan monopoli. Secara teoritis Selain diskriminasi harga juga
hal ini menyebabkan berkurangnya terdapat diskriminasi non harga. Dalam

15
Ibid.
16
Ibid., hlm. 3.
17
Ibid.
18
Ibid.

168 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015


hal ini, diskriminasi non harga adalah misalnya memberlakukan diskriminasi
yang sebagaimana diatur dalam Pasal untuk mengembangkan pengusaha lokal,
19 huruf d, yang dimaksudkan sebagai mengembangkan UKM dan diskriminasi-
tindakan atau perlakuan dalam berbagai diskriminasi lain yang bernuansa positif.
bentuk yang berbeda, yang dilakukan oleh Untuk memastikan bahwa alasan-alasan
seorang pelaku usaha terhadap pelaku tersebut tidak hanya digunakan sebagai
usaha tertentu.19 Diskriminasi dapat kamuflase untuk tindakan koruptif
didasarkan pada alasan yang tidak wajar dan kepentingan pribadi, diperlukan
seperti SARA, maupun alasan lain karena investigasi lebih jauh.
kepentingan tertentu seperti keuntungan Dari sudut pandang ekonomi,
pribadi atau teknis. kegiatan penguasaan pasar diartikan
Bentuk diskriminasi non harga yang sebagai kemampuan pelaku usaha dalam
sangat jelas adalah penunjukkan langsung mempengaruhi pembentukan harga, atau
sementara terdapat lebih dari satu kuantitas produksi atau aspek lainnya
perusahaan yang mampu melakukan hal dalam sebuah pasar. Aspek lainnya tersebut
yang sama.20 Diskriminasi non harga juga dapat berupa, namun tidak terbatas
terjadi jika kesempatan berkompetisi hanya pada pemasaran, pembelian, distribusi,
diberikan kepada beberapa perusahaan, penggunaan, atau akses atas barang atau
sementara sebagian perusahaan lain jasa tertentu di pasar bersangkutan.22
yang juga mampu tidak diberi peluang. Kegiatan ini dapat dilakukan sendiri oleh
Sebagaimana halnya dengan diskriminasi satu pelaku usaha atau secara bersama-
harga, diskriminasi non harga juga sama dengan pelaku usaha lainnya, dan
pada umumnya memerlukan adanya dapat terdiri dari satu atau beberapa
penguasaan pasar (market control) dari kegiatan sekaligus.
pelaku usaha tertentu.21 Namun dalam Kegiatan penguasaan pasar sangat
kasus tertentu, penguasaan pasar dalam erat kaitannya dengan pemilikan posisi
arti pangsa pasar tidak harus besar tetapi dominan dan kekuatan pasar yang
bagi mitra usaha merupakan pasar yang signifikan di pasar bersangkutan. Pengua-
signifikan. Lebih lanjut, diskriminasi non- saan pasar akan sulit dicapai apabila
harga juga diperkirakan paling terhadap pelaku usaha, baik secara sendiri maupun
masalah persaingan usaha karena sudah bersama-sama, tidak memiliki kedudukan
jelas ada perusahaan pesaing yang yang kuat di pasar bersangkutan. Selain
dirugikan akibat tindakan diskriminatif didukung oleh pemilikan posisi dominan,
tersebut. Namun demikian perlu dilihat dan atau memiliki kekuatan pasar yang
motif dan dampaknya untuk memutuskan signifikan, penguasaan pasar oleh pelaku
apakah praktik tersebut dapat diterima usaha juga bisa terjadi melalui pemilikan
atau tidak. Beberapa perusahaan lainnya faktor-faktor khusus yang tidak dimiliki

19
Ibid., hlm. 4.
20
Ibid.
21
Ibid.
22
Ibid., hlm. 5.

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015 169


oleh pesaingnya.23 Faktor-faktor khusus ini sama. Bentuk perilaku diskriminasi tidak
dapat berupa, namun tidak terbatas pada terhitung, dan usaha untuk menentukan
HAKI, regulasi pemerintah, hal ekslusif bahwa suatu kegiatan diskriminasi cukup
(lisensi), jaringan distribusi, dukungan beralasan atau tidak tergantung kepada
finansial, fasilitas penting, loyalitas atau setiap kasus, sehingga peran yurisprudensi
preferensi konsumen. Pemilikan atas menjadi penting.24 Namun, bagian yang
satu atau lebih faktor-faktor ini membuat paling penting dalam menentukan suatu
pelaku usaha berada pada posisi yang perbuatan diskriminasi berasalan atau
lebih diuntungkan dibandingkan para tidak, diperlukan analisis pengimbangan
pesaingnya. antara kepentingan pelaku usaha yang
Kegiatan melakukan praktik melakukan diskriminasi dan pelaku usaha
diskriminasi terhadap pelaku usaha yang mengalami diskriminasi. Dengan
tertentu merupakan penentukan demikian maka penentuan harga yang
perlakuan dengan cara yang berbeda berbeda-beda (antara lain potongan
mengenai persyaratan pemasokan atau harga menurut kuantitas) tidak otomatis
persyaratan pembelian barang dan/ dilarang karena bisa saja potongan harga
atau jasa. Segala macam perlakuan yang dilakukan akibat berkurangnya biaya
berbeda terhadap pelaku usaha tertentu transaksi atau sebagai respon terhadap
dapat termasuk dalam cakupan Pasal 19 persaingan.25
huruf d ini. Kemudian, yang membedakan Perilaku diskriminatif dapat juga
antara Pasal 6 dan Pasal 19 huruf d adalah dilakukan oleh pemasok barang bermerek
bahwa diskriminasi yang dimaksud dalam kepada penyalurnya dengan alasan untuk
Pasal 6 adalah diskriminasi dalam bentuk mempertahankan reputasi, kualitas, atau
harga kepada pembeli yang dilakukan harga. Selain itu, diskriminasi juga bisa
dalam bentuk perjanjian, sedangkan dilakukan terhadap pelaku usaha yang
diskriminasi dalam Pasal 19 huruf d telah menjadi mitra tetap dan yang tidak
dilakukan tidak hanya dalam bentuk dengan mengubah sistem penjualan dari
harga tetapi juga dalam bentuk lainnya yang menggunakan penyalur menjadi
yang tidak harus dilakukan dalam bentuk penjualan langsung ke konsumen akhir.
perjanjian. Dalam kasus ini, perjanjian dengan
Melakukan praktik diskriminasi penyalur suatu barang yang tergantung
artinya termasuk menolak sama sekali pada produsen hanya dapat dibatalkan
melakukan hubungan usaha, menolak jika masa berlakunya sudah cukup lama
melakukan sama sekali hubungan usaha, sehingga penyalur yang bersangkutan
menolak syarat-syarat tertentu atau berkesempatan untuk mencari kontrak
perbuatan lain, dimana pelaku usaha lain penjualan lain.26
diperlakukan dengan cara yang tidak

23
Ibid., hlm. 6.
24
Knud Hansen et.al., Undang-undang Larangan Praktik Monopoli…, Op.Cit., hlm. 296.
25
Ibid.
26
Ibid., hlm. 297.

170 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015


Pasal 19 huruf d tidak hanya berlaku PT X melakukan penunjukan langsung
untuk pemasok (supplier) yang menjual kepada PT Y tanpa melalui proses
barang/jasa saja, tetapi juga kepada tender guna melakukan pengembangan
pelaku usaha yang membelinya. Kondisi sistem e-reporting dan monitoring yang
ini terjadi ketika pemasok barang atau disertai pemberian hak eksklusif sebagai
jasa tergantung kepada pelanggannya satu-satunya penyelenggara sistem
apabila pelanggan tersebut memiliki posisi e-reporting dan monitoring di tempat PT
dominan atau tidak tersedia alternatif yang X dan memungut biaya aplikasinya kepada
cukup dan pantas bagi pemasok untuk perusahaan yang menggunakannya.
menjual barang/jasa kepada pelanggan Kebijakan PT X tersebut dianggap telah
lain.27 Jika pelaku usaha memiliki posisi mendiskriminasi pelaku usaha jasa
yang kuat dalam pasar menyalahgunakan penyelenggara sistem e-reporting lainnya
posisinya tersebut untuk mendorong dengan memperlakukan PT Y secara
pelaku usaha lain dalam rangka hubungan istimewa. Contoh kasus ini melanggar
usaha agar memberikan syarat istimewa Pasal 19 huruf d.
tanpa adanya alasan yang meyakinkan, 2) Menolak melakukan hubungan usaha
maka perilaku yang seperti itu pada dengan pihak tertentu tanpa justifikasi
umumnya disebut sebagai “diskriminasi hukum, sosial, ekonomi, teknis, dan
pasif”. Perilaku seperti itu baru dapat alasan lainnya yang dapat diterima.
dianggap menghambat persaingan jika PT A merupakan produsen tepung
pembeli tidak memberikan perlakuan terbesar dan terbaik di Indonesia. Pada saat
yang sama terhadap semua calon pemasok ini sudah terdapat beberapa pabrik tepung
dalam rangka memperoleh persyaratan selain PT A dan juga terdapat banyak impor
pembelian yang paling menguntungkan, terigu dari Turki. PT D sebagai produsen
melainkan melakukan pembedaan secara roti premium ingin mendapatkan terigu
sistematik.28 Namun, apabila pembedaan kualitas paling baik yang diproduksi PT
dilakukan hanya mencakup potongan A, namun ketika mengajukan permintaan
harga yang melambangkan persaingan pembelian ditolak tanpa alasan yang jelas,
harga dan kualitas, maka alasan tersebut padahal kapasitas produksi PT A mempu
secara materil dianggap meyakinkan memenuhi permintaan tersebut. Pada
sehingga tidak dapat dianggap sebagai dasarnya PT A memiliki banyak pesaing,
perilaku diskriminatif. tetapi produsen tepung menganggap
Secara ringkas contoh hipotesa dari bahwa kualitas tepung produksi PT A
praktik diskriminasi yang melanggar Pasal merupakan yang terbaik di kelasnya
19 huruf d antara lain: sehingga membutuhkan bahan tersebut.
1) Penunjukan langsung dalam suatu Tetapi PT A menolak menjual dan lebih
pekerjaan; memilih menjual kepada afiliasinya.

27
Ibid.
28
Ibid., hlm. 298.

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015 171


3) Menetapkan persyaratan tertentu B dapat menggunakan lemari pendingin
yang mengarah kepada perusahaan milik PT A.
tertentu tanpa justifikasi hukum, 5) Menetapkan syarat yang sama untuk
sosial, ekonomi, teknis, dan alasan pelaku usaha yang secara ekonomi
lainnya yang dapat diterima. berbeda kelas.
PT. B memiliki produk obat dengan zat PT. C yang merupakan sebuah
amlodipine untuk penyakit darah tinggi supermarket menetapkan trading terms
yang sangat laku di pasaran sehingga dan besaran fee yang sama baik kepada
banyak distributor yang ingin turut pemasok yang termasuk golongan UKM
memasarkan obat tersebut. Akan tetapi maupun golongan pemasok besar. Hal ini
untuk menjadi distributor PT B, PT B tentu saja secara relatif akan dirasakan
mensyaratkan kepemilikan modal dan alat lebih berat bagi pemasok kelompok UKM
tertentu yang hanya dapat dipenuhi oleh sehingga dapat diartikan bahwa PT C
PT C yang merupakan afiliasinya, meskipun hanya menghendaki pemasok kelompok
sebenarnya persyaratan tersebut pengusaha besar. Dengan demikian,
tidak diperlukan untuk distribusi obat persyaratan yang sama untuk kelas
dimaksud. Perusahaan lain yang memiliki yang berbeda dapat dianggap sebagai
cakupan di Jawa, Bali dan Sumatera persyaratan yang diskriminatif sehingga
serta memiliki kemampuan melakukan dapat dikategorikan melanggar Pasal 19
distribusi minimal untuk wilayah yang huruf d.29
sudah menjadi pasarnya selama ini Berdasarkan contoh-contoh hipotesa
merasa tidak diberikan kesempatan untuk pelanggaran-pelanggaran di atas, maka
ikut mendistribusikan produk yang laku di dapat disimpulkan bahwa indikasi untuk
pasaran tersebut. dapat dilakukannya kegiatan-kegiatan
4) Menetapkan syarat yang berbeda sebagaimana yang diuraikan dalam Pasal
untuk pelaku usaha yang berbeda 19 huruf d antara lain:
dalam pasar yang sama tanpa 1) Adanya perlakuan istimewa yang
justifikasi legal, sosial, ekonomi, teknis dilakukan oleh pelaku usaha terhadap
dan alasan lannya yang dapat diterima. pelaku usaha tertentu, dan/atau
PT. A adalah hipermarket yang 2) Perlakuan istimewa tersebut sama
menerima pasokan barang dari para sekali tidak berdasarkan pertimbangan
suppliernya untuk memenuhi kebutuhan yang beralasan.
tokonya. Untuk memenuhi kebutuhan
dairy product, PT. A mensyaratkan C. PENUTUP
kepemilikan lemari pendingin bagi Berdasarkan permasalahan mengenai
perusahaan C untuk dipasang di tokonya perspektif ilmu ekonomi dan Undang-
tapi tidak mensyaratkan hal yang sama Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
kepada perusahaan B, karena perusahaan Larangan Praktek Monopoli dan

29
Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pedoman Pasal 10 Huruf d
(Praktek Diskriminasi) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, hlm. 16-17.

172 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015


Persaingan Usaha Tidak Sehat terhadap Dominick Salvatore, Ekonomi Manajerial
Diskriminasi Harga, maka kesimpulan Dalam Perekonomian Global, Edisi 5,
yang diperoleh adalah sebagai berikut: Buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2005.
1. Perspektif ilmu ekonomi terhadap
diskriminasi harga: Gunarto Suhardi, Revitalisasi BUMN,
a. Diskriminasi harga bersifat netral Universitas Atmajaya Yogyakarta,
b. Terdapat tiga jenis diskriminasi 2007.
harga:
1) Diskriminasi harga derajat Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum
pertama Persaingan Usaha di Indonesia,
2) Diskriminasi harga derajat Kencana, Jakarta, 2008.
kedua
3) Diskriminasi harga derajat Hikmahanto Juwana, “Sekilas Tentang
ketiga Hukum Persaingan dan Undang-
2. Perspektif Undang-Undang Nomor 5 Undang Nomor 5 Tahun 1999”, Jurnal
Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Magister Hukum, (September 1999).
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat Terhadap Diskriminasi Harga: Knud Hansen, et al., Undang-undang
a. Diskriminasi harga di bawah Larangan Praktik Monopoli dan
payung perjanjian, yaitu Pasal 5 Persaingan Usaha Tidak Sehat:
ayat (1) dan Pasal 6 Law Concerning Prohibition of
b. Diskriminasi harga yang dilakukan Monopolistic Practices and Unfair
secara sepihak atau tanpa Business Competition. GTZ dan Katalis
perjanjian, yaitu Pasal 19 huruf d. Publishing Media Services, Jakarta,
2002.
DAFTAR PUSTAKA
Lemhannas, Ekonomi Pancasila,
Buku: Lemhannas, Jakarta, 1989.

Agus Maulana, Pengantar Ilmu Ekonomi, N. Gregory Mankiw, Euston Quah, Peter
Jilid II, Bina Rupa Aksara, Jakarta, Wilson, Pengantar Ekonomi Mikro,
2000. Salemba Empat, Jakarta, 2012.

Ayudha D. Prayoga, et.al., Persaingan Usaha Rachmadi Usman, Hukum Persaingan


dan Hukum yang Mengaturnya, Proyek Usaha Di Indonesia, Cet. 1, PT. Gramedia
ELIPS, Jakarta, 2000. Pustaka Utama, Jakarta, 2004.

D. Carlton dan J. Perloff, Modern Industrial Robert S Pindycle and Daniel L. Rubinfeld,
Organization, Addiso-Wesley Longman Microeconomic, Prentice Hall
Inc, New York, 1999. International Inc, USA, 1998.

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015 173


Sri Mamudji, Metode Penelitian dan Lainnya:
Penulisan Hukum, Cet. 1, Badan
Penerbit Fakultas Hukum Universitas www.pln.co.id
Indonesia, Jakarta, 2005, hlm. 67. www.kppu.go.id
www.esdm.go.id
Sugiarto, Teddy Herlambang, Brastoro, www.listrikindonesia.com
Rachmat Sudjana, Said Kelana, Ekonomi
Mikro Sebuah Kajian Komprehensif,
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2002.

Peraturan Perundang-undangan:

Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen


ke IV.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999


tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002


tentang Ketenagalistrikan

Peraturan Menteri ESDM Nomor 31 Tahun


2014 Tentang Tarif Tenaga Listrik
yang Disediakan oleh Perusahaan
Perseroan (Persero) PT. Perusahaan
Listrik Negara.

Peraturan Komisi Pengawas Persaingan


Usaha Nomor 3 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pasal 10 Huruf d (Praktek
Diskriminasi) Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli Dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat.

174 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015

Anda mungkin juga menyukai