PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2016-2017
MAKALAH KARDIOVASKULER
DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH:
PRODI S1 KEPERAWATAN
2016-2017
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berkenaan dengan Acute Coronary Syndrome
(ACS).
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada
Mata Kuliah Keperawatan Sistem Kardiovaskuler di Program Studi Ilmu
Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan masukan, dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam
menyusun makalah ini baik dari segi moril dan materil. Ucapan terima kasih tersebut
ditujukan kepada:
1. Rifka Pahlevi.,S.Kep.,Ns Selaku penanggung jawab dan dosen Mata Kuliah
Keperawatan Neurobehaviour di STIKES Hang Tuah Surabaya.
2. Rekan-Rekan Angkatan 21 Prodi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Hang Tuah
Surabaya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif
dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi yang
membaca dan bagi pengembangan ilmu keperawatan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
3. Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan pada Kasus Acute Coronary
Syndrome (ACS)?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah membahas tentang “Asuhan Keperawatan Pada Klien Acute
Coronary Syndrome (ACS)” mahasiswa mampu memahami “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Akut Coronary Syndrome (ACS)”.
1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah membahas tentang “Asuhan Keperawatan Acute Coronary
Syndrome (ACS)” mahasiswa mampu:
a. Memahami dan menjelaskan Konsep Penyakit Acute Coronary
Syndrome (ACS).
b. Memahami dan menjelaskan Asuhan Keperawatan Acute Coronary
Syndrome (ACS).
c. Memahami dan menjelaskan Asuhan Keperawatan Sesuai Kasus.
1.4 Manfaat
Manfaat dibuatnya makalah ini adalah untuk membagikan informasi dan
wawasan kepada pembaca mengenai asuhan keperawatan pada kasus Akut
Coronary Syndrome (ACS).
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Sindrom Koroner Akut (SKA) yang biasa dikenal dengan penyakit jantung
koroner adalah suatu kegawatdaruratan pembuluh darah koroner yang terdiri
dari infark miokard akut dengan gambaran elektrokardiografi (EKG) elevasi
segmen ST (ST Elevation Myocard Infark/STEMI), infark miokard akut tanpa
elevasi segmen ST (Non STEMI) dan angina pektoris tidak stabil (APTS).
Penyakit ini timbul akibat tersumbatnya pembuluh darah koroner yang
melayani otot-otot jantung oleh atherosclerosis yang terbentuk dari secara
progresif dari masa kanak-kanak.
Istilah SKA mulai dipakai sejak tahun 1994, terminologi ini dipakai untuk
menunjukkan pasien dengan nyeri dada iskemik. Sakit dada merupakan keluhan
yang tersering ,yaitu terjadi pada 70-80 % pasien SKA. Sindroma koroner
akut,merupakan sindroma klinis akibat adanya penyumbatan pembuluh darah
koroner baik bersifat intermiten maupun menetap akibat rupturnya plak
atherosklerosis. Yang termasuk dalam kelompok tersebut adalah Angina
Pektoris dan Infak Miokard. Penggabungan ke 3 hal tersebut dalam satu istilah
SKA, Hal ini didasarkan kesamaan dalam pathofisiologi, proses terjadinya
arterosklerosis serta rupturnya plak atherosklerosis yang menyebabkan
trombosis intravaskular dan gangguan suplay darah miokard.
3
Coronary artery close-up Atherosclerosis
Plaque Evolution
2.2 Etiologi
4
Wasid (2007) menambahkan mulai terjadinya Sindrom Koroner Akut (SKA)
dipengaruhi oleh beberapa keadaan, yaitu:
5
otot jantung menjadi ireversibel. Kondisi ini menyebabkan terganggunya
kontraktilitas miokardium, penurunan curah jantung, penurunan perfusi ke
organ vital dan perifer, yang ujungnya menyebabkan timbul tanda dan gejala
syok. Manifestasi klinik pada kondisi ini meliputi penurunan kesadaran,
sianosis, akral dingin, hipotensi, takikardi dan penurunan urine output.
6
Konsep map dihalam lain
7
2.5 Klasifikasi Acute Coronary Syndrome (ACS)
NON- + + -
STEMI
STEMI + + +
a. Angina Pectoris
Angina pectoris atau disebut juga Angin duduk adalah ketidak
nyamanan dada yang terjadi ketika ada suplai oksigen darah yang
berkurang pada area dari otot jantung. Pada kebanyakan kasus-kasus,
kekurangan suplai darah disebabkan oleh penyempitan dari arteri-arteri
koroner sebagai akibat dari arteriosclerosis.
Angina secara khas berlangsung dari 1 sampai 15 menit dan dibebaskan
dengan istirahat atau dengan menempatkan tablet nitroglycerin dibawah
lidah (sub lingual). Nitroglycerin mengendurkan pembuluh-pembuluh
8
darah dan menurunkan tekanan darah. Keduanya istirahat dan nitroglycerin
mengurangi permintaan otot jantung untuk oksigen, jadi membebaskan
angina.
Angina digolongkan dalam dua tipe-tipe: 1) stable angina (angina yang
stabil) atau 2) unstable angina (angina yang tidak stabil).
1) Stable angina adalah tipe yang paling umum dari angina, orang-orang
dengan stable angina mempunyai gejala-gejala angina pada basis yang
reguler dan gejala-gejalanya sedikit banyaknya dapat diprediksi
(contohnya, menaiki tangga-tangga menyebabkan nyeri dada). Untuk
kebanyakan pasien-pasien, gejala-gejalanya terjadi selama pengerahan
tenaga dan umumnya berlangsung kurang dari 5 menit. Mereka
dibebaskan dengan istirahat atau obat, seperti nitroglycerin dibawah
lidah(sub lingual).
2) Unstable angina adalah kurang umum dan lebih serius. Gejala-gejala
lebih parah dan kurang dapat diprediksi daripada pola-pola dari stable
angina. Lebih dari itu, nyerinya lebih sering, berlangsung lebih lama,
terjadi waktu istirahat, dan tidak dibebaskan dengan nitroglycerin
dibawah lidah (atau pasien perlu untuk menggunakan lebih banyak
nitroglycerin daripada biasanya). Unstable angina tidaklah sama
seperti serangan jantung, penderita unstable angina harus segera
mendapatkan pertolongan dokter atau departemen darurat rumah sakit
karena pengujian jantung lebih jauh sangat diperlukan. Unstable
angina seringkali adalah pendahuluan dari serangan jantung.
b. Serangan Jantung (IMA)
Serangan jantung (bahasa Inggris: Myocardial infarction, acute
myocardial infarction, MI, AMI) adalah terhentinya aliran darah,
meskipun hanya sesaat, yang menuju ke jantung, dan mengakibatkan
sebagian sel jantung menjadi mati.
Serangan jantung adalah suatu kondisi ketika kerusakan dialami oleh
bagian otot jantung (myocardium) akibat secara mendadak berkurangnya
9
pasokan darah ke bagian otot jantung. Berkurangnya pasokan darah ke
jantung secara tiba-tiba dapat terjadi ketika salah satu nadi koroner
terblokade selama beberapa saat, entah akibat spasme (mengencangnya
nadi coroner) atau akibat penggumpalan darah (thrombus). Bagian otot
jantung yang biasanya dipasok oleh nadi yang terblokade berhenti
berfungsi dengan baik setelah spasme reda dengan sendirinya, gejala-
gejala hilang secara menyeluruh dan otot jantung berfungsi secara normal
kembali, ini sering disebut crescendo angina atau coronary insufficiency.
Sebaliknya, apabila pasokan darah ke jantung terhenti sama sekali, sel-sel
yang bersangkutan mengalami perubahan yang permanen hanya dalam
beberapa jam saja dan bagian otot jantung tersebut mengalami penurunan
mutu atau rusak secara permanen, dan otot yang mati ini disebut infark.
Faktor-faktor pemicu serangan jantung ialah:
1) Memasuki usia 45 tahun bagi pria, sangat penting bagi kaum pria
untuk menyadari kerentanan mereka dan mengambil tindakan positif
untuk mencegah datangnya penyakit jantung.
2) Bagi wanita, memasuki usia 55 tahun atau mengalami menopause
dini.Wanita mulai menyusul pria dalam hal risiko penyakit jantung
setelah mengalami menopause.
3) Riwayat penyakit jantung dalam keluarga, riwayat serangan jantung di
dalam keluarga sering merupakan akibat dari profil kolesterol yang
tidak normal.
4) Diabetes, kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena
meningkatnya level gula darah, namun karena kondisi komplikasi
jantung mereka.
5) Merokok, resiko penyakit jantung dari merokok setara dengan 100 pon
kelebihan berat badan.
6) Tekanan darah tinggi (hipertensi).
7) Kegemukan (obesitas), obesitas tengah (perut buncit) adalah bentuk
dari kegemukan. Walaupun semua orang gemuk cenderung memiliki
10
risiko penyakit jantung, orang dengan obesitas tengah lebih memiliki
resiko terkena penyakit jantung.
8) Gaya hidup buruk, gaya hidup yang buruk merupakan salah satu akar
penyebab penyakit jantung. Dengan melakukan kegiatan fisik
merupakan salah satu langkah paling radikal yang dapat diambil untuk
mencegah terjadinya penyakit jantung.
9) Stress, banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa, bila
menghadapi situasi yang tegang, dapat terjadi arithmias jantung yang
membahayakan jiwa.
11
dengan usia diatas 40 tahun. Walaupun begitu, usia yang lebih muda dari 40
tahun dapat juga menderita penyakit tersebut. Banyak penelitian yang telah
menggunakan batasan usia 40-45 tahun untuk mendefenisikan “pasien usia
muda” dengan penyakit jantung koroner atau infark miokard akut (IMA).
IMA mempunyai insidensi yang rendah pada usia mud (Wiliam, 2007).
Faktor-faktor resiko penyakit jantung koroner dibagi dua yaitu faktor
resiko yang dapat dimodifikasi dan factor resiko yang tidak dapat
dimodifikasi.
Faktor resiko yang dapat dimodifikasi antara lain:
1. Hipertensi
2. Diabetes
3. Hiperkolesterolemia
4. Merokok
5. Kurang latihan
6. Diet dengan kadar lemak tinggi
7. Obesitas
8. Stress
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain:
1. Riwayat PJK dalam keluarga
2. Usia di atas 45 tahun
3. Jenis kelamin laki-laki > perempuan
4. Etnis tertentu lebih besar resiko terkena PJK
12
1. Aritmia
Aritmia adalah kondisi dimana irama yang berasal bukan dari nodus SA,
irama yang tidak teratur,frekuensi kurang dari 60x/menit( lebih dari
100x/menit) dan terdapat hambatan impuls supra ataupunintraventricular.
Salah satu etiologi tersering dari aritmia adalah iskemia berat dari sel otot
jantung(ACS). Secara epidemiologi aritmia post ACS terjadi pada 72-100%
dari pasien ACS yang dirawat padaICCU (intensive coronary care
unit).Akan tampak adanya gambaran PVC (premature ventricular
contraction) pada lebih dari 90% pasiendengan ACS. Atrial premature
contraction juga umum terjadi sekitar lebih dari 50% pasien post ACS.
2. Kematian mendadak
13
3. Syok kardiogenik
5. Emboli Paru
8. Aneurisma Ventrikel
14
Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat,
pening atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat
karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu
neuroreseptor.
b. Pada ACS dapat ditemukan juga sesak napas, diaphoresis, mual, dan nyeri
epigastric
c. Perubahan tanda vital, seperti takikardi, takipnea, hipertensi, atau hipotensi,
dan penurunan saturasi oksigen (SAO 2) atau kelainan irama jantung
15
STEMI : Perubahan pada pasien dengan Infark Miokard Akut, meliputi :
hiperakut T, elevasi segmen ST yang diikuti dengan terbentuknya Q
pathologis, terbentuknya bundle branch block/ yang dianggap baru.
Perubahan EKG berupa elevasi segment ST ≥ 1 mm pada 2 sadapan
yang berdekatan pada limb lead dan atau segment elevasi ≥ 2 mm pada
2 sadapan chest lead.
16
puncaknya pada 24 jam pertama, kembali normal
setelah 2-3 hari.
Troponin T : spesifik untuk kerusakan otot jantung, dapat dideteksi
4-8 jam pasca infark.
LDH : dapat dideteksi 24-48 jam pasca infark, mencapai
puncaknya setelah 3-6 hari, normal setelah mencapai 8-
14 hari.
c. Elektrolit
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas,
misalnya hipokalemi, hiperkalemi.
d. Sel darah putih
Leukosit (10.000-20.000) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA
berhubungan dengan proses inflamasi
e. Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada hari ke-2 dan ke-3 setelah IMA , menunjukkan inflamasi.
f. AGD
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
g. Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosklerosis sebagai penyebab IMA
h. Rontgen Dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau
aneurisma ventrikuler.
i. Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding
ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
j. Pemeriksaan pencitraan nuklir
1. Talium : mengevaluasi aliran darah miokard dan status sel miokard
misal lokasi atau luasnya AMI.
2. Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
k. Pencitraan darah jantung (MUGA)
17
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding
regional dan fraksi ejeksi (aliran darah).
l. Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya
dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji
fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad
fase AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty atau emergensi.
m. Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup
ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan
bekuan darah.
n. Tes stress olah raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan
sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan
18
Tatalaksana pada kasus ACS disesuaikan dengan klasifikasinya. Namun
secara umum Penatalaksanaan ACS meliputi
19
20
2. Terapi Reperfusi: Terapi reperfusi sangat direkomendaskan untuk pasien ACS
dengan STEMI. Strategi reperfusi dapat dilakukan melalui terapi fibrinolisi atau
PCI (Percutaneous Coronary Intervention). Apabila tersedia fasilitas cathlab
maka PCI merupakan pilihan utama untuk kasus STEMI.
o Terapi Fibrinolisis:
Terapi fibrinolosis adalah teknik reperfusi dengan memberikan obat
“penghancur bekuan darah”. Obat ini menguraikan trombus dengan
mengkonversi plasminogen menjadi plasmin dan mendegradasi bekuan bekuan
fibrin. Obat yang sering digunakan diantaranya adalah alteplase (recombinant
tissue– type plasminogen activator [rt-PA]; Activase), reteplase (Retavase),
and tenecteplase (TNKase) (lihat Tabel 4) (Overbaugh, 2009). Obat harus
segera diberikan dalam 30 menit sejak pasien masuk RS. Terapi ini sangat
efektif diberikan 3 jam dari onset gejala ACS. Walaupun begitu, pemberian
setelah 12 jam onset masih memberikan keuntungan untuk reperfusi koroner.
Sedangkan pemberian setelah 24 jam dari onset dapat berbahaya. Beberapa
kontraindikasi untuk terapi ini adalah pasien dengan perdarahan, pasien baru
menjalani operasi atau prosedur invasif, trauma, active peptic ulcer disease,
penggunaan obat anticoagulants, recent ischemic stroke, cerebrovascular
disease, hipertensi tidak terkontrol, dan tumor otak. Komplikasi utama dari
terapi ini adalah perdarahan.
21
o PCI
PCI adalah tindakan invasif dengan memasukan kateter melalui pembuluh
darah arteri femoral (atau radial) menuju arteri koroner yang mengalami
sumbatan untuk membuka sumbatan tersebut dan mengembalikan perfus ke
miokard. Indikasi PCI meliputi onset < 3jam; pasien dengan kontraindikasi
terapi fibrinolisis; pasien dengan risiko terjadinya gagal jantung; atau pasien
dengan diagnosis tersangka (susp) STEMI.
PCI harus dilakukan 90 menit sejak pasien masuk RS. Komplikasi yang dapat
terjadi pada pasien meliputi perdarahan, hematoma di area insersi kateter,
penurunan perfusi perifer, retroperitoneal bleeding, cardiac arrhythmias,
coronary spasm, acute renal failure, stroke, dan cardiac arrest. Perawatan pasca
tindakan meliputi monitoring tanda tanda vital, irama jantung pulsasi perifer,
area insersi kateter, keluhan nyeri dan intake output secara rutin.
22
BAB 3
a. Pengkajian
1) Identitas klien (umumnya jenis kelamin laki-laki dan usia > 50 tahun)
2) Keluhan (nyeri dada, Klien mengeluh nyeri ketika beraktivitas, terasa
panas, di dada sebelah kiri menyebar ke lengan kiri dan punggung kiri,
skala nyeri 8 (skala 1-10), nyeri berlangsung ± 10 menit.
3) Riwayat penyakit sekarang (Klien mengeluh nyeri ketika beraktivitas,
terasa panas, di dada sebelah kiri menyebar ke lengan kiri dan punggung
kiri, skala nyeri 8 (skala 1-10), nyeri berlangsung ± 10 menit.
4) Riwayat penyakit sebelumnya (DM, hipertensi, kebiasaan merokok,
pekerjaan, stress), dan Riwayat penyakit keluarga (jantung, DM, hipertensi,
ginjal)
Pemeriksaan Penunjang
1) Perubahan EKG (berupa gambaran STEMI / NSTEMI dengan atau tanpa
gelombang Q patologik)
2) Enzim jantung (meningkat paling sedikit 1,5 kali nilai batas atas normal,
terutama CKMB dan troponin-T /I, dimana troponin lebih spesifik untuk
nekrosis miokard. Nilai normal troponin ialah 0,1--0,2 ng/dl, dan dianggap
positif bila > 0,2 ng/dl).
Pemeriksaan Fisik
1) B1: dispneu (+), diberikan O2 tambahan
2) B2: suara jantung murmur (+), chest pain (+), crt 2 dtk, akral dingin
3) B3: pupil isokor, reflek cahaya (+), reflek fisiologis (+)
4) B4: oliguri
5) B5: penurunan nafsu makan, mual (-), muntah (-)
6) B6: tidak ada masalah
23
b. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan elektrolit : hipokalemia
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (iskemia) Gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan dengan kurangnya suplay O2 ke jantung.
3. Pola nafas tidak efektif sama dengan peningkatan frekuensi jantung
berhubungan dengan dengan perubahan pada frekuensi pernafasan.
4. Intoleransi aktivitas sama dengan ketidakseimbngan antara suplay oksigen
miokard dan kebutuhan berhubungan dengan perubahan warna kulit dan
kelemahan umum.
c. Intervensi
24
diberikan dan untuk program intervensi
selanjutnya)
Masalah Keperawatan Intervensi
Nyeri Akut b/d Agens cidera 1. Kaji tingkat nyeri klien
biologis (iskemia) (R: membantu menentukan intervensi
selanjutnya)
2. Observasi TTV
(R: peningkatan hasil pemeriksaan vital
sehingga merupakan pertanda adanya
respon tubuh terhadap nyeri)
3. Anjurkan pada klien menggunakan tehnik
frelaksasi nafas dalam.
(R: mengalihkan perhatian klien dari nyeri)
4. Penatalaksanaan pemberian obat analgetik
(R: bekerja pada reseptor nyeri
dihypotalamus sehingga dapat
menghilangkan nyeri)
Masalah Keperawatan Intervensi
Gangguan perfusi jaringan 1. Pantau frekuensi dan irama jantung
sama dengan kurangnya suplai (R: Perubahan pada frekuensi jantung
O2 ke jantung. dapat terjadi atau mencerminkan tekanan
batang otak)
2. Pertahankan tirah baring
(R: memperlancar suplay O2 ke jantung)
3. Tentukan faktor yang berhubungan dengan
keadaan tertentu atau yang menyebabkan
keadaan penurunan perfusi serebral
(R: menentukan pilihan intervensi)
Masalah Keperawatan Intervensi
Intolerans aktivitas b/d 1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas.
ketidakseimbangan antara Catat laporan dispnea, peningkatan
suplai dan kebutuhan oksigen kelemahan & perubahan tanda vital setelah
25
aktivitas.
(R: Menetapkan kemampuan atau
kebutuhan pasien dan memudahkan dalam
menentukan pilihan intervensi keperawatan
yang sesuai untuk pasie.)
2. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana
pengobatan dan perlunya keseimbangan
aktivitas dan istirahat.
(R: Tirah baring dipertahankan selama fase
akut untuk menurunkan kebutuhan
metabolic, menghemat energy untuk
penyembuhan)
3. Pantau dan catat keseimbangannya
pemasukan dan pengeluaran cairan.
(R: untuk mencegah dan mengatasi
timbulnya edema)
4. Bantu pasien memilih posisi yang nyaman
untuk istirahat atau tidur.
(R: Pasien mungkin nyaman dengan kepala
tinggi, tidur dikursi, atau menunduk)
5. Bantu aktivitas perawatan diri yang
diperlukan.
(R: Meminimalkan kelelahan dan membantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen)
26
BAB 4
KASUS
Tn. R usia 65 tahun, mengeluh nyeri dada, terasa tertusuk-tusuk dan panas yang
menjalar ke lengan kiri dan punggung atas skala 8 (1-10) sejak 3 minggu yang lalu,
nyeri berlangsung terus-menerus, badan terasa lemah, cepat lelah dan dada nyeri
saat beraktivitas, terkadang juga merasa pusing. Karena nyeri yang tidak bisa
ditahan oleh keluarga dibawa ke RSDS Surabaya.
27
BAB 5
Pengkajian
I. Biodata.
A. Identitas pasien.
1. Nama: Tn. R (Laki-laki, 65 tahun).
2. Suku/bangsa: Jawa/Indonesia.
3. Agama : Islam
4. Status perkawinan : Kawin
5. Pendidikan/pekerjaan : SMA/pensiunan PNS
6. Bahasa yang digunakan : Jawa dan Indonesia
7. Alamat : Simo Gunung Kramat Lor III/5 Surabaya
8. Kiriman dari : datang sendiri
B. Penanggung jawab pasien :
Ny.T (istri pasien)
II. Alasan masuk rumah sakit
a. Alasan dirawat: px mengeluh nyeri dada, terasa tertusuk-tusuk dan panas
yang menjalar ke lengan kiri dan punggung atas skala 8 (1-10) sejak 3
minggu yang lalu, nyeri berlangsung terus-menerus, badan terasa lemah,
28
dada, cepat lelah dan dada nyeri saat beraktivitas. Karena nyeri yang tidak
bisa ditahan oleh keluarga dibawa ke RSDS Surabaya.
b. Keluhan utama: pasien mengeluh mengeluh nyeri dada, terasa tertusuk-
tusuk dan panas yang menjalar ke lengan kiri dan punggung atas skala 8
(1-10) nyeri berlangsung terus-menerus.
III. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sebelum sakit ini
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit apapun dan baru kali ini sakit dan
dirawat di RS
b. Riwayat kesehatan sekarang
px mengeluh nyeri dada, terasa tertusuk-tusuk dan panas yang menjalar ke
lengan kiri dan punggung atas skala 8 (1-10) sejak 3 minggu yang lalu,
nyeri berlangsung terus-menerus, badan terasa lemah, cepat lelah dan dada
nyeri saat beraktivitas terkadang merasa pusing. Karena nyeri yang tidak
bisa ditahan oleh keluarga dibawa ke RSDS Surabaya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Orang tua, saudara kandung ayah/ibu, saudara kandung pasien tidak ada
yang menderita penyakit keturunan.
Genogram:
29
IV. Aktivitas hidup sehari – hari :
B. Eliminasi BAB dan BAK tidak ada BAB dan BAK tidak ada
kelainan. Kadang keringat kelainan.
dingin.
C. Istirahat dan tidur Pasien istirahat jam 13.00- Pasien istirahat di tempat tidur
14.30 dan tidur malam saja. Tidur kalau merasa
22.00-05.30 mengantuk. Kadang kesulitan
tidur kalau lingkungan berisik.
30
F. Rekreasi Pasien senang mendngar Tidak bisa dilakukan.
radio dan menonton
televise.
V. Pemeriksaan fisik
A. Keadaan umum :
pasien nampak sakit sedang, lemah
Kesadaran kompos mentis, GCS : 4-5-6,
TD : 130/80 mmHg
N : 120 x/menit, S 374 0C
RR : 28x/menit
Golongan darah O
Pernafasan B1 (Breath)
31
Konjungtiva : tidak anemis
Nyeri dada : ada Jika iya, jelaskan (PORST): Klien mengeluh nyeri
ketika beraktivitas, dada terasa panas, di dada sebelah kiri menyebar ke lengan kiri
dan punggung kiri, skala nyeri 8 (skala 1-10), nyeri berlangsung terus-menerus.
Pembesaran Kelenjaran getah bening: tidak ada Jika ada, Jelaskan dimana:
32
N. Kranial VIII: pasien dapat berbicara dengan baik
Kepala : simetris
Sklera :bening
Kebersihan : bersih
33
Kesulitan telan : tidak ada Berbicara :norma
Pencernaan B5 (Bowel)
34
Jenis : TKTP NGT : tidak ada
Porsi : 3x/hari
Hepar : normal
Lien : normal
Konsistensi: padat
35
Kekuatan Otot : 5555 5555
5555 5555
Endokrin
Seksual – reproduksi
36
Mobilitas di tempat 1 3 3 : Dibantu orang
tidur lain dan alat
Berpindah 1 3
4 :
Berjalan 2 3
Naik tangga 3 Tergantung/tidak
Berbelanja 3 mampu
Memasak 4
Pemeliharaan rumah 3
Alat bantu berupa -
MASALAH Tidak ada masalah
Personal Hygiene
Istirahat – tidur
Jumlah : 11 jam
37
Kognitif perseptual-Psiko-Sosio-Spiritual
1. Tn. R mengatakan bahwa sehat adalah keadaan dimana dia tidak merasakan sakit
apapun
2. Tn.R mengatakan bahwa bila sakit, ia hanya minum obat. Jika bertambah parah,
baru ke dokter
3. Tn.R mengatakan bahwa penyakitnya adalah peringatan untuk menjaga kesehatan
Konsep diri :
1. Gambaran diri: pasien mengetahui bahwa dirinya sedang sakit dan membutuhkan
pengobatan agar cepat sembuh
2. Ideal diri: pasien merasa diperlakukan dengan baik oleh perawat dan mendapatkan
perhatian yang cukup dari keluarganya
3. Harga diri: pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang ke rumah
4. Peran: pasien sebagai suami dan kakek
5. Identitas: pasien bernama Tn.R dengan usia 65 thn yang beralamat di Simo
Gunung Kramat Lor III/5 Surabaya
6. Kemampuan berbicara : mampu Bahasa sehari-hari : Indonesia
38
Kegiatan ibadah (status spiritual) : pasien beragama Islam dan menjalankan
sholat 5 waktu. pasien berdoa demi kesembuhannya
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium :
39
Analisa Data
DO:
Px tampak menyeringai
kesakitan dan memegang
bagian sakit
Nafas px tampak
terengah-engah
TTV:
TD: 130/80 mmHg
N : 120 x/menit, S 374 0C
RR: 28 X/menit
DS: Px mengatakan cepat Ketidakseimbangan antara suplai dan Intoleran Aktivitas
lelah dan dada terasa nyeri kebutuhan oksigen
saat beraktivitas
DO:
- Px tampak lemah
- Px tampak tidak nyaman
setelah beraktivitas
- Hasil EKG menunjukkan
iskemia
40
- Laboratorium
Troponin T/I: >0,4 ng/ml
(0,1-0,2ng/ml
DO:
41
Nyeri Akut b/d Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Untuk mengetahui
Agens cidera tindakan keperawatan keadaan umum pasien
biologis selama 2x24 jam nyeri
(iskemia) berkurang atau hilang 2. Ajarkan distraksi 2. untuk meningkatkan
dengan kriteria hasil: relaksasi kemampuan koping
pasien terhadap nyeri
- Nyeri hilang atau
berkurang 3. Beritahu pasien agar
3. Untuk mengurangi
tidak beraktivitas
- ketidaknyamanan peningkatan troponin
berlebih dan
akibat nyeri berkurang
menghindari Stress
4. Kolaborasi dalam
4. Untuk melbarkan
pemberian obat
pembuluh arteri yang
golongan vasodilator
menyempit dan
dan analgetik sesuai
mengurangi nyeri
progam
42
n kemampuan dan perlunya menurunkan
beraktivitas. keseimbangan kebutuhan metabolic,
aktivitas dan istirahat. menghemat energy
untuk penyembuhan
3. Pantau dan catat 3. untuk mencegah dan
keseimbangannya mengatasi timbulnya
pemasukan dan edema
pengeluaran cairan.
43
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Sindrom Koroner Akut (SKA) yang biasa dikenal dengan penyakit jantung
koroner adalah suatu kegawatdaruratan pembuluh darah koroner yang terdiri
dari infark miokard akut dengan gambaran elektrokardiografi (EKG) elevasi
segmen ST (ST Elevation Myocard Infark/STEMI), infark miokard akut tanpa
elevasi segmen ST (Non STEMI) dan angina pektoris tidak stabil (APTS).
Penyakit ini timbul akibat tersumbatnya pembuluh darah koroner yang
melayani otot-otot jantung oleh atherosclerosis yang terbentuk dari secara
progresif dari masa kanak-kanak.
6.2 Saran
44
DAFTAR PUSTAKA
http://nswahyunc.blogspot.co.id/2012/09/askep-sindrom-koroner-akut-ska.html
https://www.scribd.com/doc/217184386/ASKEP-ACS
45