Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH KARDIOVASKULER

ACUTE CORONARY SYNDROME (ACS)

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2016-2017
MAKALAH KARDIOVASKULER

ACUTE CORONARY SYNDROME (ACS)

DOSEN PEMBIMBING

Rifka Pahlevi., S.Kep.,Ns

DISUSUN OLEH:

No. Nama NIM


1. Iriani Wahyuni Lestari 151.0024
2. Irwan Bahari Rizkillah 151.0025
3. Kurrotul Aini 151.0026
4. Lila Watiningrum 151.0027
5. Mahalia Ocha Danna 151.0029
6. Mahkda Anjani Putri 151.0030
7. Martha Ayu Agustin 151.0031

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

2016-2017

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berkenaan dengan Acute Coronary Syndrome
(ACS).
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada
Mata Kuliah Keperawatan Sistem Kardiovaskuler di Program Studi Ilmu
Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan masukan, dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam
menyusun makalah ini baik dari segi moril dan materil. Ucapan terima kasih tersebut
ditujukan kepada:
1. Rifka Pahlevi.,S.Kep.,Ns Selaku penanggung jawab dan dosen Mata Kuliah
Keperawatan Neurobehaviour di STIKES Hang Tuah Surabaya.
2. Rekan-Rekan Angkatan 21 Prodi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Hang Tuah
Surabaya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif
dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi yang
membaca dan bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Surabaya, 13 November 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................... I


Kata Pengantar ................................................................................................................ ii
Daftar Isi ......................................................................................................................... iii
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ................................................................................................................. 2
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Acute Coronary Syndrome (ACS)...................................................... 3
2.2 Etiologi ................................................................................................................ 4
2.3 Pathofisiologi Acute Coronary Syndrome (ACS)................................................ 5
2.4 Konsep MAP Acute Coronary Syndrome (ACS). ……………........................... 7
2.5 Klasifikasi Acute Coronary Syndrome (ACS....................................................... 8
2.6 Jenis Acute Acute Coronary Syndrome (ACS).................................................... 8
2.7 Komplikasi Acute Coronary Syndrome (ACS) ................................................... 13
2.8 Manifestasi Acute Coronary Syndrome (ACS).................................................... 14
2.9 Pemeriksaan Diagnostik Acute Coronary Syndrome (ACS)............................... 16
2.10. penatalaksanaan Acute Coronary Syndrom....................................................... 19
BAB 3: KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN .......................................................... 23
BAB 4: KASUS............................................................................................................... 27
BAB 5 : ANALISA ASUHAN KEPERAWATAN 28
BAB 6 : PENUTUP
6.1 Simpulan ............................................................................................................. 44
6.2 Saran .................................................................................................................... 44
Daftar pustaka ................................................................................................................. 45

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses
pengangkutan berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri
dari organ penggerak yang disebut jantung, dan sistem saluran yang terdiri dari
arteri yang mengalirkan darah dari jantung, dan vena yang mengalirkan darah
menuju jantung. Jantung merupakan organ berotot yang mampu mendorong
darah ke berbagai bagian tubuh. Jantung manusia berbentuk seperti kerucut dan
berukuran sebesar kepalan tangan, terletak di rongga dada sebalah kiri. Jantung
dibungkus oleh suatu selaput yang disebut perikardium. Jantung bertanggung
jawab untuk mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah klep yang
melengkapinya. Untuk mejamin kelangsungan sirkulasi, jantung berkontraksi
secara periodik. Fisiologi jantung terbagi dalam beberapa bagian diantaranya
sistem pengaturan jantung,aktivitas kelistrikan jantung, siklus jantung, bunyi
jantung, frekuensi jantung, curah jantung, dan cara kerja jantung. 
Sindrom Koroner Akut (SKA) yang biasa dikenal dengan penyakit jantung
koroner adalah suatu kegawatdaruratan pembuluh darah koroner yang terdiri
dari infark miokard akut dengan gambaran elektrokardiografi (EKG) elevasi
segmen ST (ST Elevation Myocard Infark/STEMI), infark miokard akut tanpa
elevasi segmen ST (Non STEMI) dan angina pektoris tidak stabil (APTS).
Penyakit ini timbul akibat tersumbatnya pembuluh darah koroner yang
melayani otot-otot jantung oleh atherosclerosis yang terbentuk dari secara
progresif dari masa kanak-kanak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Konsep Acute Coronary Syndrome (ACS)?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Acute Coronary Syndrome
(ACS)?

1
3. Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan pada Kasus Acute Coronary
Syndrome (ACS)?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah membahas tentang “Asuhan Keperawatan Pada Klien Acute
Coronary Syndrome (ACS)” mahasiswa mampu memahami “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Akut Coronary Syndrome (ACS)”.
1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah membahas tentang “Asuhan Keperawatan Acute Coronary
Syndrome (ACS)” mahasiswa mampu:
a. Memahami dan menjelaskan Konsep Penyakit Acute Coronary
Syndrome (ACS).
b. Memahami dan menjelaskan Asuhan Keperawatan Acute Coronary
Syndrome (ACS).
c. Memahami dan menjelaskan Asuhan Keperawatan Sesuai Kasus.

1.4 Manfaat
Manfaat dibuatnya makalah ini adalah untuk membagikan informasi dan
wawasan kepada pembaca mengenai asuhan keperawatan pada kasus Akut
Coronary Syndrome (ACS).

2
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Sindrom Koroner Akut (SKA) yang biasa dikenal dengan penyakit jantung
koroner adalah suatu kegawatdaruratan pembuluh darah koroner yang terdiri
dari infark miokard akut dengan gambaran elektrokardiografi (EKG) elevasi
segmen ST (ST Elevation Myocard Infark/STEMI), infark miokard akut tanpa
elevasi segmen ST (Non STEMI) dan angina pektoris tidak stabil (APTS).
Penyakit ini timbul akibat tersumbatnya pembuluh darah koroner yang
melayani otot-otot jantung oleh atherosclerosis yang terbentuk dari secara
progresif dari masa kanak-kanak.

Sindrom Koroner akut murut dokter spesialis jantung Teguh Santoso,


merupakan sekumpulan gejala yang diakibatkan oleh gangguan aliran darah
pembuluh darah coroner jantung secara akut. Umumnya disebabkan oleh
penyempitan pembuluh darah coroner akibat kerak aterosklerosis yang lalu
mengalami perobekan dan hal ini memicu terjadinya gumpalan-gumpalan darah
(thrombosis).

Istilah SKA mulai dipakai sejak tahun 1994, terminologi ini dipakai untuk
menunjukkan pasien dengan nyeri dada iskemik. Sakit dada merupakan keluhan
yang tersering ,yaitu terjadi pada 70-80 % pasien SKA. Sindroma koroner
akut,merupakan sindroma klinis akibat adanya penyumbatan pembuluh darah
koroner baik bersifat intermiten maupun menetap akibat rupturnya plak
atherosklerosis. Yang termasuk dalam kelompok tersebut adalah Angina
Pektoris dan Infak Miokard. Penggabungan ke 3 hal tersebut dalam satu istilah
SKA, Hal ini didasarkan kesamaan dalam pathofisiologi, proses terjadinya
arterosklerosis serta rupturnya plak atherosklerosis yang menyebabkan
trombosis intravaskular dan gangguan suplay darah miokard.

3
Coronary artery close-up Atherosclerosis

Plaque Evolution

2.2 Etiologi

Etiologi (Penyebab) ACS

Rilantono (1996) mengatakan sumber masalah sesungguhnya hanya terletak


pada penyempitan pembuluh darah jantung (vasokonstriksi). Penyempitan ini
diakibatkan oleh empat hal, meliputi:

a. Adanya timbunan-lemak (aterosklerosis) dalam pembuluh darah akibat


konsumsi kolesterol tinggi.
b. Sumbatan (trombosis) oleh sel beku darah (trombus).
c. Vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah akibat kejang yang terus
menerus.
d. Infeksi pada pembuluh darah.

4
Wasid (2007) menambahkan mulai terjadinya Sindrom Koroner Akut (SKA)
dipengaruhi oleh beberapa keadaan, yaitu:

a. Aktivitas/latihan fisik yang berlebihan (tak terkondisikan)


b. Stress emosi, terkejut
c. Udara dingin, keadaan-keadaan tersebut ada hubungannya dengan
peningkatan aktivitas simpatis sehingga tekanan darah meningkat,
frekuensi debar jantung meningkat, dan kontraktilitas jantung meningkat.

2.3 Pathofisiologi Acute Coronary Syndrom (ACS)


ACS diawali dengan rusaknya plak aterosklerosis di dalam arteri koroner,
yang menstimulasi agregasi platelet dan pembentukan trombus. Trombus
menyebabkan penyumbatan arteri koroner dan menurunkan perfusi miokardium
(lihat gambar 1). Dulu para peneliti percaya bahwa penyempitan pembuluh
darah-lah (akibat dari penumpukan lemak/plak) yang menyebabkan penurunan
perfusi ke miokardium. Tetapi data data terkini menunjukkan bahwa ruptur dari
plak yang tidak stabil dan rapuh, serta efek inflamasi yang menyertainya
(berupa pembentukan trombus di permukaan plak), merupakan penyebab infark
miokard pada kebanyakan kasus (Overbaugh, 2009).

Sel otot jantung (miokardium) memerlukan oksigen dan ATP (adenosine


5beta-triphosphate) untuk mempertahankan kontraktilitas dan stabilitas
kelistrikan untuk konduksi listrik jantung yang normal. Ketika sel miokardium
kekurangan oksigen, metabolisme anaerob terjadi sehingga produks ATP lebih
sedikit, yang menyebabkan kegagalan pompa natrium – kalium dan pompa
kalsium serta terjadinya penumpukan ion hidrogen dan laktat yang
mengakibatkan asidosis. Pada tahap ini akan terjadilah kematian sel (infark),
kecuali dilakukan intervensi untuk mengatasi penyebab penurunan suplai darah
ke miokardium dan mengembalikan perfusi darah ke miokard serta
menghentikan proses iskemia atau infark. Jika perfusi miokard tidak
dikembalikan dalam waktu 20 menit, maka akan terjadi nekrosis dan kerusakan

5
otot jantung menjadi ireversibel. Kondisi ini menyebabkan terganggunya
kontraktilitas miokardium, penurunan curah jantung, penurunan perfusi ke
organ vital dan perifer, yang ujungnya menyebabkan timbul tanda dan gejala
syok. Manifestasi klinik pada kondisi ini meliputi penurunan kesadaran,
sianosis, akral dingin, hipotensi, takikardi dan penurunan urine output.

6
Konsep map dihalam lain

7
2.5 Klasifikasi Acute Coronary Syndrome (ACS)

Wasid (2007) mengatakan berat/ ringannya Sindrom Koroner Akut (SKA)


menurut Braunwald (1993) adalah:
a. Kelas I : Serangan baru, yaitu kurang dari 2 bulan progresif, berat,
dengan nyeri pada waktu istirahat, atau aktivitas sangat ringan, terjadi >2
kali per hari.
b. Kelas II : Sub-akut, yakni sakit dada antara 48 jam sampai dengan 1
bulan pada waktu istirahat.
c. Kelas III : Akut, yakni kurang dari 48 jam.

Tanda Hasil pemeriksaan lab Hasil pemeriksaan


Klinis penunjang
Nyeri Dada Troponin T EKG (ST elevasi)
UAP + - -

NON- + + -
STEMI

STEMI + + +

2.6 Jenis Acute Coronary Syndrome (ACS) Berdasarkan Penyebab

a. Angina Pectoris
Angina pectoris atau disebut juga Angin duduk adalah ketidak
nyamanan dada yang terjadi ketika ada suplai oksigen darah yang
berkurang pada area dari otot jantung. Pada kebanyakan kasus-kasus,
kekurangan suplai darah disebabkan oleh penyempitan dari arteri-arteri
koroner sebagai akibat dari arteriosclerosis.
Angina secara khas berlangsung dari 1 sampai 15 menit dan dibebaskan
dengan istirahat atau dengan menempatkan tablet nitroglycerin dibawah
lidah (sub lingual). Nitroglycerin mengendurkan pembuluh-pembuluh

8
darah dan menurunkan tekanan darah. Keduanya istirahat dan nitroglycerin
mengurangi permintaan otot jantung untuk oksigen, jadi membebaskan
angina.
Angina digolongkan dalam dua tipe-tipe: 1) stable angina (angina yang
stabil) atau 2) unstable angina (angina yang tidak stabil).
1) Stable angina adalah tipe yang paling umum dari angina, orang-orang
dengan stable angina mempunyai gejala-gejala angina pada basis yang
reguler dan gejala-gejalanya sedikit banyaknya dapat diprediksi
(contohnya, menaiki tangga-tangga menyebabkan nyeri dada). Untuk
kebanyakan pasien-pasien, gejala-gejalanya terjadi selama pengerahan
tenaga dan umumnya berlangsung kurang dari 5 menit. Mereka
dibebaskan dengan istirahat atau obat, seperti nitroglycerin dibawah
lidah(sub lingual).
2) Unstable angina adalah kurang umum dan lebih serius. Gejala-gejala
lebih parah dan kurang dapat diprediksi daripada pola-pola dari stable
angina. Lebih dari itu, nyerinya lebih sering, berlangsung lebih lama,
terjadi waktu istirahat, dan tidak dibebaskan dengan nitroglycerin
dibawah lidah (atau pasien perlu untuk menggunakan lebih banyak
nitroglycerin daripada biasanya). Unstable angina tidaklah sama
seperti serangan jantung, penderita unstable angina harus segera
mendapatkan pertolongan dokter atau departemen darurat rumah sakit
karena pengujian jantung lebih jauh sangat diperlukan. Unstable
angina seringkali adalah pendahuluan dari serangan jantung.
b. Serangan Jantung (IMA)
Serangan jantung (bahasa Inggris: Myocardial infarction, acute
myocardial infarction, MI, AMI) adalah terhentinya aliran darah,
meskipun hanya sesaat, yang menuju ke jantung, dan mengakibatkan
sebagian sel jantung menjadi mati.
Serangan jantung adalah suatu kondisi ketika kerusakan dialami oleh
bagian otot jantung (myocardium) akibat secara mendadak berkurangnya

9
pasokan darah ke bagian otot jantung. Berkurangnya pasokan darah ke
jantung secara tiba-tiba dapat terjadi ketika salah satu nadi koroner
terblokade selama beberapa saat, entah akibat spasme (mengencangnya
nadi coroner) atau akibat penggumpalan darah (thrombus). Bagian otot
jantung yang biasanya dipasok oleh nadi yang terblokade berhenti
berfungsi dengan baik setelah spasme reda dengan sendirinya, gejala-
gejala hilang secara menyeluruh dan otot jantung berfungsi secara normal
kembali, ini sering disebut crescendo angina atau coronary insufficiency.
Sebaliknya, apabila pasokan darah ke jantung terhenti sama sekali, sel-sel
yang bersangkutan mengalami perubahan yang permanen hanya dalam
beberapa jam saja dan bagian otot jantung tersebut mengalami penurunan
mutu atau rusak secara permanen, dan otot yang mati ini disebut infark.
Faktor-faktor pemicu serangan jantung ialah:
1) Memasuki usia 45 tahun bagi pria, sangat penting bagi kaum pria
untuk menyadari kerentanan mereka dan mengambil tindakan positif
untuk mencegah datangnya penyakit jantung.
2) Bagi wanita, memasuki usia 55 tahun atau mengalami menopause
dini.Wanita mulai menyusul pria dalam hal risiko penyakit jantung
setelah mengalami menopause.
3) Riwayat penyakit jantung dalam keluarga, riwayat serangan jantung di
dalam keluarga sering merupakan akibat dari profil kolesterol yang
tidak normal.
4) Diabetes, kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena
meningkatnya level gula darah, namun karena kondisi komplikasi
jantung mereka.
5) Merokok, resiko penyakit jantung dari merokok setara dengan 100 pon
kelebihan berat badan.
6) Tekanan darah tinggi (hipertensi).
7) Kegemukan (obesitas), obesitas tengah (perut buncit) adalah bentuk
dari kegemukan. Walaupun semua orang gemuk cenderung memiliki

10
risiko penyakit jantung, orang dengan obesitas tengah lebih memiliki
resiko terkena penyakit jantung.
8) Gaya hidup buruk, gaya hidup yang buruk merupakan salah satu akar
penyebab penyakit jantung. Dengan melakukan kegiatan fisik
merupakan salah satu langkah paling radikal yang dapat diambil untuk
mencegah terjadinya penyakit jantung.
9) Stress, banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa, bila
menghadapi situasi yang tegang, dapat terjadi arithmias jantung yang
membahayakan jiwa.

Faktor Resiko ACS


Faktor risiko dibagi menjadi menjadi dua kelompok besar yaitu faktor
risiko konvensional dan faktor risiko yang baru diketahui berhubungan
dengan proses aterotrombosis (Braunwald, 2007). Faktor risiko yang sudah
kita kenal antara lain merokok, hipertensi, hiperlipidemia, diabetes melitus,
aktifitas fisik, dan obesitas. Termasuk di dalamnya bukti keterlibatan tekanan
mental, depresi. Sedangkan beberapa faktor yang baru antara lain CRP,
Homocystein dan Lipoprotein(a) (Santoso, 2005).
Di antara faktor risiko konvensional, ada empat faktor risiko biologis
yang tak dapat diubah, yaitu: usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga.
Hubungan antara usia dan timbulnya penyakit mungkin hanya mencerminkan
lebih panjangnya lama paparan terhadap faktor-faktor aterogenik (Valenti,
2007).
Wanita relatif lebih sulit mengidap penyakit jantung koroner sampai masa
menopause, dan kemudian menjadi sama rentannya seperti pria. Hal ini
diduga oleh karena adanya efek perlindungan estrogen (Verheugt, 2008).
Faktor-faktor risiko lain masih dapat diubah, sehingga berpotensi dapat
memperlambat proses aterogenik. Faktor-faktor tersebut adalah peningkatan
kadar lipid serum, hipertensi, merokok, gangguan toleransi glukosa dan diet
tinggi lemak jenuh, kolesterol, dan kalori. SKA umumnya terjadi pada pasien

11
dengan usia diatas 40 tahun. Walaupun begitu, usia yang lebih muda dari 40
tahun dapat juga menderita penyakit tersebut. Banyak penelitian yang telah
menggunakan batasan usia 40-45 tahun untuk mendefenisikan “pasien usia
muda” dengan penyakit jantung koroner atau infark miokard akut (IMA).
IMA mempunyai insidensi yang rendah pada usia mud (Wiliam, 2007).
Faktor-faktor resiko penyakit jantung koroner dibagi dua yaitu faktor
resiko yang dapat dimodifikasi dan factor resiko yang tidak dapat
dimodifikasi.
Faktor resiko yang dapat dimodifikasi antara lain:
1. Hipertensi
2. Diabetes
3. Hiperkolesterolemia
4. Merokok
5. Kurang latihan
6. Diet dengan kadar lemak tinggi
7. Obesitas
8. Stress
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain:
1. Riwayat PJK dalam keluarga
2. Usia di atas 45 tahun
3. Jenis kelamin laki-laki > perempuan
4. Etnis tertentu lebih besar resiko terkena PJK

2.7 Komplikasi Acute Coronary Syndrome (ACS)


Ada beberapa komplikasi yang dapat ditemukan, antara lain :

12
1. Aritmia

Aritmia adalah kondisi dimana irama yang berasal bukan dari nodus SA,
irama yang tidak teratur,frekuensi kurang dari 60x/menit( lebih dari
100x/menit) dan terdapat hambatan impuls supra ataupunintraventricular.
Salah satu etiologi tersering dari aritmia adalah iskemia berat dari sel otot
jantung(ACS). Secara epidemiologi aritmia post ACS terjadi pada 72-100%
dari pasien ACS yang dirawat padaICCU (intensive coronary care
unit).Akan tampak adanya gambaran PVC (premature ventricular
contraction) pada lebih dari 90% pasiendengan ACS. Atrial premature
contraction juga umum terjadi sekitar lebih dari 50% pasien post ACS.

Pada fase awal IMA, pasien sering menunjukkan gejala peningkatan


aktivitas dari sistem sarafparasimpatis (tous vagal); pasien akan mengalami
sinus bradikardi, AV block, dan hipotensi. Selanjutnyaakan terjadi
perubahan menjadi peningkatan aktivitas saraf simpatis oleh peningkatan
pelepasanhormon katekolamin, sehingga pasien akan mengalami
ketidakstabilan listrik; PVC, Ventriclartachycardia, Ventricular fibrilasi,
accelerated idioventricular rythms dan AV junctional tachycardia.

Pada aritmia, konsekuensi perubahan hemodinamis tergantung dari fungsi


ventrikelnya.Contohnya pada kasus aritmia, jantung akan kehilangan 10-
20% volume output ventrikel kiri padakondisi dimana kontraksi atrium
tereliminasi. Penurunan dari komplians ventricular dapat mengakibatkan
penurunan 35% dari stroke volume ketika systole atrium tereliminasi.

Pada akhirnya takikardia persisten dihubungkan dengan prognosis yang


buruk, karenapeningkatan penggunaan oksigen otot jantung. Ketikan vetrikel
takikardi terjadi pada perjalanan akhirACS, sering dihubungkan dengan
infark di transmural dan disfungsi ventricular. (mortalitas 50%).

2. Kematian mendadak

13
3. Syok kardiogenik

4. Gagal Jantung ( Heart Failure)

5. Emboli Paru

6. Ruptur septum ventikuler

7. Ruptur muskulus papilaris

8. Aneurisma Ventrikel

2.8 Manifestasi Acute Coronary Syndrome (ACS)

Rilantono (1996) mengatakan gejala sindrom koroner akut berupa keluhan


nyeri ditengah dada, seperti: rasa ditekan, rasa diremas-remas, menjalar ke
leher,lengan kiri dan kanan, serta ulu hati, rasa terbakar dengan sesak napas dan
keringat dingin, dan keluhan nyeri ini bisa merambat ke kedua rahang gigi kanan
atau kiri, bahu,serta punggung. Lebih spesifik, ada juga yang disertai kembung
pada ulu hati seperti masuk angin atau maag.
a. Nyeri :
 Gejala utama adalah nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-
menerus tidak mereda, biasanya dirasakan diatas region sternal bawah
dan abdomen bagian atas.
 Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak
tertahankan lagi.
 Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke
bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
 Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan
emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang
dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin.
 Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.

14
 Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat,
pening atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
 Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat
karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu
neuroreseptor.
b. Pada ACS dapat ditemukan juga sesak napas, diaphoresis, mual, dan nyeri
epigastric
c. Perubahan tanda vital, seperti takikardi, takipnea, hipertensi, atau hipotensi,
dan penurunan saturasi oksigen (SAO 2) atau kelainan irama jantung

Tapan (2002) menambahkan gejala kliniknya meliputi:


a. Terbentuknya thrombus yang menyebabkan darah sukar mengalir ke otot
jantung dan daerah yang diperdarahi menjadi terancam mati .
b. Rasa nyeri, rasa terjepit, kram, rasa berat atau rasa terbakar di dada (angina).
Lokasi nyeri biasanya berada di sisi tengah atau kiri dada dan berlangsung
selama lebih dari 20 menit. Rasa nyeri ini dapat menjalar ke rahang bawah,
leher, bahu dan lengan serta ke punggung. Nyeri dapat timbul pada waktu
istirahat. Nyeri ini dapat pula timbul pada penderita yang sebelumnya belum
pernah mengalami hal ini atau pada penderita yang pernah mengalami angina,
namun pada kali ini pola serangannya menjadi lebih berat atau lebih sering.
c. Selain gejala-gejala yang khas di atas, bisa juga terjadi penderita hanya
mengeluh seolah pencernaannya terganggu atau hanya berupa nyeri yang
terasa di ulu hati. Keluhan di atas dapat disertai dengan sesak, muntah atau
keringat dingin.

2.9 Pemeriksaan Diagnostik Acute Coronary Syndrom (ACS)


a. EKG

15
 STEMI : Perubahan pada pasien dengan Infark Miokard Akut, meliputi :
hiperakut T, elevasi segmen ST yang diikuti dengan terbentuknya Q
pathologis, terbentuknya bundle branch block/ yang dianggap baru.
Perubahan EKG berupa elevasi segment ST ≥ 1 mm pada 2 sadapan
yang berdekatan pada limb lead dan atau segment elevasi ≥ 2 mm pada
2 sadapan chest lead.

 NSTEMI : Perubahan EKG berupa depresi segment ST ≥ 1 mm pada 2


sadapan yang berdekatan pada limb lead dan atau segment depresi ≥ 2
mm pada 2 sadapan chest lead.

b. Enzim Jantung, yaitu :


 CKMB :  dapat dideteksi 4-6 jam pasca infark, mencapai

16
puncaknya pada 24 jam pertama, kembali normal
setelah 2-3 hari.
 Troponin T : spesifik untuk kerusakan otot jantung, dapat dideteksi
4-8 jam pasca infark.
 LDH : dapat dideteksi 24-48 jam pasca infark, mencapai
puncaknya setelah 3-6 hari, normal setelah mencapai 8-
14 hari.
c. Elektrolit
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas,
misalnya hipokalemi, hiperkalemi.
d. Sel darah putih
Leukosit (10.000-20.000) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA
berhubungan dengan proses inflamasi
e. Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada hari ke-2 dan ke-3 setelah IMA , menunjukkan inflamasi.
f. AGD
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
g. Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosklerosis sebagai penyebab IMA
h. Rontgen Dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau
aneurisma ventrikuler.
i. Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding
ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
j. Pemeriksaan pencitraan nuklir
1. Talium : mengevaluasi aliran darah miokard dan status sel miokard
misal lokasi atau luasnya AMI.
2. Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
k. Pencitraan darah jantung (MUGA)

17
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding
regional dan fraksi ejeksi (aliran darah).
l. Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya
dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji
fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad
fase AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty atau emergensi.
m. Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup
ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan
bekuan darah.
n. Tes stress olah raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan
sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan

2.10 Penatalaksanaan Acute Coronary Syndrome

18
Tatalaksana pada kasus ACS disesuaikan dengan klasifikasinya. Namun
secara umum Penatalaksanaan ACS meliputi

1. Medikamentosa: Pemberian obat-obatan pada kasus ACS dapat dibagi


menjadi obat obatan inisial dan lanjutan (Tabel 2 dan 3) (Overbaugh, 2009)

19
20
2. Terapi Reperfusi: Terapi reperfusi sangat direkomendaskan untuk pasien ACS
dengan STEMI. Strategi reperfusi dapat dilakukan melalui terapi fibrinolisi atau
PCI (Percutaneous Coronary Intervention). Apabila tersedia fasilitas cathlab
maka PCI merupakan pilihan utama untuk kasus STEMI.
o Terapi Fibrinolisis:
Terapi fibrinolosis adalah teknik reperfusi dengan memberikan obat
“penghancur bekuan darah”. Obat ini menguraikan trombus dengan
mengkonversi plasminogen menjadi plasmin dan mendegradasi bekuan bekuan
fibrin. Obat yang sering digunakan diantaranya adalah alteplase (recombinant
tissue– type plasminogen activator [rt-PA]; Activase), reteplase (Retavase),
and tenecteplase (TNKase) (lihat Tabel 4) (Overbaugh, 2009). Obat harus
segera diberikan dalam 30 menit sejak pasien masuk RS. Terapi ini sangat
efektif diberikan 3 jam dari onset gejala ACS. Walaupun begitu, pemberian
setelah 12 jam onset masih memberikan keuntungan untuk reperfusi koroner.
Sedangkan pemberian setelah 24 jam dari onset dapat berbahaya. Beberapa
kontraindikasi untuk terapi ini adalah pasien dengan perdarahan, pasien baru
menjalani operasi atau prosedur invasif, trauma, active peptic ulcer disease,
penggunaan obat anticoagulants, recent ischemic stroke, cerebrovascular
disease, hipertensi tidak terkontrol, dan tumor otak. Komplikasi utama dari
terapi ini adalah perdarahan.

21
o PCI
PCI adalah tindakan invasif dengan memasukan kateter melalui pembuluh
darah arteri femoral (atau radial) menuju arteri koroner yang mengalami
sumbatan untuk membuka sumbatan tersebut dan mengembalikan perfus ke
miokard. Indikasi PCI meliputi onset < 3jam; pasien dengan kontraindikasi
terapi fibrinolisis; pasien dengan risiko terjadinya gagal jantung; atau pasien
dengan diagnosis tersangka (susp) STEMI.
PCI harus dilakukan 90 menit sejak pasien masuk RS. Komplikasi yang dapat
terjadi pada pasien meliputi perdarahan, hematoma di area insersi kateter,
penurunan perfusi perifer, retroperitoneal bleeding, cardiac arrhythmias,
coronary spasm, acute renal failure, stroke, dan cardiac arrest. Perawatan pasca
tindakan meliputi monitoring tanda tanda vital, irama jantung pulsasi perifer,
area insersi kateter, keluhan nyeri dan intake output secara rutin.

22
BAB 3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian
1) Identitas klien (umumnya jenis kelamin laki-laki dan usia > 50 tahun)
2) Keluhan (nyeri dada, Klien mengeluh nyeri ketika beraktivitas, terasa
panas, di dada sebelah kiri menyebar ke lengan kiri dan punggung kiri,
skala nyeri 8 (skala 1-10), nyeri berlangsung ± 10 menit.
3) Riwayat penyakit sekarang (Klien mengeluh nyeri ketika beraktivitas,
terasa panas, di dada sebelah kiri menyebar ke lengan kiri dan punggung
kiri, skala nyeri 8 (skala 1-10), nyeri berlangsung ± 10 menit.
4) Riwayat penyakit sebelumnya (DM, hipertensi, kebiasaan merokok,
pekerjaan, stress), dan Riwayat penyakit keluarga (jantung, DM, hipertensi,
ginjal)
Pemeriksaan Penunjang
1) Perubahan EKG (berupa gambaran STEMI / NSTEMI dengan atau tanpa
gelombang Q patologik)
2) Enzim jantung (meningkat paling sedikit 1,5 kali nilai batas atas normal,
terutama CKMB dan troponin-T /I, dimana troponin lebih spesifik untuk
nekrosis miokard. Nilai normal troponin ialah 0,1--0,2 ng/dl, dan dianggap
positif bila > 0,2 ng/dl).
Pemeriksaan Fisik
1) B1: dispneu (+), diberikan O2 tambahan
2) B2: suara jantung murmur (+), chest pain (+), crt 2 dtk, akral dingin
3) B3: pupil isokor, reflek cahaya (+), reflek fisiologis (+)
4) B4: oliguri
5) B5: penurunan nafsu makan, mual (-), muntah (-)
6) B6: tidak ada masalah

23
b. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan elektrolit : hipokalemia
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (iskemia) Gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan dengan kurangnya suplay O2 ke jantung.
3. Pola nafas tidak efektif sama dengan peningkatan frekuensi jantung
berhubungan dengan dengan perubahan pada frekuensi pernafasan.
4. Intoleransi aktivitas sama dengan ketidakseimbngan antara suplay oksigen
miokard dan kebutuhan berhubungan dengan perubahan warna kulit dan
kelemahan umum.

c. Intervensi

Masalah Keperawatan Intervensi


Gangguan keseimbangan 1. Pantau TD dan nadi lebih intensif
elektrolit : hipokalemia (R: penurunan Kalium dalam darah
berpengaruh pada kontraksi jantung, dan
hal ini mempengaruhi Td dan nadi klien,
sehingga dengan memantau lebih intensif
akan lebih waspada)
2. Anjurkan klien untuk istirahat
(R: beristirahat akan mengurangi O2
demand sehingga jantung tidak
berkontraksi melebihi kemampuannya)
3. Kolaborasi pemberian kalium : Kcl 15 mEq
di oplos dengan RL (500 cc/24 jam) dan
Pantau kecepatan pemberian kalium IV
(R: koreksi Kalium akan membantu
menaikkan kadar Kalium dalam darah)
4. Evaluasi perubahan klien: TD, nadi, serum
elektrolit, dan klinis
(R: untuk mengevaluasi terapi yang sudah

24
diberikan dan untuk program intervensi
selanjutnya)
Masalah Keperawatan Intervensi
Nyeri Akut b/d Agens cidera 1. Kaji tingkat nyeri klien
biologis (iskemia) (R: membantu menentukan intervensi
selanjutnya)
2. Observasi TTV
(R: peningkatan hasil pemeriksaan vital
sehingga merupakan pertanda adanya
respon tubuh terhadap nyeri)
3. Anjurkan pada klien menggunakan tehnik
frelaksasi nafas dalam.
(R: mengalihkan perhatian klien dari nyeri)
4. Penatalaksanaan pemberian obat analgetik
(R: bekerja pada reseptor nyeri
dihypotalamus sehingga dapat
menghilangkan nyeri)
Masalah Keperawatan Intervensi
Gangguan perfusi jaringan 1. Pantau frekuensi dan irama jantung
sama dengan kurangnya suplai (R: Perubahan pada frekuensi jantung
O2 ke jantung. dapat terjadi atau mencerminkan tekanan
batang otak)
2. Pertahankan tirah baring
(R: memperlancar suplay O2 ke jantung)
3. Tentukan faktor yang berhubungan dengan
keadaan tertentu atau yang menyebabkan
keadaan penurunan perfusi serebral
(R: menentukan pilihan intervensi)
Masalah Keperawatan Intervensi
Intolerans aktivitas b/d 1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas.
ketidakseimbangan antara Catat laporan dispnea, peningkatan
suplai dan kebutuhan oksigen kelemahan & perubahan tanda vital setelah

25
aktivitas.
(R: Menetapkan kemampuan atau
kebutuhan pasien dan memudahkan dalam
menentukan pilihan intervensi keperawatan
yang sesuai untuk pasie.)
2. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana
pengobatan dan perlunya keseimbangan
aktivitas dan istirahat.
(R: Tirah baring dipertahankan selama fase
akut untuk menurunkan kebutuhan
metabolic, menghemat energy untuk
penyembuhan)
3. Pantau dan catat keseimbangannya
pemasukan dan pengeluaran cairan.
(R: untuk mencegah dan mengatasi
timbulnya edema)
4. Bantu pasien memilih posisi yang nyaman
untuk istirahat atau tidur.
(R: Pasien mungkin nyaman dengan kepala
tinggi, tidur dikursi, atau menunduk)
5. Bantu aktivitas perawatan diri yang
diperlukan.
(R: Meminimalkan kelelahan dan membantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen)

26
BAB 4

KASUS

Tn. R usia 65 tahun, mengeluh nyeri dada, terasa tertusuk-tusuk dan panas yang
menjalar ke lengan kiri dan punggung atas skala 8 (1-10) sejak 3 minggu yang lalu,
nyeri berlangsung terus-menerus, badan terasa lemah, cepat lelah dan dada nyeri
saat beraktivitas, terkadang juga merasa pusing. Karena nyeri yang tidak bisa
ditahan oleh keluarga dibawa ke RSDS Surabaya.

27
BAB 5

ANALISA ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN TN. RAMLI DENGAN HIPERTENSI DAN SKA

DI RUANG KARDIOLOGI RSDS SURABAYA

TANGGAL 19 – 23 NOPEMBER 2001

Tgl. MRS : 13-11-2001

No. Register : 10103653

Pengkajian

I. Biodata.
A. Identitas pasien.
1. Nama: Tn. R (Laki-laki, 65 tahun).
2. Suku/bangsa: Jawa/Indonesia.
3. Agama : Islam
4. Status perkawinan : Kawin
5. Pendidikan/pekerjaan : SMA/pensiunan PNS
6. Bahasa yang digunakan : Jawa dan Indonesia
7. Alamat : Simo Gunung Kramat Lor III/5 Surabaya
8. Kiriman dari : datang sendiri
B. Penanggung jawab pasien :
Ny.T (istri pasien)
II. Alasan masuk rumah sakit
a. Alasan dirawat: px mengeluh nyeri dada, terasa tertusuk-tusuk dan panas
yang menjalar ke lengan kiri dan punggung atas skala 8 (1-10) sejak 3
minggu yang lalu, nyeri berlangsung terus-menerus, badan terasa lemah,

28
dada, cepat lelah dan dada nyeri saat beraktivitas. Karena nyeri yang tidak
bisa ditahan oleh keluarga dibawa ke RSDS Surabaya.
b. Keluhan utama: pasien mengeluh mengeluh nyeri dada, terasa tertusuk-
tusuk dan panas yang menjalar ke lengan kiri dan punggung atas skala 8
(1-10) nyeri berlangsung terus-menerus.
III. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sebelum sakit ini
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit apapun dan baru kali ini sakit dan
dirawat di RS
b. Riwayat kesehatan sekarang
px mengeluh nyeri dada, terasa tertusuk-tusuk dan panas yang menjalar ke
lengan kiri dan punggung atas skala 8 (1-10) sejak 3 minggu yang lalu,
nyeri berlangsung terus-menerus, badan terasa lemah, cepat lelah dan dada
nyeri saat beraktivitas terkadang merasa pusing. Karena nyeri yang tidak
bisa ditahan oleh keluarga dibawa ke RSDS Surabaya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Orang tua, saudara kandung ayah/ibu, saudara kandung pasien tidak ada
yang menderita penyakit keturunan.

Genogram:

29
IV. Aktivitas hidup sehari – hari :

Aktivitas sehari-hari Pre-masuk rumah sakit Di rumah sakit

A. Makan dan minum


1.      Nutrisi
Pola makan 3 kali/hari, Pola makan 3 kali/hari, diet
tidak ada makanan TKTPRG
pantangan.
2.      Minum Minum air putih 4-6 gelas,
Minum air putih 6-8 gelas kadang minum susu yang
sehari, kadang-kadang disiapkan.
minum kopi.

B. Eliminasi BAB dan BAK tidak ada BAB dan BAK tidak ada
kelainan. Kadang keringat kelainan.
dingin.

C. Istirahat dan tidur Pasien istirahat jam 13.00- Pasien istirahat di tempat tidur
14.30 dan tidur malam saja. Tidur kalau merasa
22.00-05.30 mengantuk. Kadang kesulitan
tidur kalau lingkungan berisik.

D.  Aktivitas Pasien pensiunan PNS, Pasien mengatakan ia hanya


saat ini hanya di rumah duduk saja karena lemah, tetapi
saja. Kegiatan sehari-hari jika ke kamar mandi ia merasa
yaitu menyiram bunga cepat lelah.
menunggu wartel dan
menggendong cucunya.

E.  Kebersihan diri Mandi 2 kali sehari, Dilakukan di kamar mandi


menggosok gigi dilakukan namun hanya sebentar karena
setelah mandi dan makan. merasa lemah dan cepat lelah.

30
F.  Rekreasi Pasien senang mendngar Tidak bisa dilakukan.
radio dan menonton
televise.

V. Pemeriksaan fisik
A. Keadaan umum :
 pasien nampak sakit sedang, lemah
 Kesadaran kompos mentis, GCS : 4-5-6,
 TD : 130/80 mmHg
 N : 120 x/menit, S 374 0C
 RR : 28x/menit
 Golongan darah O
Pernafasan B1 (Breath)

Bentuk dada : Simetris Pergerakan : Normal

Otot bantu nafas tambahan : tidak ada Jika ada, jelaskan :-

Irama nafas : vesikuler Kelainan :-

Pola nafas : takipnea Taktil / Vocal fremitus : normal

Suara nafas : vesikuler Suara nafas tambahan : tidak ada

Sesak nafas : tidak ada Batuk : tidak ada

Sputum : tidak ada Warna :- Eksresi : -

Sianosis : tidak ada Jika ada, Lokasi : -

MASALAH : ketidakefektifan pola nafas

Kardiovaskuler dan limfatik B2 (Blood)

Ictus : berdenyut Irama Jantung : regular

31
Konjungtiva : tidak anemis

Nyeri dada : ada Jika iya, jelaskan (PORST): Klien mengeluh nyeri
ketika beraktivitas, dada terasa panas, di dada sebelah kiri menyebar ke lengan kiri
dan punggung kiri, skala nyeri 8 (skala 1-10), nyeri berlangsung terus-menerus.

Bunyi jantung : tunggal Bunyi Jantung Tambahan : tidak ada

CRT :< 2 detik Akral : hangat, merah, kering

Oedema : tidak ada Jika iya, jelaskan :-

Pembesaran Kelenjaran getah bening: tidak ada Jika ada, Jelaskan dimana:

Pendarahan : tidak ada

MASALAH : Nyeri Akut

Persarafan B3 (Brain) Pengindraan

GCS eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6 total : 15

Refleks fisiologis : Tidak ada gangguan (normal)

Refleks patologis : Tidak ada gangguan (normal)

N. Kranial I :pasien dapat membedakan bau

N. Kranial II : pasien dapat melihat dengan baik

N. Kranial III :rangsang pupil isokor

N. Kranial IV :pasien dapat menggerakkan bola mata ke bawah

N.Kranial V : pasien dapat berkedip saat diberi rangsang

N. KranialVI : pasien dapat menggerakkan bola mata

N. Kranial VII: senyum pasien simetris

32
N. Kranial VIII: pasien dapat berbicara dengan baik

N. Kranial IX : pasien dapat menggerakkan lidah

N. Kranial X : pasien dapat menelan dengan baik

N. Kranial XI : pasien dapat menggerakkan kepala dengan bebas

N. Kranial XII: pasien dapat menjulurkan lidah

Kepala : simetris

Nyeri : tidak ada

Jika ya, jelaskan :

Paralisis : tidak ada

Penciuman Bentuk Hidung : simetris

Septum : simetris Polip: tidak ada

Gangguan/kelainan : tidak ada

Wajah & pengelihatan: Mata : smetris Kelainan : -

Pupil : isokor Refleks cahaya: + / +

Sklera :bening

Lapang pandang : normal Gangguan/kelainan: -

Pendengaran : Telinga : normal Kelainan :-

Kebersihan : bersih

Gangguan : tidak ada Alat bantu :-

Lidah : Kebersihan : bersih Uvula :nomal

33
Kesulitan telan : tidak ada Berbicara :norma

MASALAH : Tidak ada masalah

Perkemihan B4 (Bladder) dan ganetalia

Kebersihan : bersih Ekskresi : lancar

Kandung kemih : normal Nyeri tekan : tidak ada

Eliminasi uri SMRS Frek : 6x/24jam Jumlah :1440 cc

Warna : kuning jernih

Eliminasi uri MRS Frek : 4x/24jam Jumlah : 960 cc

Warna : kuning jernih Alat bantu : tidak ada

Gangguan : tidak ada

MASALAH : Tidak ada masalah

Pencernaan B5 (Bowel)

Mulut : simetris Membran Mukosa : lembab, merah

Gigi/gigi palsu : tidak ada Faring : normal

Pola makan & minum SMRS : Makan : 3x/hari

Jenis : nasi biasa

Minum : 6x/hari Pantangan: -

Pola makan & minum di RS : Diit : tidak ada Frekwensi : -

Nafsu makan : sedang

Muntah : tidak Mual : tidak

34
Jenis : TKTP NGT : tidak ada

Porsi : 3x/hari

Frekwensi minum Jumlah : 4x/24jam Jenis : air mineral

Bentuk Perut : normal Peristatik : aktif

Kelamin abdomen : tidak ada

Hepar : normal

Lien : normal

Nyeri abdomen : tidak ada

Rectum dan anus : tidak ada massa/normal

Eliminasi alvi SMRS Frekwensi : 1x/hari Warna : kuning kecoklatan

Konsistensi: padat

Eliminasi alvi MRS Frekuensi : 1x/hari Warna : kuning kecoklatan

Konsistensi: lembek Colostomi : tidak ada

MASALAH : Tidak ada masalah

Muskoloskeletal & Integumen B6 (Bone)

Rambut, kulit kepala : lebat, bersih

Warna kulit : sawo matang Kuku : clubbing finger

Turgor kulit : jelek

ROM : tidak terbatas Jika terbatas, pada sendi: -

35
Kekuatan Otot : 5555 5555

5555 5555

Tulang : tidak ada kelainan

Kelainan jaringan/trauma : tidak ada

Lain-lain : tidak ada

MASALAH : Tidak ada masalah

Endokrin

Thyroid : tidak ada pembesaran

Hiperglikemia : tidak ada

Hipoglikemia : tidak ada

MASALAH : Tidak ada masalah

Seksual – reproduksi

Pemeriksaan payudara/testis sendiri tiap bulan : tidak pernah

Masalah seksual yang berhubungan dengan penyakit: tidak ada

MASALAH : Tidak ada masalah

Kemampuan perawatan diri

SMRS MRS Skor :


Mandi 1 1
1 : Mandiri
Berpakaian/dandan 1 1
Toileting/eliminasi 1 1 2 : Alat bantu

36
Mobilitas di tempat 1 3 3 : Dibantu orang
tidur lain dan alat
Berpindah 1 3
4 :
Berjalan 2 3
Naik tangga 3 Tergantung/tidak
Berbelanja 3 mampu
Memasak 4
Pemeliharaan rumah 3
Alat bantu berupa -
MASALAH Tidak ada masalah

Personal Hygiene

Mandi SMRS : 1x/hari Mandi MRS : 1x/hari

Keramas : 1x/minggu Keramas : 1x/minggu

Ganti pakaian : 2x/hari Ganti pakaian : 2x/hari

Menyikat gigi : 2x/hari Menyikat gigi : 2x/hari

Memotong kuku : 2x/bulan Memotong kuku : 2x/bulan

MASALAH : Tidak ada masalah

Istirahat – tidur

Istirahat tidur SMRS : 9 jam/hari

Jam tidur malam MRS: 21.00-06.00 Jam tidur siang : 12.00-14.00

Jumlah : 11 jam

Kualitas tidur : baik Kebiasaan sebelum tidur : tidak ada

Masalah : tidak ada Penyebab : tidak ada

MASALAH : Tidak ada masalah

37
Kognitif perseptual-Psiko-Sosio-Spiritual

Presepsi terhadap sehat sakit :

1. Tn. R mengatakan bahwa sehat adalah keadaan dimana dia tidak merasakan sakit
apapun
2. Tn.R mengatakan bahwa bila sakit, ia hanya minum obat. Jika bertambah parah,
baru ke dokter
3. Tn.R mengatakan bahwa penyakitnya adalah peringatan untuk menjaga kesehatan

Konsep diri :

1. Gambaran diri: pasien mengetahui bahwa dirinya sedang sakit dan membutuhkan
pengobatan agar cepat sembuh
2. Ideal diri: pasien merasa diperlakukan dengan baik oleh perawat dan mendapatkan
perhatian yang cukup dari keluarganya
3. Harga diri: pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang ke rumah
4. Peran: pasien sebagai suami dan kakek
5. Identitas: pasien bernama Tn.R dengan usia 65 thn yang beralamat di Simo
Gunung Kramat Lor III/5 Surabaya
6. Kemampuan berbicara : mampu Bahasa sehari-hari : Indonesia

Kemampuan adaptasi terhadap masalah: baik

Ansietas : tidak ada Jika ya, jelaskan :-

Rekreasi : menonton TV dan mendengarkan radio

Olahraga : tidak ada

Sistem pendukung : istri dan anak

Hubungan dengan orang lain : bisa berkomunikasi dengan pasien lain

38
Kegiatan ibadah (status spiritual) : pasien beragama Islam dan menjalankan
sholat 5 waktu. pasien berdoa demi kesembuhannya

MASALAH : Tidak ada masalah

Pemeriksaan penunjang

Laboratorium :

Pemeriksaan darah tanggal 19-11-2001 : Hb 17g/dl. (14-18g/dL)

Tanggal 20-11-2001 : Troponin T/I: >0,2 ng/ml (0,1-0,2ng/ml)

CKMB: 12 U/L (10 U/L.)

EKG menunjukkan iskemia (ST elevasi )

39
Analisa Data

Data Etiologi Masalah

DS: Agen cedera biologis (iskemia myocard) Nyeri akut

Px mengatakan nyeri dada


sebelah kiri hingga menjalar
ke lengan kiri dan punggung
skala 8 (1-10)

DO:

 Px tampak menyeringai
kesakitan dan memegang
bagian sakit
 Nafas px tampak
terengah-engah
 TTV:
TD: 130/80 mmHg
N : 120 x/menit, S 374 0C
RR: 28 X/menit
DS: Px mengatakan cepat Ketidakseimbangan antara suplai dan Intoleran Aktivitas
lelah dan dada terasa nyeri kebutuhan oksigen

saat beraktivitas

DO:

- Px tampak lemah
- Px tampak tidak nyaman
setelah beraktivitas
- Hasil EKG menunjukkan
iskemia

40
- Laboratorium
Troponin T/I: >0,4 ng/ml
(0,1-0,2ng/ml

DS: Px mengatakan cepat - Perubahan frekuensi jantung Resiko penurunan curah


lelah, pusing dan sesak saat - Peruban afterload dan preload jantung

beraktivitas. - Perubahan kontraktilitas

DO:

-Px tampak lemah


-Px tampak sesak
 TTV:
TD: 130/80 mmHg
N : 120 x/menit, S 374 0C
RR : 28 X/menit

Diagnosa Keperawatan (berdasarkan prioritas)

1. Nyeri Akut b/d Agens cidera biologis (iskemia)


2. Intoleransi Aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksige
Rencana Keperawatan

Dx Keperawatan Perencanaan Keperawatan

Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

41
Nyeri Akut b/d Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Untuk mengetahui
Agens cidera tindakan keperawatan keadaan umum pasien
biologis selama 2x24 jam nyeri
(iskemia) berkurang atau hilang 2. Ajarkan distraksi 2. untuk meningkatkan
dengan kriteria hasil: relaksasi kemampuan koping
pasien terhadap nyeri
- Nyeri hilang atau
berkurang 3. Beritahu pasien agar
3. Untuk mengurangi
tidak beraktivitas
- ketidaknyamanan peningkatan troponin
berlebih dan
akibat nyeri berkurang
menghindari Stress

4. Kolaborasi dalam
4. Untuk melbarkan
pemberian obat
pembuluh arteri yang
golongan vasodilator
menyempit dan
dan analgetik sesuai
mengurangi nyeri
progam

Intolerans Setelah dilakukan 1. Evaluasi respon 1. Menetapkan


aktivitas b/d tindakan keperawatan pasien terhadap kemampuan atau
ketidakseimbang selama 2x24 jam px aktivitas. Catat kebutuhan pasien dan
an antara suplai dapat beraktivitas secara
laporan dispnea, memudahkan dalam
dan kebutuhan normal dengan kriteria
peningkatan menentukan pilihan
oksigen hasil:
kelemahan & intervensi
- Klien mampu perubahan tanda vital keperawatan yang
melakukan setelah aktivitas. sesuai untuk pasie
aktivitas
secara 2. Tirah baring
2. Jelaskan pentingnya
perlahan
istirahat dalam dipertahankan selama
- Mendemonstrasika rencana pengobatan fase akut untuk

42
n kemampuan dan perlunya menurunkan
beraktivitas. keseimbangan kebutuhan metabolic,
aktivitas dan istirahat. menghemat energy
untuk penyembuhan
3. Pantau dan catat 3. untuk mencegah dan
keseimbangannya mengatasi timbulnya
pemasukan dan edema
pengeluaran cairan.

4. Bantu pasien memilih 4. Pasien mungkin


posisi yang nyaman nyaman dengan
untuk istirahat atau kepala tinggi, tidur
tidur. dikursi, atau
menunduk
5. Bantu aktivitas 5. Meminimalkan
perawatan diri yang kelelahan dan
diperlukan. membantu
keseimbangan suplai
dan kebutuhan
oksigen

43
BAB 6

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Sindrom Koroner Akut (SKA) yang biasa dikenal dengan penyakit jantung
koroner adalah suatu kegawatdaruratan pembuluh darah koroner yang terdiri
dari infark miokard akut dengan gambaran elektrokardiografi (EKG) elevasi
segmen ST (ST Elevation Myocard Infark/STEMI), infark miokard akut tanpa
elevasi segmen ST (Non STEMI) dan angina pektoris tidak stabil (APTS).
Penyakit ini timbul akibat tersumbatnya pembuluh darah koroner yang
melayani otot-otot jantung oleh atherosclerosis yang terbentuk dari secara
progresif dari masa kanak-kanak.

6.2 Saran

Setelah pembuatan makalah ini sukses diharapkan agar mahasiswa giat


membaca makalah ini, dan mencari ilmu yang lebih banyak diluar dari makalah
ini terkait tentang meteri dalam pembahasan, dan tidak hanya berpatokan
dengan satu sumber ilmu (materi terkait), sehingga dalam tindakan keperawatan
dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan Acute Coronary
Syndrome (ACS).

44
DAFTAR PUSTAKA

http://nswahyunc.blogspot.co.id/2012/09/askep-sindrom-koroner-akut-ska.html

https://www.scribd.com/doc/217184386/ASKEP-ACS

Nanda International Inc. diagnosis keperawatan, definisi dan klasifikasi. 2015-2017.

45

Anda mungkin juga menyukai