Anda di halaman 1dari 10

Nama : Agnes Florince Destemyca Bella

NIM ; 1910412147
UTS HI EROPA

1. HUBUNGAN RUSIA DAN UNI EROPA


Sejak 1997, hubungan politik dan ekonomi UE dengan Rusia didasarkan pada
Perjanjian Kemitraan dan Kerja Sama bilateral (PCA). Perjanjian ini ditandatangani pada
Juni 1994 dan berlaku mulai Desember 1997, perjanjian ini berlaku untuk 10 tahun.
Salah satu tujuan utama dari perjanjian tersebut adalah promosi perdagangan dan
investasi serta pengembangan hubungan ekonomi yang harmonis antara UE dan
Rusia. Uni Eropa merupakan mitra dagang terbesar Rusia sedangkan Rusia merupakan
mitra dagang terbesar kelima Uni Eropa. Saham investasi asing langsung UE di Rusia
berjumlah € 277 miliar pada tahun 2018, sedangkan saham Rusia di UE berjumlah 
hingga € 89 miliar. Ekspor utama UE ke Rusia berupa mesin, peralatan transportasi,
obat-obatan, bahan kimia, dan produk manufaktur lainnya. Sedangkan Impor utama UE
dari Rusia berupa bahan mentah, terutama minyak (mentah dan olahan) dan gas, serta
logam (terutama besi / baja, aluminium, nikel). Rusia adalah pengekspor minyak, gas,
uranium, dan batu bara terbesar ke UE. Berdasarkan saling ketergantungan dan
kepentingan bersama di sektor energi ini, UE dan Rusia mengembangkan kemitraan
energi dan meluncurkan Dialog Energi UE-Rusia pada tahun 2000. Rusia dan EU memilki
"Kemitraan Strategis" yang sebagian besar didasarkan pada hubungan komersial dan
energi, serta kerja sama praktis pada masalah kebijakan luar negeri tertentu. Namun
konflik di Ukraina Timur dan aneksasi illegal Crimea yang dilakukan Rusia pada tahun
2014 memperkeruh hubungan bilateral Uni Eropa dengan Rusia. Hal tersebut
mengakibatkan beberapa dialog kebijakan dan mekanisme kerja sama dibekukan untuk
sementara, dan sanksi yang diarahkan untuk mendorong perubahan tindakan Rusia di
Ukraina telah diadopsi. Uni Eropa menerapkan serangkaian tindakan pembatasan
terhadap Rusia, sebagai tanggapan atas krisis di Ukraina. Langkah-langkah ini mencakup
langkah-langkah ekonomi sektoral dan lainnya. Namun, Russia memberlakukan sanksi
balasan terhadap UE, Russia melarang impor beberapa makanan dan produk pertanian,
mulai tahun 2014, beberapa kali diperbarui dan masih berlaku. Meskipun hubungan
Rusia dengan Eropa dapat dikatakan sedang tidak harmonis pada saat ini, tapi mereka
tetap menjadi partner dalam tantangan regional dan global.  Pada 2014 silam. Uni
Eropa  pernah memberikan sanksi ekonomi kepada Rusia atas Krisis Ukraina. Pada saat
itu Uni Eropa memberikan sanksi ekonomi kepada Rusia yang merupakan alat bagi Uni
eropa untuk mencapai tujuan politisnya yaitu Foreign Policy Goals, yang ingin dicapai
oleh Uni Eropa, yang dimana sanksi tersebut dapat merubah kebijakan Rusia secara
relatif sederhana mengenai menghentikan aksi militer Rusia di Krimea dan Ukrania
Timur, serta merubah kebijakan Rusia secara besar dengan mengembalikan Krimea ke
Ukrania. Akan tetapi sanksi tersebut dianggap gagal karena, Strategi yang dikeluarkan
pemerintah Rusia dinilai berhasil mempertahankan perekonomian Rusia di tengah
sanksi. Hal tersebut di dukung dengan peningkatan produksi agrikultur dari tahun 2014
sebesar 3.7%, tahun 2015 sebesar 3.0%, tahun 2016 sebesar 3.2%. Meningkatnya
produksi agrikultur dalam negeri tersebut mampu mengurangi ketergantungan Rusia
akan impor dari UE. Sektor industri migas memiliki peran penting dalam menigkatnya
perekonomian Rusia dikarenakan pendapatan nasional Rusia yang memang berfokus
pada sektor migas, ditunjang dengan meningkatnya harga minyak dunia pada akhir
tahun 2016 membantu Rusia dalam bertahan menghadapi sanksi.

2. PERAN LEMBAGA EU
 European Parliament
European Parliament adalah parlemen Eropa yang bertugas untuk
membuat badan hukum Uni Eropa dan merupakan badan legislative. Parlemen ini
memiliki 20 komite yang masing-masing komite nya menangani beberapa
kebijakan tertentu. Komite memeriksa proposal untuk legislasi, dan anggota
parlemen dan kelompok politik dapat mengajukan amandemen atau mengusulkan
untuk menolak RUU.
Peran European Parliament
 Peran Legislatif
European Parliament mengusulkan peraturan dalam Uni Eropa serta
memberikan petunjuk dan arahan terhadap proposal yang diajukan
oleh European Commission untuk melakukan perubahan jika
diperlukan.
 Peran sebagai kekuatan pendorong politik
Bagian ini merupakan bagian yang paling penting dari fungsi
parlemen, European Parliament yang dipilih secara langsung dan
mewakili 344 juta suara.Parlemen dapat meminta sebuah kebijakan
untuk diperbaiki atau di buat ulang.
 Peran dalam pengaturan anggaran belanja
European Parliament memiliki kekuatan untuk mengatur anggaran
belanja Uni Eropa.
 Peran pengawasan
European Parliament mengawasi kebijakan Uni Eropa berjalan dengan
lancar atau tidak.Selain itu Parlemen juga memiliki kakuatan untuk
membubarkan seluruh komisi, serta menyediakan suara dua per tiga
dari mayoritas yang dibutuhkan untuk dicapai.

 European Council
European council adalah dewan Eropa yang menyatukan para pemimpin
negara Uni Eropa untuk menetapkan agenda politik, Ini mewakili tingkat kerja
sama politik tertinggi antara negara-negara UE. council biasanya menangani
masalah-masalah yang kompleks atau sensitif yang tidak dapat diselesaikan di
tingkat kerja sama antar pemerintah yang lebih rendah.

 Council of the European Union


Dewan adalah pembuat keputusan penting Uni Eropa. Tujuan utama
Dewan adalah untuk bertindak sebagai salah satu dari dua badan yang memveto
cabang legislatif UE , yang lainnya adalah Parlemen Eropa . Bersama-sama
mereka berfungsi untuk mengubah, menyetujui, atau tidak menyetujui proposal
Komisi Eropa, yang memiliki kekuasaan tunggal untuk mengusulkan undang-
undang. Bersama-sama dengan Parlemen, Dewan memegang kekuasaan anggaran
dari Serikat dan memiliki kendali yang lebih besar daripada Parlemen atas lebih
banyak wilayah antar pemerintah Uni Eropa, seperti kebijakan luar negeri dan
koordinasi makroekonomi. Akhirnya, sebelum berlakunya Perjanjian Lisbon, ia
secara resmi memegang kekuasaan eksekutif Uni Eropa yang diberikannya
kepada Komisi Eropa.

 European Commision
Komisi Eropa adalah badan eksekutif Uni Eropa. Bersama Parlemen
Eropa dan Dewan Uni Eropa, badan ini adalah salah satu dari tiga institusi utama
yang menjalankan pemerintahan Uni Eropa. Komisi Eropa adalah pelaksana dari
Uni Eropa untuk mempromosikan kepentingan secara umum. Komisi Eropa
membuat keputusan-keputusan atas kepentingan politik dan arahan strategis.
Komisi Eropa ini memiliki peran sebagai the guardian of treaties of the “Acquis
Communautire”, Komisi berkewajiban untuk melindungi seluruh hukum dan
perundangan Uni Eropa. Salah satu tugas utama komisi adalah memperkenalkan
semua kebijakan termasuk draft lengkap dari proposal untuk perundangan Uni
Eropa, mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah dilaksanakan dan
memastikan negara anggota mematuhi semua hukum Uni Eropa. Komisi Eropa
juga berperan sebagai suara hati Uni Eropa memastikan semua kewajiban Uni
Eropa terpenuhi. Komisi juga memainkan peran reprresentasi, yang mewakili Uni
Eropa di berbagai organisasi internasional maupun dengan berbagai negara.
Setiap keputusan yang telah diambil oleh komisi Eropa ini berdasarkan suara
terbanyak dengan proses yang sederhana dan para komisioner secara kolektif
memiliki tanggung jawab terhadap aktivitas serta keputusan European
Commission. Peranan utama Komisi Eropa adalah mengusulkan dan menerapkan
perundangan, dan bertindak sebagai 'pengawal kesepakatan'.

 Court of Justice of the European Union


Mahkamah Eropa adalah lembaga yudikatif yang berwenang menyelesaikan
berbagai konflik kepentingan internal Uni Eropa dan memberikan opini mengenai
berbagai persetujuan internasional yang dilakukan oleh Uni Eropa. Secara umum,
tugas Mahkamah Eropa adalah memastikan adanya pemahaman, interpretasi dan
aplikasi yang sama dari negara-negara anggota Uni Eropa terhadap hukum Uni
Eropa yang terdapat di dalam pasal 220 s/d 245 Traktat Masyarakat Eropa.5
Mahkamah memberikan putusan atas kasus yang paling umum terjadi, dianata
lain:
o Menafsirkan hukum (Preliminary Rulings), pengadilan nasional negara
anggota Uni Eropa memerlukan kepastian hukum Uni Eropa yang
diterapkan, hal ini karena pengadilan di setiap negara menafsirkan hukum
secara berbeda.
o Menegakkan hukum(Infringement Proceedings), jenis kasus yang diambil
misalnya pemerintah nsional dianggap gagal dalam mematuhi hukum Uni
Eropa. Pengaduan dapat berasal dari Komisi Eropa ataub negara Uni
Eropa lainnya. Jika negara ini ditemukan bermasalah, maka negara
tersebut harus mematuhi hukum Uni Eropa.
o Membatalkan tindakan-tindakan hukum Uni Eropa (Actions for
Annulment), jika tindakan Uni Eropa diyakini melanggar perjanjian Uni
Eropa, Mahkamah Eropa dapat diminta untuk membatalkan tindakan itu
melalui pemerintah Uni Eropa.
o Memastikan Uni Eropa mengambil sebuah tindakan (Actions for Failure
to Act), Parlemen, Dewan dan Komisi harus membuat keputusan tertentu
dalam nkeadaan tertentu. Jika tidak, maka Pemerintah Uni Eropa dan
lembaga Uni Eropa lainnya bisa mengadu ke Mahkamah Eropa.
o Sanksi terhadap Lembaga Uni Eropa (Actions for Damage), setiap orang
atau perusahaan yang merasa telah dirugikan sebagai akibat dari tindakan
dari Uni Eropa atau staf Uni eropa dapat mengambil tindakan melalui
Mahkamah Eropa.
3. KEBIJAKAN LUAR NEGERI RUSIA (KEBIJAKAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN
KEAMANAN)

Kebijakan luar negeri Rusia cenderung dikembangkan dan diimplementasikan


sesuai sumber daya yang dimilikinya. Beberapa Kebijakan yang Diterapkan Rusia dalam
rangka asumsi tersebut yaitu Prioritas percepatan pembangunan kawasan timur Rusia,
terutama dalam infrastruktur infrastruktur, jaringan transportasi dan potensi sumber daya
manusia dalam membangun kawasan tersebut menjadi pusat politik dan ekonomi Rusia
yang kedua dengan kapasitas administratif, keuangan dan ekonomi. Contohnya dengan PCA
dimanfaatkan oleh Rusia untuk mengengmbangkan infrastrukturnya. Memajukan Integrasi
Eurasia dalam segala arah, dari Ukraina dan Kazakhstan hingga Jepang dan China, dan
membangun sistem hubungan ekonomi dan politik yang stabil di sekitar Rusia.
Mempertahankan dan memperluas kontak dengan pusat kekuatan yang telah ada, seperti
Uni Eropa dan Amerika Serikat dengan kepentingan Rusia pasca Soviet. Pembuatan
keputusan kebijakan luar negeri banyak diputuskan oleh Presiden Vladimir Putin sesuai
administasi presidensialnya. Masukan pada Integrasi ke dalam Integrasi ke dalam negara-
negara Republik Soviet berdasarkan nilai-nilai dasar ekonomi dan politik yang baru,
keputusan perdagangan bebas dan bahkan integrasi yang lebih maju lagi dengan Uni Eropa.
Putin menjalankan demokrasi versinya sendiri yang dikenal sebagai Demokrasi Terkelola.
Demoksi ala Putin itu, disebutnya sebagai formulir kebutuhan dan disebut yang menurutnya
tepat bagi Rusia demi menjadi negara kuat. Contohnya dengan Kebijakan Strategi Energi
Rusia Untuk Periode Hingga 2030 Rusia di bawah Putin memang memfokuskan diri pada
pembangunan ekonomi menggunakan energi dengan cara pengembangan produksi,
distribusi dan infrastruktur untuk dapat tetap menjadikan gas Rusia menjadi gas terdepan
dunia. Kementerian luar negeri hanya bersifat periferal selama masa kepresidenan Putin.
Seperti yang sudah benar-benar ada bahwa Putin cenderung memutuskan kebijakannya
sendiri sehingga rule luar negeri sifatnya hanya sebagai perangkat pemerintahan Rusia.
Sesuai dengan sistem pemerintahan Putin yaitu menggabungkan sistem demokrasi dengan
otoriter. Kekuasaan pemerintahan di tangan presiden, yang cenderung mengarah pada
sistem kekuasaan terpusat atau sistem otoriter. Putin melakukan reformasi militer untuk
memperkuat angkatan bersenjata Rusia. Fokus kebijakan Putin ini, diteruskan dari masa
Yeltsin bersama anggota parlemen yang pertama kali membentuk doktrin militer Rusia.
Selain berfokus pada militer, kebijakan yang diterapkan Putin juga memaksimalkan semua
sumber daya internal yang tersedia untuk menstabilkan kembali Rusia pada bidang politik,
ekonomi, dan militer. Salah satu strategi Putin dalam mengeluarkan kebijakan terkait
meningkatkan kapabilitas militernya yaitu memperbesar pembiayaan anggaran militer
dalam pengembangan militer tersebut. Contohnya NSC yang diproduksi oleh Dewan
Keamanan Federasi Rusia (SCRF) yang merupakan organ kebijakan keamanan tertinggi
Rusia. Mulai tahun 1997, konsep keamanan nasional ini telah memperhatikan tentang
posisi Rusia pada perkembangannya di dunia internasional dan keamanan nasional Rusia
untuk menghindari ancaman. Rusia membentuk perjanjian keamanan kolektif (Collective
Security Treaty/CST). Tujuan dari perkanjian ini terutama untuk pencegahan terorisme
internasional, eksrimisme serta mencapai tujuan eksternal Rusia. Vladimir Putin juga
mulai menyusun struktur strategi keamanan sampai tahun 2020

4. BREXIT ( BRITANIA EXIT )


Pada pertengahan tahun 2016 telah diadakan referendum oleh masyarakat Inggris
mengenai status keanggotaannya di Uni Eropa. Masyarakat Inggris terpecah menjadi dua
golongan dimana terdapat golongan yang merasa Inggris perlu menghentikan kerjasamanya
dengan Uni Eropa. Dalam partai politik Inggris golongan ini diwakili oleh partai konservatif
yang tokoh pentingnya yakni Boris Johnson. Beliau adalah salah satu politikus yang sering
berkampanye untuk Inggris keluar dari Uni Eropa. Sedangkan di golongan yang berlainan
adalah dari partai buruh, tokoh pentingnya yakni Jeremy Corbyn. Hingga pada 23 Juni 2016
diadakannya referendrum untuk rakyat Inggris perihal Brexit ini. Tanggal 24 Juni 2016 hasil
referendum keluar, dimana mayoritas masyarakat Inggris memilih untuk keluar dari Uni
Eropa. Perihal Brexit ini bukan perkara yang mudah bagi kedua belah pihak. Keduanya
harus menyelesaikan urusan-urusan perpisahan dengan waktu yang tidak cepat. Pada awal
integrasinya perjalanan Inggris menuju Uni Eropa tidak mudah, hal ini menjadi menarik
dibahas dalam penelitian sejarah untuk mengetahui bagaimana hubungan Inggris dan Uni
Eropa di masa lalu. Brexit menjadi sebuah akibat dari sebab-sebab yang terjadi di masa lalu
tentunya. Inggris dan Uni Eropa sering memiliki pandangan yang berbeda melihat bahwa
Inggris merupakan negara memiliki sejarah yang besar, perekonomian yang baik, militer
yang kuat, koloni yang banyak dan pada masa sebelumnya sangat enggan untuk
menggabungkan diri dengan Eropa daratan. Sehingga seolah Inggris terkesan setengah hati
memutuskan bergabung dengan Uni Eropa. Terlihat pada akhirnya, setelah Inggris menjadi
anggota Uni Eropa, Inggris selalu memiliki pandangan berbeda. Terlebih lagi Inggris dua
kali mengadakan referendum hingga pada tahun 2016 referendrum Inggris menghasilkan
Inggris keluar dari Uni Eropa yang populer dikenal dengan Brexit (Britain Exit).

5. NEO-FUNGSIONALISME DAN INTERGOVERMENTALISME

Teori neo-fungsionalisme menjelaskan bahwa integrasi pada suatu regional adalah


sebuah proses yang sangat konfliktual dan sporadis, berlangsung sangat alot serta
menghubungkan banyak pihak baik aktor negara maupun non-negara. Dalam proses
pengintegrasian sebuah kawasan sangatlah penting membentuk komunitas politik karena
hal tersebut akan berpengaruh langsung pada identitas regional di masyarakat
internasional, seperti halnya European Union (EU), mereka adalah satu kesatuan
meskipun terdiri dari banyak aktor negara, individu manapun yang berasal dari salah satu
negara anggota EU akan dianggap sebagai bagian dari masyarakat Eropa
oleh international society yang cakupannya jauh lebih besar dari Eropa. Demikian pula
dengan integrasi politik yang akan terjadi ketika suatu kawasan telah menjadi komunitas
politik, integrasi politik pada suatu kawasan akan memicu terciptanya lembaga
supranasional yang menyatukan kedaulatan dari masing-masing negara anggota menjadi
satu kedaulatan dalam sebuah lembaga dalam pencapaian kepentingan bersama. Pertama,
konsep inti dari neo-fungsionalisme adalah spillover. Spillover mengacu pada sebuah
proses dimana kooperasi politik dilaksanakan dengan tujuan spesifik yang kemudian
membuat terbentuknya tujuan-tujuan baru untuk memastikan tercapainya tujuan-tujuan
lama. Sebagai contoh, salah satu tujuan yang ingin dicapai EU adalah kebebasan bergerak
bagi pekerja di seluruh negara anggota EU. Namun, karena ada perbedaan sistem
pendidikan nasional misalnya, seorang perawat tidak bisa bekerja di luar negaranya. Hal
ini akan mendorong terciptanya tujuan pembentukan kebijakan baru di bidang pendidikan
untuk mengatasi masalah ini. Intinya, spillover mengacu pada situasi dimana kerja sama
di suatu bidang mengharuskan terjadinya kerja sama di bidang lainnya. Kedua ada elite
socialization. Inti dari argument ini adalah dalam proses integrasi tersebut, para
pemimpin dan elit-elit yang terlibat akan menjadi lebih “Eropa”. Artinya, terjadi
pergeseran ‘kesetiaan’ sehingga lama kelamaan, bukan lagi national interest yang mereka
prioritaskan melainkan kepentingan-kepentingan regional. Contohnya adalah:
perwakilan-perwakilan di Komisi Eropa yang alih-alih memperjuangkan national
interest-nya, mereka malah berusaha memajukan kepentingan regional. Akibatnya, elit-
elit tersebut menjadi loyal pada region dan kemudian mempromosikan kerja sama
regional. Dengan demikian, institusi supranasional tersebut menjadi less-political dan
agenda dari institusi supranasional tersebut menjadi lebih bersifat teknis. Ketiga, neo-
fungsionalis percaya bahwa kelompok kepentingan juga menjadi lebih ‘Eropa’
Kelompok-kelompok kepentingan ini akan berusaha mengikuti perkembangan integrasi
ekonomi dan politik dan mencoba membuat organisasi supranasional mereka sendiri.
Contohnya adalah pengusaha-pengusaha industri mendirikan UNICE tahun 1958 (kini
dikenal dengan nama Business Europe). Neo-fungsionalis juga percaya bahwa kelompok-
kelompok kepentingan ini akan mengajukan permintaan kepada pemerintah negara
mereka masing-masing untuk integrasi lebih jauh.

Teori intergovermentalism menjelasakan kerjasama antar-negara khususnya integrasi


regional seperti Uni Eropa, sebagai fungsi kepentingan dan pilihan Negara dipadukan
dengan power. Integrasi dan kooperasi ini benar-benar disebabkan oleh bargaining
rasional demi kepentingan sendiri oleh suatu Negara terhadap Negara lain. Akibatnya,
Negara-negara terkait yang punya lebih banyak ‘power’ ini tampaknya akan lebih bisa
mendapatkan kepentingan mereka. Dalam teori intergovernmentalisme, peran dari
institusi supranasional tidak dianggap terlalu signifikan. Mereka mengakui adanya proses
dari integrasi ekonomi yang kemudian menjadi integrasi secara politis serta adanya
kontribusi dari secretariat internasional dalam mengatur kerja sama antarnegara dan
pengadilan internasional yang memastikan berjalannya kerja sama tersebut sesuai
kesepakatan. Namun, mereka lebih melihat proses integrasi yang terjadi adalah karena
adanya kesamaan kepentingan-kepentingan dari masing-masing negara anggota (terutama
kepentingan dalam bidang ekonomi). Berbeda dengan neo- fungsionalis yang
menyiratkan bahwa integrasi terjadi lebih karena kebutuhan yang bersifat teknis,
intergovernmentalis seperti Moravcsik lebih menekankan peran dari pemimpin nasional
(national leaders).

Integrasi yang terjadi di kawasan Eropa hingga saat ini adalah bukti nyata dari
keberhasilan teori neo-fungsionalisme dalam menjabarkan fenomena dan realita yang
terjadi. Integrasi yang terjadi tidak lepas dari usaha pemenuhan kebutuhan vital
interest secara bersama. Eropa memiliki sejarah yang panjang dan konfliktual dimana
terjadi pertikaian berdarah antara Eropa Timur dan Eropa Barat yang disebabkan oleh
perbedaan ideologi. Pada dekade 1945-1955 adalah dekade dimana EU melakukan
pembenahan di antara mereka untuk mengakhiri perang berdarah dan saling bunuh yang
terjadi pada negara yang berada pada satu kawasan yaitu Eropa. Dengan berakhirnya
Perang Dunia II yang ditandai dengan kekalahan Jerman serta penyerahan tanpa syarat
oleh Jepang, telah memulai dekade baru yang diharapkan membawa kedamaian yang
sesungguhnya, terutama kawasan Eropa yang kerap kali bertikai satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai