Anda di halaman 1dari 5

Nama : Agnes Florince Destemyca Bella

NIM : 1910412147
POLITIK BISNIS INTERNASIONAL

MENGAPA BANYAK NEGARA YANG MERAGUKAN POLA PERDAGANGAN BEBAS


DENGAN PENDEKATAN GATT DAN DITEMPUH DENGAN POLA PEMBENTUKAN
PERDAGANGAN BEBAS TINGKAT REGIONAL (AFTA, NAFTA DAN APEC)?

Pendahuluan

Perdagangan bebas lahir sejak era awal lahirnya kapitalis sebagai pola yang ada terhadap negara-
negara maju. Negara berkembang diposisikan pada posisi yang terampas kemakmurannya. sejak
awal, pertumbuhan integrasi telah menimbulkan kekhawatiran dan menyebabkan kebutuhan akan
kontrol. Ketika negara- negara mulai terbuka, mereka mulai memperkenalkan kebijakan
kesejahteraan yang didisain untuk mengganti kerugian penduduk yang terkena dampak
perubahan. Mulai pada akhir 1870-an semakin banyak negara yang memberlakukan tarif
protektif. Selama dekade akhir abad itu, perilaku terhadap migrasi menjadi bertambah buruk dan
kebijakan semakin ketat. Diawali dengan terbentuknya GATT pada tahun 1947 yang terus
mengalami perluasan, akhirnya saat ini globalisasi ekonomi dimana aktivitas terbesar di
dalamnya adalah perdagangan bebas merupakan sesuatu yang sedang dijalani umat manusia di
bumi ini. Disadari atau tidak hampir semua masyarakat dunia terlibat di dalamnya terutama
dalam konsumsi produk yang tidak dihasilkannya sendiri. Perkembangan perdagangan
internasional mengarah pada bentuk perdagangan yang lebih bebas yang disertai dengan
berbagai bentuk kerjasama bilateral, regional dan mulitilateral. Perundingan bidang pertanian
dalam forum kerjasama multilateral diwadahi oleh badan dunia World Trade Organization
(WTO) dimana badan dunia ini didirikan karena adanya General Agreement on Tariffs and
Trade (GATT), persetujuan setelah Perang Dunia II untuk meniadakan hambatan perdagangan
internasional. Sejalan dengan hal tersebut, kerjasama antara negara berdekatan secara regional
muncul dimana-mana seperti AFTA, NAFTA dan APEC.
ISI

Pembentukan organisasi perdagangan dunia dilatarbelakangi dengan berakhirnya Perang Dunia


II. Perekonomian dunia yang hancur pada waktu itu, karena perang melibatkan negara-negara
besar dunia seperti Amerika Serikat, negara-negara Eropa dan negara-negara dikawasan Asia
seperti Jepang. Untuk menata kembali perekonomian dunia maka beberapa negara sepakat untuk
membentuk lembaga perdagangan yang menjadi wadah yang berfungsi untuk mengatur
perdagangan dunia yang menjadi penyokong bagi perekonomian dunia. Pada saat itu organisasi
perdagangan dunia dikenal dengan GATT (General Agreement on Tarrifs and Trade) pada
tahun1948 sampai dengan 1994. GATT adalah suatu persetujuan multilateral yang menentukan
peraturan-peraturan bagi pelaksanaan perdagangan internasional. Tujuannya adalah untuk
menciptakan suatu perdagangan internasional yang terbuka, bebas dan kompetitif. General
Agreement on Tarrifs and Trade (GATT) memberikan perhatian penting terhadap subsidi. GATT
menyadari subsidi dapat berperan cukup sentral dalam meningkatkan perdagangan suatu negara.
Subsidi yaitu salah satu bentuk pengeluaran pemerintah yang juga diartikan sebagai pajak negatif
yang akan menambah pendapatan mereka yang menerima subsidi atau mengalami peningkatan
pendapatan riil apabila mereka mengkonsumsi atau membeli barang-barang yang disubsidi oleh
pemerintah. Pemerintah memberikan subsidi untuk berbagai tujuan. Subsidi dapat membantu
perkembangan suatu industri baru. Subsidi dapat mendorong penanaman modal dan membentuk
industri baru di wilayah yang belum berkembang. Subsidi dapat membantu industri dalam
pengembangan ekspornya. Subsidi juga dapat memfasilitasi perdagangan produk-produk
pertanian. Mengingat cukup besarnya peran subsidi dalam perdagangan, GATT berupaya
mengatur agar subsidi tidak menjadi kerugian terhadap pihak lainnya. Dengan kata lain, GATT
tidak bermaksud melarang pemerintah untuk memberikan subsidi. Tetapi GATT hanya ingin
memastikan agar barang-barang yang mendapat subsidi tidak kemudian merugikan produk-
produk negara lain yang tidak mendapat subsidi. Pendekatan GATT dinilai meragukan karena
pada saat itu banyak negara- negara sedang berkembang yang mengalami kerugian pasca
membuka akses pasarnya dengan ikut serta dalam lembaga ekonomi politik internasional.
Munculnya berbagai kerjasama dalam bidang ekonomi, khususnya perdagangan internasional
adalah dampak dari kemunduran ekonomi sejak pecahnya perang dunia. Kemunduran paling
parah terjadi saat krisis yang melanda hampir seluruh dunia (The Great Depression) tahun 1929.
Krisis ini berakibat pada lesunya perekonomian dunia saat itu yang menyebabkan effect domino
berupa lumpuhnya ekonomi dalam negeri berbagai negara. Pada tahun 1964-67 diadaakan
Putaran Kennedy di Jenewa yang membahas mengenai kebijakan tarif dan anti-dumping. Pada
tahun 1973-79 diadakan Putaran Tokyo di Jenewa yang membahas tentang kebijakan tarif dan
non-tarif, serta kerangka persetujuan. Selanjutnya, masih di Jenewa, diadakan Putaran Uruguay
pada tahun 1986-94 yang membicarakan mengenai kebijakan tarif dan non-tarif, jasa, kekayaan
intelektual, penyelesaian sengketa, agrikultura, dan lain sebagainya. Pada putaran Uruguay inilah
yang kemudian dibentuk WTO (World Trade Organization) pada tanggal 1 Januari 1995 yang
pada dasarnya bertujuan untuk menyempurnakan fungsi-fungsi GATT dan melakukan apa yang
tidak bisa dilakukan oleh GATT sebelumnya. GATT dan WTO merupakan bentuk perwujudan
model liberalisasi ekonomi yang diusung AS dan sekutunya pasca Perang Dunia II. Keberhasilan
untuk membentuk organisasi
WTO dinilai sebagai suatu hasil pencapaian yang paling signifikan dan merupakan perubahan
yang mendasar dalam kelembagaan ekonomi intemasional sejak Konferensi Bretton Woods
tahun 1944. Berbeda dengan GATT yang memiliki feksibilitas bagi negara-negara untuk tidak
ikut serta di dalam suatu disiplin atau perjanjian tertentu, aturan-aturan WTO berlaku untuk
semua negara anggota yang semuanya tunduk pada prosedur penyelesaian sengketa. Prinsip-
prinsip yang diusung WTO tidak jauh berbeda dengan prinsip-prinsip yang dimiliki GATT. Hal
tersebut dikarenakan WTO merupakan bentuk penyempurnaan GATT sehingga WTO pun lebih
efektif daripada GATT dalam menyelesaikan berbagai permasalahan perdagangan yang ada
secara aktif.

Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa banyak dari regulasi yang di buat oleh
GATT dinilai yang kurang efektif untuk menyelesaikan beberapa penyelesaian konflik
perdagangan. Pendekatan GATT dinilai meragukan karena pada saat itu banyak negara- negara
sedang berkembang yang mengalami kerugian pasca membuka akses pasar. Setelah terjadi
persitiwa Putaran Uruguway di sempurnakan menjadi WTO. Beberapa Negara-negara maju
menganggap liberalisasi perdagangan dunia dalam kerangka WTO merupakan jalan menuju
terciptanya kondisi perekonomian dunia yang lebih baik, sebaliknya negara-negara berkembang
menganggap bahwa ketentuan liberalisasi perdagangan dunia lebih banyak mengakomodir
kepentingan ekonomi negara maju ketimbang Negara Berkembang.

Anda mungkin juga menyukai