Anda di halaman 1dari 5

Hazard atau bahaya adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan kerugian.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3) merupakam salah satu upayaperlindungan terhadap


 tenagakerja dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu
melakukan pekerjaan di tempat kerja. Dilaksanakannya perlindungan diharapkan akan tercipta
tempat kerja yang aman,nyaman,sehat dan tenaga kerjayang produktif, sehingga akan
meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan K3 sangat besar peranannya
dalam upaya  meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah korban
manusia.

The internasional labour organizational (1986), mendefinisikan bahaya kerja(work


hazard) adalah suatu sumber potensi kerugian atau suatu situasi yang berhubungan dengan 
pekerja, pekerjaan dan lingkungan kerja yang berpotensimenyebabkan kerugian / gangguan.
Bahaya dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu :

1. HAZARD SOSIO-PSIKOLOGIS
Hazard Sosio-Psikologis kerja dapat didefinisikan sebagai aspek-aspek dari desain
kerja , organisasi kerja dan manajemen kerja , serta segala aspek yang berhubungan
dengan lingkungan sosial kerja yang berpotensi dapat menyebabkan gangguan pada
psikologi fisik – fisiologi pekerja (Cox & Griffths,2002) dalam Research on Work –
Related Stress 2002. Ada yang berhipotesis bahwa terdapat hubungan antara stress dan
masalah kesehatan fisik. Yang paling sering menjadi topik bahasan adalah penyakit
jantung koroner (CHD) yang merupakan penyebab kematian yang terjadi di Amerika
Serikat.
Hazard Sosio-Psikologis dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental tidak
secara langsung melalui pengalaman stress. Kesehatan mental yang buruk dihubungkan
dengan frustasi yang timbul karena tidak memperoleh kepuasan kerja atau situasi kerja
dimana tuntutan-tuntutan pekerjaan yang tidak cocok atau tidak sesuai pengetahuan dan
keterampilan atau kompetensi perkerja atau kebutuhan mereka. Aspek dari hazard Sosio-
Psikologis sendiri membahas 2 aspek yaitu job content (beban kerja,desain tugas,jadwal
kerja, dan peralatan kerja ) dan job context (hubungan interpersonal,perkembangan karir
serta kebijakan dan pengawasan).
2. HAZARD FISIOLOGIS
IEA (International Ergonomic Association) mendefinisikan ergonomi sebagai
ilmu yang mempelajari anatomi dan aspek psikologi dari manusia dalam kaitannya
dengan peralatan maupun lingkungan kerja, dimana hal tersebut bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan untuk pekerja.
Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang tidak
dapat dipisahkan. Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yakni peningkatan
kualitas kehidupan kerja (quality of working life). Aspek kualitas kehidupan kerja
merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi rasa kepercayaan dan rasa
kepemilikan pekerja kepada perusahaan, yang berujung kepada produktivitas dan kualitas
kerja

3. HAZARD BIOLOGIS
HAZARD BIOLOGI merupakan enyakit ditempat kerja akibat factor biologi
biasanya disebabkan oleh makhluk hidup sehingga menyebabkan gangguan kesehatan
pada pekerja yang terpajan. Faktor biologi tempat kerja adalah faktor yang dapat
mempengaruhi aktivitas manusia. Faktor biologi yang ada dilingkungan kerja infeksi akut
dan kronis, parasit, jamur, dan bakteri. Bahaya faktor biologi (biohazard) didefinisikan
sebagai agen infeksius atau produk yang dihasilkan agen tersebut yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia. Adapun contoh jenis hazard biologis meliputi:
 Bakteri, contohnya Tibi, bacillus anthrax , legionilla pnelmophila
 Parasit, contohnya Malaria, cacing tambang dan scabies
 Jamur, contohnya T. corporis, T. croris, dan T. pedis
 Virus, contohnya HIV AIDS, influenza, hepatitis, dan Covid-19

4. HAZARD FISIK
Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan sebagai lingkungan kerja yang baik apabila
manusia bisa melaksanakan kegiatannya dengan optimal dengan sehat, aman dan selamat.
Ketidakberesan lingkungan kerja dapat terlihat akibatnya dalam waktu yang lama. Lebih
jauh lagi keadaan lingkungan yang kurang baik dapat menurut tenaga dan waktu yang
lebih banyak yang tentunya tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang
efisien dan produktif. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik
yaitu temperatur, pencahayaan, kebisingan, getaran, dan paparan radiasi.
a. Pencahayaan
Salah satu faktor penting dari lingkungan kerja yang dapat memberikan
kepuasan dan produktivitas adalah adanya penerangan yang memungkinkan
pekerja dapat melihat objek-objek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa
upaya-upaya yang tidak perlu. Intensitas penerangan yang sesuai dengan jenis
pekerjaannya akan dapat meningkatkan produktivitas kerja.
b. Temperatur
Manusia selalu berusaha mempertahankan keadaan normal tubuh dengan
sistem tubuh yang sangat sempurna sehingga dapat menyesuaikan dengan
perubahan yang terjadi di luar tubuhnya. Tubuh manusia menyesuaikan diri
karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi, dan penguapan
jika terjadi kekurangan atau kelebihan yang membebaninya. Tetapi kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan temperatur luar jika perubahannya tidak
melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin terhadap
temperatur normal ± 24°C.
c. Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai
dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap
kenyamanan dan kesehatan manusia (Sasongko dan Hadiyarta, 2000). Dampak
kebisingan menurut Wold Health Organization (WHO) adalah gangguan
komunikasi dan pengaruh perfoma kerja merupakan masalah kesehatan. Tingkat
gangguan bising tergantung pada kondisi fisik (pola, frekuensi, energi getar),
mekanisme perambatan (pola, jenis, kerapatan, tekanan dan suhu media) dan
fonoreseptor (pendengaran, respon, kondisi psikologis).
d. Radiasi
Paparan radiasi yang dapat diterima oleh manusia dapat bersumber dari
paparan radiasi non pengion (matahari, benda-benda elektronik, penerangan tidak
alamiah) dan paparan radiasi pengion. Pada pemanfaatan radiasi baik radiasi non
pengion maupun radiasi pengion dapat menimbulkan dampak negative. Untuk
mencegah timbulnya dampak tersebut dapat diupayakan penggunaan radiasi non
pengion dan pengion seminimal mungkin dan menggunakan alat pelindung diri.

5. HAZARD KIMIA
Kecelakaan kerja merupakan dampak yang harus diperhitungkan dan di antisipasi,
sehingga sedapat mungkin hal ini harus dihindari dan dicegah agar tidak terjadi. Bahaya
kimia adalah jenis bahaya pekerjaan yang disebabkan oleh paparan bahan kimia ditempat
kerja. Paparan bahan kimia ditempat kerja dapat menyebabkan efek kesehatan yang
merugikan baik akut maupun jangka panjang Kecelakaan kerja yang berkaitan dengan
hazard kimia (Gas yang beracun, uap panas, debu yang terlalu banyak diruangan kerja)
dan B3 selain akan menimbulkan korban bagi pekerja / orang lain juga dapat
menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, dan hal ini akan menimbulkan kerugian
bagi perusahaan industri tersebut. Disamping itu akan menimbulkan dampak yang lebih
luas terhadap lingkungan dan masyarakat
Secara Umum B3 terdiri dari bahan beracun, korosif, mudah terbakar, mudah
meledak, reaktif terhadap air/asam, dan gas bertekanan. Bahan ini dapat berpengaruh dan
berdampak pada manusia/pekerja maupun lingkungan seperti keracunan, ledakan,
kebakaran, dan iritasi. Sedangkan, unsur pengelolaan/manajemen B3 sama dengan unsur
manajemen seperti: Perencanaan (Planing), Pengorganisasian (Organizing), Pelaksanaan
(Actuating) dan Pengendalian (Controlling).
Perencanaan dilakukan bertujuan untuk menghindari pengadaan bahan yang tidak
sesuai dengan kegiatan yang akan dikerjakan. Selain itu agar tidak terjadi penumpukan
bahan kimia yang berlebihan disatu sisi dan adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi disisi
lain yang dapat mengganggu kegiatan yang akan dilaksanakan. Adanya penumpukan
bahan khususnya B3 akan mengganggu dan mambahayakan lingkungan, serta dapat
menimbulkan kecelakaan khususnya bahan-bahan yang sudah kadaluarsa/habis masa
penggunaannya. Pengorganisasian (Organizing) B3 meliputi pemberian wewenang dan
tanggung jawab kepada personel yang tepat baik sebagai pengelola, pemakai, maupun
pengawas.
Pelaksanaan (actuating) B3 harus menggunakan prosedur dan instruksi yang telah
ditetapkan. Selain itu setiap kegiatan yang dilakukan harus ada rekaman yang mencatat
kegiatan tersebut untuk memantau status keberadaan B3, penggunaan, dan interaksinya.
Selain itu fungsi prosedur dan rekaman adalah untuk pengendalian kegiatan yang
berkaitan dengan B3, sehingga jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan akan dapat
ditelusuri sebab-sebab dan maupun akibat dari suatu kecelakaan. Pengendalian
(controlling) B3 merupakan unsur manajemen yang harus diterapkan pada setiap unsur-
unsur yang lain yakni mulai dari perencanaan, pengorganisasian (organizing), dan
pelaksanaan (actuating). Controlling dapat dilakukan dengan cara inspeksi dan audit
terhadap dokumen dan rekaman yang ada.

Anda mungkin juga menyukai