Anda di halaman 1dari 2

Food Estate Solusi Pendemi, Lumbung Pangan Negeri

Pada bulan Maret 2020, Organisasi Pangan Dunia atau FAO menyampaikan informasi
tentang potensi ancaman krisis pangan akibat pendemi Covid-19. Krisis pangan ini dipicu
oleh negara-negara yang memproduksi bahan pangan mengutamakan untuk memenuhi
kebutuhan dalam negerinya sendiri. Hal ini akan berdampak juga kepada Negara
Indonesia karena masih banyak komoditas pangan yang impor dari negara lain. Untuk
mengantisipasi masalah tersebut, Pemerintah RI mengeluarkan kebijakan mengenai
pembangunan Food Estate.
Food estate merupakan upaya pembangunan lumbung pangan yang dibangun secara
terintegrasi. Pada kawasan food estate dilakukan intensifikasi komoditas pertanian seperti
Padi, Jagung, sayuran dan Buah-buahan serta peternakan. Proses pengembangan food
estate dilakukan dari hulu hingga ke hilir, mulai dari penyiapan infrastruktur produksi
pertanian sampai dengan pengelolaan pascapasnen.
Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Kapuas adalah tempat dibangunnya food estate.
Pembangunan food estate ini tidak membuka lahan baru namun menggunakan lahan eks
PLG kurang lebih seluas 600.000 hektar. Lahan tersebut merupakan lahan bekas program
Pengembangan Lahan Gambut Satu Juta hektar pada masa Orde Baru.
Tantangan besar dalam pengembangan food estate kali ini dapat dilihat dari 2 (dua)
faktor yaitu faktor lahan dan faktor SDM. Pembangunan food estate tentunya memiliki
tantangan yang besar karena karakter lahan gambut yang minim unsur hara dan tingkat
keasaman yang tinggi. Selain itu kawasan ini merupakan kawasan rawa yang seringkali
terkena banjir. Lahan – lahan eks PLG juga sudah banyak terlantar sehingga perlu
pembangunan infrastruktur irigasi, jalan produksi baru serta prasarana yang baik agar
lahan tersebut dapat dimanfaatkan kembali. Yang juga harus diperhatikan adalah kondisi
kedalaman gambut, jika lahan gambut melebihi 100 cm yang diolah maka sangat rentan
menimbulkan kerusakan. Sebaiknya lahan-lahan yang digunakan untuk pertanian
digunakan lahan yang lapisan gambutnya relatif tipis.
Tantangan besar berikutnya adalah faktor sumber daya manusianya. Sumber daya
manusia disini dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok besar yaitu Aparatur
Pemerintah, Akademisi, para penggiat LSM dan Masyarakat. SDM aparatur pemerintah
tentunya memiliki peran yang sangat vital, karena berposisi sebagai penentu kebijakan.
Konsep dan anggaran program food estate ini berasal dari pemerintah, sehingga
diperlukan aparatur yang bertanggungjawab dan berintegritas untuk memastikan konsep
yang dibuat dapat berjalan dan tidak terjadi korupsi anggaran. Akademisi memiliki peran
yang penting juga dalam pembangunan food estate ini untuk menyediakan data-data
ilmiah dan kajian yang aplikatif. Kajian tentang lahan, budidaya pertanian, pengelolaan
pasca panen dan lainnya akan lebih tepat diperoleh dari para akademisi karena tentunya
menggunakan metode-metode yang dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tidak kalah
penting adalah peran dari para LSM, yang dapat menjadi mitra dalam pendampingan
masyarakat. Untuk mensukseskan program ini dibutuhkan sosialisasi yang baik ke
masyarakat. Para LSM yang sudah cukup banyak berinteraksi dengan masyarakat dapat
menjadi fasilitator dalam sosialisasi program maupun pendamping dalam penerapan
teknologi pertanian selama masa pengembangan food estate. Dalam pembangunan food
estate ini yang memiliki peran sangat penting adalah masyarakat setempat. Masyarakat
merupakan sumber tenaga kerja utama. Kekecewaan masyarakat karena kegagalan
program yang sebelumnya dapat menjadi penghambat bagi pembangunan food estate saat
ini. Oleh karena itu diperlukan sosialisasi yang tepat agar masyarakat lebih percaya dapat
berperan aktif dalam program ini. Pendampingan masyarakat untuk meningkatkan
kompetensi dibidang budidaya pertanian juga diperlukan karena kemungkinan food estate
akan dibangun dengan menggunakan teknologi yang cukup modern.
Pada dasarnya lumbung pangan ini sangat kita butuhkan, baik untuk menghadapi krisis
pangan akibat ancaman pendemi maupun untuk meningkatkan ekonomi nasional ke
depannya. Jika food estate ini berhasil maka kebutuhan pangan nasional akan dapat
terpenuhi dan impor dapat dikurangi, bahkan Indonesia pun mampu menjadi negara
pengekspor komoditas bahan pangan.

Anda mungkin juga menyukai