Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/275645319

Permasalahan dan Kebijakan Energi Saat Ini

Conference Paper · January 2015

CITATIONS READS

5 17,946

1 author:

Agus Sugiyono
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
122 PUBLICATIONS   322 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Perencanaan energi nasional dan daerah View project

Energy System Optimization View project

All content following this page was uploaded by Agus Sugiyono on 30 April 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Prosiding Peluncuran Buku Outlook Energi Indonesia 2014 &
Seminar Bersama BPPT dan BKK-PII

Permasalahan dan Kebijakan Energi Saat Ini

Agus Sugiyono
Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, BPPT
Gedung 625, Klaster Energi, Kawasan Puspiptek, Kota Tangerang Selatan
Email: agus.sugiyono@bppt.go.id

Abstract
There are energy development issues today such as geographic disparities in energy
demand-supply, stagnant development on utilization of renewable energy, and the
limited supply of fossil energy in the long term, especially for oil. The solution of
these problems can be solved by released government policies such as law,
government regulation, presidential regulation, presidential decree, presidential
instruction, ministry regulation, and ministry decree. In line with the dynamics of
the community who continues to innovate, therefore some of the government
policies and regulations that available today will be revised.

Keywords: energy issues, energy policy

1. Pendahuluan Peranan sektor industri dalam


Sektor energi mempunyai peranan penggunaan energi selalu mendominasi dan
penting bagi peningkatan kegiatan ekonomi dan diprakirakan terus meningkat pangsanya dari
ketahanan nasional, sehingga pengelolaan 37% pada tahun 2012 menjadi 41% pada tahun
energi yang meliputi penyediaan, pemanfaatan 2015 kemudian meningkat sedikit menjadi 42%
dan pengusahaan harus dilaksanakan secara pada tahun 2025. Peranan sektor transportasi
berkelanjutan. Dalam mengelola sektor energi sebagai penunjang pergerakan ekonomi juga
untuk jangka panjang perlu dilakukan terus meningkat mengikuti perkembangan
perencanaan yang terintegrasi pada industri. Pangsa sektor transportasi belum
pengembangan sumber daya energi agar dapat berubah dari tahun 2012 ke tahun 2015, namun
menjamin ketersediaaan energi jangka panjang. kemudian sektor ini berkembang pesat hingga
Berdasarkan perencanaan tersebut perlu pangsanya pada tahun 2025 menjadi 33%
dukungan dari sisi kebijakan untuk dapat terhadap total kebutuhan energi final.
merealisasikan penerapan teknologi energi Ditinjau dari penggunaan jenis bahan
untuk memenuhi kebutuhan energi yang ramah bakar final, BBM masih terus mendominasi
lingkungan dan berkelanjutan dengan harga kebutuhan energi secara nasional. karena
yang terjangkau. Teknologi berbasis BBM paling banyak
Berdasarkan Sugiyono et.al. (2013), digunakan terutama di sektor transportasi,
kebutuhan energi meningkat sejalan dengan walaupun sektor-sektor pengguna lainnya pun
pertumbuhan pendapatan domestik bruto (PDB) tidak terlepas dari penggunaan BBM karena
dan penduduk. Produk domestik bruto (PDB) teknologi berbasis BBM dianggap cukup efisien,
selama kurun waktu 2012-2025 diperkirakan dan mudah digunakan. Pemanfaatan BBM
tumbuh rata-rata sebesar 7,1% per tahun, hal ini meningkat dengan laju pertumbuhan 6,1% per
akan menyebabkan pertumbuhan kebutuhan tahun. Penggunaan batubara dan gas juga
energi meningkat sebesar 4,7% per tahun atau meningkat cukup tinggi terutama digunakan di
tumbuh dari 1.079 pada tahun 2012 menjadi sektor industri. Teknologi berbasis listrik juga
1.960 juta SBM pada tahun 2025. berkembang pesat dan dominan digunakan di
hampir setiap sektor, terutama di sektor rumah

9
Prosiding Peluncuran Buku Outlook Energi Indonesia 2014 &
Seminar Bersama BPPT dan BKK-PII

tangga dan komersial. Oleh karena itu terbarukan seperti hidro, panas bumi, angin,
pemanfaatan listrik meningkat cukup tinggi surya, kelautan dan biomasa yang belum
dengan laju pertumbuhan 8,4% per tahun. dimanfaatkan secara optimal.
Pasokan energi diproyeksikan akan Pengembangan energi untuk jangka
tumbuh rata-rata sebesar 5,2% per tahun pada panjang perlu mengoptimalkan pemanfaatan
kurun waktu 2012-2025 dari 1.542 juta SBM EBT untuk mengurangi pangsa penggunaan
pada tahun 2012 menjadi 2.998 pada tahun energi fosil. Panas bumi dengan potensi yang
2025. Bauran energi pada tahun 2012 mencapai lebih dari 28.617 MW baru
didominasi oleh minyak bumi (39%), diikuti oleh dimanfaatkan sebesar 1.341 MW, sementara
batubara (22%), dan gas bumi (17%). Peranan tenaga air dengan potensi 75.000 MW baru
minyak dan gas bumi diprakirakan akan dimanfaatkan 7.059 MW, dan pembangkit
menurun dan digantikan oleh peningkatan biomasa dengan potensi sebesar 13.662 MW
pasokan batubara dan energi baru terbarukan baru dimanfaatkan 1.772 MW. Diantara
(EBT). Peranan batubara meningkat menjadi sumberdaya EBT maka sumberdaya energi
36% pada tahun 2025 sedangkan minyak bumi biomasa baik untuk bahan bakar pembangkit
menurun menjadi 33% demikian pula peranan listrik atau sebagai bahan baku untuk diolah
gas bumi menurun menjadi 33%. Meskipun menjadi bahan bakar nabati (BBN) merupakan
peranan EBT meningkat pada tahun 2025 jenis sumberdaya energi terbarukan yang sangat
namun belum cukup signifikan pangsanya prospektif untuk dikembangkan. Pembangunan
terhadap total pasokan energi primer. sumberdaya EBT ini selain mengurangi
Dalam kaitan dengan pertumbuhan ketergantungan pada BBM yang saat ini sekitar
kebutuhan dan pasokan tersebut, perlu disusun 50% berasal dari impor, juga bisa mengurangi
strategi dalam pengelolaan energi. Berbagai pencemaran baik berupa polutan (padat, cair
masalah dapat muncul dalam menjaga dan gas) maupun emisi gas rumah kaca (GRK).
keberlanjutan pasokan energi dalam memenuhi Beberapa hal yang menghambat pengembangan
kebutuhan energi untuk jangka panjang. EBT antara lain adalah biaya investasi yang
Pengelolaan energi diprakirakan akan masih tinggi, belum ada insentif yang memadai,
menghadapi banyak tantangan baik secara harga jual energi terbarukan masihh lebih tinggi
global maupun dalam lingkup nasional. Berbagai dibandingkan dengan energi fosil, kurangnya
kebijakan sudah ditetapkan dalam upaya untuk pengetahuan dalam mengadaptasi fasilitas
mengantisipasi permasalahan-permasalahan energi bersih, serta potensi sumberdaya EBT
dalam pengelolaan energi di masa mendatang. pada umumnya kecil dan tersebar.
Berikut ini akan dibahas permasalahan dalam Dari sisi disparitas wilayah, permasalahan
pengelolaan energi serta kebijakan yang sudah yang muncul adalah kebutuhan energi yang
ditetapkan hingga saat ini. sangat besar di wilayah Jawa sedangkan potensi
sumber energi yang dimiliki sangat terbatas.
2. Permasalahan dalam Pengelolaan Energi Sementara itu luar Jawa yang memiliki potensi
Pada tahun 2012 pasokan energi primer di sumberdaya energi yang besar hanya
Indonesia masih didominasi oleh sumber energi membutuhkan energi yang relatif kecil.
fosil seperti minyak, batubara, dan gas (20,6%), Disamping itu infrastruktur energi di wilayah
sedangkan pasokan dari EBT seperti tenaga air, luar Jawa masih sangat kurang, baik secara
panas bumi dan bahan bakar nabati masih kualitas maupun kuantitas. Infrastruktur yang
dibawah 5%. Mengingat cadangan energi fosil masih sangat kurang ini menjadi penghambat
Indonesia terbatas yang bila dibandingkan utama dalam pengembangan wilayah serta
dengan cadangan dunia minyak hanya 0,20%, pemerataan akses masyarakat terhadap energi.
gas 1,60% dan batubara 1,10%, maka perlu Dari sisi pasokan energi fosil, produksi
segera mengoptimalkan pemanfaatan sumber minyak terus menurun sedangkan kebutuhan
EBT. Indonesia memiliki berbagai jenis energi bahan bakar minyak (BBM) terus meningkat

10
Prosiding Peluncuran Buku Outlook Energi Indonesia 2014 &
Seminar Bersama BPPT dan BKK-PII

sehingga akan menyebabkan peningkatan impor menciptakan iklim yang mendukung


minyak mentah serta BBM. Potensi gas bumi terlaksananya strategi pembangunan bidang
yang cukup besar ternyata belum dapat energi dan memberikan kepastian kepada
meningkatkan konsumsi gas dalam negeri pelaku ekonomi dalam kaitannya dengan
karena infrastruktur yang ada belum memadai. pengadaan, penyediaan dan penggunaan energi.
Disamping itu kontrak ekspor gas jangka panjang Dalam Kube 1998 mulai diindikasikan adanya
dalam jumlah besar juga menjadi kendala bagi keterbatasan sumber daya energi, terutama
pasokan gas domestik. Ekspor batubara terus minyak bumi. Kube 1998 mencakup lima
meningkat sedangkan konsumsi batubara kebijakan utama dan sembilan kebijakan
domestik pada tahun 2012 hanya dapat pendukung. Kebijakan utama tersebut adalah:
menyerap 23% produksi batubara. Ini berarti • Diversifikasi yaitu penganekaragaman
batubara belum secara optimal dapat pemanfaatan energi, baik yang terbarukan
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan maupun yang tidak terbarukan. Untuk energi
energi dalam negeri. Batubara masih sebagai fosil tidak menutup kemungkinan untuk
komoditas ekspor dan belum berorientasi pada melakukan impor sejauh menguntungkan
peningkatan ketahanan energi untuk jangka secara ekonomis dan tidak merusak
panjang. Ekspor batubara dalam jumlah yang lingkungan.
jauh melebihi konsumsi domestik bila tidak • Intensifikasi yaitu pencarian sumber energi
dikendalikan akan dapat menguras sumber daya melalui kegiatan survei dan eksplorasi agar
sehingga pemanfaatannya hanya dalam waktu dapat meningkatkan cadangan baru
yang pendek dan tidak bisa digunakan sebagai terutama energi fosil. Pencarian sumber daya
cadangan pasokan energi untuk generasi energi diarahkan di wilayah yang belum
mendatang. pernah disurvei dan untuk wilayah yang
terindikasi dilakukan upaya untuk
3. Kebijakan di SektorEnergi peningkatan status cadangan menjadi lebih
Kebijakan energi di Indonesia pertama kali pasti.
muncul pada tahun 1976 yang dimaksudkan • Konservasi yang dilakukan mulai dari sisi hulu
untuk dapat memaksimalkan pemanfaatan sampai ke hilir.
sumber daya energi (Yusgiantoro, 2000). • Penetapan harga rata-rata energi yang secara
Pemerintah kemudian membentuk Badan bertahap diarahkan mengikuti mekanisme
Koordinasi Energi Nasional (Bakoren) yang pasar.
dipimpin oleh Presiden dan beranggotakan • Memperhatikan aspek lingkungan dalam
menteri-menteri terkait energi dan bertanggung pembangunan di sektor energi termasuk
jawab merumuskan kebijakan energi serta didalamnya memberikan prioritas dalam
melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pemanfaatan energi bersih (Bakoren, 1998;
pelaksanaan kebijakan energi. Bakoren pada Bappenas, 2012; Yusgiantoro, 2000).
tahun 1984 untuk pertama kalinya Setelah krisis ekonomi tahun 1998 banyak
mengeluarkan Kebijaksanaan Umum Bidang terjadi dinamika sosial politik sehingga banyak
Energi (Kube). Kebijakan ini terus menerus kebijakan dan peraturan perundang-undangan
diperbarui sesuai dengan dinamika sosial yang mengalami perubahan. Berikut akan
ekonomi dalam pengembangan energi. Kube dibahas tidak hanya kebijakan energi saja tetapi
1984 diperbarui pada tahun 1990 dengan juga kebijakan dan peraturan yang terkait
kebijakan pengembangan sektor energi yang dengan sektor energi dan lingkungan. Kebijakan
mengacu pada tiga pendekatan, yaitu: dan peraturan pemerintah yang terkait dengan
melakukan intensifikasi, diversifikasi dan energi berdasarkan tata urutan yang akan
konservasi energi. dibahas lebih lanjut dalam makalah ini adalah
Bakoren mengeluarkan merevisi Kube sebagai berikut.
pada tahun 1998 yang bertujuan untuk

11
Prosiding Peluncuran Buku Outlook Energi Indonesia 2014 &
Seminar Bersama BPPT dan BKK-PII

• Undang Undang (UU) • UU No. 30/2009 tentang ketenagalistrikan


• Peraturan Pemerintah (PP) mengamanatkan adanya perubahan struktur
• Peraturan Presiden (Perpres) industri ketenagalistrikan nasional. Badan
• Keputusan Presiden (Keppres) usaha penyediaan tenaga listrik dapat
• Instruksi Presiden (Inpres) berasal dari BUMN, BUMD, badan usaha
• Peraturan Menteri (Permen) swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat.
• Keputusan Menteri (Kepmen) Disamping itu dimungkin adanya regionalisasi
Disamping itu masih ada Peraturan penentuan tarif tenaga listrik dan jual-beli
Daerah (Perda) yang tidak dibahas karena tenaga listrik dengan negara lain.
sangat spesifik serta jumlahnya sangat banyak.
• UU No. 21/2014 tentang panas bumi
3.1. Undang Undang merupakan perubahan dari UU No. 27/2003.
Undang-Undang yang mengatur tentang Fokus revisi dari UU tersebut adalah
pengelolaan energi dan keterkaitannya dengan pengusahaan panas bumi tidak lagi
lingkungan ditunjukkan dalam Tabel 1. Berikut dikategorikan sebagai kegiatan
akan diulas secara ringkas masing-masing UU pertambangan, sehingga pengusahaan panas
tersebut. bumi dapat dilakukan di atas lahan
konservasi. Kewenangan pemberian izin
Tabel 1. UU terkait pengelolaan energi usaha panas bumi untuk pemanfaatan tidak
langsung diberikan oleh pemerintah pusat.
No. Undang-Undang Keterangan
1 UU No. 30/2007 Energi • UU No. 10/1997 tentang ketenaganukliran
2 UU No.30/2009 Ketenagalistrikan diantaranya mengatur pemisahan unsur
3 UU No. 21/2014 Panas Bumi pelaksana kegiatan pemanfaatan tenaga
4 UU No. 10/1997 Ketenaganukliran nukir (Batan) dengan unsur pengawas tenaga
5 UU No. 22/2001 Minyak dan Gas Bumi
nuklir (Bapeten). Pemerintah dapat
6 UU No.4/2009 Pertambangan Mineral
membentuk BUMN yang berkaitan dengan
dan Batubara
pemanfaatan tenaga nuklir secara komersial.
7 UU No. 6/1994 Ratifikasi Konvensi
Perubahan Iklim
8 UU No. 21/2014 Panas Bumi • UU No. 22/2001 tentang minyak dan gas
bumi yang mengatur kegiatan usaha hulu dan
• UU No. 30/2007 tentang energi hilir melalui badan pelaksana dan badan
mengamanatkan pemerintah untuk pengatur. Badan pelaksana dilakukan oleh BP
menyusun Kebijakan Energi Nasional (KEN) Migas (Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu
sebagai pedoman dalam pengelolaan energi Minyak dan Gas Bumi) sedangkan badan
nasional. Kebijakan ini dirancang dan pengatur dilaksanakan oleh BPH Migas
dirumuskan oleh Dewan Energi Nasional (Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi).
(DEN) dan ditetapkan oleh pemerintah Pada tanggal 5 November 2012 Mahkamah
dengan persetujuan DPR. Disamping itu, UU Konstitusi (MK) membubarkan BP Migas
energi secara eksplisit mewajibkan karena bertentangan dengan bertentangan
pemerintah pusat untuk menyusun Rencana dengan UUD 1945. Seluruh hal yang berkait
Umum Energi Nasional (RUEN) dan dengan badan pelaksana tidak lagi
pemerintah daerah untuk menyusun mempunyai kekuatan hukum mengikat.
Rencana Umum Energi Daerah (RUED). Untuk mengisi kekosongan hukum
Dengan adanya RUEN dan RUED ini sangat sementara ini, kewenangan BP Migas
pengelolaan energi harus mempertimbang- dijalankan oleh Pemerintah melalui Satuan
kan aspek spasial (kewilayahan). Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Saat ini

12
Prosiding Peluncuran Buku Outlook Energi Indonesia 2014 &
Seminar Bersama BPPT dan BKK-PII

muncul wacana untuk segera merevisi UU d. Cadangan energi nasional.


Migas. Sedangkan untuk kebijakan pendukung
meliputi:
• UU No. 4/2009 tentang pertambangan a. Konservasi energi, konservasi sumber daya
mineral dan batubara mengamatkan energi, dan diversifikasi energi;
pemegang ijin usaha pertambangan untuk b. Lingkungan hidup dan keselamatan;
melakukan pengolahan dan pemurnian c. harga, subsidi, dan insentif energi;
hasilpenambangan dalam negeri. Pengolahan d. infrastruktur dan akses untuk masyarakat
dan pemurnian akan meningkatkan nilai terhadap energi dan industri energi;
tambah sumber dayamineral dan batubara. e. penelitian, pengembangan, dan penerapan
teknologi energi; dan
• UU No. 6/1994 meratifikasi konvensi f. kelembagaan dan pendanaan.
perubahan iklim sehingga Indonesia wajib Sasaran penyediaan energi primer,
melakukan pelaporan tingkat emisi gas kapasitas pembangkit, dan pemanfaatan listrik
rumah kaca (GRK) nasional dan upaya-upaya pada tahun 2025 dan 2050 ditunjukkan pada
mitigasi perubahan iklim kepada United Tabel 2. Sedangkan target bauran energi primer
Nations Framework Convention on Climate yang optimal ditunjukkan pada Gambar 1.
Change (UNFCCC).
Tabel 2. Sasaran penyediaan dan pemanfaatan
• Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 energi
merupakan perubahan dari Undang-Undang
Satuan 2025 2050
Nomor 27 Tahun 2003 tentang panas bumi.
Energi Primer MTOE 400 1.000
Hal terpenting yang menjadi fokus
Energi Primer per Kapita TOE 1,4 3,2
perubahan dari revisi tersebut, ialah
Kapasitas Pembangkit Listrik GW 115 430
pengusahaan panas bumi tak lagi Listrik per Kapita kWh 2.500 7.000
dikategorikan sebagai kegiatan
pertambangan, sehingga dapat dilakukan di
atas lahan konservasi.

3.2. Peraturan Pemerintah


Dalam pelaksanaan UU perlu dibuat
peraturan yang mengatur pelaksanaannya, salah
satunya dalam bentuk Peraturan Pemerintah
(PP). Berikut akan dibahas peraturan-peraturan
yang utama dan relevan dengan kondisi saat ini.
PP yang penting dalam bidang energi Gambar 1. Sasaran bauran energi nasional
adalah PP No. 79/2014 tentang Kebijakan Energi
Nasional (KEN).Dengan keluarnya kebijakan ini Sejalan dengan kebijakan konservasi dan
berarti Keputusan Presiden (Kepres) No. 5/2006 diversifikasi energi dalam PP No. 79/2014,
sudah tidak berlaku lagi. Kebijakan energi sebelumnya sudah diterbitkan PP No. 70 Tahun
nasional terdiri dari kebijakan utama dan 2009 tentang konservasi energi. Melalui PP ini
kebijakan pendukung yang dilaksanakan untuk diatur insentif dan disinsentif penerapan
periode tahun 2014 sampai dengan tahun 2050. konservasi energi, serta pengguna energi di
Kebijakan utama meliputi: sektor industri yang lebih besar atau sama
a. Ketersediaan energi untuk kebutuhan dengan 6.000 TOE per tahun diwajibkan untuk
nasional; melaksanakan konservasi energi melalui
b. Prioritas pengembangan energi; manajemen energi.
c. Pemanfaatan sumber daya energi nasional;

13
Prosiding Peluncuran Buku Outlook Energi Indonesia 2014 &
Seminar Bersama BPPT dan BKK-PII

3.3. Peraturan Presiden nuklir di Indonesia melalui peraturan


Disamping PP, pemerintah juga perundangan, perizinan, dan inspeksi sesuai
mengeluarkan kebijakan melalui Peraturan dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Presiden (Perpres). Perpres bersifat umum dan
berlaku terus menerus serta mempunyai 3.5. Instruksi Presiden
kekuatan hukum yang mengikat sepanjang Instruksi presiden (Inpres) merupakan
diperintahkan oleh peraturan perundang- kebijakan pemerintah yang dapat mengikat
undangan yang lebih tinggi. menteri, kepala lembaga pemerintah non-
Perpres yang terkait dengan aspek kementerian, atau pejabat pemerintah yang
lingkungan dalam pemanfaatan energi tertuang berkedudukan di bawah presiden dalam
dalam Perpres No. 61/2011 tentang Rencana melaksanakan pemerintahan. Instruksi presiden
Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca tidak dapat mengikat semua orang seperti yang
(RAN-GRK). Perpres ini merupakan pedoman berlaku pada Perpres maupun Keppres.
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan Inpres yang terkait dengan pemanfaatan
evaluasi penurunan emisi GRK secara nasional. energi baru terbarukan (EBT) diantaranya adalah
RAN-GRK mencakup penurunan emisi di lima Inpres No. 1/2006 tentang penyediaan dan
bidang yaitu: kehutanan dan lahan gambut, pemanfaatan biofuel (bahan bakar nabati)
pertanian, energi dan transportasi, industri, dan sebagai bahan bakar serta Inpres No. 2/2006
pengelolaan limbah. Perpres No. 61/2011 tentang penyediaan dan pemanfaatan batubara
merupakan tindak lanjut dari komitmen yang dicairkan sebagai bahan bakar lain. Inpres
Pemerintah Indonesia untuk menurunkan emisi yang terkait dengan konservasi energi adalah
GRK pada tahun 2020 sebanyak 26% dengan Inpres No. 13/2011 tentang penghematan
upaya sendiri dan sebesar 41% dengan energi dan air.
dukungan internasional.
Kebijakan yang terkait aspek lingkungan 3.6. Peraturan Menteri
lainnya adalah Perpres No. 71/2011 tentang Peraturan Menteri (Permen) merupakan
penyelenggaraan inventarisasi GRK nasional. peraturan untuk pelaksanaan UU, PP, Perpres,
Perpres ini merupakan pedoman bagi Keppres maupun Inpres. Berikut beberapa
kementerian atau lembaga dalam melakukan Permen yang yang terkait dengan pengelolaan
inventarisasi GRK. Inventarisasi GRK nasional energi.
bertujuan untuk menyediakan informasi secara Kebijakan domestic market obligation
berkala mengenai tingkat, status dan (DMO) dilaksanakan untuk komoditas minyak,
kecenderungan perubahan emisi di tingkat gas maupun batubara. Permen ESDM No.
nasional, provinsi dan kabupaten/kota. Untuk 19/2010 menetapkan bahwa untuk kegiatan
level provinsi, kegiatan ini dinamakan Rencana usaha hulu, Kontraktor Kontrak Kerja Sama
Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (KKKS) wajib mengalokasikan gas sebesar 40%
(RAD-GRK). dari DMO untuk memenuhi kebutuhan gas
untuk transportasi. Permen ESDM No. 34/2009
3.4. Keputusan Presiden tentang pengutamaan pemasokan kebutuhan
Keputusan Presiden (Keppres) bersifat mineral dan batubara untuk kepentingan dalam
individual dan sekali selesai. Dalam pelaksanaan negeri. DMO batubara juga diatur dalam
UU No. 10/1997 pemerintah menerbitkan Kepmen.
Keppres No. 76/1998 tentang Badan Pengawas Dalam rangka meningkatkan penggunaan
Tenaga Nuklir (Bapeten). Bapeten adalah EBT, pemerintah sudah menerbitkan beberapa
Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) Permen berikut ini. Permen ESDM No. 32/2008
yang bertanggung jawab kepada Presiden. mengatur mandatori penggunaan bahan bakar
Bapeten bertugas melaksanakan pengawasan nabati (BBN) yang kemudian diperbarui dengan
terhadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga Permen ESDM No. 25/2013 dengan target

14
Prosiding Peluncuran Buku Outlook Energi Indonesia 2014 &
Seminar Bersama BPPT dan BKK-PII

mandatori yang lebih tinggi. Permen ESDM No. 4. Penutup


4/2012 tentang harga pembelian listrik energi Pengelolaan energi untuk jangka panjang
terbarukan skala kecil dan menengah oleh PT menjadi perhatian pemerintah dan sudah
PLN Persero yang diperbarui dengan Permen diterbitkan berbagai kebijakan dalam rangka
ESDM No. 19/2013. Disamping itu juga telah pengoptimalkan pengelolaan energi yang
diterbitkan kebijakan feed-in tariff (FiT) atas berkelanjutan. Kebijakan pemerintah tersebut
pembelian listrik, seperti Permen ESDM No. dapat berupa UU, PP, Perpres, Keppres, Inpres,
17/2014 (listrik dari panas bumi), Permen No. Permen, dan Kepmen. Dalam praktek, berbagai
27/2014 (biomasa dan biogas), Permen ESDM hambatan dan permasalahan energi dapat
No. 17/2013 (PLTS fotovoltaik), Permen ESDM muncul. Permasalahan yang dihadapi saat ini
No. 19/2013 (sampah kota), Permen ESDM No. diantaranya adalah disparitas wilayah dalam
12/2014 (PLTA). Khusus untuk panas bumi, penyediaan dan kebutuhan energi, pemanfaatan
dengan disahkan UU No. 21/2014 maka EBT belum dapat meningkat secara signifikan,
ditindaklanjuti dengan terbitnya Permenhut No. dan keterbatasanpasokan energi fosil, terutama
P.16/Menhut-II/2014 tentang pedoman pinjam minyak bumi untuk jangka panjang.
pakai kawasan hutan. Permasalahan yang dihadapi tersebut
Dalam rangka melaksanakan UU harus dicari solusi untuk mengatasinya. Solusi
No.4/2009 tentang pertambangan mineral dan tersebut dapat berupa perbaikan kebijakan
batubara, sudah diterbitkan PermenESDM No. pemerintah yang sudah ada. Hal ini sejalan
07/2012 mewajibkan untuk melakukan dengan dinamika masyarakat yang terus
peningkatan nilai tambah mineral melalui berinovasi sehingga tidak menutup
kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral. kemungkinan kebijakan dan peraturan
Permen ini kemudian direvisi dengan Permen pemerintah yang ada saat ini akan direvisi.
ESDM No. 11/2012 dan direvisi lagi menjadi
Permen ESDM No. 20/2013 tentang ketentuan Daftar Pustaka
batasan ekspor kandungan mineral. Disamping [1] Sugiyono, A.; Permana, A.D.; Boedoyo,
itu juga telah diterbitkan Permendag No. 39/M- M.S.; dan Adiarso (Editor), 2013, Outlook
DAG/PER/7/2014 tentang ketentuan ekspor Energi Indonesia 2013, BPPT, Jakarta.
batubara dan produk batubara. [2] CDIEMR, 2013, Handbook of Energy and
Economic Statistics of Indonesia, Center for
Data and Information on Energy and
3.7. Keputusan Menteri Mineral Resources, Jakarta.
Keputusan Menteri (Kepmen) yang terkait [3] PLN, 2013, Rencana Usaha Penyediaan
dengan pengelolaan energi adalah tentang DMO Tenaga Listrik (RUPTL) PT. PLN (Persero),
batubara. Kepmen ESDM No. 2360/2010 Jakarta.
menetapkan kebutuhan dan persentase minimal [4] Ditjen Minerba, 2012, Akselerasi
penjualan batubara untuk kepentingan dalam Industrialisasi Dalam Rangka Mendukung
negeri untuk tahun 2011. Kepmen ini diperbarui Percepatan dan Pembangunan Ekonomi,
menjadi Kepmen ESDM No. 1991.K/30/ Bahan Presentasi, KESDM, Jakarta, 1
MEM/2011 untuk penjualan batubara tahun Februari 2012.
2012 dan direvisi lagi melalui Kepmen ESDM No. [5] Bakoren, 1998, Kebijaksanaan Umum
2934.K/30/MEM/2012 serta terakhir menjadi Bidang Energi (Kube), Badan Koordinasi
Kepmen ESDM No. 2901.K/30/MEM/2013. Energi Nasional, Jakarta.
Setiap tahun kebijakan tentang DMO barubara [6] Bappenas, 2012, Keselarasan KEN dengan
terus mengalami perubahan sesuai dengan RUEN dan RUED, Policy Paper, Badan
kondisi permintaan batubara saat itu. Perencanaan Pembangunan Nasional,
Jakarta.

15
Prosiding Peluncuran Buku Outlook Energi Indonesia 2014 &
Seminar Bersama BPPT dan BKK-PII

[7] Yusgiantoro, P., 2000, Ekonomi Energi: [10] BKF, 2012, Kebijakan Subsidi Energi dalam
Teori dan Praktik, Pustaka LP3ES, Jakarta. Keuangan Negara, Badan Kebijakan Fiskal,
[8] DJK, 2012, Kebijakan Subsidi Listrik, Dipresentasikan dalam Pertemuan Tahunan
Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Pengelolaan Energi Nasional, Kementerian
Dipresentasikan dalam Pertemuan Tahunan Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta, 3
Pengelolaan Energi Nasional, Kementerian Desember 2012.
Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta, 3
Desember 2012.
[9] Pemprov. Kaltim., 2012, Rencana Umum
Energi Daerah (RUED) Provinsi Kalimantan
Timur, Pemerintah Provinsi Kalimantan
Timur.

16

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai