Anda di halaman 1dari 4

Pro : Seorang perempuan Ny.

G berusia 33 tahun, seorang ibu rumah tangga, datang


dengan keluhan terdapat sariawan diseluruh rongga mulut, sejak kurang lebih satu minggu
sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh badan terasa lemas, terutama memberat 3
hari SMRS, disertai mual dan muntah, pusing (+). Selain itu, pasien juga mengeluh batuk
berdahak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, dahak berwarna putih, dan 1 hari sebelum
masuk rumah sakit pasien mengatakan keluar dahak berwarna merah. Pasien juga mengalami
demam sejak seminggu sebelum masuk rumah sakit, dan penurunan berat badan sekitar 13 kg
dalam satu minggu terakhir. Pasien juga mengatakan sering mengalami diare dan demam
hilang timbul sejak 2 bulan terakhir. Gejala ini sering dirasakan pasien kurang lebih sejak tiga
bulan lalu.

Pasien mengaku mengidap HIV sejak 6th lalu, saat suami pasien meninggal dunia dengan
diagnosa HIV/AIDS. Pasien dianjurkan untuk melakukan cek kesehatan, memastikan apakah
tertular atau tidak. Setelah terdiagnosis positif HIV/AIDS, pasien Pada tanggal 27 November
2020 seorang perempuan Ny. G berusia 33 tahun, seorang ibu rumah tangga, datang dengan
keluhan terdapat sariawan diseluruh rongga mulut, sejak kurang lebih satu minggu sebelum
masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh badan terasa lemas, terutama memberat 3 hari
SMRS, disertai mual dan muntah, pusing (+). Selain itu, pasien juga mengeluh batuk
berdahak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, dahak berwarna putih, dan 1 hari sebelum
masuk rumah sakit pasien mengatakan keluar dahak berwarna merah. Pasien juga mengalami
demam sejak seminggu sebelum masuk rumah sakit, dan penurunan berat badan sekitar 13 kg
dalam satu minggu terakhir. Pasien juga mengatakan sering mengalami diare dan demam
hilang timbul sejak 2 bulan terakhir. Gejala ini sering dirasakan pasien kurang lebih sejak tiga
bulan lalu.
Pasien mengaku mengidap HIV sejak 6th lalu, saat suami pasien meninggal dunia dengan
diagnosa HIV/AIDS. Pasien dianjurkan untuk melakukan cek kesehatan, memastikan apakah
tertular atau tidak. Setelah terdiagnosis positif HIV/AIDS, pasien tidak pernah berobat
ataupun kontrol rutin karena ia tidak merasakan adanya gejala–gejala yang memberatkan.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan kesadaran komposmentis, tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 76 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit dan suhu 37,70C. Pada status generalis
didapatkan konjungtiva anemis +/+, candidiasis oral pada seluruh rongga mulut, leher, toraks
dan abdomen dalam batas normal, dan ekstremitas tidak ada kelainan.
Hasil pemeriksaan laboratorium: hemoglobin 10,7 g/dL, hematoktrit 32%, leukosit
9.130/uL, trombosit 169.000/uL, eritrosit 2,54 juta/ul, MCV 35,4 fl, MCHC 41,5 pg, GDS
104 mg/dL, SGOT/SGPT 11/9 U/L, ureum 20 mg/dl, dan kreatinin 0,50 mg/dl. Pemeriksaan
penunjang yang telah dilakukan adalah pemeriksaan rontgen toraks, hasilnya menunjukkan
tidak tampak Tuberkulosis paru aktif dan terdapat suspek pembesaran kelenjar getah bening
perihiler. Pasien dalam kasus ini didiagnosis HIV/AIDS . Terapi non farmakologis yang
diberikan meliputi tirah baring, diet lunak tinggi kalori tinggi protein. Terapi farmakologis
meliputi infus RL 20 tetes/menit, ambroxol syr 3x 15mL, nystatin drop 3x1 cc, paracetamol
4x500 mg, injeksi ranitidin 50 mg/12 jam, injeksi ciprofloksasin 200 mg/12 jam,
TDF+3TC+EFV.
Tanggal 10 Maret 2021
Pasien datang kembali Rumah Sakit untuk kontrol dan pasien menyampaikan kelelahan,
mual dan muntah serta ada ruam di beberapa kulit. Pasien sangat mengeluhkan ruam yang
terjadi pada kulitnya.

Analisis SOAP
a) Subject
Nama : Ny. G
Umur : 33 th
Keluhan:
 Sariawan diseluruh rongga mulut, sejak kurang lebih satu minggu sebelum masuk
rumah sakit.
 Pasien juga mengeluh badan terasa lemas, terutama memberat 3 hari smrs, disertai
mual dan muntah, pusing (+).
 Pasien juga mengeluh batuk berdahak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, dahak
berwarna putih, dan 1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengatakan keluar
dahak berwarna merah.
 Pasien juga mengalami demam sejak seminggu sebelum masuk rumah sakit, dan
penurunan berat badan sekitar 13 kg dalam satu minggu terakhir.
 Pasien sering mengalami diare dan demam hilang timbul sejak 2 bulan terakhir.
Gejala ini sering dirasakan pasien kurang lebih sejak tiga bulan lalu.
Tanggal 10 Maret 2021
Pasien datang kembali Rumah Sakit untuk kontrol dan pasien menyampaikan kelelahan,
mual dan muntah serta ada ruam di beberapa kulit. Pasien sangat mengeluhkan ruam yang
terjadi pada kulitnya

 Diagnosis Medis :
HIV/AIDS
 Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengaku mengidap HIV sejak 6th lalu
 Riwayat social :
Suami pasien meninggal dunia dengan diagnosa HIV/AIDS.
 Riwayat alergi : -

b) Objective
Pemeriksaan Fisik

Nama
Nilai Normal Data Pasien
pemeriksaan
Suhu 37oC 37,7 oC
Nadi 80-100 (x/menit) 76 (x/menit)
Nafas 20 (x/menit) 24 (x/menit)
TD 120/80 mmHg 110/80 mmHg
Konjungtiva
+/+
enemis
Candidiasis Normal
Ekstremitas Normal

a) Pemeriksaan Laboratorium

Nama
Nilai Normal Data Pasien
pemeriksaan
Hemoglobin Perempuan: 12-16 g/dL 10,7 g/dL
Eritrosit 3,8-5,1 juta/ µL 2,54 juta/ µL
Trombosit 150.000-450.000/ µL 169.000/ µL
Leukosit 5000-10.000/ µL 9.130/µL
Hematokrit 35-45 % 32 %
MCV 80-100 fl 35,4 fl
MCHC 32-36 pg 41,5 pg
GDS 70-130 mg/ dL 104 mg/ dL
SGOT 5-40 u/L 11 u/L
SGPT 7-56 u/L 9 u/L
Ureum 7-18 mg/dL 20 mg/dL
Kreatinin 0,6-1,2 mg/dL 0,50 mg/dL

 ASSESSMENT
Setelah terdiagnosis positif HIV/AIDS, pasien tidak pernah berobat ataupun kontrol rutin
karena ia tidak merasakan adanya gejala–gejala yang memberatkan.

- Pasein mendapatkan Infus RL untuk mengatasi dehidrasi

- Pasien mendapatkan Ambroxol syr untuk mengatasi batuk berdahak

- Pasien mendapatkan Nystatin drop untuk mengatasi infeksi jamur pada mulut

- Pasien mendapatkan Paracetamol untuk mengatasi demam

- Pasien mendapatkan Injeksi ranitidin untuk mengatasi mual dan muntah

- Pasien mendapatkan Injeksi ciprofloksasin sebagai antibiotik

- Pasien mendapatkan TDF+3TC+EFV untuk pengobatan HIV

 PLAN

a) Farmakologi

Pada kasus ini, kami mengusulkan terapi untuk pasien antara lain :
1. Selama penggunaan ARV
 Sarankan pemeriksaan CD4 (tiap 6 bulan)
- Periksa serum kreatinin tiap 6 bulan pada penggunaan TDF.
- Hb pada penggunaan AZT (dalam 3 bulan pertama perlu pemeriksaan intensif).
- Rutin pemeriksaan SGOT/SGPT tiap 6 bulan.
- Pemeriksaan HIV RNA (6 bulan setelah inisiasi ARV, tiap 12 bulan setelahnya).
2. Gagal terapi
 Periksa sel CD4 HIV RNAb
HBsAg (bila sebelum switch belum pernah di tes, atau jika hasilnya baseline
sebelumnya negatif).
Pemantauan terhadap efek samping ARV dan substitusi ARV
Saat ini panduan ART yang dianjurkan (KDT) dalam lini pertama mempunyai efek
samping minimal (jarang terjadi), kurang toksik dan sederhna (sekali sehari), sehingga akan
meningkatkan kepatuhan pengobatan.
Efek samping (toksisitas) ARV dapat terjadi dalam beberapa minggu pertama setelah
inisiasi hingga toksisitas pada pemakaian lama. Kebanyakan toksisitas ARV tidak berat dan
dapat diatasi dengan memberi terapi suportif. Efek samping minor dapat menyebabkan
ODHA tidak patuh minum, karenanya tenaga kesehatan harus terus mengkonseling ODHA
dan mebdukung terapi.
Prinsip penanganan efek samping akibat ARV adalah sebagai berikut;
a. Tentukan beratnya toksisitas.
b. Evaluasi obat yang diminum bersamaan, dan tentukan apakah toksisitas terjadi karena
(satu atau lebih) ARV atau karena obat lainnya.
c. Pertimbangkan proses penyakit lain (seperti hepatitis virus/sumbatan bilier jika timbul
ikterus).
d. Tata laksana efek samping bergantung pada beratnya reaksi.
Penanganan secara umum adalah:
- Derajat 4, reaksi yang mengancam jiwa: segera hetikan semua obat ARV, beri
terapi suportif dan simtomatis; berikan lagi ARV dengan panduan yang sudah
dimodifikasi (contoh: substitusi 1 ARV untuk obat yang menyebabkan toksisitas)
setelah ODHA stabil.
- Derajat 3, reaksi berat: ganti obat yang dicurigai tanpa menghentikan pemberian
ARV secara keseluruhan.
- Derajat 2, reaksi sedang: beberapa reaksi (lipodistrofi dan neuropati perifer)
memerlukan penggantian obat. Untuk reaksi lain, pertimbangkan untuk tetap
melanjutkan pengobatan; jika tidak ada perubahan dengan terapi simtomatis,
perimbangakan untuk mengganti 1 jenis ARV.
- Derajat 1, reaksi ringan: tidak memerlukan pergantian terapi.
e. Tekankan pentingnya tetap meminum obat meskipun ada toksisitas pada reaksi ringan
dan sedang.
f. Jika diperlukan, hentikan pemberian terapi ARV apabila ada toksisitas yang mengancam
jiwa. Perlu diperhatikan waktu paruh masing-masing obat untuk menghindari kejadian
resistensi.

b) Non Farmakologi
1. Tirah baring
2. Hindari stres
3. Tidak melakukan seks bebas.
4. Perilaku seks dan NAPZA yang aman.
5. Penggunaan kondom yang konsisten.
6. Pasien harus memberi informasi kepada dokter jika berobat, agar dokter dapat
menghindari memberikan terapi yang bersifat hepatotoksik dan terapi
imunosupresannya.
7. Pasien dilarang untuk melakukan donor darah atau organ.

 DRPs
- Pasien tidak patuh dalam memimum obat.
- Pasien tidak peduli dengan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai