Anda di halaman 1dari 8

Kanker serviks adalah kanker yang muncul pada leher rahim wanita.

Leher rahim sendiri


berfungsi sebagai pintu masuk menuju rahim dari vagina. Semua wanita dari berbagai usia
berisiko menderita kanker serviks. Tapi, penyakit ini cenderung memengaruhi wanita yang
aktif secara seksual.

Pada tahap awal, kanker serviks biasanya tidak memiliki gejala. Gejala kanker serviks yang
paling umum adalah pendarahan pada vagina yang terjadi setelah berhubungan seks, di luar
masa menstruasi, atau setelah menopause. Meski terjadi pendarahan, belum berarti Anda
menderita kanker serviks. Untuk memastikan penyebab kondisi Anda, segera
tanyakan kepada dokter. Jika dicurigai terdapat kanker serviks, rujukan menemui dokter
spesialis akan diberikan.

Penderita Kanker Serviks di Indonesia

Pada tahun 2014, WHO menyatakan terdapat lebih dari 92 ribu kasus kematian pada
penduduk wanita akibat penyakit kanker. Sebesar 10,3 persennya merupakan jumlah
kematian akibat kanker serviks. Sedangkan jumlah kasus baru kanker serviks berjumlah
hampir 21 ribu.

Sejak tahun 2000 hingga tahun 2012, semakin muda usia wanita yang terserang kanker
serviks, yaitu kisaran usia 21-22 tahun di tahun 2000 dan mencapai usia di bawah 20 tahun
pada tahun 2012. Penelitian WHO menyingkapkan kurangnya tindakan skrining penyakit
kanker di Indonesia. Khususnya untuk skrining kanker serviks yaitu sitologi serviks dan
ulasan asam asetat, secara umum belum tersedia di pusat kesehatan primer pada tahun 2014.
Ini ikut berpengaruh pada jumlah kematian kanker serviks di Indonesia yang tergolong tinggi
karena sebagian besar disebabkan oleh keterlambatan dalam diagnosis. Biasanya, kanker
sudah menyebar ke organ lain di dalam tubuh ketika seseorang memeriksakan kondisinya.
Inilah penyebab pengobatan yang dilakukan menjadi semakin sulit.

Human Papillomavirus sebagai Penyebab Utama Kanker Serviks

Hampir semua kasus kanker serviks disebabkan oleh human papillomavirus atau


HPV. HPV adalah kumpulan jenis virus yang menyebabkan kutil di tangan, kaki, dan alat
kelamin. Ada banyak jenis HPV yang sebagian besar adalah virus yang tidak berbahaya. Tapi
ada beberapa jenis HPV yang mengganggu sel-sel leher rahim untuk bisa berfungsi secara
normal dan akhirnya bisa memicu kanker. HPV sangat umum ditularkan melalui hubungan
seks dan dapat menjadi penyebab munculnya kanker serviks.

Dari banyaknya jenis HPV, ada dua jenis virus HPV yang paling berbahaya, yaitu HPV 16
dan HPV 18. Kedua jenis virus ini yang menyebabkan 70 persen kasus kanker serviks.
Banyak wanita tidak menyadari telah terinfeksi, karena HPV jenis ini tidak menimbulkan
gejala. Penting untuk menyadari bahwa infeksi ini sering terjadi, meski banyak wanita yang
terinfeksi tidak mengalami kanker.

Kondom bisa melindungi Anda dari HPV saat berhubungan seks, tapi tidak selalu sempurna
dalam mencegah terjadinya infeksi. Saat terinfeksi HPV, sistem kekebalan tubuh wanita
mencegah virus untuk melukai rahim, tapi pada sebagian wanita, virus HPV bisa bertahan
selama bertahun-tahun. Hal ini mengakibatkan sel-sel yang berada di permukaan leher rahim
berubah menjadi sel kanker.
Vaksin untuk mencegah infeksi HPV yang berisiko menyebabkan kanker sudah tersedia.
Vaksinasi HPV yang saat ini ada adalah vaksin bivalen untuk HPV 16 dan 18; vaksin
kuadrivalen untuk HPV 6, 11, 16 dan 18; atau vaksin nonavalen untuk 9 jenis HPV yaitu 4
jenis ditambah 31,33, 45, 52, dan 58.

Tingkat Stadium Menentukan Pengobatan Kanker Serviks

Pengobatan kanker serviks tergantung kepada beberapa faktor. Kanker serviks bisa diobati
dengan cara operasi jika diagnosis dilakukan pada tingkat awal. Pada beberapa kasus, hanya
serviks yang diangkat dan rahim bisa dibiarkan saja. Pada kondisi yang lebih serius, rahim
perlu diangkat seluruhnya. Proses operasi untuk pengangkatan rahim disebut sebagai
histerektomi.

Sedangkan prosedur radioterapi adalah langkah alternatif untuk kanker serviks stadium awal.
Pada kasus tertentu, radioterapi juga bisa dijalankan berdampingan dengan operasi. Untuk
kasus kanker serviks stadium lanjut, biasanya dirawat dengan metode kombinasi kemoterapi
dan radioterapi. Beberapa penanganan bisa memiliki efek samping yang berat dan jangka
panjang, termasuk di antaranya adalah menopause dini dan kemandulan.

Gejala kanker serviks tidak selalu bisa terlihat dengan jelas, bahkan ada kemungkinan gejala
tidak muncul sama sekali. Sering kali, kemunculan gejala terjadi saat kanker sudah memasuki
stadium akhir. Oleh karena itu, melakukan pap smear secara rutin sangat penting untuk
‘menangkap’ sel pra-kanker dan mencegah perkembangan kanker serviks.

Pendarahan Pada Vagina

Pendarahan tidak normal dari vagina, termasuk flek adalah gejala yang sering terlihat dari
kanker serviks. Pendarahan biasanya terjadi setelah berhubungan seks, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Segera temui dokter untuk melakukan pemeriksaan jika
terjadi pendarahan yang tidak normal lebih dari satu kali.

Gejala-gejala Lainnya yang Mungkin Muncul

Selain pendarahan yang abnormal, gejala lain yang mungkin muncul adalah:

 Cairan yang keluar tanpa berhenti dari vagina dengan bau yang aneh atau berbeda dari
biasanya, berwarna merah muda, pucat, cokelat, atau mengandung darah.
 Rasa sakit tiap kali melakukan hubungan seksual.
 Perubahan siklus menstruasi tanpa diketahui penyebabnya, misalnya menstruasi yang
lebih dari 7 hari untuk 3 bulan atau lebih, atau pendarahan dalam jumlah yang sangat
banyak.

Gejala Pada Kanker Serviks Stadium Akhir

Kanker serviks pada stadium akhir akan menyebar ke luar dari leher rahim menuju ke
jaringan serta organ di sekitarnya. Pada tahapan ini, gejala yang terjadi akan berbeda, antara
lain:

 Terjadinya hematuria atau darah dalam urine.


 Bermasalah saat buang air kecil karena penyumbatan ginjal atau ureter.
 Perubahan pada kebiasaan buang air besar dan kecil.
 Penurunan berat badan.
 Pembengkakan pada salah satu kaki.
 Nyeri pada tulang.
 Kehilangan selera makan.
 Rasa sakit pada perut bagian bawah dan juga panggul.
 Rasa nyeri pada punggung atau pinggang, ini disebabkan karena terjadi
pembengkakan pada ginjal. Kondisi ini disebut sebagai hidronefrosis.

Jika Anda mengalami gejala-gejala seperti yang disebutkan di atas, sebaiknya segera
menemui dokter. Terutama mengenai pendarahan yang tidak normal pada vagina yang bisa
disebabkan oleh banyak hal. Tapi, gejala ini harus diperiksa oleh dokter untuk memahami
penyebabnya.

Faktor yang Bisa Meningkatkan Risiko Kanker Serviks

Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko menderita kanker serviks antara lain:

 Aktivitas seksual terlalu dini: Melakukan hubungan seksual pada umur terlalu dini
akan meningkatkan risiko terinfeksi HPV.
 Berganti-ganti pasangan seksual: Memiliki banyak pasangan seksual akan
meningkatkan risiko terinfeksi HPV.
 Merokok: Wanita yang merokok berisiko dua kali lipat. Ini mungkin disebabkan oleh
bahan kimia berbahaya dari tembakau yang muncul di leher rahim.
 Sistem kekebalan tubuh yang lemah: Kondisi ini mungkin dikarenakan
mengonsumsi obat tertentu seperti imunosupresan. Obat ini digunakan agar tubuh
tidak menolak donor organ dari orang lain atau karena menderita HIV/AIDS.
 Melahirkan anak: Makin banyak anak yang dilahirkan seorang wanita, maka risiko
mengidap kanker serviks semakin tinggi. Wanita yang punya tiga anak, tiga kali lebih
berisiko terkena kanker serviks daripada wanita yang tidak punya anak sama sekali.
Diperkirakan bahwa perubahan hormon saat sedang hamil membuat leher rahim lebih
rentan terserang HPV.
 Minum pil kontrasepsi atau KB lebih dari lima tahun: Mengonsumsi pil KB
cukup lama akan meningkatkan risiko dua kali lipat mengalami kanker serviks. Meski
hal ini masih belum jelas alasannya.

Cara Penyebaran Kanker Serviks

Jika kanker serviks tidak didiagnosis dan tidak ditangani, perlahan-lahan sel kanker akan
keluar dari leher rahim dan menyebar ke organ serta jaringan di sekitarnya. Kanker bisa
menyebar ke vagina dan otot yang menopang tulang panggul. Sel kanker juga bisa menyebar
ke tubuh bagian atas. Kondisi ini akan menghalangi saluran yang mengalir dari ginjal ke
kandung kemih atau sering disebut sebagai ureter.

Kanker bisa menyebar ke kandung kemih, rektum, dan akhirnya sampai ke hati, tulang, dan
paru-paru. Sel kanker ini juga bisa menyebar ke sistem limfatik. Sistem limfatik terdiri dari
serangkaian nodus dan saluran yang menjalar ke seluruh tubuh dengan cara yang sama seperti
sistem peredaran darah.
Nodus limfa menghasilkan banyak sel khusus yang dibutuhkan oleh sistem kekebalan tubuh.
Jika Anda terinfeksi, nodus di leher atau di bawah ketiak akan membengkak. Pada beberapa
kanker serviks stadium awal, nodus limfa yang dekat dengan leher rahim mengandung sel
kanker. Dan pada beberapa kanker serviks stadium akhir, nodus limfa di dada dan perut juga
bisa terinfeksi kanker.

Pengobatan terhadap kanker serviks tergantung pada beberapa faktor. Misalnya stadium
kanker, jenis kanker, usia pasien, keinginan untuk memiliki anak, kondisi medis lain yang
sedang dihadapi, dan pilihan pengobatan yang diinginkan. Memutuskan cara pengobatan
terbaik bisa sangat membingungkan. Kanker serviks biasanya akan ditangani oleh tim yang
terdiri dari dokter dari berbagai spesialisasi. Tim ini akan membantu memilih cara terbaik
melanjutkan pengobatan, tapi keputusan akhir tetap ada di tangan Anda.

Jenis penanganan menurut stadium kanker terbagi dua. Yang pertama adalah penanganan
kanker serviks tahap awal, yaitu operasi pengangkatan sebagian atau seluruh organ rahim,
radioterapi, atau kombinasi keduanya. Dan yang kedua adalah penanganan kanker serviks
stadium akhir, yaitu radioterapi dan/atau kemoterapi, dan kadang operasi juga perlu
dilakukan.

Jika diagnosis kanker serviks sudah diketahui sejak awal, kemungkinan pulih sepenuhnya
cukup bagus. Tapi jika kanker sudah menyebar, peluang pulih total akan berkurang. Pada
kasus kanker serviks yang tidak bisa disembuhkan, mungkin akan disarankan untuk
dilakukan perawatan paliatif. Perawatan jenis ini berfungsi untuk memperlambat penyebaran
kanker, memperpanjang usia pasien dan mengurangi gejala yang muncul, misalnya rasa sakit
dan pendarahan vagina.

Prosedur Pengangkatan Sel-sel Prakanker

Hasil pap smear mungkin tidak menunjukkan adanya kanker serviks, tapi bisa dilihat jika
terjadi perubahan biologis yang berpotensi menjadi kanker di masa mendatang. Berikut ini
adalah beberapa penanganan yang tersedia:

 Biopsi kerucut: yaitu pengangkatan wilayah tempat jaringan yang abnormal melalui


prosedur operasi.
 Terapi laser: pemakaian laser untuk membakar sel-sel abnormal.
 LLETZ atau large loop excision of transformation zone: sel-sel abnormal dipotong
memakai kawat tipis dan arus listrik.

Operasi Pengangkatan Kanker Serviks

Ada tiga jenis operasi utama untuk kanker serviks.

Operasi radical trachelectomy

Prosedur ini lebih cocok untuk kanker serviks yang terdeteksi pada stadium awal dan akan
ditawarkan kepada wanita yang masih ingin memiliki anak. Operasi ini bertujuan
mengangkat leher rahim, jaringan sekitarnya, dan bagian atas dari vagina, tanpa mengangkat
rahim.
Anda masih berpeluang memiliki anak karena rahim tidak diangkat. Pasca operasi, rahim dan
vagina membutuhkan waktu untuk pulih. Akan disarankan menunggu enam bulan hingga
setahun setelah operasi sebelum memutuskan untuk hamil.

Operasi yang melibatkan pengangkatan rahim

Histerektomi adalah operasi pengangkatan rahim wanita. Histerektomi dilakukan untuk


berbagai alasan, salah satunya untuk operasi kanker serviks stadium awal. Agar kanker tidak
kembali lagi, radioterapi juga mungkin perlu dilakukan.

Ada dua jenis operasi histerektomi. Pertama, histerektomi sederhana. Ini adalah prosedur di
mana leher rahim dan rahim akan diangkat. Pada beberapa kasus, ovarium dan tuba falopi
bisa juga turut diangkat. Prosedur ini bisa dilakukan untuk kanker serviks stadium awal.

Yang kedua histerektomi radikal. Leher rahim, rahim, jaringan di sekitarnya, nodus limfa,
ovarium, dan tuba falopi, semuanya akan diangkat. Ini operasi yang cenderung dilakukan
pada kanker serviks stadium satu lanjutan dan stadium dua pada tahap awal.

Efek samping atau komplikasi jangka pendek dari operasi histerektomi adalah:

 Pendarahan
 Infeksi
 Risiko cedera pada ureter, kandung kemih, dan rektum
 Penggumpalan darah

Kemungkinan komplikasi jangka panjang dari operasi histerektomi adalah:

 Ketidakmampuan menahan kencing.


 Vagina menjadi pendek dan lebih kering, hubungan seksual bisa terasa menyakitkan.
 Pencernaan dalam usus terhalang karena adanya penumpukan bekas luka. Mungkin
diperlukan operasi lagi untuk membukanya.
 Pembengkakan pada lengan dan kaki karena penumpukan cairan atau limfedema.

Meski risiko komplikasi ini kecil, tapi akan sangat menyulitkan jika terjadi. Dengan
histerektomi, kehamilan tidak mungkin terjadi dan jika ovarium diangkat, ini juga bisa
memicu terjadinya menopause pada pasien belum mengalaminya.

Pelvic exenteration

Pelvic exenteration adalah operasi besar yang hanya disarankan jika kanker serviks kembali
muncul setelah pernah diobati dan sempat sembuh. Operasi ini dilakukan jika kanker kembali
ke daerah panggul, tapi belum menyebar ke wilayah lain.

Setelah operasi, vagina bisa direkonstruksi ulang memakai kulit dan jaringan yang diambil
dari bagian tubuh lainnya. Anda tetap bisa melakukan hubungan seks  beberapa bulan setelah
operasi ini.

Terdapat dua tahapan pelvic exenteration yang harus dilewati. Tahap pertama, kanker akan
diangkat bersamaan dengan kandung kemih, rektum, vagina, dan bagian bawah dari usus.
Lalu tahap yang kedua, dua lubang yang disebut stoma akan dibuat di perut untuk
mengeluarkan urine dan kotoran dari tubuh. Kotoran yang dibuang dimasukkan ke dalam
kantung penyimpanan, disebut dengan istilah kantung colostomy.

Penanganan Kanker Serviks dengan Radioterapi

Untuk penanganan kanker serviks stadium awal, radioterapi bisa dilakukan sendiri atau
dikombinasikan dengan operasi. Sedangkan pada kanker serviks stadium akhir, radioterapi
akan dikombinasikan dengan kemoterapi untuk mengendalikan pendarahan dan rasa nyeri.

Radioterapi bisa diberikan dengan dua cara yaitu:

 Eksternal. Mesin radioterapi akan menembakkan gelombang energi tinggi ke bagian


panggul pasien untuk menghancurkan sel kanker.
 Internal. Implan radioaktif akan dimasukkan di dalam vagina dan leher rahim pasien.

Proses radioterapi biasanya berjalan sekitar satu sampai dua bulan. Meski begitu, radioterapi
tidak hanya menghancurkan sel-sel kanker, terkadang, radioterapi juga menghancurkan
jaringan yang sehat. Efek samping bisa bertahan selama berbulan-bulan atau bahkan tahunan.
Pada beberapa kasus, efek samping ini bisa bersifat permanen. Tapi, kebanyakan efek
samping akan hilang dalam dua bulan setelah menyelesaikan pengobatan.

Keuntungan radioterapi sering kali lebih besar dari risiko dan efek sampingnya. Bagi
beberapa orang, radioterapi menawarkan harapan satu-satunya untuk memusnahkan kanker.
Efek samping dari radioterapi adalah:

 Sakit saat buang air kecil.


 Pendarahan dari vagina dan rektum.
 Diare.
 Kelelahan.
 Mual.
 Merusak kandung kemih dan usus sehingga kehilangan kontrol dalam membuang air
besar dan kecil.
 Mempersempit vagina sehingga seks menjadi terasa sakit.
 Rasa perih pada kulit di daerah panggul.
 Kemandulan.
 Merusak ovarium, berakibat pada menopause dini.

Sel telur bisa diangkat melalui operasi dari ovarium sebelum radioterapi, jika Anda
mencemaskan soal kesuburan. Sel telur ini bisa ditanamkan kembali di rahim. Untuk
mencegah menopause, ovarium bisa dipindahkan di luar daerah panggul yang tidak
terpengaruh radiasi. Proses ini lebih dikenal dengan istilah ovarian transposition.

Mengobati Kanker Serviks dengan Kemoterapi

Untuk mengobati kanker serviks, kemoterapi bisa digabung dengan radioterapi. Untuk kanker
stadium akhir. Kemoterapi dilakukan untuk memperlambat penyebaran dan mengurangi
gejala yang muncul. Pengobatan ini sering disebut sebagai kemoterapi paliatif.
Kemoterapi memakai obat-obatan untuk menghancurkan sel kanker. Berbeda dengan
radioterapi atau operasi yang berdampak pada bagian tertentu saja, kemoterapi akan
berdampak pada seluruh tubuh. Obat ini mengincar sel yang tumbuh dan berkembang biak
dengan cepat, terutama sel kanker. Tapi sel sehat yang berkembang biak dengan cepat juga
bisa terpengaruh.

Kemoterapi bisa memakai satu obat khusus untuk membunuh sel kanker. Satu jenis obat ini
biasanya disebut cisplatin. Tapi kombinasi obat-obatan kemoterapi juga bisa diterapkan.
Pengobatan kemoterapi diberikan melalui infus pada pasien rawat jalan. Pasien
diperbolehkan pulang setelah menerima pengobatan sesuai dosis.

Anda harus sering melakukan tes darah ketika menjalani pengobatan kemoterapi. Tes darah
bertujuan untuk memeriksa kesehatan ginjal Anda, karena beberapa obat-obatan kemoterapi
bisa merusak ginjal.

Pengobatan ini juga bisa merusak jaringan yang sehat. Efek samping yang paling sering
terjadi adalah:

 Mengalami sariawan.
 Kehilangan selera makan.
 Merasakan kelelahan.
 Mual dan muntah.
 Rambut rontok: rambut bisa tumbuh kembali dalam waktu tiga sampai enam bulan
setelah kemoterapi selesai. Tapi tidak semua kemoterapi menyebabkan rambut rontok.
 Jumlah sel darah merah berkurang: ini bisa mengakibatkan kelelahan dan sesak napas.
Anda akan rentan terhadap infeksi karena kekurangan sel darah putih.

Pengobatan Pada Masa Kehamilan

Pengobatan kanker serviks pada masa kehamilan tergantung pada stadium kanker dan juga
umur kehamilan Anda. Misalnya Anda menderita kanker serviks stadium awal dan berada
pada usia kehamilan sembilan bulan. Pengobatan yang dilakukan akan ditunda hingga Anda
melahirkan bayi. Pengobatan kanker bisa menyebabkan kelahiran prematur atau
bahkan keguguran.

Tindakan Lanjutan Pasca Pengobatan

Setelah pengobatan kanker serviks, sangat penting untuk menerima pemeriksaan lanjutan.
Terutama diperlukan pada vagina dan leher rahim jika kanker belum diangkat. Pemeriksaan
ini bertujuan mencari pertanda karena adanya risiko kanker bisa muncul kembali. Biopsi akan
dilakukan kembali jika ada hal yang mencurigakan. Kemunculan kembali kanker ini biasanya
terjadi sekitar satu setengah tahun setelah selesai pengobatan.

Perawatan lanjutan dilakukan setiap empat bulan sekali, hal ini untuk dua tahun pertama
setelah pengobatan selesai. Lalu, setiap enam bulan sampai satu tahun sekali selama tiga
tahun berikutnya.
Pencegahan

Cara utama dalam mencegah kanker serviks adalah mencegah tertular virus HPV.
Diperkirakan sekitar 99 persen kasus kanker serviks disebabkan oleh virus ini. Langkah-
langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terkena kanker serviks meliputi
berhubungan seks dengan aman, setia pada pasangan, screening rutin pada leher rahim,
vaksinasi, serta berhenti merokok.

Kebanyakan kasus kanker serviks berhubungan dengan infeksi HPV jenis tertentu.
Penyebaran virus ini terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman, maka gunakan
kondom ketika berhubungan seksual untuk mengurangi risiko tertular HPV.

Risiko tertular HPV juga meningkat seiring dengan jumlah pasangan seksual seseorang.
Wanita yang hanya memiliki satu pasangan pun juga bisa terinfeksi virus ini jika
pasangannya memiliki banyak pasangan seksual lain.

Screening atau pap smear untuk kanker serviks  adalah metode untuk mendeteksi sel-sel yang
berpotensi menjadi kanker. Pap smear leher rahim bukanlah tes untuk kanker. Tes ini hanya
memeriksa kesehatan sel-sel pada leher rahim. Kebanyakan hasil tes pada wanita
menunjukkan hasil normal. Lakukanlah pap smear secara teratur. Wanita yang pernah
berhubungan seks dan terutama sudah berusia 25-49 tahun, disarankan untuk melakukan tes
tiap tiga tahun sekali. Untuk wanita usia 50-64 tahun, disarankan melakukan tes lima tahun
sekali.

Vaksinasi HPV atau human papilomavirus melindungi wanita dari infeksi jenis virus utama
yang menyebabkan kanker serviks. Vaksin akan lebih efektif jika diberikan pada gadis
sebelum aktif secara seksual. Meski vaksin HPV bisa mengurangi risiko kanker serviks, tapi
vaksin ini tidak menjamin Anda bebas dari penyakit ini. Anda tetap disarankan menjalani pap
smear secara rutin meski sudah mendapatkan vaksinasi.

Risiko terkena kanker serviks juga bisa dikurangi dengan menjauhi rokok. Orang yang
merokok lebih sulit dalam menghilangkan infeksi HPV dari tubuh. Infeksi inilah yang
berpotensi menjadi kanker.

Untuk mendapatkan informasi seputar kanker serviks, Anda bisa mendatangi rumah sakit
terdekat atau menghubungi organisasi yang fokus pada urusan kanker, seperti Yayasan
Kanker Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai

  • Modul 1 Blok 19 Word
    Modul 1 Blok 19 Word
    Dokumen5 halaman
    Modul 1 Blok 19 Word
    rossyqohdurrotul hikmah
    Belum ada peringkat
  • Lo 5 Komunikasi Oroantal Icaa
    Lo 5 Komunikasi Oroantal Icaa
    Dokumen3 halaman
    Lo 5 Komunikasi Oroantal Icaa
    rossyqohdurrotul hikmah
    Belum ada peringkat
  • Lo 1 Neoplasma
    Lo 1 Neoplasma
    Dokumen13 halaman
    Lo 1 Neoplasma
    rossyqohdurrotul hikmah
    Belum ada peringkat
  • Lo 5
    Lo 5
    Dokumen5 halaman
    Lo 5
    rossyqohdurrotul hikmah
    Belum ada peringkat
  • LO 6 Fira
    LO 6 Fira
    Dokumen19 halaman
    LO 6 Fira
    rossyqohdurrotul hikmah
    Belum ada peringkat
  • LO Cici Modul 1
    LO Cici Modul 1
    Dokumen4 halaman
    LO Cici Modul 1
    rossyqohdurrotul hikmah
    Belum ada peringkat
  • Dokumen
    Dokumen
    Dokumen8 halaman
    Dokumen
    rossyqohdurrotul hikmah
    Belum ada peringkat
  • Filum Flagellata (Kelompok 7)
    Filum Flagellata (Kelompok 7)
    Dokumen6 halaman
    Filum Flagellata (Kelompok 7)
    rossyqohdurrotul hikmah
    Belum ada peringkat
  • Tugas Seni Rupa
    Tugas Seni Rupa
    Dokumen15 halaman
    Tugas Seni Rupa
    rossyqohdurrotul hikmah
    Belum ada peringkat
  • Kanker Tiroid
    Kanker Tiroid
    Dokumen9 halaman
    Kanker Tiroid
    rossyqohdurrotul hikmah
    Belum ada peringkat
  • Laporan Man 2 Padang
    Laporan Man 2 Padang
    Dokumen15 halaman
    Laporan Man 2 Padang
    rossyqohdurrotul hikmah
    Belum ada peringkat