LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM GENETIKA
JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
2
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Drosophila melanogaster atau yang sering kita kenal dengan istilah lalat
buah. Lalat buah sering kali ditemukan pada buah yang sudah mulai membusuk,
ternyata merupakan hama yang memilki arti penting bagi pertanian. Terdapat
beberapa spesies lalat buah di dunia dan di antaranya merupakan hama penting
pada buah-buahan termasuk didalamnya buah-buahan komersial yang mempunyai
nilai ekonomi tinggi. Informasi tentang keberadaan jenis-jenis lalat buah yang ada
di suatu daerah perlu diketahui dan dilaporkan sebagai langkah antisipasi dan
pengendalian pada tanaman buah yang dibudidayakan.
Lalat buah Drosophila sp. banyak digunakan dalam praktikum maupun
penelitian genetika, karena mempunyai banyak sifat yang menguntungkan,
diantaranya yaitu mudah dipelihara, tidak memerlukan kondisi yang steril,
mempunyai siklus hidup yang pendek, mempunyai jumlah kromosom yang sedikit
(4-5 pasang kromosom), mempunyai kromosom raksasa, mempunyai banyak
mutan dan dapat menghasilkan keturunan yang banyak. Siklus hidup lalat buah
berkisar sekitar 10 hari sampai 12 minggu. Telur berbentuk lonjong dengan
panjang kira-kira 0,5 mm. pada ujung anteriornya terdapat dua tangkai kecil
seperti sendok. Pada spesies lainnya bentuk tersebut jumlah lebih dari 2. Siklus
hidupnya14 hari saja sehingga membantu setiap praktikan dalam mengetahui hasil
keturunan melalui perkawinan Drosophila sp ini (Ramesh dkk, 2014).
Hukum pewarisan sifat dikenal juga dengan hukum Mendel. Hal ini
dikarenakan ilmuwan bernama Gregor Mendel melakukan persilangan antara
kacang ercis untuk membuktikan pendapatnya yaitu bahwa sifat-sifat dapat
diturunkan dari satu generasi ke genererasi berikutnya.Percobaan ini telah
dilakukan bertahun-tahun sebelum kromosom dapat diamati dengan mikroskop.
Pada awalnya teori ini tidak diterima. Namun seiring dengan perkembangan
zaman dan ilmu pengetahuan hukum ini akhirnya diterima. Hukum pewarisan
sifat ini terbagi atas dua yaitu hukum segregasi dan hukum dipasangkan secara
4
bebas. Hukum segregasi juga dikenal dengan Hukum I Mendel sedangkan hukum
dipasangkan secara bebas dikenal sebagai Hukum II Mendel (Campbell dkk,
2010).
Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Mendel diterima secara
keseluruhan oleh masyarakat pendidikan. Namun setelah dilakukan penelitian-
penelitian berikutnya sering ditemukan perbandingan rasio fenotip yang aneh dan
seperti tidak mengikuti Hukum Mendel. Hal ini menunjukkan adanya
penyimpangan terhadap Hukum Mendel. Oleh karena itu untuk mengetahui
bagaimana peyimpangan Hukum Mendel maka dilakukan praktikum ini.
B. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui pola-pola modifikasi persilangan dua sifat atau lebih
2. Menjelaskan penyebab suatu fenotipe hasil persilangan berbeda dengan
Hukum Mendel
C. Manfaat Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengetahui pola-pola modifikasi persilangan dua sifat
atau lebih
2. Mahasiswa dapat menjelaskan penyebab suatu fenotipe hasil persilangan
berbeda dengan Hukum Mendel
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hukum Mendel
Hukum Mendel telah memposisikan Darwinisme pada keadaan yang
genting. Para ilmuwan pendukung Darwinisme bersepakat mengembangkan
suatu rumusan evolusi lain di perempat pertama abad ke-20. Kemudian lahirlah
“neo-Darwinisme” atau pembaharu Darwin. Mendel tak hanya menentang model
evolusi Lamarck, tetapi juga Darwin. seperti yang dia tuliskan dalam karyanya
berjudul “Mendel’s Opposition to Evolution and Darwin” Penentangan Mendel
atas Evolusi dan Darwin] yang dipublikasikan dalam Journal of Heredity.
Dijelaskan bahwa Mendel sangat memahami The Origin of Species (Asal Usul
Spesies) dan ia menentang teori Darwin; Darwin mendukung munculnya
keturunan dengan perubahan melalui seleksi alam, sedangkan Mendel
mendukung keyakinan agama tentang penciptaan khusus (Helmi, 2017).
Mendel mengembangkan suatu model untuk menjelaskan pola pewarisan
sifat 3:1 yang secara konstan muncul pada keturunan F2 pada percobaannya
dengan ercis. Ia mendeskripsikan empat konsep terkait yang menyusun model ini
yaitu hukum segregasi. Mendel menguji ketujuh karakter ercisnya dalam berbagai
kombinasi dihibrid dan selalu menemukan rasioa fenotip 9: 3:3 :1 pada generasi
F2. Hasil-hasil percobaan dihibrid Mendel merupakan dasar apa yang kita sebut
hukum pemilihan bebas. Secara ketat, hukum ini hanya berlaku pada gen-gen
(pasangan alel) yang terletak pada kromosom-kromosom berbeda, artinya pada
kromosom yang tidak homolog (Campbell dkk, 2010).
Genetika melibatkan beberapa organisasi biologis tingkat-gen, protein, sel,
jaringan, organ, dan lain-lain. Oleh sebab itu miskonsepsi pada konsep genetika
harus segera diidentifikasi dan diatasi karena dapat menyebabkan efek yang
destruktif pada perkembangan akademik selanjutnya. Ada beberapa cara yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi diantaranya yaitu penyajian
peta konsep, tes pilihan ganda dengan alasan terbuka, pembuatan karya tulis
ilmiah, menggunakan concept assessment, dan CRI dengan wawancara
6
BAB III
METODE PRAKTIKUM
B. AlatdanBahan
1. Alat
a. Pensil 1 buah
2. Bahan
a. Papan 1 buah
b. Balok Kayu 1 buah
c. Tripleks 4 buah
d. Paku 4 buah
e. Lem 1 sendok
C. ProsedurKerja
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Persilangan Komplomenter
P1 CCRR x ccrr
(Berwarna) (tidak berwarna)
G CR cr
F1 CcRr
(Berwarna)
P2 CcRr x CcRr
G CR, Cr, Cr, cr CR, Cr, Cr, cr
F2
Jantan/
CR Cr cR cr
Betina
CCRR CCRr CcRR CcRr
CR
(Berwarna) (Berwarna) (Berwarna) (Berwarna)
CCrr Ccrr
CCRr CcRr
Cr ( tidak (tidak
(Berwarna) (Berwarna)
berwarna) berwarna)
ccRR ccRr
CcRR CcRr
cR (tidak (tidak
(Berwarna) (Berwarna)
berwarna) berwarna)
Rasio Fenotipe 9 : 7
11
Tidak
C_rr 41
Berwarna
Tidak
ccR_ 21 44 514 28
Berwarna
Tidak
Ccrr 10
berwarna
2. Persilangan Atavisme
P1 RRpp x rrPP
(Rose) (pea)
G RP rP
F1 RrPp
(Walnut)
P2 RrPp x RrPp
G RP, Rp, rP, rp RP, Rp, rP, rp
F2
Jantan/Betina RP Rp rP rp
Ratio Fenotipe 9 :3 : 3 : 1
Analisis Data
Fenotipe Genotipe Observed Expected (O-E)2 (O-E)2 /E.
Walnut R_P_ 49 56 49 1
Rose R_pp 22 19 9 0
Pea rrP_ 18 19 1 0
Single Rrpp 11 6 25 4
Total 100 100 84 5
3. Persilangan Epistasis-Hipostasis
P1 HHkk x hhKK
(hitam) (Kuning)
G Hk hK
F1 HhKk
(Hitam)
P2 HhKk x HhKk
(Hitam) (Hitam)
G HK, Hk, hK, hk.
F2
Jantan/Betina HK Hk hK Hk
HHKK HHKk HhKK HhKk
HK (Hitam) (Hitam) (Hitam) (Hitam)
Ratio Fenotipe 12 : 3 : 1
Fenotipe Genotipe Observed Expected (O-E)2 (O-E)2 /E.
Hitam H_K_
78 75 9 0,12
Hitam H_kk
Kuning hhK_ 14 19 25 1,3
Putih hhkk 8 6 4 0,7
A. Analisis Data
1. Analisis Data Gen Komplementer
Expected (E)
= 56
= 44
(O-E)2
(O-E)2 = (51-56)2 = 25
(O-E)2 = (49-44)2 = 16
(O-E)2/E
25/56 = 0.5
16/44 = 0.4
Dik.
H0 : Tidak sesuai dengan hukum Mendel
H1 : Sesuai dengan hukum Mendel
XTab :7,81
XHit : 0,9
Kesimpulan :
14
Hipotsesis diterima (H0), jika XHit < XTab. Berdasarkan hal ini, hipotesis kami
tentang hasil persilangan dihibrid dengan nisbah fenotip 9:7 diterima karena
hasil XHit lebih kecil dari XTab yaitu 0,9 <7,81
2. Analisis Data Gen Atavisme
Expected (E)
= 56
= 19
= 19
=6
(O-E)2
(O-E)2 = (49-56)2 = 49
(O-E)2 = (22-19)2 = 9
(O-E)2 = (18-19)2 = 1
(O-E)2 = (11-6)2 = 26
(O-E)2/E
49/56 = 1
9/19= 0
1/19= 0
25/6= 4
Dik.
H0 : Tidak sesuai dengan hukum Mendel
H1 : Sesuai dengan hukum Mendel
XTab :7,81
XHit : 5
Kesimpulan :
15
Hipotsesis diterima (H0), jika XHit > XTab. Berdasarkan hal ini, hipotesis kami
tentang hasil persilangan dihibrid dengan nisbah fenotip 9:3:3:1 diterima
karena hasil XHit lebih kecil dari XTab yaitu 5<7,81
3. Analisis Data Gen Epistasis-Hipostasis
Expected (E)
= 75
= 19
=6
(O-E)2
(O-E)2 = (78-75)2 = 9
(O-E)2 = (14-19)2 = 25
(O-E)2 = (8-6)2 = 4
(O-E)2/E
9/75= 0,12
25/19= 1,3
4/6= 0,7
Dik.
H0 : Tidak sesuai dengan hukum Mendel
H1 : Sesuai dengan hukum Mendel
XTab :7,81
XHit : 2,12
Kesimpulan :
Hipotsesis diterima (H0), jika XHit < XTab. Berdasarkan hal ini, hipotesis
kami tentang hasil persilangan dihibrid dengan nisbah fenotip 9:3:3:1
diterimakarena hasil XHit lebih kecil dari XTab yaitu 2,12<7,81
16
B. Pembahasan
Mendel mengembangkan suatu model untuk menjelaskan pola pewarisan
sifat 3:1 yang secara konstan muncul pada keturunan F2 pada percobaannya
dengan ercis. Ia mendeskripsikan empat konsep terkait yang menyusun model ini
yaitu hukum segregasi. Mendel menguji ketujuh karakter ercisnya dalam berbagai
kombinasi dihibrid dan selalu menemukan rasioa fenotip 9: 3: 3 :1 pada generasi
F2. Hasil-hasil percobaan dihibrid Mendel merupakan dasar apa yang kita sebut
hukum pemilihan bebas. Secara ketat, hukum ini hanya berlaku pada gen-gen
(pasangan alel) yang terletak pada kromosom-kromosom berbeda, artinya pada
kromosom yang tidak homolog (Campbell dkk, 2010).
Praktikum penyimpangan semu Hukum Mendel ini dilakukan dengan
menggunakan baling-baling. Hal ini dilakukan untuk memudahkan kita
melakukan percobaan. Baling- baling diputar hingga mendapatkan tanda gamet
yang diberi tanda dengan simbol huruf HK, Hk, hK, dan hk. Jumlah pemutaran
baling-baling ini digunakan untuk menghitung nilai harapan yang sesuai dengan
teori.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum yang
berjudul “Penyimpangan Semu Hukum Mendel” terdapat tiga jenis kegiatan yang
dilakukan yaitu, persilangan komplementer, persilangan atavisme, dan persilangan
epistasis-hipostasis.
1. Persilangan Komplementer
Pada persilangan ini menggunakan suatu media berupa baling-baling yang
terbuat dari kayu biasa disebut dengan baling-baling genetika.Pada pengamatan
diketahui parentalnya adalah CCRR x ccrr.Dalam percobaan menggunakan
baling-balinggenetika dilakukan 50 kali.
Berdasarkan pengamatan dan hasil analisis yang telah dilakukan dimana
diperolah hasil hipotesis kami, tentang hasil persilangan komplementer dengan
fenotip 9:7 dimana terdapat 9 fenotip berwarna dan 7 fenotip tak berwarna. ini
terdapat penyimpangan semu dimana dari interaksi antar gen dominan dengan
sifat yang berbeda yang saling melengkapi, memunculkan fenotip tertentu.
2. Persilangan Atavisme (Kriptomeri)
17
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Kenampakan fenotip pada keturunan-keturunan hasil persilangan
menunjukkan adanya pola-pola pewarisan khusus yang dikenal sebagai
hukum pewarisan mendel. Hukum pewarisan mendel terdiri atas hukum
mendel I dan hukum mendel II. Penyimpangan semu hukum Mendel
merupakan bentuk persilangan yang menghasilkan rasio fenotipe yang
berbeda dengan dasar pesilangan dihibrid menurut hukum Mendel.
2. Penyebab suatu fenotipe hasil persilangan berbeda dengan hukum mendel.
Karena adanya penyimpangan semu dalam hukum Mendel, terbagi menjadi
beberapa macam, yaitu: komplementer, atavisme (interaksi gen), dan
epistasis hipostasis.
B. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A., Jane B. Reece., Lisa A. Urry., Michael L. Cain., Steven A.
Wasserman., Peter V. Minorsky., dan Robert B. Jackson. 2010. Biologi I
Edisi Kedelapan Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Elrod, Susan., dan William Stansfield. 2007. Genetika Edisi Keempat. Jakarta:
Erlangga.
Hartati dan Ferry Irawan. 2017. Modul Genetika Berbasis Pendekatan Saintifik.
Makassar : Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Helmi. 2017. Evolusi Antar Species (Leluhur Sama Dalam Perspektif Para
Penentang). Jurnal Ilmiah Multi Sciences. Vol 9 (2) : 83-93.
Lovleen., Ishrat., dan Kashafi. 2017. Polytene Chromosome Aberrations Based
Genotoxicity Evaluation Of Dichlorvos Insecticide Using Drosophila
melanogaster. International Journal Of Pharm Tech Research. Vol 10 (2)
: 0974-4304.
Ramesh, B.Y., Neethu, B.K., dan Harini, B.P. 2015. Carbohydrate and Protein
Are An Attribute To Enhance The Life-History Determinants In
Drosophila. International Journal Of Advanced Research. Vol 2 (1) : 527
– 536.
Sayurandi., Sekar W. 2016. Pendugaan Aksi Gen pada Karakter Komponen Hasil
dan Daya Hasil Lateks Beberapa Genotipe Karet Hasil Persilangan Tetua
Klon Ian 873 X Pn 3760. Jurnal Penelitian Karet. Vol 34(2): 141-150.
LAMPIRAN
21
22
23