Anda di halaman 1dari 64

PROPOSAL

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG


KEBUTUHAN NUTRISI PADA MASA NIFAS
DI PUSKESMAS KURIPAN
TAHUN 2021

DISUSUN OLEH :

NURDANI
NIM : 18.9.2.011

UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN MATARAM


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI D III KEBIDANAN
TAHUN 2021

1
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KEBUTUHAN


NUTRISI PADA MASA NIFAS DI PUSKESMAS KURIPAN
TAHUN 2021

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui, diperiksa dan siap diujikan
dihadapan Tim Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Nahdlatul Wathan Mataram

Pembimbing I Pembimbing II

( Rosa Mutianingsih, SST,M.Keb ) ( Ziadatul Munawarah, SST.M.Kes )


NIDN. 0420118401 NIDN. 0814039201

Mengetahui
Ketua Prodi D III Kebidanan
Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram

(Abidaturrosyidah, SST,. M.Kes)


NIDN. 0824128401
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG


KEBUTUHAN NUTRISI PADA MASA NIFAS
DI PUSKESMAS KURIPAN
TAHUN 2021

Telah Diuji dan Dipertahankan Pada :

Oleh Tim Penguji :

Ketua Penguji

( ………………………… )
NIDN. ……………….

Penguji I

( ………………………… )
NIDN. ……………….

Penguji II

( ………………………… )
NIDN. ……………….

Mengetahui
Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram
Dekan,

( Apt. Hj. Lale Syifaun Nufus, M.Farm )


NIDN.0825077902
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Segala Limpahan,

Karunia, Taufik serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dengan Judul “Gambaran Pengetahuan Ibu

Nifas Tentang Kebutuhan Nutrisi Pada Masa Nifas di Puskesmas Kuripan

Tahun 2021”

Dalam penyusunan Proposal ini, penulis telah banyak mendapat bantuan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dr. TGH. L. Abdul Muhyi Abidin MA, Selaku Rektor Universitas Nahdlatul

Wathan Mataram.

2. Hj. Lale Syifaun Nufus, M.Farm., Apt, Selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram.

3. Kurniatun, SST, M.Kes, Selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Nahdlatul Wathan Mataram

4. Selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nahdlatul

Wathan Mataram.

5. Ns. Sofian Hadi, S.Kep., MM, Selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram.

6. Abidaturrosyidah, SST., M.Kes, Selaku Ketua Prodi D III KebidananFakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram


7. Rosa Mutianingsih, SST.M.Keb., Selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

8. Ziadatul Munawarah, SST.M.Kes, selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

9. Bapak dan Ibu Dosen di Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Program Studi

Kebidanan yang telah memberikan bekal ilmu dan bimbingan kepada penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih semoga bermanfaat bagi para

mahasiswa khususnya serta pembaca pada umumnya. Dan semoga kebaikan

semua pihak yang telah membantu penyusunan ini mendapatkan imbalan yang

setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Mataram, Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii

KATA PENGANTAR...................................................................................... iv

DAFTAR ISI.................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL............................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI........................................................................... 7

2.1 Konsep Pengetahuan ...................................................................... 7

2.1.1 Pengertian ............................................................................. 7

2.1.2 Tingkat Pengetahuan............................................................. 7

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan................. 9

2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan............................................ 12

2.1.5 Kriteria Pengetahuan............................................................ 13

2.6 Konsep Masa Nifas......................................................................... 14


BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............ 41

3.1 Kerangka Konsep............................................................................ 41

3.2 Definisi Operasional ...................................................................... 42

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 44

4.1 Desain Penelitian ........................................................................... 44

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 44

4.2.1 Lokasi Penelitian .................................................................. 44

4.2.2 Waktu Penelitian.................................................................... 44

4.3 Populasi dan Sampel ...................................................................... 45

4.3.1 Populasi ................................................................................. 45

4.3.2 Sampel .................................................................................. 45

4.4 Pengambilan Sampel (Sampling).................................................... 45

4.5 Instrumen Penelitian....................................................................... 46

4.6 Cara Pengumpulan Data................................................................. 47

4.7 Pengolahan Data ............................................................................ 48

4.8 Analisis Data .................................................................................. 49

4.9 Jadwal Penelitian............................................................................ 51

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional ...................................................................


43
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas tentang


Kebutuhan Nutrisi Pada Masa Nifas di Puskesmas Kuripan
Tahun 2021..................................................................................
42
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Format Pengumpulan Data

Lampiran 2. Master Tabel

Lampiran 3. Dummy Tabel

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian

Lampiran 5. Persetujuan Menjadi Responden


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa nifas merupakan masa setelah persalinan selesai sampai 6

minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara perlahan

akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa pemulihan

tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan baik secara fisik

maupun psikologis dan sebagian besar bersifat fisiologis. Masa ini merupakan

masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu melakukan

pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat meningkatkan

angka kematian ibu (AKI) seperti perdarahan atau komplikasi (Ristianingsih,

2014).

Ibu membutuhkan gizi yang cukup saat nifas, kualitas dan jumlah

makanan yang dikonsumsi ibu sangat berpengaruh pada jumlah ASI yang

dihasilkan. Kekurangan gizi pada ibu nifas menimbulkan gangguan kesehatan

pada ibu dan bayinya. Gangguan pada bayi seperti proses tumbuh kembang

anak, bayi mudah sakit, mudah terkena infeksi, kekurangan zat-zat sensial

menimbulkan gangguan pada mata ataupun tulang (Bahiyatun, 2009).

Kebutuhan gizi seimbang baik kualitas maupun kuantitasnya sangatlah

penting bagi ibu pada masa nifas atau menyusui. Namun fenomena yang

sering terjadi di masyarakat pedesaan adalah kuatnya pengaruh sosial budaya

terhadap kebisaan sehari-hari. Adat dan tradisi merupakan dasar perilaku


tersebut. Fenomena inilah yang masih mempengaruhi kebiasaan masyarakat

Wilayah Puskesmas Ringinarum Kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal

dalam hal memilih dan menyajikan makanan. Masyarakat masih

mempercayai adanya pantang makanan, mereka menerima dan menolak jenis

pangan tertentu (Prawirohardjo, 2010)

Masa masa nifas, makanan yang bergizi dan sesuai porsi akan

menyebabkan ibu dalam keadaan sehat dan segar. Ibu nifas yang faktor

makanan yang bergizi terutama protein sangat penting di konsumsi ibu nifas

karena dapat mempengaruhi proses penyembuhan karena pergantian jaringan

sangat penting untuk membantu proses pencernaan, kadar vitamin dan air

dalam buah juga sangat baik untuk menjaga kesehatan tubuh dan ibu nifas

perlu makanan bergizi dan porsi makan perlu ditingkatkan untuk proses

pemenuhan fisik ibu selama nifas dan melawan infeksi. Pemenuhan

kebutuhan nutrisi yang baik merupakan salah satu faktor yang membantu

proses penyembuhan luka perineum. Jadi kebiasaan berpantang makanan

pada ibu nifas akan kurang menguntungkan bahkan merugikan

(Prawirohardjo, 2011)

Mengingat hal ini maka dalam masa nifas ibu harus melakukan

perawatan khusus. Salah satu perawatan yang harus diperhatikan adalah

pemenuhan nutrisi untuk pemulihan kesehatan disamping untuk

memproduksi air susu ibu (ASI) dan membantu menjaga kesehatan bayi

(Prawirohardjo, 2011).
Menurut WHO sebagian besar penyebab kematian ibu adalah

kehamilan, persalinan dan nifas. Penyebab kematian ibu cukup kompleks,

dapat digolongkan atas faktor-faktor reproduksi, kompleks obstetrik,

pelayanan kesehatan dan sosial ekonomi. Penyebab komplikasi obstetrik

langsung kematian ibu adalah perdarahan (40%), eklampsia (20%), infeksi

(7%), dan lain-lain (33%) (WHO, 2019).

Angka Kematian Ibu di indonesia masih cukup tinggi, pada tahun

2015, angka kematian ibu di Indonesia masih sebanyak 305 per 100.000

kelahiran hidup, artinya angka kematian ibu ini masih cukup tinggi sehingga

pemerintah mengubah program MDGs (Millenium Development Goals)

menjadi SDGs (Sustainable Development Goals) dengan target pada tahun

2030 mengurangiAngka Kematian Ibu (AKI) hingga dibawah 70/100.000

kelahiran hidup (SDKI, 2019).

Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi NTB, jumlah

kasus kematian ibu di Provinsi NTB, selama tahun 2019 adalah 85 kasus,

menurun dibandingkan tahun 2018 dengan 92 kasus. Angka kejadian

kematian ibu terbanyak pada tahun 2019 yakni terjadi pada saat ibu bersalin

sebesar 42,35%, nifas sebesar 40% dan saat ibu hamil sebesar 17,65%.

Berdasarkan kelompok umur, kematian ibu banyak terjadi pada usia 20-34

tahun sebanyak 64,71%, usia ≥35 tahun sebanyak 30,59% dan usia<20 tahun

sebanyak 4,70% (Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2019).

Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Lombok Barat


menunjukkan bahwa angka kematian ibu pada tahun 2019 mencapai 5 orang

yang terdiri dari : ibu bersalin sebanyak 3 orang yang berada pada rentang

usia 20-34 tahun dan 2 orang lainnya yaitu ibu nifas yang berada pada rentang

umur 20-35 tahun sedangkan pada tahun 2020 dari bulan Januari sampai

dengan Agustus angka kematian ibu mencapai 7 orang yang terdiri dari : ibu

bersalin sebanyak 2 orang < 20 tahun dan 5 orang lainnya yaitu ibu nifas yang

berada pada rentang umur >35 tahun.

Penyebab utama dari kematian ibu antara lain sumber daya yang

rendah, perdarahan, hipertensi, infeksi, dan penyakit penyerta lainnya yang

diderita ibu sebelum masa kehamilan. Wanita yang tinggal di negara

berkembang memiliki resiko kematian 23 kali lebih besar dibandingkan

dengan wanita yang tinggal di negara maju sehubungan dengan faktor yang

berhubungan dengan kehamilan dan persalinan (WHO, 2018).

Kemudian, menurut data yang diperoleh dari buku register yang ada di

Puskesmas Kuripan menunjukkan bahwa jumlah ibu nifas pada tahun 2018

sebanyak 210 orang sedangkan pada tahun 2019 jumlah ibu nifas yang datang

berkunjung ke Puskesmas Kuripan mencapai 214 orang (Puskesmas Kuripan,

2019).

Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan ibu nifas tentang

kebutuhan nutrisi pada masa nifas yaitu dengan memberikan pendidikan

kesehatan, sehingga akan timbul kesadaran pada individu dan masyarakat

untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Pendidikan


kesehatan merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi orang lain baik

individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatan mereka (Febri, 2013).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ana Sundari pada tahun 2013

dengan judul : ”Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas tentang Nutrisi Masa Nifas

di Wilayah Puskesmas Ringinarum Kabupaten Kendal:. Dari hasil

penelitiannya diketahui bahwa dari 52 responden diperoleh bahwa responden

pengetahuan baik sebanyak 35 orang (67,3). Kesimpulannya adalah Sebagian

besar responden pengetahuan ibu nifas tentang nutrisi pada masa nifas adalah

baik sebanyak 35 responden (67,3%)

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas

Kuripan menunjukkan bahwa dari 10 ibu nifas yang diwawancarai 7 ibu nifas

(70%) diantaranya mengatakan kurang mengetahui tentang kebutuhan nutrisi

masa nifas dan 3 ibu nifas (30%) mengatakan sudah mengetahui tentang

kebutuhan nutrisi pada masa nifas.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang : ”Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas tentang Kebutuhan

Nutrisi Pada Masa Nifas di Puskesmas Kuripan Tahun 2021”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas penulis dapat merumuskan

masalah sebagai berikut : “Bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas


tentang Kebutuhan Nutrisi Pada Masa Nifas di Puskesmas Kuripan Tahun

2021”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas tentang

kebutuhan nutrisi pada masa nifas di Puskesmas Kuripan Tahun 2021.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik ibu nifas yang meliputi: umur,

pendidikan, pekerjaan dan paritas di Puskesmas Kuripan Tahun

2021.

2. Mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas tentang kebutuhan nutrisi

pada masa nifas di Puskesmas Kuripan Tahun 2021.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan penilitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak yang terkait antara lain:

1.4.1 Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian dapat menambah wawasan penulis

mengenai gambaran pengetahuan ibu nifas tentang kebutuhan nutrisi

pada masa nifas.

1.4.2 Untuk Institusi Pendidikan

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijdikan sebagai

bahan referensi dan pengembangan ilmu pengetahuan para mahasiswa


kebidanan khususnya mahasiswa kebidanan UNW Mataram guna

meningkatkan mutu pendidikan selanjutnya.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian diharapkan dapat menambah

pengetahuan masyarakat khususnya ibu nifas tentang kebutuhan nutrisi

pada masa nifas.

1.4.4 Untuk Peneliti Lain

Dengan adanya penelitian dapat djadikan sebagai bahan

informasi dan masukan untuk peneliti selanjutnya tentang gambaran

pengetahuan ibu nifas tentang kebutuhan nutrisi pada masa nifas

dengan menambahkan beberapa variabel yang belum diteliti.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,

2014).

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan (Notoatmodjo, 2014), yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling

rendah.
2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat

mengintrepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap obyek atas materi dapat mnejelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap

obyek yang dipelajari.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

pengguanaan hukum-hukum, metode, prinsip, dan sebagainya

dalam konteks atau yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama

lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu


bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

suatu bentuk kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justfikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,

atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

menggunakan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi

materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur

dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang,

yaitu:

1. Faktor Internal meliputi:

a. Umur

Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja dari

segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih

percaya dari pada orang yang belum cukup tinggi


kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa

(Nursalam, 2011).

b. Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experience is

the best teacher), pepatah tersebut bisa diartikan bahwa

pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman

itu merupakan cara untuk memperoleh suatu kebenaran

pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat

dijadikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal

ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan

yang diperoleh dalam memecahkan persoalan yang dihadapai

pada masa lalu (Notoadmodjo, 2010).

c. Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin

banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya semakin

pendidikan yang kurang akan mengahambat perkembangan

sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan

(Nursalam, 2011).

d. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi


lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan berulang dan banyak tantangan (Nursalam,

2016).

e. Jenis Kelamin

Istilah jenis kelamin merupakan suatu sifat yang melekat

pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikontruksikan

secara sosial maupun kultural.

2. Faktor eksternal

a. Informasi

Menurut Nursalam dan Pariani (2015) informasi

merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa

cemas. Seseorang yang mendapat informasi akan mempertinggi

tingkat pengetahuan terhadap suatu hal.

b. Lingkungan

Menurut Notoatmodjo (2017), hasil dari beberapa

pengalaman dan hasil observasi yang terjadi di lapangan

(masyarakat) bahwa perilaku seseorang termasuk terjadinya

perilaku kesehatan, diawali dengan pengalaman-pengalaman

seseorang serta adanya faktor eksternal (lingkungan fisik dan

non fisik)

c. Sosial budaya
Semakin tinggi tingkat pendidikan dan status sosial

seseorang maka tingkat pengetahuannya akan semakin tinggi

pula.

2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2017) terdapat beberapa cara memperoleh

pengetahuan, yaitu:

1. Cara kuno atau non modern

Cara kuno atau tradisional dipakai untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah, atau

metode penemuan statistik dan logis. Cara-cara penemuan

pengetahuan pada periode ini meliputi:

a. Cara coba salah (trial and error)

Cara ini dilakukan dengan mengguanakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut

tidak bisa dicoba kemungkinan yang lain.

b. Pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan.

c. Melalui jalan fikiran

Untuk memeperoleh pengetahuan serta kebenarannya

manusia harus menggunakan jalan fikirannya serta


penalarannya. Banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-

tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan

seperti ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi ke

generasi berikutnya. Kebiasaan-kebiasaan ini diterima dari

sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak.

2. Cara modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan lebih

sistematis, logis, dan alamiah. Cara ini disebut “metode penelitian

ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi penelitian, yaitu:

a. Metode induktif

Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap

gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya

dikumpulkan astu diklasifikasikan, akhirnya diambil kesimpulan

umum.

b. Metode deduktif

Metode yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih

dahulu untuk seterusnya dihubungkan dengan bagian-bagiannya

yang khusus.

2.1.5 Kriteria Pengetahuan

Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seseorang dapat diketahui

dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:


1. Baik, bila subyek menjawab benar 76%-100% seluruh pertanyaan.

2. Cukup, bila subyek menjawab benar 56%-75% seluruh pertanyaan.

3. Kurang, bila subyek menjawab benar <56% seluruh pertanyaan

2.2 Konsep Masa Nifas

2.2.1 Definisi Masa Nifas

Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula

(sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu

(Sulistyawati, 2015).

2.2.2 Tahapan Masa Nifas

Tahapan masa nifas menurut Sulistyawati (2015: 5) adalah

sebagai berikut:

1. Puerperium dini

Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal

ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

2. Puerperium intermedial

Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan

menyeluruh alat-alat genetalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu

3. Remote puerperium

Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk

pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna

dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan

tahunan.

2.2.3 Perubahan Fisiologis Masa Nifas

1. Perubahan Sistem Reproduksi

a. Involusi Uterus

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses

dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat

hanya 60 gram. Proses involusi uterus menurut Marmi (2015)

antara lain, sebagai berikut:

1) Iskemia miometrium

Iskemia miometrium disebabkan oleh kontraksi dan retraksi

yang terus-menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta

membuat uterus relatif anemia dan menyebabkan serat otot

atrofi.

2) Atrofi jaringan

Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon

esterogen saat pelepasan plasenta.

3) Autolisis

Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang

terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan


memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur

hingga panjangnya 10 kali dari semula dan lebar lima kali

dari semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan

sebagai perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang

berlebihan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon

esterogen dan progesteron.

4) Efek oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan

retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah

yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus.

Proses ini membantu untuk mengurangi perdarahan.

Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh

perubahan lokasi uterus ketika turun keluar dari abdomen dan

kembali menjadi organ pelvis.

b. Perubahan pada Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus.

Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks postpartum

adalah bentuk serviks yang akan menganga seperti corong.

Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan

kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-

olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk

semacam cincin. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman


karena penuh pembuluh darah. Beberapa hari setelah persalinan,

ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya

tidak rata, tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan.

Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh satu jari

saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari

kranialis servikallis.

Pada serviks terbentuk sel-sel otot baru yang

mengakibatkan serviks memanjang seperti celah. Walaupun

begitu, setelah involusi selesai, ostium eksternum tidak serupa

dengan keadaannya sebelum hamil. Pada umumnya ostium

eksternum lebih besar dan tetap terdapat retak-retak dan robekan-

robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya.

Oleh karena robekan ke samping ini terbentuklah bibir depan dan

bibir belakang pada serviks. (Nurjannah, 2013)

c. Perubahan pada Vulva, Vagina, dan Perineum

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan

yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam

beberapa hari pertama sesudah proses tersebut. Kedua organ ini

tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan

vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam

vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara

labia menjadi lebih menonjol. Hymen tampak sebagai tonjolan


kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi

kurunkulae motiformis yang khas bagi wanita multipara. Pada

post natal hari kelima, perineum sudah mendapatkan kembali

sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendor daripada

keadaan sebelum hamil (Marmi, 20150).

2. Perubahan pada Payudara

Menurut Nurjannah (2013: 60) perubahan pada payudara dapat

meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Penurunan kadar progesteron dan peningkatan hormon prolaktin

setelah persalinan.

b. Kolostrum sudah ada saat persalinan, produksi ASI terjadi pada

hari kedua atau hari ketiga setelah persalinan.

c. Payudara menjadi besar sebagai tanda mulainya proses laktasi.

3. Perubahan Sistem Pencernaan

Menurut Rukiyah (2010: 64), beberapa hal yang berkaitan

dengan perubahan pada sistem pencernaan antara lain :

a. Nafsu makan

Pasca melahirkan, ibu biasanya merasa lapar sehingga ibu

diperbolehkan untuk mengonsumsi makanan. Pemulihan nafsu

makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali

normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah


melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan satu

atau dua hari.

b. Motilitas

Secara khas, penurunan otot tonus dan motilitas otot traktus

cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.

Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat

pengembalian tonus otot dan motilitas ke keadaan normal.

c. Pengosongan usus

Pasca melahirkan, ibu sering mengalami kontsipasi. Hal ini

disebabkan tonus otot menurun selama proses persalinan dan

awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema selama

melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi

jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan

waktu untuk kembali normal.

4. Perubahan Sistem Perkemihan

Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya.

Namun kadang-kadang ibu nifas mengalami sulit buang air kecil

karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan adanya edema

kandung kemih selama persalinan. Kandung kemih pada puerperium

sangat kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga

kandung kemih penuh atau sesudah buang air kecil masih tertinggal
urin residu. Sisa urin dan trauma kandung kemih waktu persalinan

memudahkan terjadinya infeksi (Ambarwati, 2010).

5. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada

waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur

menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke

belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi

kendor. Stabilisasi sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah

persalinan. Sebagai akibat putusnya serat-serat elastis kulit dan

distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada saat

hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara

waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan (Ambarwati, 2010).

6. Perubahan Sistem Endokrin

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan

pada sistem endokrin. Menurut Sulistyawati (2015), hormon-hormon

yang berperan pada proses tersebut, antara lain:

a. Hormon Plasenta

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.

HCG (Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat

dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7

postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3

postpartum.
b. Hormon Pituitari

Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita

yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu.

FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler

pada (minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

c. Hipotalamik Pituitari Ovarium

Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga

dipengaruhi oleh faktor menyusui. Seringkali menstruasi pertama

ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar esterogen dan

progesteron.

d. Kadar Esterogen

Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar esterogen yang

bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang

meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam

menghasilkan ASI.

7. Perubahan Tanda Vital

Menurut Mansyur (2014), beberapa perubahan tanda-tanda vital

biasa terlihat jika wanita dalam keadaan normal. Peningkatan kecil

sementara, baik peningkatan tekanan darah sistole maupun diastole

dapat timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari setelah

wanita melahirkan.
a. Suhu Badan

Satu hari (24 jam) post partum suhu tubuh akan naik sedikit

(37,5-38oC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,

kehilangan cairan, dan kelelahan.

b. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali/menit

sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat.

c. Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan

rendah setelah ibu melahirkan karena adanya perdarahan.

Tekanan darah tinggi pada post partum dapat menandakan

terjadinya preeklamsia postpartum.

d. Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan

suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan

juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus

pada saluran nafas.

8. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Pada kehamilan terjadi peningkatan sirkulasi volume darah

yang mencapai 50%. Mentoleransi kehilangan darah pada saat


melahirkan perdarahan pervaginam normalnya 400-500 cc.

Sedangkan melalui seksio caesaria kurang lebih 700-1000 cc.

Bradikardi (dianggap normal), jika terjadi takikardi dapat

merefleksikan adanya kesulitan atau persalinan lama dan darah yang

keluar lebih dari normal atau perubahan setelah melahirkan.

9. Perubahan Sistem Hematologi

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen

dan plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada

hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit

menurun, tetapi darah lebih mengental dan terjadi peningkatan

viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.

Leukositosis yang meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat

mencapai 15.000 selama proses persalinan akan tetap tinggi dalam

beberapa hari post partum. Jumlah sel darah tersebut masih dapat

naik lagi sampai 25.000 – 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika

wanita tersebut mengalami persalinan yang lama. Hal ini

dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut.

Jumlah Hb, Hmt, dan eritrosit sangat bervariasi pada saat awal

– awal masa post partum sebagai akibat dari volume darah, plasenta,

dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini

akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Selama
kelahiran dan post partum, terjadi kehilangan darah sekitar 200-500

ml. Penurunan volume dan peningkatan Hmt dan Hb pada hari ke-3

sampai hari ke-7 postpartum, yang akan kembali normal dalam 4-5

minggu postpartum (Sulistyawati, 2015).

2.2.4 Perubahan Psikologis Masa Nifas

Menurut Herawati Mansur (2014), adaptasi psikologis postpartum

oleh rubin dibagi dalam 3 (tiga) periode yaitu sebagai berikut:

1. Periode Taking In

Periode ini berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan. Ibu pasif

terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi

yang baik. Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain,

mengharapkan segala sesuatu kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.

Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya.

Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika

melahirkan secara berulang-ulang. Diperlukan lingkungan yang

kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang untuk memulihkan

keadaan tubuhnya seperti sediakala. Nafsu makan bertambah

sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, dan kurangnya nafsu

makan menandakan ketidaknormalan proses pemulihan

2. Periode Taking Hold


Periode ini berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan. Pada

fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam

merawat bayi. Ibu menjadi sangat sensitif, sehingga mudah

tersinggung. Oleh karena itu, ibu membutuhkan sekali dukungan

dari orang-orang terdekat. Saat ini merupakan saat yang baik bagi

ibu untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan

bayinya. Dengan begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya

dirinya. Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan

fungsi tubuhnya, misalkan buang air kecil atau buang air besar,

mulai belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta

belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya.

3. Periode Letting Go

Periode ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Secara

umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah. Ibu menerima

tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri dengan

ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat bayi

meningkat. Ada kalanya, ibu mengalami perasaan sedih yang

berkaitan dengan bayinya, keadaan ini disebut baby blues.

2.2.5 Kebutuhan Nutrisi Pada Masa Nifas

1. Nutrisi dan Cairan

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang,

terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu


menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang

sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian

ASI baik, maka berat badan bayi akan meningkat, integritas kulit

baik, tonus otot, serta kebiasaan makan yang memuaskan. Ibu

menyusui tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang

terpenting adalah makanan yang menjamin pembentukan air susu

yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan bayinya.

a. Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan

jumlah air susu ibu dihasilkan dan lebih tinggi selama

menyusui dibanding selama hamil. Rata-rata kandungan kalori

ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70 kal/100

ml dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml

yang dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640

kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan

kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu

harus mengonsumsi 2.300-2.700 kal ketika menyusui.

Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan

aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi

ASI, serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi

untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan yang

dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti: susunannya


harus seimbang, porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin,

pedas atau berlemak, serta tidak mengandung alkohol, nikotin,

bahan pengawet, dan pewarna.

b. Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein di atas kebutuhan

normal ketika menyusui. Jumlah ini hanya 16% dari tambahan

500 kal yang dianjurkan. Protein diperlukan untuk

pertumbuhan dan penggantian selsel yang rusak atau mati.

Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani dan protein

nabati. Protein hewani antara lain telur, daging, ikan, udang,

kerang, susu dan keju. Sementara itu, protein nabati banyak

terkandung dalam tahu, tempe, kacang-kacangan, dan lain-lain.

c. Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan

cairan. Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter perhari dalam

bentuk air putih, susu dan jus buah (anjurkan ibu untuk minum

setiap kali menyusui).

d. Mineral, air, dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh

dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme

di dalam tubuh. Sumber zat pengatur tersebut bisa diperoleh

dari semua jenis sayur dan buah-buahan segar.

e. Pil zat besi (Fe) harus diminum, untuk menambah zat gizi

setidaknya selama hari pascabersalin.


f. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu

pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar

dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

Kekurangan gizi pada ibu menyusui dapat menimbulkan

gangguan kesehatan pada ibu dan bayinya. Gangguan pada bayi

meliputi proses tumbuh kembang anak, bayi mudah sakit, dan

mudah terkena infeksi. Kekurangan zat-zat esensial menimbulkan

gangguan pada mata ataupun tulang (Dewi dan Sunarsih, 2012)

Kebutuhan nutrisi pada ibu nifas setelah melahirkan,

kebutuhan nutrisi ibu akan meningkat karena ibu harus

menyediakan makanan bagi bayinya melalui produksi ASI.

Kualitas dan jumlah makanan akan sangat mempengaruhi produksi

ASI. Bagi ibu masa nifas yang menyusui dalam hal nutrisi harus :

a) Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,

mineral dan vitamin yang cukup.

c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk

minum setiap kali menyusui).

d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya

selama 40 hari pasca bersalin.

e) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan

vitamin A kepada bayinya melalui ASI(Ai Yeyeh dkk, 2011)


2. Ambulasi

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin

membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan

membimbingnya secepat mungkin untuk berjalan. Pada persalinan

normal sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah 2 jam postpartum.

Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan, yaitu sebagai

berikut:

a. Melancarkan pengeluaran lokhia, mengurangi infeksi

puerperium.

b. Mempercepat involusi uterus.

c. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin.

d. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga

mempercepat fungsi dan pengeluaran sisa metabolisme.

3. Eliminasi

a. Buang Air Kecil

Buang air sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi

normal bila dapat BAK spontan setiap 3-4 jam. Kesulitan BAK

dapat disebabkan karena sfingter uretra tertekan oleh kepala

janin dan spasme oleh iritasi muskulo spingter ani selama

persalinan. (Nugroho, 2014)


Menurut Dewi dan Sunarsih (2012), ibu diusahakan

mampu buang air kecil sendiri, bila tidak, maka dilakuakan

tindakan berikut ini.

1) Dirangsang dengan mengalirkan air keran di dekat klien.

2) Mengompres air hangat di atas simpisis.

3) Saat site bath (berendam air hangat) klien di suruh BAK.

Bila tidak berhasil dengan cara diatas, maka dilakukan

kateterisasi. Hal ini dapat membuat klien merasa tidak nyaman

dan resiko infeksi saluran kemih tinggi. Oleh karena itu,

kateterisasi tidak boleh dilakukan sebelum 6 jam postpartum.

b. Buang Air Besar

Defekasi harus ada dalam 3 hari postpartum. Bila ada

obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala (feses yang

mengeras) tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris.

Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan klisma atau diberi

laksan per os (melalui mulut). (Dewi dan Sunarsih 2012: 73-74)

Biasanya 2-3 hari postpartum masih susah BAB, maka

sebaiknya diberikan laksan atau paraffin (1-2 hari postpartum),

atau pada hari ke-3 diberi laksan supposituria dan minum air

hangat. Berikut adalah cara agar dapat BAB dengan teratur.

1) Diet teratur.

2) Pemberian cairan yang banyak.


3) Ambulasi yang baik.

4) Bila takut buang air besar secara episiotomi, maka

diberikan laksan suposituria.

4. Kebersihan Diri dan Perineum.

Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan

meningkatkan perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi

kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur maupun lingkungan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan ibu postpartum dalam menjaga

kebersihan diri menurut Nugroho (2014), adalah sebagai berikut:

a. Mandi teratur minimal 2 kali sehari.

b. Mengganti pakaian dan alas tempat tidur.

c. Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal.

d. Melakukan perawatan perineum.

e. Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari.

f. Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genetalia.

Bagian yang paling utama dibersihkan adalah puting susu dan

mamae. Harus diperhatikan kebersihannya dan luka pecah harus

segera diobati karena kerusakan puting susu dapat menimbulkan

mastitis. Air susu yang menjadi kering akan menjadi kerak dan

dapat merangsang kulit sehingga timbul enzema. Oleh karena itu,

sebaiknya puting susu dibersihkian dengan air yang telah dimasak,


tiap kali sebelum dan sesudah menyusukan bayi, diobati dengan

salep penisilin, lanolin dan sebagainya. (Dewi dan Sunarsih, 2012)

5. Istirahat

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur

yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam

pada siang hari. Menurut Nugroho (2014: 141), hal-hal yang dapat

dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan istirahatnya antara lain:

a. Anjurkan ibu untuk cukup istirahat.

b. Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara

perlahan.

c. Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur.

Kurang istirahat dapat menyebabkan:

a. Jumlah ASI berkurang.

b. Memperlambat proses involusio uteri.

c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan dalam merawat

bayi sendiri.

6. Seksual

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu

darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua

jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah

berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk

memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.


Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan

suami istri sampai waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu

stelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang

bersangkutan.

7. Keluarga Berencana

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2

tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus

menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin

merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka

tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan (Rukiyah,

2011)

8. Senam Nifas

Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal,

sebaiknya senam nifas dilakukan seawal mungkin dengan catatan

ibu menjalani persalinan dengan normal dan tidak ada penyulit

postpartum.

Sebelum memulai bimbingan cara senam nifas, sebaiknya

bidan mendiskusikan terlebih dahulu dengan pasien mengenai

pentingnya otot perut dan panggul untuk kembali normal. Dengan

kembalinya kekuatan otot perut dan panggul, akan mengurangi

keluhan sakit punggung yang biasanya dialami oleh ibu nifas.


Latihan tertentu beebrapa menit setiap hari akan sangat membantu

untuk mengencangkan otot bagian perut.

2.2.6 Tanda Bahaya Masa Nifas

Tanda-tanda bahaya masa nifas menurut Siti Saleha (2009) adalah

sebagai berikut:

1. Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah

banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan

pergantian pembalut-pembalut 2 kali dalam setengah jam).

2. Pengeluaran cairan vagina yang berbau busuk.

3. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung.

4. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, atau masalah

penglihatan.

5. Pembengkakan diwajah atau ditangan.

6. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu BAK atau jika merasa tidak

enak badan.

7. Payudara yang bertambah atau berubah menjadi merah panas dan

atau terasa sakit.

8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.

9. Rasa sakit merah, lunak dan atau pembengkakan di kaki.

10. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya

atau dirinya sendiri.

11. Merasa sangat letih dan nafas terengah-engah.


2.2.7 Komplikasi Masa Nifas

1. Perdarahan Postpartum

Perdarahan postpartum/hemorargi postpartum (HPP) adalah

ehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus genetalia

setelah melahirkan. HPP dibagi menjadi dua, antara lain sebagai

berikut:

a. Hemorargi Postpartum Primer.

HPP primer adalah perdarahan pascapersalinan yang terjadi

dalam 24 jam pertama setelah kelahiran. Penyebabnya antara

lain:

1) Atonia uteri

Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk

berkontraksi setelah persalinan sehingga uterus dalam

keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek, dan tidak mampu

menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah.

2) Retensio placenta

Retensio placenta adalah keadaan dimana plasenta belum

lahir setengah jam setelah janin lahir.

3) Sisa plasenta
Saat suatu bagian sisa plasenta tertinggal, maka uterus tidak

dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat

menimbulkan perdarahan.

4) Robekan jalan lahir

Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam

jumlah yang bervariasi banyaknya. Perdarahan yang berasal

dari jalan lahir harus dievaluasi, yaitu sumber dan jumlah

perdarahannya sehingga dapat diatasi. Sumber perdarahan

dapat berasal dari perineum, vagina, serviks, dan robekan

uterus (rupture uteri).

5) Inversio uteri

Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri

masuk kedalam kavum uteri, dapat terjadi secara mendadak

atau perlahan.

b. Hemorargi Postpartum Sekunder

HPP sekunder adalah perdarahan postpartum yang terjadi

antara 24 jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa

postpartum. Penyebabnya antara lain:

1) Penyusutan rahim yang tidak baik

2) Sisa plasenta yang tertinggal

2. Infeksi Masa Nifas


Infeksi nifas atau puerperium adalah infeksi bakteri yang

berasal dari saluran reproduksi selama persalinan atau puerperium.

Demam dalam nifas sebagian besar disebabkan oleh infeksi nifas,

maka demam dalam nifas merupakan gejala penting dari penyakit

ini. Demam ini melibatkan kenaikan suhu sampai 38oC atau lebih

selama 2 hari dalam 10 hari petama pascapersalinan kecuali 24 jam

pertama (Astuti, dkk 2015). Tanda dan gejala infeksi masa nifas

antara lain:

a. Demam

b. Takikardia

c. Nyeri pada pelvis

d. Nyeri tekan pada uterus

e. Lokhea berbau busuk/menyengat

f. Penurunan uterus yang lambat

g. Pada laserasi/ episiotomi terasa nyeri, bengkak,

mengeluarkan cairan nanah

3. Bendungan ASI

Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi

lacteal, payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan

berbenjol-benjol. Keadaan ini yang disebut dengan bendungan air

susu, sering merasakan nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai

dengan kenaikan suhu tubuh. Kelainan tersebut menggambarkan


aliran darah vena normal yang berlebihan dan penggembungan

limfatik dalam payudara, yang merupakan prekusor regular untuk

terjadinya laktasi. Keadaan ini bukan merupakan overdistensi sistem

lacteal oleh air susu.

4. Mastitis

Mastitis adalah infeksi payudara. Mastitis terjadi akibat invasi

jaringan payudara oleh organisme infeksius atau adanya cedera

payudara. Gejala-gejala mastitis antara lain:

a. Peningkatan suhu yang cepat hingga 39,50C-400C.

b. Peningkatan kecepatan nadi

c. Menggigil

d. Malaise umum, sakit kepala

e. Nyeri hebat, bengkak, inflamasi, serta area payudara keras.

5. Pospartum Blues

Postpartum blues adalah suasana hati yang dirasakan oleh

wanita setelah melahirkan yang berlangsung selama 3-6 hari dalam

14 hari pertama pasca melahirkan yang perasaan ini berkaitan

dengan bayinya (Mansur, 2014).

Gejala postpartum blues menurut Ambarwati (2010).

a. Menangis

b. Mengalami perubahan perasaan

c. Cemas
d. Khawatir mengenai sang bayi

e. Kesepian

f. Penurunan gairah seksual

g. Kurang percaya diri terhadap kemampuannya menjadi seorang

ibu

Penyebab postpartum blues :

a. Faktor hormonal berupa perubahan kadar estrogen, progesteron,

prolaktin dan estriol yang terlalu rendah. Kadar estrogen turun

secara bermakna setelah melahirkan ternyata estrogen memiliki

efek supresi aktifitas enzim nonadrenalin maupun serotin yang

berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi

b. Faktor demografi, yaitu umur dan paritas. Umur yang terlalu

muda untuk melahirkan, sehingga dia memikirkan tanggung

jawabnya sebagai seorang ibu untuk mengurus anaknya.

Sedangkan postpartum blues banyak terjadi pada ibu primipara,

mengingat dia baru memasuki perannya sebagai seorang ibu,

tetapi tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada ibu yang

pernah melahirkan, yaitu jika ibu mempunyai riwayat

postpartum blues sebelumnya.

c. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.

Kesulitankesulitan yang dialami ibu selama kehamilannya akan

turut memperburuk kondisi ibu pasca melahirkan. Sedangkan


pada persalinan, hal-hal yang tidak menyenangkan bagi ibu

mencakup lamanya persalinan serta intervensi medis yang

digunakan selama proses persalinan, seperti ibu yang

melahirkan dengan sectio caesarea akan dapat menimbulkan

perasaan takut terhadap peralatan operasi dan jarum. Ada

dugaan bahwa semakin besar trauma fisik yang terjadi selama

proses persalinan, akan semakin besar pula trauma psikis yang

muncul.

d. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti

tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak

diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, status

sosial ekonomi, serta keadekuatan dukungan sosial dari

lingkungannya (suami, keluarga, dan teman). Apakah suami

menginginkan juga kehamilan ini? Apakah suami, keluarga, dan

teman memberi dukungan moril (misalnya dengan membantu

dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga atau berperan

sebagai tempat ibu mengadu/ berkeluh kesah) selama ibu

menjalani masa kehamilannya.

e. Kelelahan fisik karena aktivitas mengasuh bayi, menyusui,

memandikan, mengganti popok, dan meminang sepanjang hari

bahkan tidak jarang di malam buta sangatlah menguras tenaga.


Apalagi jika tidak ada bantuan dari suami atau anggota keluarga

yang lain (Mansur, 2014).

6. Depresi Berat

Depresi berat dikenal sebagai sindroma depresif non psikotik

pada kehamilan namun umumnya terjadi dalam beberapa minggu

sampai bulan setelah kelahiran. Gejala-gejala depresi berat :

a. Perubahan pada mood

b. Gangguan pola tidur dan pola makan

c. Perubahan mental dan libido


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep

yang ingin diamati dan diukur melalui penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmodjo, 2010). Adapun kerangka konsep yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Karakteristik ibu nifas


1. Umur Pengetahuan ibu nifas

2. Pendidikan tentang kebutuhan nutrisi

3. Pekerjaan pada masa nifas.

4. Paritas

Keterangan :
= Diteliti

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas tentang


Kebutuhan Nutrisi Pada Masa Nifas di Puskesmas Kuripan
Tahun 2021.

Sumber : Modifikasi (Notoatmodjo, 2014 dan Darma, 2017)


3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang dilakukan berdasarkan

karekteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan (Notoadmojo.2010)

Definisi Skala
No Variabel Cara Ukur Hasil Ukur Ukur
operasional data
1 Pengetahuan Gambaran ibu Kuesioner a. Baik : 76%- Ordinal
ibu nifas nifas tentang 100%
pengertian,
b. Cukup :
tahapan masa
nifas, perubahan 56%-75%
fisiologis masa c. Kurang ≥
nifas, perubahan
55%
psikologis masa
nifas, kebutuhan
nutrisi pada masa
nifas, tanda
bahaya masa
nifas

dan komplikasi
masa nifas

2 Karakteristik
Ibu Nifas
a. Umur Usia ibu pada Kuesioner a. <20 tahun Ordinal
masa nifas b. 20-35 tahun
sampai saat c. >35 tahun
penelitian
dilakukan
b. Pendidikan Jenjang Kuesioner d. Dasar (SD, Ordinal
pendidikan SMP)
formal yang e. Menengah
diselesaikan oleh (SMA)
ibu nifas f. Tinggi
berdasarkan (Perguruan
ijazah terakhir Tinggi)
yang dimiliki
c. Pekerjaan Aktivitas utama Kuesioner a. Bekerja Nominal
yang dilakukan (PNS,
oleh ibu nifas Pedagang,
untuk Swasta,
memenutuhan Wiraswasta,
kebutuhan Petani,
hidupnya sehari- Buruh)
hari. b. Tidak
Bekerja
(IRT)
d. Paritas Jumlah anak Kuesioner a. Primipara Ordinal
yang pernah b. Multipara
dilahirkan oleh c. Grande
ibu nifas multipara
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam

melakukan prosedur penelitian. Desain Penelitian yang digunakan adalah

metode deskriptif yaitu peneliti ingin memperoleh data dan fakta-fakta dari

permasalahan yang telah ada dan mencari informasi serta gambaran yang

jelas tentang pengetahuan ibu nifas mengenai kebutuhan nutrisi pada masa

nifas. Penelitian ini mencoba mengidentifikasi beberapa variable yang diteliti

yaitu variabel pengetahuan ibu nifas tentang kebutuhan nutrisi pasda masa

nifas dan karakteristik ibu nifas (Notoatmodjo, 2010). Sedangkan dari segi

waktu rancangan penelitian ini termasuk cross sectional dimana semua data

yang merupakan variabel penelitian dikumpulkan dalam satu saat tertentu

(waktu yang bersamaan) dan hanya diobservasi sekali saja, dan dari segi jenis

data penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan di Puskesmas Kuripan.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan pada bulan September

Tahun 2020.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek-

obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

(Sugiyono, 2016).

Populasi yang akan digunakan sebagai objek penelitian adalah

ibu nifas yang ada di Puskesmas Kuripan dari bulan Januari s/d

Agustus tahun 2020 sebanyak 214 orang.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang akan diteliti

(Sugiyono, 2016). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

ibu nifas di Puskesmas Kuripan pada bulan Agustus tahun 2020

sebanyak 30 orang. Sebagaimana dikemukakan oleh Mahmud (2011)

yang menyatakan bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis

data statistik, ukuran sampel paling minimum adalah 30.

4.4. Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel merupakan sebuah proses penyeleksian

jumlah dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik pengambilan

sampel adalah berbagai cara yang ditempuh untuk pengambilan sampel agar

mendapatkan sampel yang benar-benar sesuai dengan seluruh subjek

penelitian tersebut (Nursalam, 2013).


Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Purposive

Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2014).

Alasan menggunakan teknik purposive sampling adalah karena tidak

semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan yang telah penulis

tentukan. Oleh karena itu, penulis memilih teknik purposive sampling dengan

menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteriakriteria tertentu yang

harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang digunakan dalam penelitian ini

Kriteria Sampel :

1. Kriteria Inklusi

Yaitu kriteria yang bisa dijadikan sebagai sampel. Kriteria inklusi dalam

penelitian ini yaitu :

a. Ibu nifas yang datang berkunjung ke Puskesmas Kuripan

b. Ibu nifas yang bersedia dijadikan sebagai sampel

c. Ibu nifas yang bisa membaca dan menulis

2. Kriteria Eksklusi

Yaitu kriteria yang tidak bisa dijadikan sebagai sampel. Kriteria inklusi

dalam penelitian ini yaitu :

a. Ibu nifas yang tidak di wilayahnya Puskesmas Kuripan

b. Ibu nifas yang tidak bisa bergerak

c. Ibu nifas yang tidak bisa membaca dan menulis


4.5. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan

data (Notoatmodjo, 2018). Pada penelitian ini, alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data adalah kuesioner.

4.6. Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Data Primer

a. Data tentang karakteristik ibu nifas yang terdiri dari: umur,

pendidikan, pekerjaan dan paritas di Puskesmas Kuripan dicatat dan

dikumpulkan menggunakan alat bantu registeri.

b. Data tentang pengetahuan ibu nifas tentang kebutuhan nutrisi pada

masa nifas di Puskesmas Kuripan dicatat dan dikumpulkan dengan

menggunakan alat bantu kuesioner.

2. Data Sekunder

a. Data tentang jumlah ibu nifas tahun 2019 di Puskesmas Kuripan

b. Data tentang gambaran umum Puskesmas Kuripan Tahun 2021

diperoleh dari buku profil.

4.7. Pengolahan Data


Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

pengolahan data secara manual (Notoatmodjo, 2018). Adapun langkah-

langkah pengolahan datanya adalah sebagai berikut:


Pengolahan data yang dipakai dengan cara : (Budiarto, 2012)

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan yang meliputi : umur, pendidikan,

pekerjaan, paritas dan pengetahuan ibu nifas tentang kebutuhan nutrisi

pada masa nifas

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori :

a. Data tentang umur ibu nifas diolah dan dikelompokkan menjadi :

1) <20 tahun (kode 1)

2) 20-35 tahun (kode 2)

3) >35 tahun (kode 3)

b. Data tentang pendidikan ibu nifas diolah dan dikelompokkan

menjadi :

1) Dasar (SD, SMP) (kode 1)

2) Menengah (SMA) (kode 2)

3) Tinggi (Perguruan Tinggi) (kode 3)

c. Data tentang pekerjaan ibu nifas diolah dan dikelompokkan menjadi :

1) Bekerja (kode 1)

2) Tidak Bekerja (kode 2)


d. Data tentang paritas ibu nifas diolah dan dikelompokkan menjadi :
1) Primipara (kode 1)

2) Multipara (kode 2)

3) Grandemultipara (kode 3)

e. Data tentang pengetahuan ibu nifas tentang kebutuhan nutrisi pada

masa nifas diolah dan dikelompokkan menjadi :

1) Baik apabila persentasenya 76-100% (kode 1)

2) Cukup apabila persentasenya 56-75% (kode 2)

3) Kurang apabila persentasenya <55% (kode 3)

3. Scoring
Data tentang pengetahuan ibu diolah dengan skor dimana skor

jawaban untuk jawaban yang benar adalah 1, dan skor untuk jawaban yang

salah adalah 0, kemudian skor dijumlah dan dibagi dengan skor maksimal

kemudian dikalikan dengan 100%. Sehingga secara matematis dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Sp
×100 %
Sm
P=

P = Persentase skor perolehan

Sp = Skor yang diperoleh

Sm = Skor maksimal

Kemudian data pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kategori:


1) Baik, jika 76%-100%
2) Cukup, jika 56%-75%

3) Kurang, jika ≤ 55%.

4. Tabulating

Tabulasi adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

ke master tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi

frekuensi sederhana atau membuat tabel kontigensi.

4.8. Analisis Data


1. Analisa Univariat

Analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

analisa univariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari

hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi dan persentase dari tiap variabel yaitu umur, pendidikan,

pekerjaan, paritas dan pengetahuan ibu nifas tentang kebutuhan nutrisi

pada masa nifas.

Sehingga secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Sp
×100 %
Sm
P=

P = Persentase skor perolehan


Sp = Skor yang diperoleh
Sm = Skor maksimal

Kemudian hasilnya di interpretasikan dengan menggunakan kriteria

kuantitatif yaitu :
1. Baik = 76% - 100%

2. Cukup = 56 - 75%

3. Kurang = < 56%

4.9. Jadwal Penelitian

April Mei Juni Juli Agustus September


No Uraian Kegiatan 2021 2021 2021 2021 2021 2021
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan judul
dan studi pustaka
2 Pengambilan data
3 Penyusunan
proposal
4 Konsul Proposal
5 Ujian proposal
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, 2016. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Yogjakarta: Ar-Ruzz. Media.

Budiargo, 2012. Berkomunikasi ala Net Generation. Jakarta: PT Elex Media.

Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2019. Angka Kematian Ibu. Mataram : NTB.

Dinas Kesehatan Lombok Barat, 2019. Angka Kematian Ibu. Lombok Barat :
NTB.

Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Keputusan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan.Cetakan Ketiga. Jakarta:


PT Rineka Cipta.

Nursalam, 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu.


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Sarwono, 2017. Ilmu Keperawatan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono.

Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT


Alfabet

Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT


Alfabet.

Wartonah, 2016. Kebutuhan Dasar manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta :


Salemba Medika.

Wiknjosastro, Hanifa, 2017. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

WHO, 2019. Profil Kesehatan Indonesia 2019. Jakarta: Kemenkes RI.

Anda mungkin juga menyukai