Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Pengertian Pengembangan Instruksional dan Macam-macam Model Pengembangan


Instruksional.

Di Susun Oleh:

Nama Kelompok 1 : Silvia Damayanti (5201143010)


Windi Inda Yulada Saragih (5203343008)
Kelas : Pendidikan Tata Busana B
Mata Kuliah : Desaian Pembelajaran
Dosen Pengampu : Dr. Farihah, M.Pd
Yudhistira Anggraini, M.Pd

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TATA BUSANA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
AGUSTUS 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa,karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Pengertian
Pengembangan Instruksional dan Macam-macam Model Pengembangan Instruksional,sehingga
berguna dengan baik meskipun banyak kekurangannya di dalamnya. Dan juga saya berterima kasih
kepada ibu Dr. Farihah, M.Pd dan Yudhistira Anggraini, M.Pd,selaku dosen mata kuliah desain
pembelajaran.

Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan tentang berbagai desaian pembelajaran,kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
didalam tugas ini terdapat kekurangan jauh dari kata kesempurnaan.

Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik dan saran dan usulan demi memperbaiki tugas
yang telah kami buat dimasa yang akan datang , mengigat tidak sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Medan,24 Agustus 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................1


1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................................................1
1.2 MASALAH ....................................................................................................................1
1.3 TUJUAN MASALAH ...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................2


2.1 PENGERTIAN PENGEMBANGAN INSTRUKSIONAL ...........................................2
2.2 MODEL-MODEL DESAIAN PEMBELAJARAN SECARA UMUM ........................4
2.3 MACAM-MACAM MODEL DESAIAN PENGEMBANGAN INSTRUKSIONAL ..5
2.3.1 Model Belah Banathy ......................................................................................5
2.3.2 Model pengembangan instruksional PPSI? .....................................................6
2.3.3 Model pengembangan instruksional Kemp? ....................................................7
2.3.4 Model pengembangan instruksional Briggs? ...................................................8
2.3.5 Model pengembangan instruksional Gerlach dan Ely? ...................................9

BAB III PENUTUP ............................................................................................................12


3.1 KESIMPULAN .............................................................................................................12
3.2 SARAN .........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pengembangan sistem pembelajaran (instruksional) merupakan salah satu bentuk


pembaharuan sistem instruksional yang banyak dilakukan dalam rangka pembaharuan sistem
pendidikan, dengan maksud agar sistem tersebut dapat lebih serasi dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat, serasi pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan utama
meningkatkan produktivitas dan efisiensi proses pembelajaran.
Namun demikian, pendekatan yang sistematis dalam kegiatan instruksional ini dilakukan
dengan cara yang berbeda-beda, dan dengan sebutan yang berbeda-beda pula. Sebutan itu di
antaranya adalah: pengembangan instruksional, desain instruksional, pengembangan sistem
instruksional, pengembangan program instruksional, pengembangan produk instruksional,
pengembangan organisasi, dan pengembangan kemampuan mengajar. Tetapi istilah populer yang
lazim digunakan adalah “pengembangan instruksional (pembelajaran), yang merupakan padanan
dari istilah “instructional development”. Istilah yang disebutkan terakhir ini adalah merupakan
istilah resmi yang dibakukan oleh organisasi profesi AECT (Association for Educational
Communication and Technology) di Amerika Serikat.1.2 Rumusan masalah
1.2 Masalah
Adapun batasan-batasan masalah atau batasan pembahasan makalah ini adalah:
1.1 Pengertian pengembangan instruksional?
1.2 Macam-macam model pengembangan instruksional?
1.3 Pengertian dan langkah-langkah model pengembangan instruksional Belah Banathy?
1.4 Pengertian dan langkah-langkah model pengembangan instruksional PPSI?
1.5 Pengertian dan langkah-langkah model pengembangan instruksional Kemp?
1.6 Pengertian dan langkah-langkah model pengembangan instruksional Briggs?
1.7 Pengertian dan langkah-langkah model pengembangan instruksional Gerlach dan Ely?
1.3 Tujuan Masalah
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari masalah ini adalah untuk mengetahui
dan memahami tentang :
1.1 Mengetahui Pengertian pengembangan instruksional?
1.2 Mengetahui Macam-macam model pengembangan instruksional?
1.3 Mengetahui Pengertian dan langkah-langkah model pengembangan instruksional Belah
Banathy?
1.4 Mengetahui Pengertian dan langkah-langkah model pengembangan instruksional PPSI?
1.5 Mengetahui Pengertian dan langkah-langkah model pengembangan instruksional Kemp?
1.6 Mengetahui Pengertian dan langkah-langkah model pengembangan instruksional Briggs?
1.7 Mengetahui Pengertian dan langkah-langkah model pengembangan instruksional Gerlach
dan Ely?

1
2.1 Pengertian Pengembangan Instruksional
Pengembangan Intruksional adalah cara yang sistematis dalam mengidentifikasi,
mengembangkan, mengevaluasi seperangkat materi dan strategi yang di arahkan untuk mencapai
suatu tujuan pendidikan tertentu.
Menurut Awi (2001) bahwa yang dimaksud dengan pengembangan instruksional adalah
suatu proses yang sistematis dalam mengidentifikasi masalah, mengembangkan bahan dan
strategi instruksional, serta mengevaluasi efektifitas dan efisiensinya dalam mencapai tujuan
instruksional. Dalam susunan bahasa yang lain dikatakan bahwa yang dimaksud dengan
pengembangan instruksional adalah proses yang sistematis dalam mencapai tujuan instruksional
secara efektif dan efisien melalui pengidentifikasian masalah, pengembangan strategi dan bahan
instruksional, serta pengevaluasian terhadap strategi dan bahan instruksional tersebut untuk
menentukan apanya yang harus direvisi.
Pengembangan sistem instruksional adalah suatu proses secara sistematis dan logis untuk
mempelajari problem-problem pengajaran, agar mendapatkan pemecahan yang teruji validitas
dan praktis bisa dilaksanakan.
Menurut Hamzah B. Uno, bahwa komponen strategi instruksional ada 5 komponen, yaitu:
1. Kegiatan pendahuluan. Kegiatan pendahuluan yang disampaikan dengan menarik akan
dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
2. Penyampaian Informasi. Dalam kegiatan ini, guru juga harus memahami dengan baik
situasi dan kondisi yang dihadapinya. Dengan demikian, informasi yang disampaikan
dapat diserap oleh peserta didik dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penyampaian informasi adalah urutan ruang lingkup dan jenis materi.
3. Partisipasi Peserta Didik. Berdasarkan prinsip student centered, peserta didik merupakan
pusat dari suatu kegiatan belajar. Artinya bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil
apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan secara langsung dan relevan dengan
tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.
4. Tes. Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk mengetahui apakah tujuan
pembelajaran khusus telah tercapai atau belum, dan apakah pengetahuan, sikap dan
keterampilan telah benar-benar dimiliki oleh peserta didik atau belum. Kegiatan ini
biasanya dilakukan diakhir kegiatan pembelajaran.
5. Kegiatan Lanjutan. Langkah ini dilakukan sebagi evaluasi atas proses instruksional yang
telah berjalan.
Prosedur pengembangan system intruksional menggambarkan pedoman proses belajar
mengajar meliputi 5 bagian, yaitu:
 Tujuan pelajaran yang hendak dicapai. Didalam kurikulum tujuan intruksioanal ada dua
macam,yaitu :

2
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU). Tujuan instruksional umum ini merupakan tujuan
dari kurikuler, ialah tujuan pendidikan secara umum menjadi tujuan khusus dan
operasional, sebab pada dasarnya tujuan pendidikan hanya dapat mungkin di capai bila
tujuan itu di rumuskan ke dalam rumusan yang khusus dan operasional. Dalam kurikulum
SLTP 1975 bidang studi agama islam, dapat dilihat bahwa tujuan kurikuler bidang studi
agama islam di SMP yang berjumlah empat belas itu di jabarkan sehingga menjadi
delapan puluh tujuan instruksional umum (TIU).
2. Tujuan instruksional khusus. Tujuan ini adalah langkah yang paling akhir dalam upaya
membuat rumusan tujuan pendidikan yang paling khusus dan operasional.tujuan
instruksional khusus (TIK) dapat di artikan sebagai rumusan tujuan yang berisi
kualifikasi khusus yang di harapkan di miliki siswa setelah selesai mengikuti kegiatan
belajar mengajar tertentu. Tujuan instruksional khusus adalah tujuan yang hendak di
capai guru setiap kali mengajar. Maksud dari kedua tujuan instruksional ini adalah upaya
untuk mengembangkan tujuan pendidikan secara universal yaitu tujuan pendidikan umum
berfokuskan pada semua mata pelajaran yang ada disetiap sekolah dan madrasah,
sedangkan tujuan instruksional khusus adalah tujuan pembelajaran yang terjadi pada saat
pembelajaran berlangsung (proses pembelajaran), atau komponen-komponen yang akan
dipaparkan untuk mengajar haruslah dikutip atau disajikan dalam berbentuk lembaran
sebelum pelajaran itu berlangsung. Contohnya SAP ( Satuan Acara Perkuliahan) atau
silabus perkuliahan yang disajikan oleh tenaga pengajar.
 Bahan pelajaran yang sesuai dengan tujuan pelajaran. Bahan pelajaran bersumber dari
pokok-pokok bahasan yang tercantum didalam kurikulum dan sebaiknya berantai.
 Metode mengajar atau uraian kegiatan belajar mengajar. Disini terdapat faktor guru,
murid, alat pelajaran atau media yang dipergunakan.
 Fasilitas dan alat yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Guru mempersiapkan
kondisi yang memungkinkan belajar mengajar berlangsung dengan lancar.
 Evaluasi hasil belajar. Setelah kegiatan belajar mengajar selesai pada satu satuan
pelajaran maka diadakan evaluasi. Evaluasi ini menguji siswa pada satu mata
pelajaran.Kemudian diadakan pra-tes pada tahap permulaan sekali. Setelah itu diadakan
tes-formatif. Pada akhir semester diadakan tes akhir semester (tes-sumatif).
Didalam pengembangan sistem instruksional ada beberapa hal yang harus diperhatikan, anntara
lain :
1. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus.
2. Mengembangkan alat-alat evaluasi.
3. Menetapkan kegiatan pembelajaran.
4. Merencanakan Program pembelajaran
5. Melaksanakan program pembelajaran.

3
Sebagai bagian teknologi pendidikan, pengembangan sistem instruksional tentunya mempunyai
prinsip dasar yang sama dengan teknologi pendidikan, yakni:
1. Berfokus pada siswa. Prinsip ini memandang bahwa, dalam rangka penerapan
pengembangan sistem instruksional, siswa adalah sentral kegiatan pembelajaran. Prinsip
ini juga memandang bahwa dalam setiap proses pembelajaran, siswa hendaknya
bertindak sebagai pihak yang aktif dan dibuat aktif. Tetapi hal ini bukan berarti bahwa
guru adalah pihak yang pasif. Keduanya harus bertindak aktif.
2. Pendekatan sistem. Prinsip ini memandang bahwa masalah belajar adalah suatu sistem.
Maksudnya, penanganan terhadap satu komponen pembelajaran dalam rangka
pelaksanaan pengembangan sistem instruksional harus pula mempertimbangkan integrasi
komponen yang lain sehingga diperoleh efek yang sinergistik untuk memecahkan
masalah-masalah belajar.
3. Pemanfaatan sumber belajar secara maksimal. Prinsip ini memandang bahwa semua
komponen sumber belajar baik pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar harus
dimanfaatkan secara luas dan maksimal dalam rangka memecahkan masalah-masalah
belajar sehingga tujuan pembelajaran.

2.2 Model-model Desain Pembelajaran Secara Umum


Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli.
Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model berorientasi
kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model prosedural dan model
melingkar.
Model berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level mikro
(kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih. Contohnya adalah model
ASSURE. Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran untuk menghasilkann
suatu produk, biasanya media pembelajaran, misalnya video pembelajaran, multimedia
pembelajaran, atau modul. Contoh modelnya adalah model hannafin and peck.
Satu lagi adalah model beroreintasi sistem yaitu model desain pembelajaran untuk
menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang cakupannya luas, seperti desain system suatu
pelatihan, kurikulum sekolah, dll. contohnya adalah model ADDIE. Selain itu ada pula yang biasa
kita sebut sebagai model prosedural dan model melingkar. Contoh dari model prosedural adalah
model Dick and Carrey sementara contoh model melingkar adalah model Kemp.
Adanya variasi model yang ada ini sebenarnya juga dapat menguntungkan kita, beberapa
keuntungan itu antara lain adalah kita dapat memilih dan menerapkan salah satu model desain
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang kita hadapi di lapangan, selain itu juga, kita
dapat mengembangkan dan membuat model turunan dari model-model yang telah ada, ataupun
kita juga dapat meneliti dan mengembangkan desain yang telah ada untuk dicobakan dan
diperbaiki.

4
2.3 Macam-macam Model Pengembangan Instruksional.
Pengembangan sistem pembelajaran (instruksional) merupakan salah satu bentuk
pembaharuan sistem instruksional yang banyak dilakukan dalam rangka pembaharuan sistem
pendidikan, dengan maksud agar sistem tersebut dapat lebih serasi dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan utamanya yaitu
meningkatkan produktivitas dan efisiensi proses pembelajaran.Model-model pengembangan
instruksional, antara lain pengembangan instruksional model Banathy, PPSI, model Kemp,
model Briggs, model Gerlach & Ely.

2.3.1 Model Belah Banathy


Pengembangan instruksioanal model Banathy ini dapat diformasikan dalam enam langkah,
sebagai berikut:

1. Merumuskan tujuan (Formulate objectives). Langkah ini merupakan suatu pernyataan


yang menanyakan apa yang diharapkan dari siswa untuk dikerjakan, diketahui dan
dirasakan sebagai hasil pengalaman belajarnya.
2. Mengembangkan tes (develop test). Langkah ini dikembangkan suatu tes yang didasarkan
atas tujuan yang diinginkan dan digunakan untuk mengetahui kemampuan yang
diharapkan tercapai hasil dari pengalaman belajarnya.
3. Menganalisis kegiatan belajar (analyze learning task). Langkah ini dirumuskan apa yang
harus dipelajari sehingga dapat menunjukkan tingkah laku seperti yang digambarkan
dalam tujuan yang telah dirumuskan. Dalam kegiatan ini, kemampuan awal mahasiswa
harus juga dianalisis atau dinilai karena tidak perlu mempelajari apa yang telah mereka
ketahui.
4. Mendesain sistim instruksional (design system). Setelah melalui langkah 1 sampai
dengan 3, perlu dipertimbangkan alternatif-alternatif dan identifikasi apa yang harus
dikerjakan untuk menjamin bahwa para peserta didik benar-benar menguasai kegiatan
yang telah dianalisi pada langkah 1 sampai dengan 3. Juga ditentukan siapa yang
tmempunyai potensi yang baik untuk mencapai fungsi tersebut dan kapan dan dimana
fungsi-fungsi tersebut harus dilaksanakan.
5. Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil (implement and test output). Sistim yang
telah didesain diuji vcoba dan dilaksanakan. Apa yang dapat dilaksanakan atau
dikerjakan peserta didik sebagai hasil implementasi sistim, harus dinilai agar dapat
diketahui seberapa jauh mereka telah menunjukkan tingkah laku seperti yang
dimaksudkan dalam rumusan tujuan.

5
6. Mengadakan perbaikan (change to improve). Pada langkah ini, hasil yang diperoleh dari
evaluasi kemudian merupakan umpan balik untuk keseluruhan sistim sehingga
perubahan-perubahan (jika diperlukan) dapat dilakukan untuk memperbaiki sistim
instruksional.

2.3.2 PPSI
PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional) yaitu suatu model pengajaran
yang terorganisasi yang terdiri atas komponen yang menitik beratkan pada tujuan pengajaran.
Sehingga pengajaran selalu mengacu pada tujuan pendidikan khususnya tujuan instruksional.

PPSI sebagaimana pola pengembangan pengajaran lainnya yang menggunakan


pendekatan sistem, yakni mengutamakan adanya tujuan yang jelas sehingga dapat dikatakan
bahwa PPSI menggunakan pendekatan yang berorientasi pada tujuan. Istilah “Sistem
Instruksional” dalam PPSI menunjukkan pada pengertian sebagai suatu kesatuan pengajaran
yang terorganisasi yang terdiri atas sejumlah komponen antara lain : materi, metode, alat,
evaluasi yang seluruhnya berinteraksi satu sama lainnya untuk mencapai tujuan pengajaran yang
telah ditetapkan. PPSI merupakan langkah-langkah pengembangan dan pelaksanaan pengajaran
sebagai suatu sistem untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif.

Langkah-langkah pokok dari pengembangan model PPSI yaitu :

1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran: menggunakan istilah yang operasional, berbentuk


hasil belajar, berbentuk tingkah laku dan hanya ada satu kemampuan/tujuan.
2. Pengembangan Alat Evaluasi: menentukan jenis tes yang akan digunakan, menyusun item
soal untuk setiap tujuan.
3. Menentukan Kegiatan Belajar Mengajar: merumuskan semua kemungkinan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan, menetapkan kegiatan pembelajaran yang akan
ditempuh.
4. Merencanakan Progam Kegiatan Belajar Mengajar: merumuskan materi pelajaran,
menetapkan metode yang digunakan, memilih alat dan sumber yang digunakan dan
menyusun progam kegiatan/jadwal.
5. Pelaksanaan: mengadakan pretest, menyampaikan materi pelajaran, mengadakan posttest
dan revisi.

6
Dengan demikian, Fungsi dari PPSI adalah untuk mengefektifkan perencanaan dan
pelaksanaan program pengajaran secara sistematik dan sistematis, untuk dijadikan sebagai
pedoman bagi pendidik dalam melaksanakan proses belajar-mengajar.

2.3.3 Model Kemp

Jerol E. Kemp berasal dari California State Univercity di Sanjose. Kemp


mengembangkan model desain instruksional yang paling awal bagi pendidikan. Model Kemp
memberikan bimbingan keada para siswanya untuk berpikir tentang masalah – masalah umum
dan tujuan –tujuan pembelajaran. Model ini juga mengarahkan para pengembang desain
instruksional untuk melihat karakteristik para siswa serta menentukan tujuan- tujuan belajar yang
tepat. Langkah berikutnya adalah spesifikasi isi pelajaran dan mengembangkan pretest dari
tujuan – tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya adalah menetapkan strategi dan langkah –
langkah dalam kegiatan belajar mengajar serta sumber- sumber belajar yang akan digunakan.
Selanjutnya , materi / isi (content) kemudian di evaluasi atas dasar tujuan – tujuan yang telah di
rumuska. Langkah berikutnya adalah melakukan identifikasi dan revisi didasarkan atas hasol-
hasil evaluasi.

Perencanaan desain pembelajaran model Kemp dapat digunakan pada tingkat sekolah dasar,
sekolah lanjutan, maupun perguruan tinggi.

Desain Pembelajaran Model Kemp ini dirancang untuk menjawab tiga pertanyaan, yakni :

1. Apa yang harus di pelajari siswa (tujuan pembelajaran )


2. Apa atau bagaimana prosedur,dan sumber- sumber belajar apa yang tepat untuk
mencapai hasil belajar yang diinginkan (kegiatan, media, dan sumber belajar yang
digunakan).
3. Bagaimana kita tahu bahwa hasil belajar yang diharapkan telah tercapai (evaluasi)

Langkah – langkah pengembangan desain pembelajaran model Kemp, terdiri dari delapan
langkah, yakni :

1. Menentukan tujuan instruksional umum (TIU) atau kompetensi dasar, yaitu tujuan umum
yang ingin di capai dalam mengajarkan masing- masing pokok bahasan.
2. Membuat analisis tentang karakteristik siswa. Analisis ini diperlukan antara lain untuk
mengetahui apakah latar belakang pendidikan dan sosial budaya siswa memungkinkan
untuk mengikuti program , serta langkah- langkah apa yang perlu diambil.
3. Menentukan tujuan instruksional secara spesifik, operasional, dan terukur (dalam KTSP
adalah indikator). Dengan demikian, siswa akan tahu apa yang harus dikerjakan,
bagaimana mengerjakannya, dan apa ukurannya bahwa ia telah berhasil. Bagi guru,
rumusan itu akan berguan dalam menyusun tes kemampuan /keberhasilan dan pemilihan
materi/bahan belajar yang sesuai.
4. Menentukan materi/ bahan ajar yang sesuai dengan tujuan instruksional khusus
(indikator) yang telah dirumuskan. Masalah yang sering kali dihadapi guru- guru adalah
begitu banyakknya materi pelajaran yang harus diajarkan dengan waktu yang terbatas.
Demikian juga, timbul kesulitan dalam mengorganisasikan materi/ bahan ajar yang akan

7
disajikan kepada para siswa. Dalam hal ini diperlukan ketepatan guru dalam memilih dan
memilah sumber belajar, materi, media,dan prosedur pembelajaran yang akan digunakan.
5. Menetapkan penjajagan atau tes awal (preassesment). Ini diperlukan untuk mengetahui
sejauh mana pengetahuan awal siswa dalam memenuhi prasyarat belajar yang dituntut
untuk mengikuti program pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dengan demikian, guru
dapat memilih materi yang diperlukan tanpa harus menyajikan yang tidak perlu, sehingga
siswa tidak menjadi bosan.
6. Menentukan strategi belajar mengajar, media dan sumber belajar. Kriteria umum untuk
pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan instruksional khusus
(indikator) tersebut, adalah efisiensi, keefektifan, ekonomis, kepraktisan, melalui suatu
analisis alternatif.
7. Mengoordinasikan sarana penunjang yang diperlukan meliputi biaya, fasilitas, peralatan,
waktu, dan tenaga.
8. Mengadakan evaluasi. Evaluasi ini sangat perlu untuk mengontroldan mengkaji
keberhasilan program secara keseluruhan, yaitu siswa, program pembelajaran, alat
evaluasi (tes), dan metode/strategi yang digunakan.

Semua komponen diatas saling berhubungan satu dengan yang lainnya, bila adanya
perubahan atau data yang bertentangan pada salah satu komponen mengakibatkan pengaruh pada
komponen lainnya. Dalam lingkaran model Kemp menunjukkan kemungkinan revisi tiap
komponen bila diperlukan. Revisi dilakukan dengan data pada komponen sebelumnya maupun
sesudahnya. Berbeda dengan pendekatan sistem dalam pembelajaran, perencanaan desain
pembelajaran ini bisa dimulai dari komponen mana saja, jadi perencanaan desain boleh dimulai
dengan merencanakan pokok bahasan terlebih dahulu, atau mungkin dengan evaluasi. Komponen
mama yang Model 'rigs ini berorientasi pada rancangan sistimdengan sasaran dosen atau guru
yang akan beker#asebagai perancang kegiatan instruksional maupun timpengembangan
instruksional yang susunan anggotanyameliputi: dosen" administrator" ahli bidang studi"
ahlie+aluasi" ahli media dan perancang instruksional.

2.3.4 Model Briggs

Briggs mengatakan model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk


mewujudkan suatu proses, seperti penilaian kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi.

Berdasarkan pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan model perencanaan


intruksional adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan pengembangan
intruksional. Macam-macam model perencanaan intruksional sangat banyak salah satunya adalah
model perencanaan intruksional Briggs.

Model perencanaan Briggs berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru
sebagai perancang kegiatan instruksional maupun tim pengembang instruksional yang susunan
anggotanya meliputi antara lain guru, administrator, ahli bidang studi, ahli media, dan perancang
instruksional.

Model Pengembangan Instruksional Briggs:


a. Mau Kemana?

8
Identifikasi masalah/ tujuan, rumusan tujuan, penyusunan materi/ silabus, analisis tujuan
b. Dengan Apa?
Analisis tujuan, jenjang belajar dan strategi instuksional, rancangan instuksional
c. Bilamana Sampai?
Penyusunan tes, evaluasi belajar (formatif, sumatif)

2.3.5 Model Gerlach dan Ely

Model pembelajaran Gerlach dan Ely merupakan suatu metode perencanaan pengajaran
yang sistematis. Model ini menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta perjalanan pembelajaran
karena dalam model ini diperlihatkan keseluruhan proses belajar mengajar yang baik, sekalipun
tidak menggambarkan secara rinci setiap komponennya. Dalam model ini juga diperlihatkan
hubungan antara elemen yang satu dengan yang lainnya serta menyajikan suatu pola urutan yang
dapat dikembangkan dalam suatu rencana untuk mengajar.

Model yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) dimaksudkan sebagai pedoman
perencanaan mengajar. Pengembangan sistem instruksional menurut model ini melibatkan
sepuluh unsur seperti terlihat dalam flow chart di halaman berikut.

. Unsur-unsur dalam desain instruksional yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely

1) Merumuskan tujuan pembelajaran (specification of object)

Tujuan instruksional harus dirumuskan dalam kemampuan apa yang harus dimiliki pada tingkat
jenjang belajar tertentu. Tujuan pembelajaran harus bersifat jelas (tidak abstrak dan tidak terlalu
luas) dan operasional agar mudah diukur dan dinilai.

2) Menentukan isi materi (specification of content)

Bahan atau materi pada dasarnya adalah isi dari kurikulum yakni berupa mata pelajaran atau
bidang studi, topic/sub topic dan rinciannya. Isi materi berbeda-beda menurut bidang studi,
sekolah, tingkatan dan kelasnya, namun isi materi harus sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapainya. Pemilihan materi haruslah spesifik agar lebih mudah membatasi ruang lingkupnya
dan dapat lebih jelas dan mudah dibandingkan dan dipisahkan dengan kelompok lainnya.

3) Menurut kemampuan awal/penilaian kemampuan awal siswa (Assesment of Entering


behaviors

Kemampuan awal siswa ditentukan dengan memberikan tes awal. Pengetahuan tentang
kemampuan awal siswa ini penting bagi pengajar agar dapat memberikan dosis pelajaran yang
tepat; tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Pengetahuan tentang kemampuan awal juga
berguna untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan, misalnya apakah perlu persiapan
remedial.

4) Menentukan teknik dan strategi (Determination of strategy)

9
Menurut Gerlach dan Ely, strategi merupakan pendekatan yang dipakai pengajar dalam
memanipulasi informasi, memilih sumber-sumber, dan menentukan tugas/peranan siswa dalam
kegiatan belajar-mengajar. Dengan perkataan lain, pada tahap ini pengajar harus menentukan
cara untuk dapat mencapai tujuan instruksional dengan sebaik-baiknya. Dua bentuk umum
tentang pendekatan ini adalah berntuk eksopose (espository) yang lazim dipergunakan dalam
kuliah-kuliah tradisional, biasanya lebih bersifat komunikasi satu arah, dan bentuk penggalian
(inquiry) yang lebih mengutamakan partisipasi siswa dalam proses belajar-mengajar. Dalam
pengertian instruksional yang sempit, metode ini merupakan rencana yang sistematis untuk
menyajikan pesan atau informasi instruksional.

5) Pengelompokan belajar (Organization of groups)

Setelah menentukan pendekatan dan metode, pengajar harus mulai merencanakan bagaimana
kelompok belajar akan diatur. Pendekatan yang menghendaki kegiatan belajar secara mandiri
dan bebas (independent study) memerlukan pengorganisasian yang berbeda dengan pendekatan
yang memerlukan banyak diskusi dan partisipasi aktif siswa dalam ruang yang kecil, atau untuk
mendengarkan ceramah dalam ruang yang luas.

6) Menentukan pembagian waktu (Allocation of times)

Pemilihan strategi dan teknik untuk ukuran kelompok yang berbeda-beda tersebut mau tidak mau
akan memaksa pengajar memikirkan penggunaan waktunya, yaitu apakah sebagian besar
waktunya harus dialokasikan untuk presentasi atau pemberian informasi, untuk pekerjaan
laboratorium secara individual, atau untuk diskusi. Mungkin keterbatasan ruangan akan
menuntut pengaturan yang berbeda pula karena harus dipecah ke dalam kelompok-kelompok
yang lebih kecil.

7) Menentukan ruang (Allocation of space)

Sesuai dengan tiga alternative pengelompokan belajar seperti pada no.5, alokasi ruang ditentukan
dengan menjawab apakah tujuan belajar dapat dipakai secara lebih efektif dengan belajar secara
mandiri dan bebas, berinteraksi antarsiswa, atau mendegarkan penjelasan dan bertatap muka
dengan pengajar.

8) Memilih media instruksional yang sesuai (Allocation of Resources)

Pemilihan media ditentukan menurut tanggapan siswa yang disepakati. Jadi tidak sekadar yang
dapat memberikan stimulus rangsangan belajar. Gerlach dan Ely mambagi media sebagai sumber
belajar ini ke dalam lima katergori, yaitu: (a) manusia dan benda nyata, (b) media visual
proyeksi, (c) media audio, (d) media cetak, dna (e) media display.

9) Mengevaluasi hasil belajar (evaluation of performance)

Kegiatan belajar adalah interaksi antara pengajar dan siswa, interaksi antara siswa dan media
instruksional. Hakiakat belajar adalah perubahan tingkah laku belajar pada akhir kegiatan
instruksional. Semua usaha kegiatan pengembangan instruksional di atas dapat dikatakan

10
berhasil atau tidak setelah tingkah laku akhir belajar tersebut dievaluasi. Instrumen evaluasi
dikembangkan atas dasar rumusan tujuan dan harus dapat mengukur keberhasilan secara benar
dan objektif. Oleh sebab itu, tujuan instruksional harus dirumuskan dalam tingkah laku belajar
siswa yang terukur dan dapat diamati.

Gerlach dan Ely membagi media sebagai sumber belajar menjadi 5 kategori:

 Manusia dan benda nyata


 Media visual proyeksi
 Media audio
 Media cetak
 Media display

10) Menganalisis umpan balik (analisys of feedback)

Analisis umpan balik merupakan tahap terakhir dari pengembangan sistem instruksional ini. Data
umpan balik yang diperoleh dari evaluasi, tes, observasi, maupun tanggapan-tanggapan tentang
usaha-usaha instruksional ini menentukan, apakah sistem, metode, maupun media yang dipakai
dalam kegiatan instruksional tersebut sudah sesuai untuk tujuan yang ingin dicapai atau masih
perlu disempurnakan.

Model pembelajaran Gerlach dan Ely (1971) merupakan suatu metode perencanaan pengajaran
yang sistematis. Model ini menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta perjalanan pembelajaran
karena dalam model ini diperlihatkan keseluruhan proses belajar mengajar yang baik, sekalipun
tidak menggambarkan secara rinci setiap komponennya. Dalam model ini juga diperlihatkan
hubungan antara elemen yang satu dengan yang lainnya serta menyajikan suatu pola urutan yang
dapat dikembangkan dalam suatu rencana untuk mengajar.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pengembangan sistem pembelajaran (instruksional) merupakan salah satu bentuk


pembaharuan sistem instruksional yang banyak dilakukan dalam rangka pembaharuan
sistem pendidikan, dengan maksud agar sistem tersebut dapat lebih serasi dengan
tuntutan kebutuhan masyarakat, serasi pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Tujuan utama meningkatkan produktivitas dan efisiensi proses
pembelajaran.

Model pengembangan sistem instruksional adalah seperangkat prosedur yang


berurutan untuk melaksanakan pengembangan sistem instruksional. Model-model
pengembangan instruksional, antara lain pengembangan instruksional model Banathy,
PPSI, model Kemp, model Briggs, model Gerlach & Ely.

3.2 SARAN

Penulis bersedia menerima kritik dan saran yang positif dari pembaca. Penulis akan
menerima kritik dan saran tersebut sebagai bahan pertimbangan yang memperbaiki
makalah ini di kemudian hari. Semoga makalah berikutnya dapat penulis selesaikan
dengan hasil yang lebih baik lagi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada.

http://pengertiandanartikel.blogspot.com/2017/03/sistem-instruksional-pembelajaran-
dan.html?m=1

. http://andragogi.com/pengembangan-instruksional

http://dabrianto.blogspot.com/2019/04/pengembangan-sistem-instruksional.html?m=1

13

Anda mungkin juga menyukai