Di Susun Oleh :
Abd Rozak (A1B.17.0046)
a)
Staff Pengajar Program Studi Teknik Informatika/Sistem Informasi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tel : (021) 7493606 e-mail : anwar_choiril@yahoo.co.uk
b)
Staff Pengajar Program Studi Teknik Informatika/Sistem Informasi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tel : (021) 7493606 e-mail : meinarini@yahoo.com
D. ABSTRACT
Madura is the island in which has the largest moslem population in Indonesia and
most of them use moslem wears in daily activity, such as sarong. This overview
makes the Toko Pojok runnings its business. From the time being many similar
businesses have developed. This research aimed to find out Toko Pojok’s position
in Competitive Business using SWOT method. The SWOT identifies internal and
external factors influence its business. From Internal and External factor analysis
can be figured that Toko Pojok is in 1 st quadran. It means that Toko Pojok has
strong position against its competitors.
E. PENDAHULUAN
1
Minat beli penduduk Madura dalam membeli sarung sangat besar dengan
harga bervariatif sehingga hal ini membuat banyak muculnya toko sarung dan
busana islami lainnya dari sejak dahulu.
Toko Pojok-Muzammil Syamsuri merupakan salah satu distributor sarung
yang berada di Pamekasan, berdiri sejak tahun 1965. Pada awal membuka
usaha, Toko Pojok merupakan toko kecil sederhana yang skala usahanya sama
dengan toko sarung lainnya.
Seiring dengan perkembangan jaman dan perubahan tahun, Toko Pojok
menjadi distributor yang menyediakan segala jenis sarung dengan harga
bervariatif, bahkan Toko Pojok telah memiliki sarung dengan tanda merek dagang
atas nama sendiri. Selain itu banyak bermunculan juga usaha sejenis yang skala
usahanya hampir sama dengan Toko Pojok sekarang.
Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul ’Analisis SWOT pada Strategi Bisnis di Market Kompetitif’
A. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bisinis Toko Pojok
melalui SWOT sehingga dapat mengetahui posisi Toko Pojok di pasar.
B. Batasan Permasalahan
1. Mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi
jalannya bisnis pada Toko Pojok.
2. Menggunakan metode SWOT untuk menganalisa posisi Toko Pojok dalam
pasar berdasar faktor internal dan faktor eksternal.
F. LANDASAN TEORI
A. Konsep Marketing
Marketing atau pemasaran sering diartikan sebagai pekerjaan membuat,
mempromosikan, memberikan barang (produk/jasa) dan pelayanan terhadap
pelanggan. Pihak yang terlibat dalam marketing menitik beratkan pada 10 macam
entity yaitu barang, pelayanan pengalaman, kejadian, orang, tempat, sarana,
organisasi, informasi dan ide/pemikiran.
Pengertian marketing secara social menunjukkan bahwa marketing terdapat
dalam masyarakat, memberikan standar hidup yang lebih baik. Marekting
merupakan suatu proses social dimana masing-masing induvidu atau
kelompokkelompok mendapatkan hal yang mereka butuhkan dan inginkan
melalui menciptakan, menawarkan dan menukarkan barang dan servis ke bentuk
lain. Marketing secara manajerial sering diartikan sebagai seni menjual barang.
Pada gambar dibawah dapat diketahui dalam sistem marketing, penjual
dan pembeli dihubungkan dengan empat macam aliran. Penjual memberikan
barang/jasa dan melakukan komunikasi dengan pembeli serta mendapatkan
uang sebagai bentuk pembayaran dan informasi dari pembeli tentang produk
(barang/jasa) yang diinginkan, dibutuhkan oleh mereka.
2
Gbr 2.1. Sistem Marketing
1. Persaingan Merk.
Persaingan terjadi karena produk yang ditawarkan kepada seorang
customer, bentuknya sama dengan harga yang sama pula.
2. Persaingan Industri.
Persaingan yang terjadi karena adanya pembuatan produk yang sama antar
perusahaan.
3. Persaingan Bentuk Barang.
Persaingan yang terjadi karena adanya produk yang memiliki fungsi sama
dengan bentuk yang berbeda.
4. Persaingan Customer.
Persaingan yang terjadi karena berlomba-lomba untuk menarik pelanggan
yang sama.
3
Produk merupakan bentuk penawaran organisasi yang ditujukan untuk
mencapai tujuan organisasi melalui pemuasan kebutuhan dan keinginan
pelanggan.
Harga merupakan keputusan bauran harga berkenaan dengan kebijakan
stretegi dan taktis, seperti tingkat harga, struktur diskon, syarat pembayaran dan
tingkat diskriminasi harga diantara berbagai kelompok pelanggan.
Promosi : Bauran promosi tradisional meliputi berbagai metode untuk
mengkomunikasikan manfaat produk maupun jasa.
Place : Keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap produk
atau jasa bagi para pelanggan potensial. Keputusan ini meliputi lokasi fisik.
People : Bagi sebagian besar jasa, orang merupakan unsur vital. Dalam
organisasi jasa, setiap orang memiliki dampak langsung bagi output yang diterima
oleh pelanggan. Sumber daya harus mempunyai kemampuan akan pengenalan
produk (productknowledge) secara mantap, sehingga dapat memberikan
pelayanan yang maksimal kepada konsumen.
Robert Lauterborn menunjukkan keterkaitan antara 4P dengan 4C yaitu
Four Ps Four Cs
Product Customer solution
Price Customer cost
Place Convenience
Promotion Communication
Gbr 2.3 Hubungan antara 4P dan 4S
4
Gbr 2. 4. Diagram Analisis SWOT
2. Strategi Ekspansi
5
a) Perusahaan melayani masyarakat dalam sektor produk atau jasa
tambahan atau menambah pasar atau fungsi pada bisnis mereka.
b) Perusahaan memfokuskan keputusan strateginya pada peningkatan
ukuran dalam langkah kegiatan dalam batasan bisnisnya sekarang.
Strategi ini membutuhkan investasi yang tinggi dan sumber daya yang
memadai. Dimana perusahaan perlu memikirkan secara matang dalam
proses perhitungan dalam perluasan pasar atau bisnis mereka.
3. Strategi Penciutan
Strategi penciutan dimaksudkan untuk melakukan pengurangan atas
pasar maupun fungsifungsi dalam perusahaan yang memiliki aliran keuangan
negatif. Biasanya strategi ini diterapkan pada perusahaan yang berada pada
tahap menurun (decline), yang tidak mencapai tujuannya dengan salah satu
strategi besar mereka dan ada tekanan dari pemegang saham, pelanggan atau
pihak lainnya, serta banyaknya hambatan yang tidak dapat diatasi oleh intern
perusahaan. Yang dilakukan dalam strategi penciutan :
a) Perusahaan merasakan perlunya untuk mengurangi lini barang atau jasa,
pasar dan fungsi mereka.
b) Perusahaan memusatkan keputusan strateginya pada peningkatan
fungsional melalui pengurangan kegiatan dalam unit-unit yang memiliki
arus kas negatif.
6
tradisional, pasar-pasar local bahkan pasar internasional. Beliau berpikir bahwa
jenis barang yang dijual tidak hanya berupa sarung dewasa tapi juga dalam bentuk
sarung anak kecil, peci, busana pria muslim (baju koko), busana muslim wanita
dengan harga yang bervariatif, murah sedang mahal untuk semua berbagai kalangan
ekonomi.
D. Produk
Berikut daftar sebagian produk yang dijual di Toko Pojok seperti yang terlihat pada table
di bawah
7
Songket Rp. Songket
Gunungan 320.000,-
Keterangan :
• 140, 50 % : Teknik yang dilakukan melibatkan 50% wool dan 50 % sutera. Warna pucat.
• 210, 100 % : Terdiri atas 100 % sutera, warna terang.
• Mustaminan : Berwarna gelap dengan corak buga, biasa digunakan untuk mesres, sutera 140 dan sutera 210.
• Timbul : Sutera 100 % dengan corak garis.
• Songket : Sarung sutera berkualitas tinggi, corak garis bunga.
Gbr 3.1
Produk BHS : Songket Gunungan
E. Kompetitor
Persaingan pasar busana muslim sarung terjadi semakin ketat dikarenakan
bermunculan usaha yang sejenis. Hal ini dapat terjadi karena tidak lepas dari
kebiasaan sehari-hari penduduk Madura yang gemar menggunakan sarung.
Persaingan terjadi di beberapa hal seperti berikut ini :
a. Harga
Dalam perdagangan sarung di Madura ada peraturan yang menyatakan
bahwa harga jual di Madura harus lebih tinggi dari harga jual di Jawa
dikarenakan adanya ongkos kirim yang lebih jauh ke Madura. Peraturan ini
diabaikan oleh competitor Toko Pojok dimana harga jual sarung lebih rendah
atau samadari pulau Jawa sehingga penjualan sarung competitor bisa lebih
cepat dari Toko Pojok.
b. Imitasi produk
Adanya produk tiruan terhadap produk asli yang dijual oleh Toko Pojok
sehingga konsumen yang membeli produk tiruan di competitor terkadang
complain terhadap Toko Pojok sebagai pemegang ijin tunggal jenis sarung
tertentu.
F. Strategi Penjualan
8
Toko Pojok sebagai distributor sarung terbesar di Madura telah menerapkan
startegi penjualan selaman beberapa decade ini seperti :
a. Kualitas tinggi dan harga terjangkau
Toko Pojok memiliki sarung dengan kualitas tinggi tapi dengan harga
terjangkau. Hal ini dapat diketahui pada saat penulis bertanya kepada
beberapa pembeli yang dating ke Toko Pojok, mereka menjawab bahwa
sarung yg dibeli di Toko Pojok memiliki kualitas yang bagus dengan harga
yang lebih murah dari toko lain.
b. Menjual segala merek sarung
Untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan, Toko Pojok
menyediakan segala jenis sarung yang paling murah sampai mahal
harganya, seperti :
- Behaestex :
Upper Class : BHS Timbul, Songket, Donggala,
Teropong, Mustaminan 210
Middle Class : BHS Mesres, BHS 50 %
Lower Class : Yaqut, Atlas, Marjan, Rubat
- Lamiri (middle-upper class) : Lamiri Mesres, Lamiri Kotak 210
- Ma’ruf (middle-upper class) : Ma’ruf Mesres, Ma’ruf timbul 210
- Basjah (middle-upper class) : Basjah Mesres, Timbul Donggala, Songket
- Wadimor (Lower class) : Wadimor Kombinasi, Donggala
- Sarung Anak-anak
- Dan lain-lain
9
ini membuat pembeli harus teliti dalam membeli sarung, baik bahan, corak
sehingga tidak aka nada penyesalan di kemudian hari.
g. Harga tetap
Toko Pojok tidak sembarangan dalam menaikkan harga sehingga harga
tetap dalam jangka waktu yang sangat lama kecuali kenaikan harga dari
produsen sarung langsung.
h. Menjual aneka jenis produk baju muslim
Saat ini, Toko Pojok tidak hanya menjual sarung tapi juga busana muslim
pria wanita, sajadah, peci, mukena, batik.
i. Menjual produk ke pasar internasional
Sarung yang dijual di Toko Pojok telah sampai ke luar negeri. Hal ini
terjadi karena adanya orang-orang Indonesia yang mengenakan sarung khas
Toko Pojok di saat bepergian ke luar negeri, Negara muslim biasanya
seperti Malaysia, Arab, Mesir, dan lain-lain. Sehingga pada saat mereka
pulang ke Indonesia dan hendak kembali kesana, banyak orang luar negeri
yang minta dibelikan sarung Toko Pojok.
H. ANALISIS SWOT
Analisis SWOT dilakukan untuk mengetahui posisi Toko Pojok dalam
pasar yang kompetitif saat ini. Untuk itu penulis perlu mengindentifikasikan
faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi perjalanan bisnis Toko
Pojok berdasarkan observasi penulis di lapangan dan telah dijabarkan di bagian 3
sebelumnya.
Adapun faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat diidentifikasikan
sebagaimana Analisis SWOT yaitu Strenght, Weakness, Opportunity, Threaths.
Dari hasil observasi di lapangan di Toko Pojok, penulis merumuskan sebagai
berikut :
a. Strenghts
- Pulau Madura yang mayoritas Muslim memberikan peluang besar untuk usaha
dibidang pakaian muslim, khususnya sarung
- Kecenderungan masyarakat tradisional Madura memakai pakaian muslim
dalam menjalankan
aktifitasnya sehari-hari
- Pemilik toko atau pelaku usaha, Muzammil Syamsuri, memiliki jiwa
entrerpreneurship yang tinggi, jujur, dan dipercaya
- Faktor Pengalaman pelaku usaha, membuat kalangan bisnis salut akan
keahlian dan keterampilannya
- Memiliki jaringan bisnis yang luas dari berbagai kalangan baik pabrikan,
distributor, maupun konsumen
- Memiliki merk dagang atas nama sendiri yaitu “Muzammil Syamsuri”
- Single distributor membuat kepercayaan yang tinggi masyarakat akan kualitas
dan keaslian produk
10
- Pilihan produk yang lengkap dan bervariasi dengan produk-produk yang
terkenal dan terkemuka
- Sistem pembayaran yang cash terhadap pabrikan sehingga memiliki dampak
positif terhadap system produksi pada pabrikan
- Kemudahan akses dan proses bisnis yang diberikan oleh pabrikan
- Penguasaan terhadap kontrol pasar akan corak, motif, dll.
- Penerapan beberapa marketing policies tertentu, misalnya: fixed-price, no-
returned, dan original guarantee membuat konsumen semakin percaya akan
kredibilitas akan pemilik usaha
b. Weaknesses
- Tidak adanya ekspansi dengan cara membuka cabang lain menimbulkan
hilangnya pasar pada masyarakat remote
- Resource yang terbatas menimbulkan kurangnya pengawasan pada pasar
- Sistem manajemen internal yang tradisional membuat kebijakan terpusat pada
figure pemilik usaha tanpa adanya hirarki manajemen yang sistematis dan
terorganisir
-
c. Opportunities
- Antusias pasar yang tinggi membuka kesempatan untuk membuat inovasi
produk dengan merek sendiri “Muzammil Syamsuri” dan dengan kualitas dan
harga yang bersaing dengan produk lainnya
- Ekspansi produk dengan mempatenkan merek
- Harga yang terjangkau menjadikan toko ini sebagai kiblat atau main
distributor bagi distributor lainnya
- Trend masyarakat atau “image” akan kebanggaan memiliki produk yang
kualitas tinggi, mahal, dan prestigious membuat Toko Pojok memiliki
banyak peluang mengembangkan produk yang prestigious pula
d. Threats
- Meningkatnya usaha ini membuat tingkat kecemburuan bisnis yang tinggi
baik pabrikan maupun kalangan pelaku usaha lainnya
- Ketatnya persaingan, menimbulkan maraknya pemalsuan produk, baik merek,
motif, dll
11
Tabel 4.1
Analisis Faktor Internal
Bo
bo S
N t Rat k
Faktor
o ( ing o
% r
)
I. Kekuatan (Strenghts)
Pulau Madura yang mayoritas Muslim memberikan peluang besar untuk usaha dibidang pakaian muslim, khususnya 1
1 6 3
sarung 8
2 Kecenderungan masyarakat tradisional Madura memakai pakaian muslim dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari 4 2 8
3 Pemilik toko atau pelaku usaha, Muzammil Syamsuri, memiliki jiwa entrerpreneurship yang tinggi, jujur, dan 4 3 1
dipercaya 2
4 Faktor Pengalaman pelaku usaha, membuat kalangan bisnis salut akan keahlian dan keterampilannya 4 3 1
2
5 Memiliki jaringan bisnis yang luas dari berbagai kalangan baik pabrikan, distributor, maupun konsumen 4 3 1
2
Memiliki merk dagang atas nama sendiri yaitu “Muzammil Syamsuri” 1
6 4 3
2
Main distributor membuat kepercayaan yang tinggi masyarakat akan kualitas dan keaslian produk 1
7 5 3
5
Pilihan produk yang lengkap dan bervariasi dengan produk-produk yang terkenal dan terkemuka 1
8 5 3
. 5
Sistem pembayaran yang cash terhadap pabrikan sehingga memiliki dampak positif terhadap system produksi pada 1
9 4 3
pabrikan 2
1 Kemudahan akses dan proses bisnis yang diberikan oleh pabrikan 3 2 6
0
1 Penguasaan terhadap kontrol pasar akan corak, motif, dll.
4 2 8
1
1 Penerapan beberapa marketing policies tertentu, misalnya: fixed-price, no-returned, dan original guarantee membuat
1 3
2 konsumen semakin percaya akan kredibilitas akan pemilik usaha 3
Jumlah skor Kekuatan 50 1
3
3
-
1 Tidak adanya ekspansi dengan cara membuka cabang lain menimbulkan hilangnya pasar pada masyarakat remote 25 -1 2
5
Sistem manajemen internal yang tradisional membuat kebijakan terpusat pada figure pemilik usaha tanpa adanya -
2 hirarki manajemen yang sistematis dan terorganisir 25 -2 5
0
Jumlah skor Kelemahan 50 -
7
5
Total (Kekuatan + Kelemahan) 5
8
12
Tabel 4.2
Analisis Faktor Eksternal
Bo
N bot Rat Sk
Faktor
o (% ing or
)
I. Peluang
II. Tantangan
13
Berdasarkan skor dalam analisis faktor internal dan eksternal sebelumnya,
maka kesimpulan SWOT Toko Pojok, dapat digambarkan seperti terlihat pada
diagram Gambar berikut :
I. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang dilakukan terlihat bahwa posisi Toko Pojok
berada di kuadran I, hal ini menunjukkan bahwaToko Pojok memiliki kekuatan
(strength) dan peluang (opportunity) yang sangat bagus sehingga Toko Pojok
masih mampu berkompetisi dengan usaha-usaha lain yang sejenis. Sehingga
strategi yang harus diterapkan adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang
strategis dimana faktor kekuatan tetap dipertahankan dan dikembangkan lagi
dengan berupaya memperbaiki kelemahan serta meningkatkan peluang yang
dimiliki yaitu membuka cabang mengingat konsumen Toko Pojok tidak hanya
bersala dari pulau Madura tetapi juga dari luar Madura bahkan luar Indonesia
selain itu perlu adanya manajemen organisasi yang lebih baik dengan mengangkat
beberapa orang yang bertanggung jawab masing-masing bidang misalnya untuk
14
hubungan ke pabrik, penjualan, delivery dan lain sebagainya mengingat
perputaran uang pada Toko Pojok sangat besar.
J. (Harianto, 2020)
Rudi Harianto
Universitas Narotama
Abstrak: Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bukti empiris
mengenai pengaruh strategi bisnis, kepemilikan institusional dan kebijakan utang
terhadap penghindaran pajak pada perusahaan makanan dan minuman di bursa
efek indonesia tahun 2016-2018. Penelitian ini menggunakan metode yang
bersifat kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder.
Populasi yang dipergunakan untuk penelitian ini yaitu perusahaan makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018. Sampel
penelitian yang dipergunakan yaitu dengan metode purphosive sampling. Teknik
analisis data menggunakan
analisis data deskriptif, uji asumsi klasik, uji f, uji t, analisis regresi linier
berganda, dan uji koefisien determinan. Hasil pengujian hipotesis pertama
menunjukkan bahwa strategi bisnis tidak berpengaruh terhadap penghindaran
15
pajak sehingga dalam hipotesis pertama yang ada penelitian ini tidak terbukti
berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hipotesis kedua menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh terhadap penghindaran pajak sehingga
dalam hipotesis kedua yang ada penelitian ini terbukti berpengaruh terhadap
penghindaran pajak. Hipotesis ketiga menunjukkan bahwa kebijakan utang
berpengaruh terhadap penghindaran pajak sehingga dalam hipotesis ketiga yang
ada penelitian ini terbukti berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hipotesis
keempat yang menyatakan bahwa secara simultan strategi bisnis, kepemilikan
institusional dan kebijakan utang berpengaruh terhadap penghindaran pajak,
sehingga dalam hipotesis keempat yang ada penelitian ini terbukti berpengaruh
terhadap penghindaran pajak
N. PENDAHULUAN
Penerimaan pajak di Indonesia mendatangkan hasil yang cukup besar bagi
pelaksanaan pembangunan. Namun pemungutan pajak oleh pemerintah tidak
selalu mendapat respon baik dari perusahaan (Darmawan, 2014). Pada pasal 23A
UUD 1945 Amandemen III berbunyi “pajak serta pungutan lain bersifat memaksa
sebagai keperluan Negara yang telah diatur dengan undangundang” seperti itulah
ketentuan pemungutan pajak. Menurut Rahayu (2017) pajak adalah bentuk
kontribusi dari warga Negara untuk kekuatan publik. Dengan membayar pajak
dapat mendukung pemerintah dalam menjalankan program-program yang telah
dicanangkan oleh pemerintahan dan demi peningkatan kesejahteraan rakyat
Indonesia.
Penghindaran pajak adalah salah satu cara untuk menghindari pajak secara legal
yang tidak melanggar peraturan perpajakan. Penghindaran pajak yang dilakukan
ini dikatakan tidak bertentangan dengan peraturan undangundang perpajakan
karena dianggap praktik yang berhubungan dengan penghindaran pajak ini lebih
memanfaatkan celah-celah dalam undang-undang perpajakan tersebut yang akan
mempengaruhi penerimaan negara dari sektor pajak (Dewi & Jati, 2014). Di
Indonesia sendiri, permasalahan mengenai praktik penghindaran pajak ini sudah
sangat sering terjadi. Tindakan penghindaran pajak bisa dianggap akan
berkontribusi untuk mendapatkan keuntungan ekonomi yang besar. Keputusan
dalam tindakan penghindaran pajak bisa dilakukan oleh manajemen. Kejadian ini
dikhawatirkan akan membuka peluang manajemen untuk bersikap oportunis
dengan melakukan penghindaran pajak tanpa memperhatikan jangka panjang
perusahaan. Penelitian ini menggunakan variabel strategi bisnis, kepemilikan
institusional dan kebijakan utang di karenakan ke tiga variabel ini di duga akan
berhubungan dengan penghindaran pajak.
16
Penelitian mengenai penghindaran pajak sangat diperlukan karena penerimaan
pajak yang sangat besar peranannya bagi perekonomian Indonesia. Adapun data
target serta realisasi pada penerimaan pajak tahun 2016-2018 sebagai bahan
perbandingan tiap tahunnya, disajikan dalam Tabel 1
Tabel 1
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2016-2017
(*Dalam Triliun Rupiah)
17
G. Penghindaran Pajak
Penghindaran pajak adalah usaha untuk mengurangi utang pajak yang
bersifat legal (Xynas, 2011). Penghindaran pajak bukan pelanggaran
undangundang perpajakan karena usaha wajib pajak untuk mengurangi,
menghindari, meminimumkan atau meringankan beban pajak dilakukan dengan
cara yang dimungkinkan oleh Undang-Undang Pajak (Kurniasih, T. Sari, 2013).
Pengertian Penghindaran pajak secara umum adalah pengaturan transaksitransaksi
keuangan dengan cara sedemikian rupa yang tujuannya untuk mengurangi jumlah
pajak yang harus dibayarkan dengan tetap berdasarkan hukum pajak. Cara ini
dilakukan dengan memanfaatkan celah-celah dalam hukum pajak sehingga tidak
termasuk perbuatan melanggar hukum. Namun tindakan ini tetap tidak dapat
diterima karenajelas tujuannya untuk keuntungan pribadi yang mengakibatkan
tidak maksimalnya penerimaan pajak bagi negara. Pada umumnya penghindaran
pajak dapat diukur dengan menggunakan effective tax rate (ETR), baik dalam
bentuk GAAP ETR, Current ETR maupun Cash ETR (Khomsatun & Martani,
2015). Pada penelitian ini menggunakan Cash ETR dikarenakan Cash ETR yaitu
tingkat dari rata-rata dimana seseorang atau perusahaan dikenai pajak. Tingkat
pajak effective untuk individu adalah tingkat rata-rata dimana penghasilan yang
diperolehnya dikenai pajak, dan tarif pajak efektif untuk korporasi adalah tingkat
rata-rata dimana keuntungan sebelum pajaknya dikenakan pajak. Semakin kecil
nilai CETR maka semakin besar penghindaran pajak perusahaan dan begitu
sebaliknya semakin besar nilai CETR maka semakin kecil penghindaran pajak
perusahaan. Nilai CETR lebih dari 0 serta kurang dari 1. Pengukuran ini bisa
menggambarkan atas penghindaran pajak perusahaan.
H. Strategi Bisnis
Terdapat dua macam strategi dalam teori strategi, yaitu strategi perusahaan
dan strategi bisnis. Strategi bisnis adalah suatu cara atau metode yang digunakan
suatu perusahaan untuk dapat bertahan ditengah persaingan yang ada. Strategi
bisnis membuat garis besar mengenai cara bisnis dalam mencapai tujuannya dan
memuat tanggapan organisasi terhadap tantangan dan kebutuhan baru. Perumusan
strategi yang baik sangat penting untuk keberhasilan suatu bisnis. Penelitian ini
menggunakan dua tipe strategi bisnis yaitu prospector dan defender dari tipologi
Miles, Snow, Meyer, & Coleman, 1978 dalam (Arieftiara, 2015). Defender atau
bertahan, memiliki karakteristik perilaku yaitu menutup sebagian dari total pasar
dalam rangka menciptakan wilayah pasar yang stabil, perusahaan defender
berusaha dengan agresif untuk mencegah pesaing masuk ke lahan mereka yakni
dengan fokus pada harga yang kompetitif atau produk berkualitas tinggi.
Lingkungan yang dihadapi prospector lebih dinamis dibandingkan dengan tipe
organisasi lain dalam industri yang sama. Fokus utama prospector adalah
bagaimana menemukan dan memanfaatkan secara maksimal produk, wilayah
pasar serta kesempatan baru. Strategi bisnis dalam penelitian ini menggunakan
beberapa pengukuran yang dipakai oleh (Higgins, Omer, & Phillips, 2012), yaitu
18
kemampuan produksi dan ditribusi barang dan jasa secara efisien, tingkat
pertumbuhan perusahaan, pemasaran, dan intensitas aset tetap.
I. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham pada perusahaan
mempunyai bentuk sebuah institusi yang ada di lembaga keuangan non bank
misalnya seperti perusahan asuransi, perusahaan investasi, dan lainlain (Jensen &
Meckling, 1976). Investor institusional yang mempunyai kepemilikan saham yang
besar membuat mereka akan memiliki sebuah dorongan yang kuat sebagai
pengawasan dalam tindakan manajemen, mengumpulkan informasi serta
mendorong agar kinerja menjadi lebih bagus serta bisa sebagai alat memonitoring
perusahaan. semakin meningkatnya kepemilikan institusional di perusahaan bisa
mempunyai indikasi pada kemampuan supaya bisa memonitoring pihak
manajemen. Pentingnya sebuah fungsi monitor supaya kepemilikan institusional
bisa meminimalisir tindakan terkait adanya penghindaran pajak, sehingga bisa
sebagai pengurangan atas tindakan manajemen di perusahaan yang melakukan
penghindaran pajak.
J. Kebijakan Utang
Menurut (Fahmi., 2013:160) utang adalah kewajiban (liabilities), maka
liabilities atau utang merupakan kewajiban yang dimiliki oleh pihak perusahaan
yang bersumber dari dana eksternal baik yang berasal dari sumber pinjaman
perbankan, leasing, penjualan obligasi dan sejenisnya. Kebijakan utang yaitu
kebijakan yang ada diperusahaan terkait dengan seberapa jauh di perusahaan
memakai pendanaan utangnya. Kebijakan utang yaitu segala jenis utang yang
dibuat atau bisa juga diciptakan pada perusahaan baik dilihat dari utang lancar
maupun utang tidak lancar. Pengukuran kebijakan utang memakai rasio utang
terhadap asetnya atau biasa disebut Debt to Asset Ratio (DAR) melalui rasio Debt
to Asset Ratio (DAR) dapat ditunjukkan seberapa besar perolehan atas jumlah aset
perusahaan yang didanai oleh utang, dengan DAR bisa menunjukkan besarnya
kemampuan atas perusahaan dalam menyelesaikan segala kewajiban yang
mempergunakan aset yang dimiliki perusahaan, sehingga DAR bisa menarik
investor supaya melakukan berinvestasi diperusahaan tersebut, utang bukan
penyamaan antara pemegang saham dan kepentingan manajer tetapi sebagai
penurunan atas biaya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan. Hal ini
dikarenakan beban bunga merupakan ketentuan pada deductible expense di
peraturan perpajakan
K. Kerangka Pikiran
H2 H4
Kebijakan Utang H3
(X3)
Institusional (X2)
Gambar 1
Rerangka Pemikiran
20
Perusahaan yang memiliki beban pajak tinggi dapat melakukan
penghematan pajak dengan cara menambah utang perusahaan. Penambahan
jumlah utang akan menyebabkan muculnya beban bunga yang dapat sebagai
pengurangan dari keuntungan sebelum kena pajak, sehingga mengurangi beban
pajak yang harus dibayarkan pada perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh
(Atari, 2016) menyatakan bahwa kebijakan utang memiliki pengaruh signifikan
terhadap penghindaran pajak, hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut :
P. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis pada penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif merupakan analisis dalam bentuk angka atau statistik yang
berlandaskan positifme serta untuk menguji atas hipotesis penelitian (Sugiyono,
2017 : 8). Penelitian ini pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek
Indonesia tahun 2016-2018 dengan mengakses website dari BEI yaitu
www.idx.co.id.
21
1. Perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2016 – 2018.
2. Perusahaan makanan dan minuman yang menerbitkan laporan keuangan
sudah diaudit di Bursa Efek Indonesia secara berturut-turut tahun 2016 –
2018
3. Perusahaan makanan dan minuman yang menggunakan satuan mata uang
Rupiah dalam laporan keuangannya.
Tabel 2
Kriteria Pemilahan Sampel
Kriteria Jumlah
Jumlah Perusahaan 12
Perusahaan
Jumlah Tahun Pengamatan 3 Tahun
Jumlah Sampel Penelitian 36
Sumber: www.idx.co.id
22
Penghindaran pajak dalam penelitian ini menggunakan rasio CETR (cash
effective tax rate). Rasio CETR diukur dengan perhitungan sebagai
berikut:
CETR = Pembayaran Pajak
Laba Sebelum Pajak
2. Variabel Independen
a. Strategi Bisnis
Penelitian ini mengikuti beberapa pengukuran yang dipakai oleh
(Higgins et al., 2012), yaitu:
1. Kemampuan produksi dan distribusi barang dan jasa secara efisien Untuk
mengukur kemampuan produksi dan distribusi barang dan jasa secara
2. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
3. Pemasaran
4. Intensitas Aset Tetap
23
Pengukuran strategi ini selanjutnya menggunakan variabel dummy.
Pengukuran ini dilakukan dengan mencocokan item pada check list
dengan item yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan.
Apabila jumlah item i berada di atas jumlah rata-rata item pengungkapan
dari seluruh sampel maka diberikan nilai 1, jika jumlah item i berada di
bawah jumlah rata-rata item pengungkapan dari seluruh sampel maka
diberi nilai 0.
Tabel 4
Pengukuran Strategi
b. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional dalam penelitian ini menggunakan jumlah saham
dari pihak institusi di bagi dengan jumlah saham yang beredar.
Kepemilikan institusional diukur dengan perhitungan sebagai berikut:
Kepemilikan Institusional = Jumlah Saham Institusional
Jumlah Saham yang Beredar
c. Kebijakan Utang
Kebijakan utang dalam penelitian ini menggunakan Debt to Asset Ratio
(DAR).
24
Tabel 5
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
U. Uji Normalitas
Gambar 2
Uji Normalitas
Dari gambar 2 diatas, diperoleh hasil bahwa data (titik) menyebar di daerah garis
diagonal serta mengikuti arah garis diagonal, berarti data tersebut distribusi yang
normal sehingga model regresi bisa terpenuhi dalam asumsi normalitas.
Tabel 6
Uji t
25
Variabel Independen Nilai Tingkat Hasil
Signifikansi Kepercayaan
Tabel 7 Uji F
26
mendapatkan nilai α lebih besar dari nilai t sign (0,05 > 0,027). Hal ini dikarenakan
semakin meningkatnya kepemilikan institusional maka semakin ketatnya sebuah
pengawasan pada pihak manajemen di perusahaan sehingga bisa meminimalisir
tindakan terkait adanya penghindaran pajak
BB. Saran
Penelitian selanjutnya, diharapkan memperhatikan beberapa hal pada saran
sebagai berikut :
27
1. Penelitian berikutnya hendaknya tidak hanya mempertimbangkan Strategi
bisnis, kepemilikan institusional dan kebiajakan utang tetapi juga
menggunakan informasi lainya yang bisa mempengaruhi penghindaran pajak.
2. Penelitian berikutnya hendaknya menggunakan pengukuran lain dikarenakan
pada penghindaran pajak masih ada pengukuran selain cash ETR yang belum
diteliti dalam penelitian ini.
28
data. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan tiga responden, strategi
bisnis yang dilakukan pelaku UKM adalah berupa inovasi produk, sehingga
peluang bisnis yang dilakukan dapat meningkatkan penjualan di toko online
selama masa pademi Covid-19 dan era new normal. Pelaku UKM mengapresiasi
kebijakan insentif pajak dan pelaku UKM menyatakan telah memanfaatkan
insentif pajak tersebut serta terus meningkatkan kepatuhan kewajiban perpajakan.
Pelaku UKM mengharapkan sosialisasi dan pendampingan untuk mendapatkan
informasi yang lebih detail terkait peraturan atau kebijakan perpajakan terbaru.
Kata Kunci: strategi bisnis, insentif pajak, pandemi, covid-19, era hidup baru
U. PENDAHULUAN
Tak terasa tiga bulan telah berlalu mengakibatkan tatanan kehidupan
masyarakat di Indonesia telah berubah. Hal ini terjadi karena adanya pandemi
Covid-19. Berbagai kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah guna mencegah
terjadinya penularan vírus Covid-19 secara masif. Salah satunya dengan
membatasi aktivitas untuk keluar rumah, sehingga perubahan tatanan
bermasyarakat tersebut berdampak luas bagi berbagai sektor di seluruh dunia.
Semua aktivitas semaksimal mungkin dilakukan secara online (daring) guna
menghindari berkumpulnya manusia dalam jumlah skala besar. Oleh sebab itu,
sudah otomatis terjadi peningkatan penetrasi penggunaan internet. Menurut data
Badan Pusat Statistik (BPS) penggunaan internet di Indonesia melonjak lebih dari
20% selama pekerjaan (work from home), sekolah (school from home), atau
aktivitas lainnya dilakukan secara online. Tak terkecuali ini juga berdampak pada
kebiasaan hidup masyarakat saat ini.
Pemerintah telah memberikan kebijakan dengan menggelontorkan
sejumlah dana APBN maupun APBD hingga APBDes yang dikerahkan untuk
mengatasi masalah penanganan virus Covid-19 ini, baik dari segi kesehatan,
sosial, pendidikan, hingga ekonomi. Namun, seiring berjalannya waktu, kebijakan
pembatasan mobilitas masyarakat seperti pembatasan sosial berskala besar
(PSBB) di sejumlah daerah memberikan dampak yang sangat kentara pada sektor
ekonomi. Sehingga perekonomian masyarakat semakin melemah akibat
pembatasan tersebut.
Di sisi lain, pengidap virus Covid-19 ini terus bertambah setiap harinya di
Indonesia. Hingga pertengahan Juni 2020, pemerintah menyiarkan lebih dari
60.000 orang terkonfirmasi positif Covid-19 dan korban meninggal juga terus
meningkat. Sedangkan dalam hal kekuatan ekonomi, terjadi pelemahan
kemampuan untuk menyelesaikan pandemi ini akibat kurangnya penerimaan
negara.
Oleh sebab itu pemerintah memutuskan untuk menyelamatkan negara
dengan memberlakukan tatanan kehidupan baru atau disebut dengan ”Era New
Normal.” New Normal adalah paradigma hidup baru, di mana manusia harus
berdamai berdampingan dengan Covid-19, yaitu hidup sesuai dengan protokol
29
kesehatan, seperti pola hidup sehat dan bersih serta menggunakan masker selama
vaksin belum ditemukan. New normal untuk bidang ekonomi bertujuan untuk
memulihkan aktivitas masyarakat, salah satunya memperbaiki pendapatan yang
sementara hilang akibat pembatasan.
Kini pemerintah berupaya untuk membuka beberapa sektor usaha dan terus
mendorong UKM untuk melakukan kegiatan secara online, namun tetap pada
pemantauan dan secara bertahap guna meningkatkan penerimaan pajak. Guna
menjaga keberlangsungan bisnis yang sekaligus menyelamatkan ekonomi
nasional, pemerintah telah melakukan berbagai program kebijakan sosial
ekonomi, termasuk kebijakan insentif maupun fasilitas pajak yang dapat
dimanfaatkan oleh Wajib Pajak.
Untuk itu pelaku UKM disarankan untuk memanfaatkan kebijakan
perpajakan di dalam PMK Nomor 44/PMK.03/2020 tentang Insentif Pajak untuk
Wajib Pajak Terdampak Pandemi Covid-19 memberikan beberapa insentif pajak,
diantaranya PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah (DTP) untuk pekerja
berpenghasilan bruto tidak lebih dari Rp.200 juta per tahun, PPh Final UMKM
DTP, pembebasan PPh Pasal 22 Impor, pengurangan angsuran PPh Pasal 25
sebesar 30 persen dan restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dipercepat.
Sedangkan PMK Nomor 28/PMK.03/2020 tentang Pemberian Fasilitas terhadap
Barang dan Jasa yang Diperlukan dalam Rangka Penanganan Pandemi Covid-19,
memberikan sekitar delapan insentif untuk jangka waktu enam bulan mulai masa
April 2020 hingga September 2020. Tepat pada 8 Juni 2020, sudah 358.966
permohonan insentif yang telah disetujui. Namun dalam Perpu 1 Tahun 2020 yang
telah disetujui oleh DPR menjadi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020. Ada tiga
kebijakan perpajakan yang penting untuk dimanfaatkan oleh masyarakat, yakni
penyesuaian tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk
usaha tetap, perlakuan perpajakan dalam kegiatan Perdagangan Melalui Sistem
Elektronik (PMSE) dan perpanjangan waktu pelaksanaan hak dan pemenuhan
kewajiban perpajakan. (Suryo Utomo, 2020)
Kondisi pandemi Covid-19 ini telah berdampak buruk terhadap bisnis dan
ekonomi, bahkan ketidakpastian bisnis dan ekonomi menjadi momok yang sangat
menakutkan bagi para pelaku UKM dan hampir seluruh sektor usaha menerima
imbas negatif dari ketidakpastian bisnis, termasuk ada sebagian usaha yang mulai
berhenti beroperasi yang akhirnya menekan pertumbuhan ekonomi.
V. METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif, yaitu metode penelitian
yang dilandasi oleh filsafat postpositivisme dan digunakan untuk penelitian saat
kondisi objek yang alamiah dan peneliti sebagai instrumen kunci. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan adalah triangulasi yaitu analisis data yang
bersifat induktif. Dan hasil penelitian kualitatif ini lebih menekankan makna
daripada generalisasi. (Sugiyono, 2017).
Responden dalam penelitian ini merupakan pelaku UKM yang bermitra
dengan Shopee dan Tokopedia di wilayah Jakarta yang memiliki bidang usaha
yang berbeda-beda, yaitu UKM yang bergerak dalam bidang fashion, makanan,
30
kesehatan dan/atau kecantikan. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 3
responden pelaku UKM, dengan tehnik simple random sampling. Dalam
penelitian ini, peneliti hanya melakukan wawancara secara mendalam terkait
kepada para responden untuk memperoleh data yang diperlukan. Pengujian
validitas data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan pengamatan,
peningkatan ketekunan saat penelitian, triangulasi, diskusi -2883
dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan membercheck. Penelitian ini
digunakan triangulasi sumber yaitu dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber wawancara, juga responden dari pengguna
jasa mitra mitra bisnis pemilik UKM untuk mendapatkan informasi UKM yang
lebih akurat.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis kualitatif. Langkah-langkah dalam analisis data kualitatif melalui empat
proses, yaitu mengumpulkan data, menyortir data yang tidak diperlukan,
menyajikan dan menganalisis data, serta menyimpulkan data.
31
Pelaku UKM mengakui bahwa pemasaran, tidak ada tim marketing
khusus yang menangani pemasaran. Usaha ini dikelola oleh keluarga
dibantu 2 orang karyawan. Omset ratarata sekitar 40-50 juta per bulan.
c. Responden 3, UKM yang Bergerak dalam Bidang Kesehatan dan/atau
Kecantikan
UKM yang menjual produk kesehatan dan kecantikan. Usaha ini berawal
karena memiliki wajah berjerawat dan akhirnya sejak tahun 2014 mulai
menekuni menjalankan bisnis MLMnya hingga saat ini menjadi
distributor terbesar di kota Jakarta. Usaha ini hanya di kelola oleh Suami
dan 2 orang admin. Omset rata-rata perbulan sekitar 90-100 juta per
bulan.
CC. Strategi Bisnis dan Pemanfaatan Pajak
Menurut kebijakan perpajakan yang ditetapkan Pemerintah dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 Tentag Pajak Penghasilan (PPh)
atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang
memiliki peredaran bruto tertentu berlaku sejaki 1 Juli 2018. Peraturan ini
dikenal dengan istilah PP No. 23/2018. Peraturan Pemerintah ini masih menjadi
acuan tarif pajak UKM yaitu 0,5 persen dari peredaran bruto per bulan. Tujuan
dari penurunan tarif ini adalah untuk menggali potensi wajib pajak UKM karena
meningkatnya pelaku UKM di Indonesia sekaligus dukungan dari pemerintah
agar UKM semakin berkembang.
Di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini segi kesehatan masyarakat tetap
menjadi prioritas utama. Oleh karena itu, pemerintah tidak tinggal diam dengan
keadaan tersebut. Guna menjaga stabilitas dan memulihkan ekonomi nasional,
pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk tetap mendukung UKM di
masa pandemi. Kebijakan tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
23 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional
(PEN) yang merupakan amanat dari Perppu 1/2020 antara lain insentif pajak,
subsidi bunga dan penjaminan modal kerja baru UMKM. Melalui PMK Nomor
44/PMK.03/2020 pemerintah menggantikan PMK Nomor 23/PMK.03/2020
dengan memunculkan satu jenis insentif pajak baru yaitu PPh Final berdasarkan
PP 23 Ditanggung Pemerintah (DTP). Latar belakang insentif pajak untuk PPh
Final DTP ini merupakan upaya perluasan cakupan insentif pajak karena dampak
Covid-19 yang turut menjangkau pelaku UMKM. Dengan adanya insentif pajak,
pelaku UKM dibebaskan dari pembayaran pajak PPh Final PP 23 selama masa
pajak April 2020 hingga September 2020. Untuk memanfaatkan insentif pajak
tersebut, maka wajib pajak UKM harus melakukan pengajuan permohonan Surat
Keterangan terlebih dahulu di laman www.pajak.go.id. Setelah itu, wajib pajak
UKM menyampaikan laporan realisasi PPh Final DTP yang meliputi PPh terutang
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dan dilampirkan dengan SSP atau
cetakan kode billing. Laporan tersebut harus disampaikan setiap bulan dan paling
lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir melalui laman
www.pajak.go.id dengan menggunakan menu layanan eReporting Insentif Covid-
19. Dan laporan tersebut harus disampaikan tepat waktu agar insentif dapat
dimanfaatkan.
32
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan tiga responden
UKM, menyatakan bahwa sudah mengetahui tentang kebijakan insentif pajak
tersebut. Ketiga responden sangat mengapresiasi kebijakan pemerintah guna
memanfaatkan insentif pajak tersebut. Dua dari tiga responden telah memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) wajib orang pribadi sejak lama karena
sebelumnya berstatus sebagai pegawai pada sebuah instansi. Sedangkan satu
responden baru terdaftar menjadi wajib pajak sejak tahun 2018. Ketiga responden
telah melakukan kewajiban pajak berdasarkan PP Nomor 23 tahun 2018 dan
selama dua bulan ini (masa April dan Mei 2020) wajib pajak telah memanfaatkan
insentif pajak berdasarkan PMK Nomor 44/PMK.03/2020. Responden menilai
kebijakan ini sangat baik diterapkan demi keberlangsungan bisnis yang dijalankan
selama masa pandemi.
Semua responden menyatakan bahwa margin laba biasanya ada pada
kisaran 10% sampai 20%, namun selama pandemi ini penjualan secara online
mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena adanya inovasi dari produk yang
ditawarkan dan kebijakan PSBB dari pemerintah sehingga masyarakat melakukan
aktivitas di rumah dalam rangka mengurangi resiko penyebaran virus Covid-19,
maka terjadi peningkatan daya beli masyarakat.
Responden 1 telah melakukan inovasi produk dengan membuat sebuah
Stylish Dress (baju kerja rasa rumah) yang comfy dan auto switch untuk
memudahkan pelanggan yang melakukan pekerjaan kantor maupun pekerjaan
rumah agar mood tetap terjaga. Sedangkan responden 2, menyediakan produk
dalam bentuk family pack jadi pelanggan tidak perlu repot memasak dan cukup
menghangatkan melalui microwave atau di atas wajan dan kompor. Berbeda
dengan responden 3, -2883
X. SIMPULAN
Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka simpulan
dari penelitian ini adalah:
1. Strategi bisnis yang dilakukan pelaku UKM adalah berupa inovasi produk,
sehingga peluang bisnis yang dilakukan dapat meningkatkan penjualan di
toko online selama masa pademi Covid-19 dan era new normal.
2. Pelaku UKM mengapresiasi kebijakan insentif pajak yang tertuang dalam
PMK Nomor 44/PMK.03/2020 dan pelaku UKM menyatakan telah
33
memanfaatkan insentif pajak tersebut serta terus meningkatkan kepatuhan
kewajiban perpajakan.
Pelaku UKM mengharapkan sosialisasi dan pendampingan untuk
mendapatkan informasi yang lebih detail terkait peraturan atau kebijakan
perpajakan terbaru.
Y. DAFTAR PUSTAKA
Anwar, M. C. ;, & Utami, M. C. (2012). Analisis SWOT pada Strategi Bisnis
dalam Kompetisi Pasar (Studi Kasus: Toko Pojok Madura). Studia
Informatika: Jurnal Sistem Informasi, 5(1), 1–9.
Harianto, R. (2020). Pengaruh Strategi Bisnis, Kepemilikan Institusional Dan
Kebijakan Utang Terhadap Penghindaran Pajak ( Studi Kasus Pada
Perusahaan Makanan dan Minuman di. Liability, 02(1), 49–69.
Ratih Kumala, A. J. (2020). Strategi Bisnis Dan Pemanfaatan Kebijakan Pajak Di
Masa Pandemi COVID-19 Dan Era New Normal (Studi Kasus Pelaku UKM
Marketplace). Strategi Bisnis, 7(2), 1–6.
http://search.ebscohost.com/login.aspx?
direct=true&AuthType=ip,shib&db=bth&AN=92948285&site=eds-
live&scope=site
%0Ahttp://bimpactassessment.net/sites/all/themes/bcorp_impact/pdfs/em_sta
keholder_engagement.pdf%0Ahttps://www.glo-bus.com/help/helpFiles/CDJ-
Page3b
34