Anda di halaman 1dari 6

Background masalah kesehatan masyarakat, karena

Kehamilan merupakan proses fisiologis berdasarkan penelitian-penelitiansebelumnya


yang melibatkan hampir semua sistem organ terdapat kesenjangan mengenai pemahaman
wanita. Selama proses perubahan fisiologis ibu hamil terhadap risiko obat herbal yang
kehamilan, tubuh wanita mengalami beberapa dikonsumsi baik itu pada ibu maupun janin7.
ketidaknyamanan seperti mual, muntah, Risiko atau efek samping yang dapat terjadi
pusing ringan, konstipasi dan gangguan tidur pada janin terdiri dari efek langsung dan tidak
selama kehamilan1. Dalam mengatasi langsung, efek langsung yaitu dapat
ketidaknyamanan tersebut, sebagian ibu menyebabkan kerusakan atau gangguan
hamil menggunakan obat Over The Counter perkembangan janin dengan akibat kelainan
(OTC), mencari obat modern dengan resep kongenital atau kematian. Sedangkan efek
dokter, atau menggunakan herbal2. tidak langsung dapat berupa gangguan fungsi
WHO pada tahun 2016, negara-negara di plasenta yang mengganggu asupan makanan
Asia, Afrika dan Amerika Latin menggunakan dan oksigen ke janin sehingga mengakibatkan
obat herbal sebagai pelengkap pengobatan bayi tidak berkembang dengan sempurna
primer yang mereka terima. Bahkan di Afrika, atau lahir dengan berat badan yang rendah.
sebanyak 80%. Berdasarkan Peraturan Selain itu, obat juga dapat menyebabkan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor kontraksi uterus, sehingga mengurangi
6 Tahun 2016 menyebutkan bahwa sebanyak aliran darah ke janin, atau bahkan
40% penduduk Indonesia menggunakan obat merangsang kelahiran premature8.
tradisional dan sebanyak 70% berada di
daerah pedesaan, sekitar 59,12% penduduk Di Indonesia landasan hukum tentang obat
Indonesia pernah mengkonsumsi jamu dan tradisional terdapat pada Keputusan Menteri
sebanyak 95,6% diantaranya merasakan Kesehatan RI No.381/Menkes/SK/III/2007
jamu berkhasiat dalam meningkatkan tentang Kebijakan Obat Tradisional Nasional
3
kesehatan .dari populasi menggunakan obat (KOTRANAS), adapun tujuan dibuatnya
tradisional untuk pengobatan primer4. keputusan ini adalah agar tersedianya obat
Penelitian dari Saudi pada tahun 2017 tradisional yang terjamin mutu, khasiat dan
menyebutkan bahwa dari 612 peserta, 25,3% keamanannya, teruji secara ilmiah sehingga
prevalensi penggunaan obat herbal selama dapat dimanfaatkan secara luas baik untuk
kehamilan, 33,7% dari peserta menggunakan pengobatan sendiri maupun dalam pelayanan
herbal selama persalinan, dan 48,9% formal. Berdasarkan Peraturan Menteri
menggunakan obat herbal setelah melahirkan. Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28
Sumber yang paling umum untuk Tahun 2017 tentang Izin dan
mendapatkan obat herbal adalah toko herbal Penyelenggaraan Praktik Bidan pada Bab III
86,5% dan sebagian besar peserta 52,9% Pasal 19 Nomor 3 dikemukakan bahwa dalam
menggunakan obat herbal berdasarkan saran memberikan pelayanan kesehatan, Bidan
dari keluarga, teman atau kerabat5. hanya berwenang melakukan pemberian
Hingga saat ini obat herbal yang digunakan tablet tambah darah pada ibu hamil dan
belum teruji secara ilmiah, sehingga pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu
keamanan penggunaan obat herbal selama nifas, sehingga tidak ditemukan adanya
kehamilan belum terjamin karena peraturan bahwa Bidan memilik wewenang
kemungkinan dapat menimbulkan efek dalam pemberian obat modern maupun obat
teratogenik yang dapat merugikan janin, dapat herbal9.Berdasarkan latar belakang tersebut,
mengakibatkan cacat janin. maka peneliti tertarik melakukan penelitian
Faktor yang memengaruhinya diantara lain mengenai prefalensi dan factor penggunaan
Adapaun beberapa karkteristik yang mungkin obat herbal pada ibu hamil. Karena
dapat memengaruhi penggunaan obat herbal, penggunaan obat herbal masih cukup tinggi
yaitu diantaranya usia, suku, gravida, baik di negara berkembang maupun negara
pekerjaan ibu, penghasilan keluarga, tingkat maju10.
pendidikan ibu, dan sarana pemeriksaan.
karakteristik sosio-demografis, dan pengaruh
sosial dan budaya juga dapat memengaruhi
penggunaan obat herbal pada ibu hamil6. Materials & Metode
This research is a descriptive and analytical
Rendahnya pemahaman ibu hamil tentang study using a cross-sectional approach which
penggunaan obat herbal harus dinilai sebagai was conducted from March to August 2020.
The sample in this study were pregnant 1. Ibu hamil yang tidak ada ditempat pada
women who were in the working area of saat pengambilan data.
Ciwaruga Public Health Center has 8 villages. The selection of the study participants was by
Dari 8 desa yang menjadi tempat penelitian, systematic sampling and the main outcome
dilakukan pengambilan sampel secara variable was the proportion of mothers who
propotional dengan mengambil RW dengan used herbal medicine. Intrumen data
jumlah ibu hamil terbanyak. Pada RW yang menggunakan kuesioner dengan total
terpilih akan dilakukan pemilihan ibu hamil pertanyaan 31 butir. Data dikodekan dan
secara simple random samplig menggunakan dimasukkan ke dalam data terkomputerisasi
teknik undian untuk menentukan sampel basis menggunakan Microsoft exel. Data
penelitian. Dilakukan perhitungan untuk dibersihkan dan dianalisis dilakukan pada tiga
mengetahui jumlah sampel minimal dengan tingkat menggunakan Paket Statistik untuk
menggunakan rumus besar sampel untuk Paket perangkat lunak Ilmu Sosial (SPSS)
penelitian deskriptif kategorik:11 ersion 13. Dianalisis univariat, ariables
𝑍𝑎 2 𝑥 𝑃 𝑥 𝑄 kategoris diringkas sebagai proporsi,
𝑛= sedangkan ariables berkelanjutan sebagai
𝑑2
Keterangan: sarana, saya dian dan standar deviasi (SD).
n = jumlah sampel Prevalensinya dihitung Terlambat sebagai
Zα = deviat baku alfa (α yang digunakan proporsi peserta studi yang menggunakan
adalah 0,05 sehingga Zα = 1,96) obat-obatan herbal, penyebutnya adalah
P = proporsi kategori variabel yang diteliti. semua hamil ibu yang terdaftar dalam
Karena belum ada penelitian seperti ini, penelitian ini. Dalam analisis bi-variate, uji chi-
maka untuk nilai P ditetapkan 50%, square (untuk kategori ariables) dan siswa Uji-
dimaksudkan agar mendapatkan besar t (untuk ariabel kontinu) digunakan untuk
sampel yang minimal. P = 0,5 menguji apakah faktor di antara ibu yang
Q = 1-P (1-0,5=0,5) menggunakan obat herbal selama kehamilan
d = Nilai presisi 10% atau 0,1 berbeda dengan ibu yang hamil tidak
Berdasarkan rumus diatas, maka dapat menggunakan obat-obatan herbal. Rasio
dihitung estimasi ukuran sampel yang ganjil, dengan 95% confidence interval (CI)
diperlukan sebagai berikut: digunakan untuk mengukur kekuatan
𝑍𝑎 2 𝑥 𝑃 𝑥 𝑄 hubungan antara penggunaan obat-obatan
𝑛= herbal selama kehamilan nancy dan individu,
𝑑2
(1,96) 2 𝑥 0,5 𝑥 0,5 sosio-budaya, kebidanan / ibu, dan faktor
𝑛= sistem kesehatan. Analisis multivariabel
0,12
3,8416 𝑥 0,25 menggunakan regresi logistik, Kembali
𝑛= prosedur bertahap lingkungan digunakan
0,01
untuk memilih yang mana saja yang dapat
𝑛 = 96,04 dibulatkan menjadi 96
dimasukkan dalam model akhir untuk
The samples were taken using a proportional menentukan faktor-faktornya yang secara
simple random sampling technique until 96 independen terkait dengan penggunaan
respondents were obtained. Adapun kriteria herbal obat selama kehamilan. Termasuk
inklusi dan eksklusi pada penelitian ini, yaitu dalam model di Analisis multivariabel
sebagai berikut : merupakan faktor yang signifikan pada
1) Kriteria inklusi analisis bivariat dan mereka yang memiliki
1. Ibu hamil yang tinggal di wilayah kerja alasan ilmiah meskipun tidak signifikan. Nilai-
Puskesmas Ciwaruga dapn Puskesmas P <0,05 dipertimbangkan dibuat untuk
Rancaekek signifikansi statistik. Hasilnya dirangkum
2. Ibu hamil trimester I, II, dan III yang dalam grafik batang, tabel, dan teks.
tinggal di wilayah kerja Puskesmas Resulth & Discussion
Ciwaruga dan Puskesmas Rancaekek Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagai
3. Ibu hamil yang bersedia berikut :
menandatangani informed consent serta
berpartisipasi dalam penelitian ini
2) Kriteria Ekskulsi
Tabel 1. Characteristic using herbal medicine of pregnancy
Characteristic Frekuensi (n) Presentase (%)
Age
<20 8 8,3
20-35 77 80,2
>35 11 11,5
Mother’s Job
House wife 77 80,2
extra 19 19,8
Family Incame
b< Rp 2.898.744 57 59,4
c≥ Rp. 2.893.074 39 40,6
Mother’s Education
Primary School 8 8,3
Junior High Shool 28 29,2
Senior High Shool 49 51,0
College 11 11,5
Trimester of pregnancy
1st Trimester 11 11,5
2st Trimester 43 44,8
3st Trimester 42 43,8
Number of ANC
Primigravida 37 38,5
Multigravida 33 34,4
Grandemultigravida 26 27,1
Parity
Nuliparous 39 40,6
Primiparous 35 36,5
Multiparous 22 22,9
Place during pregnancy
Hospital 7 7,3
Midwife 89 92,7
Home(Dukun paraji)
Perception
Effective 39 40,6
Not effective 57 59,4
Total 96 100,0

Berdasarkan tabel karakteristik 4.1 terlihat bahwa dari 96 responden yang berpartisipasi dalam
penelitian ini 80,2% ibu hamil dalam usia reproduksi sehat, 81,3% sebagai ibu rumah tangga, 59,4%
responden memiliki penghasilan keluarga dibawah UMR, dan 51,0% responden dengan pendidikan
terakhir SMA. Proporsi ibu hami trimester dua dan trimester tiga hampir sama, yakni 44,8% dan
43,8%. 38,5% responden dengan kehamilan pertama (primigravida) dan 40,6% responden dengan
nulipara (belum pernah melahirkan sebelumnya). Hampir semua responden (92,7%) memilih sarana
pemeriksaan kehamilan ke bidan swasta.

Tabel 2. Obstetric/maternal and health system factors associated with use of herbal medicine
durig pregnancy
Characteristik Use herbal No herbal OR P-
medicine medicine Value
Obstetric/maternal factors
Age
<20 6 2 7.98 (4.45-14.30) <0.001
20-35 58 19
>35 8 3
Used HM previus pregnancy 90 6 (2.51, 1.21-5.19), <0.001
Parity
Nuliparous 32 7 0.50 (0.25-0.98) 0.042
Primiparous 28 7
Multiparous 14 8
Number of ANC
<4 58 12 1.18 (0.72-1.96 0.508
>4 10 16
Health system factors
Drugs acces HM
Available 12 10 0.64 (0.39-1.06) 0.080
Not Availabe 66 8
Cost of health service
Expensive 8 12 1.49 (0.89-2.49) 0.124
Not expensive 68 8
Distance for hf
≤5 km 10 15 2.43 (1.46-4.05) 0.001*
>5km 50 21
wFisher’s Exact est, *P-value significant (<0.05), OR Odd’s ratio, CI 95 % confidence interval, HF Health facility, HM
Herbal medicine

Table 4. Multivariable Logistic Regression Model For Use Of Herbal Medicines


Characteristic AOR P-value

Age (<35/≥35 years) 1.05 (0.42-2.60) 0.915

Self-medication (Yes/No) 1.10 (0.46-2.61) 0.835

Perception (effective/not effective) 2.18 (1.02-4.66) 0.044*

Distance from health facility (>5 km/≤5 km) 1.45 (0.71-2.97) 0.310

Ever used herbal medicine (Yes/No) 3.87 (1.46-10.25) 0.006*

*P-value significant (<0.05), OR Odd’s ratio, CI 95 % confidence interval, HM herbal medicine


Disscusion
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa dari 96 (80,2%) responden merupakan
ibu hamil dengan usia reproduksi sehat, 2% orang yang mengonsumsi obat herbal selama
kehamilan. Jenis obat herbal yang dikonsumsi adalah jamu berupa jahe, sari kurma dan madu.
Sebagian ibu hamil sudah memiliki kebiasaan mengonsumsi jamu sebelum hamil. Ada pula ibu
hamil yang mengonsumsi obat herbal tidak terdaftar badan BOM pada trimester pertama untuk
mengurangi keluhan seperti adanya masalah pada saluran pencernaan yaitu mual/muntah.
Sejalan dengan penelitian Jamila yang mengatakan bahwa jahe mengandung 19 komponen yang
berguna bagi tubuh, salah satunya gingerol yaitu, senyawa paling utama dan telah terbukti
memiliki aktivitas anti ametik (anti mutah) yang manjur dengan bersifat memblok serotinnin yaitu
sebuah senyawa kimia yang dapat menyebabkan perut berkontraksi, sehinggga dapat
menyebabkan rasa mual12. Hernani menyebutkan bahwa jahe memiliki kandungan minyak atsiri
yang mempunyai efek menyegarkan dan memblokir reflek muntah dan kandungan gingerol yang
dapat melancarkan darah yang membuat saraf-saraf bekerja dengan baik13.

Selain jahe, pada penelitian ini ditemukan responden yang mengonsumsi sari kurma selama
kehamilan. Di indonesia, buah kurma banyak diproduksi dalam bentuk sari kurma. Sari kurma
adalah salah satu jenis minuman khusus yang berfungsi untuk pengobatan dan merawat
kesehatan. Sari kurma mengandung zat mineral yaitu besi yang esensial untuk meningkatkan
kadar hemoglobin14. Selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiowati bahwa
sari kurma dapat menigkatkan kadar hemoglobin pada ibu hamil, hal ini didukung oleh teori dari
Rahayu bahwa faktor pembentuk hemoglobin seperti Fe, B12, dan asam folat semuanya terdapat
dalam kurma. Namun, harus diperhatikan bahwa kandungan zat besi pada kurma sebanyak 0,90
mg tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan zat besi ibu hamil apabila tidak disertai dengan
konsumsi tablet Fe secara rutin15-17.

Pada penelitian ini ditemukan juga responden yang mengonsumsi madu selama kehamilan.
Responden mulai menggunakan herbal madu pada trimester pertama dengan alasan tidak ingin
mengonsumsi obat modern, karena merasa dengan mengonsumsi herbal madu sudah cukup
memenuhi kebutuhan nutrisi selama kehamilan dan merasa herbal lebih aman dikonsumsi.
Berdasarkan penelitian Wulandari mendapatkan bahwa madu mengandung vitamin C, vitamin A,
zat besi, dan vitamin B12 yang berfungsi sebagai pembentuk sel darah merah dan hemoglobin,
sehingga madu dapat mencegah anemia pada ibu hamil. Madu merupakan cairan gula
supernatan, dan memiliki kandungan gula berupa fruktosa dan glukosa yang merupakan jenis
gula monosakarida yang dapat diserap usus. Selain itu, madu mengandung vitamin, mineral,
asam amino, dan bahan-bahan aromatik18.

Penggunaan herbal dijadikan sebagai alternatif pengobatan bagi responden untuk


mengurangi keluhan seperti adanya masalah pada saluran pencernaan yaitu mual/muntah.
Sebagian ibu hamil sudah memiliki kebiasaan mengonsumsi jamu sebelum hamil. Ada pula ibu
hamil yang tidak ingin mengonsumsi obat modern, karena merasa dengan mengonsumsi herbal
madu sudah cukup memenuhi kebutuhan nutrisi selama kehamilan dan merasa herbal lebih
aman dikonsumsi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nyeko menyatakan bahwa kebanyakan wanita
tidak menyadari bahwa trimester pertama adalah masa paling kritis kehamilan saat
organogenesis janin terjadi dan penggunaan obat herbal harus diperhatikan untuk mengurangi
risiko morbiditas dan mortalitas janin. Oleh karena itu, penggunaan obat-obatan herbal selama
kehamilan untuk pengobatan tidak dianjurkan karena sebagian obat herbal belum terbukti secara
ilmiah sehingga dapat memiliki kerugian seperti gawat janin, kelahiran prematur, menekan
pertumbuhan janin, penurunan kelangsungan hidup janin, dan kelainan bawaan19.

Penelitian Mothupi bahwa penggunaan obat herbal pada ibu hamil telah dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya faktor sosial dan budaya7. Selain itu, pemanfaatan obat herbal oleh
masyarakat juga didasari oleh faktor agama20, selaras dengan penelitain oleh Indrawati bahwa
pengambilan keputusan tentang penggunaan obat herbal tidak hanya didasari oleh kepercayaan,
kegunaan, dan khasiat jenis tumbuhan herbal tetapi didasari juga oleh pengalaman dan seringkali
dikaitkan dengan nilai-nilai religius9. Pola hidup yang cenderung kembali ke alam menyebabkan
masyarakat lebih memilih menggunakan obat herbal karena diyakini tidak memiliki efek samping
dan harga lebih terjaungkau21.

Dalam hal ini peran bidan sebagai tenaga kesehatan sangat dibutuhkan berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Handayani menyatakan bahwa peran petugas kesehatan harus
mampu sebagai komunikator dan fasilitator. Petugas harus memberikan informasi secara jelas
kepada pasien. Pemberian informasi sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan
sikap masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit. Sehingga, diperlukan komunikasi yang
efektf dari petugas kesehatan terutama bidan, sebagaimana terdapat dalam Undang-undang
No.4 Tahun 2019 pada pasal 47 ayat 1(c) tentang peran bidan sebagai penyuluh dan konselor
dan ayat 1(d) tentang pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik. Konseling dapat menjadi
intervensi yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan hasil praktik penggunaan
obat selama kehamilan22-24.

Conclution
1) Karakteristik responden pada penelitian ini memiliki perbedaan jika dilihat dari usia yaitu
80,2% ibu hamil dalam usia reproduksi sehat, 81,3% sebagai ibu rumah tangga, 59,4%
responden memiliki penghasilan keluarga dibawah UMR, dan 51,0% responden dengan
pendidikan terakhir SMA. Proporsi ibu hami trimester dua dan trimester tiga hampir sama,
yakni 44,8% dan 43,8%. 38,5% responden dengan kehamilan pertama (primigravida) dan
40,6% responden dengan nulipara (belum pernah melahirkan sebelumnya). Hampir semua
responden (92,7%) memilih sarana pemeriksaan kehamilan ke bidan swasta.
2). The use of herbal medicines during pregnancy among women in Gulu district is common,
which may be an indicator for poor access to conventional western healthcare.
The factors associated with use of herbal medicines during pregnancy include believe that herbal
medicines are effective and safe, and having ever used herbal medicines during previous
pregnancies and for other reasons. Many users have confidence in the efficacy of herbal
medicines as an alternative treatment, with oral ingestion being the major
method of use. This therefore calls for community sensitization drives on the dangers of
indiscriminate use of herbal medicine in pregnancy, as well as integration of trained traditional
herbalists and all those community persons who influence the process in addressing the aried
health needs of pregnant women.

Anda mungkin juga menyukai