DESA
A. Filosofi BUM Desa dan Pemahaman EntitasSesuai dengan Undang-Undang Desa, Badan Usaha Milik
Desa, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan (organisasi privat) guna
mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar- besarnya kesejahteraan masyakarat
desa. Kata kuncinya adalah pada tujuan, yaitu "sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa".
Kesejahteraan ini bermakna luas, tidak hanya dari dimensi ekonomi (finansial/profit), tetapi juga
kemanfaatan (benefit) social (social enterprise) Memahami lahir dan hadirnya BUMDes tidak bisa lepas
dari semangat Pasal 33 UUD 1945, yaitu sistem demokrasi ekonomi bahwa perekonomian desa
selayaknya dikelola dari, oleh, dan untuk kesejahteraan warga desa. Semangat gotong-royong dan asas
kekeluargaan menjadi jiwa dari usaha bersama warga desa. Bumi, air, dan kekayaan alam yang
terkandung di desa dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat
Berdasarkan filosofi tersebut, BUM Desa tidak boleh hadir, ber- saing dengan warga, apalagi mengambil
dan mematikan aktivitas- aktivitas ekonomi yang sudah dijalankan oleh warga. Sebaliknya, Bumdes
harus hadir dengan memberikan nilai tambah. Menyele- saikan masalah-masalah yang belum
diselesaikan, menyediakan panggung bagi warga desa untuk bisa memasarkan produk- produknya ke
pasar yang lebih besar. Berjalannya Bumdes juga ti- dak boleh lepas dari nilai-nilai Pancasila, yaitu
ketuhanan/kearifan lokal, kemanusiaan, persatuan, musyawarah dan keadilan sosial.
Pembentukan BUM Desa bertujuan sebagai lokomotif pembangunan ekonomi lokal tingkat desa.
Pembangunan ekonomi lokal desa ini didasarkan oleh kebutuhan, potensi, kapasitas desa, dan
penyertaan modal dari pemerintah desa dalam bentuk pem- ningkatkan taraf ekonomi masyarakat desa.
Dasar pembentukan biayaan dan kekayaan desa dengan tujuan akhirnya adalah meBumdes sebagai
lokomotif pembangunan di desa lebih dilatarbe lakangi pada prakarsa pemerintah dan masyarakat desa
dengan berdasarkan pada prinsip kooperatif, partisipatif, dan emansipa- tif dari masyarakat desa.
Berikut adalah cara dan syarat pendirian BUM Desa yang terdiri atas:
5. BUM Desa dapat didirikan dalam bentuk Usaha Bersama (UB) atau bentuk lainnya, tetapi bukan
koperasi, Perseroan Terbatas (PT), Badan Usaha Milik Daerah, CV, UD atau lembaga keuangan (BPR).
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menerangkan pendirian Badan Usaha Milik
Desa sebagai berikut.
Pasal 87
1) Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang disebut BUM Desa.
2) BUM Desa dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotong-royongan.
3) BUM Desa dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 88
2. Pendirian BUM Desa sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Desa Dalam
Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 Pasal 5 juga menjelaskan mengenal proses pendirian BUM
Desa yang secara berbunyi "Pendirian BUM Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 disepakat
melalul Musyawarah Desa, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan
Musyawarah Desa" Musyawarah Desa yang dimaksud pada pasal tersebut membahas beberapa hal yang
berkait dengan proses pendirian desa. Inti pokok bahasannya adalah:
1. Pendirian BUMDesa sesuai dengan kondisi ekonomi dan social budaya masyarakat:
Empat inti pokok bahasan inilah yang kemudian menjadi dasar pedoman bagi Pemerintah Desa dan
Badan Permusyawaratan Desa untuk menetapkan Peraturan Desa tentang Pendirian BUMDesa.
Menjadi alat desa bagl gerakan perekonomian dt desa yang Vertikan semangat kolektif dan kegotong
royongan Bum Desa akan salah satu lembaga ekonomi yang diharapkan dapat menjadi salah satu yang
berkontribusi pada suruber pendapatan desa, ciri Utama BUM Desa dengan lembaga ekonomi komersil
lainnya adalah sebagai berikut
Melaksanakan tugas desa dalam menyelenggarakan cabang- cabang produksi yang penting bagi
desa dan menguasai hajat hidup orang banyak. Pada dasarnya, pendirian dan pengelolaan BUM
Desa adalah sebuah wujud dari pengelolahan ekonomi produktif desa yang dilakukan secara
kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntabel dan sustainable. Untuk itulah
membutuhkan pengelolahan BUM Desa yang serius agar bisa berjalan secaramandiri, efektif, dan
profesional.
Untuk mencapai tujuannya BUM Desa menggunakan cara pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam
bentuk pelayanan barang dan jasa. Kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi adalah kebutuhan
pokok, selain itu pembekalan usaha bagi masyarakat juga menjadi salah satu tanggung jawab dari
BUM Desa,
Bidang usaha yang menjadi prioritas bagi BUM Desa yang selaras dengan profil dan ciri desa, antara
lain sebagai berikut
3. Jaringan distribusi;
4. Sektor keuangan/permodalan;
5. Pelayanan publik.
Prioritas pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah
Maritim, Infrastruktur, Pertanian dan Energi (MIPE). Pengembangan sektor BUM Desa sebaiknya
sejalan dengan prioritas tersebut. Kebijakan ekonomi tentu akan fokus pada sektor prioritas, baik
kebijakan fiskal maupun sector Bila BUM Desa bergerak pada sektor tersebut maka akan ada
lingkungan bisnis yang menguntungkan.