Anda di halaman 1dari 37

SOAL

a a

2.013 2.013 2.013 2.013 2.013 2.013 1.7 1.7 1.7

Keterangan :
L1 dan L2 = Lebar Bangunan
L1 = 12.075 m
L2 = 5.075 m
H1 = Tinggi Bangunan = 7.075 m
H2 = Tinggi Kap = 4.075 m
I. Bab I PENDAHULUAN
1.1. Perencanaan Struktur Bangunan
1.2. Peraturan Struktur Bangunan Indonesia
1.3. Batas Tinjauan
1.4. Data Stuktur Bangunan
II . BAB II PERHITUNGAN GORDING
2.1. Pendahuluan
2.2. Perencanaan Awal
a. Pembebanan
b. Penentuan Demensi Provil Gording
2.3. Pemeriksaan Profil Gording
a. Data Profil Terpilih
b. Pemeriksaan Ketahanan Lentur
c. Pemeriksaan Ketahan Geser
d. Pemeriksaan Lendutan
e. Hasil Analisis Gording
III. BAB III PEMBEBANAN TRUSS
3.1. Pendahuluan
3.2. Susunan Rangka Kuda - Kuda
3.3. Pembebanan Gavitasi
3.4. Beban Angin
3.5. Perkiraan Penanpang Provil
3.6. Kombinasi Pembebanan Atap
IV. BAB IV DESAIN BATANG TRUSS ATAP
4.1. Pendahuluan
4.2. Hasil Ananlisis Struktur
4.3. desain Batang Tarik
4.4. Desain Batang tekan
4.4.1. Elemen Non Langsing (Non - Slender)
4.4.2. Elemen Langsing (Slender)
V. BAB V DESAIN SAMBUNGAN TRUSS
5.1. Pendahuluan
5.2. Pemisahan / Pemutusan Batang
5.3. Sambungan Baut
5.4. Sambungan Las
VI. BAB VI DESAIN TUMPUAN TRUSS
6.1. Pendahuluaan
6.2. base Plate
6.3. Desain Baut Angkir
6.4. Hasil Perencanaan Base Plate Dan Angkur
Lampiran :

1. Hasil desain element truss (atap)


2. Gaya batang pada profil menerus
3. Hasil desain sambungan
4. Rangkuman hasil desain

Catatan :
1. X, Y, Dan Z adalah tiga angka terakhir NPM
2. Tugas di buat secara sistematis dan di tulis tangan yang rapi serta di jilid pada kertas ukuran A4
3. Marjin penulisan atas : 3 cm, kanan : 3 cm, bawah : 3 cm, kiri : 4 cm
4. Gambar - gambar konstruksi (lampiran) dibuat dengan skala 1 : 100 di atas kertas kalkir ukuran A3
5. Asistensi di mulai pada saat penerimaan soal
6. tugas berlaku untuk tiga bulan ke depan sejak soal di terima (distempel ole asisten)
7. Tidak ada perpanjangan waktu pengerjaan
BAB I
PENDAHULUAN

Baja merupakan salah satu bahan bangunan yang unsur utamanya terdiri dari besi. Baja ditemukan
ketika dilakukan penempatan dan pemanasan yang menyebabkan tercampurnya besi dengan bahan karbon
pada proses pembakaran, sehingga membentuk baja yang mempunyai kekuatan yang lebih besar dari pada
besi.
Bila dipandingkan dengan bahan konstruksi lainnya, baja lebih banyak memiliki keunggulan-keunggulan yang
tidak terdapat pada bahan-bahan konstruksi lain. Disamping kekuatannya yang besar untuk menahan
kekuatan dan kekuatan tekan tanpa membutuhkan banyak volume, baja juga mempunyai sifa-sifat lain yang
menguntungkan sehingga menjadikannya sebagai salah satu material yang umum di pakai.

Sifat-sifat baja antara lain :


a. kekuatan tinggi
kekuatan baja bisa dinyatakan dengan kekuatan tegangan leleh fy atau kekuatan fx mengingat baja
mempunyai kekuatan volume lebih tinggi dibandingkan dengan bahan lain, hal ini memungkinkan
perencanaan sebuah konstruksi baja bisa mempunyai beban mati yang lebih kecil untuk bentang yang
lebih panjang, sehingga struktur lebih ringan dan efektif.

b. kemudahan pemasangan
komponen-kompenen baja biasanya mempunyai bentuk standar serta mudah diperoleh dimana saja,
sehinggah satu-satunya kegiatan yang dilakukan d lapangan adalah pemasangan bagian-bagian yang
telah disiapkan.

c. keseragaman
baja dibuat dalam kondisi yang sudah diatur (fabrikasi) sehingga mutunya seragam.

d. daktilitas (kelihatan)
daktilitas adalah sifat dari baja yang dapat mengalami deformasi yang besar dibawah pengaruh
tegangan tarik tanpa hancur atau putus. Daktilitas mampu mencegah robohnya bangunan secara
tiba-tiba.

e. Modulus elastisitas besar


Dengan modulus yang besar, struktur akan cukup kaku sehingga dapat memberikan keyamanan
bagi pemakai.
1.1 PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN

Perencanaan kap (truss)

Profil c 12 X 5.5 X 0,7

Profil ++ 140 . 140 . 17


Profil ++ 140 . 140 . 17

Profil + + 140 . 140 . 17

Profil ++ 140 . 140 . 17 400.0000

Profil ++ 160 . 160 . 19

1200.0000 500

700.0000

GORDING PROFIL C 12 X 5.5 X 0,7

85 .00 00

KUDA KUDA PRO FIL  ++ 140.140.17

30 0.0 000
1.2. PERATURAN STRUKTUR BANGUNAN INDONESIA
Beberapa peraturan yang berfungsi sebagai pedoman terhadap struktur bangunan di indonesia
(khususnya untuk proses perencanaan) yang berlaku saat ini (sampai buku ini ditulis) adalah seperti
berikut :
a. Peraturan terkait pembebanan struktur
1). SNI 1726:2012 (tata cara perencanaan ketahan gempa untuk struktur bangunan gedung dan
non gedung
Dalam pedoman ini diberikan beberapa ketentuan dan persyaratan untuk perhitungan
pembebanan gempa pada bangunan gedung baik statik dan dinamik, termasuk pula pedoman
untuk sistem struktur penahan beban gempa.

2). SNI 1727:2013 (beban minimun untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain)
Peraturan ini memberikan pedoman mengenai besaran pembebanan pada struktur bangunan,
antara lain mencakup beban hidup pada lantai gedung, beban hujan, beban angin, dan beban-
beban lain, termasuk pula ketentuan untuk kombinasi pembebanan.

b. Peraturan terkait perencanaan struktur


1). SNI 1729:2015 (spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural)
Pedoman ini memberikan ketentuan dan persyaratan untuk perhitungan perencanaan struktur
baja, mencakup desain elemen struktur sampai pada perencanaan sambungan elemen sperti
las dan baut.

2). SNI 2847:2013 (persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung)


Pada peraturan ini diberikan pedoman dalam perencanaan struktur bangunan dari beton
bertulang, mulai dari material adukan beton, persyaratan elemen beton, sampai pada ketentuan
detail penulangan.

c. Peratural lain yang relefan


1). SNI 1727:1998 (pedoman pembebanan indonesia untuk rumah dan gedung)
Peraturan ini adalah pendahulu dari SNI 1727:2013 yang mencakup ketentuan pembebanan
untuk pembebanan mati (berat sendiri struktur dan beban mati tambahan), beban hidup, beban
hujan, dan beban-beban lain. Pedoman ini dapat digunakan sebagai pelengkap dari peraturan
pada beberapa yang belum tercakup (diuraikan kemudian).

2). SNI 2052:2014 (baja tulangan beton)


Dalam pedoman ini terdapat ketentuan untuk jenis material dan variasi diameter tulangan
baja penulangan beton.
Selain beberapa peraturan yang telah disebutkan, masih terdapat pedoman lainnya yang menyakut
masalah perencanaan struktur, namun tidak dicantumkan disini untuk menyesuaikan dengan materi
buku, misal peraturan untuk struktur kayu, struktur baja canai (baja ringan), dll
1.3.BATAS TINJAUAN

Profil c 12 X 5.5 X 0,7

Profil ++ 140 . 140 . 17


Profil ++ 140 . 140 . 17

Profil ++ 140 . 140 . 17

Profil ++ 140 . 140 . 17

Profil ++ 160 . 160 . 19

1.4. DATA STRUKTUR BANGUNAN

Struktur Bangunan yang akan di gunakan dalam proses analisis dan desain memiliki data sebagai berikut

a Data material profil baja (rangka atp)


• Mutu : A36 (setara BJ37 dalam SNI 1729.2002)
• Teganga leleh minimum (fy) : 250 Mpa
• Tegangan putus minimum (fu) : 400 Mpa
• Modulus elastisitas Es : 29.000 Mpa (200.000 Mpa)
Dalam SNI 1729.2015 tidak disebutkan kelas / jenis mutu

b. Data situasi
• Posisi bangunan : di daerah perkotaan
• Kontur lahan : datar (bukandaerah tebing atau bukit)
• Kecepatan angin : 113 Mph = 50.5 m/detik = 98.2 knot

c. Data material arsitektural


• Penutup atap : genteng beton
• Plafond : gypsum
a ditemukan
bahan karbon
esar dari pada

-keunggulan yang

a-sifat lain yang

ngingat baja
mungkinkan
k bentang yang

dimana saja,
n-bagian yang
i indonesia
adalah seperti

gedung dan

ula pedoman

uktur bangunan,
n, dan beban-

ncanaan struktur
emen sperti

dari beton
pada ketentuan

n pembebanan
n hidup, beban
ari peraturan

eter tulangan
yang menyakut
engan materi

bagai berikut
II. BAB II
2.1. PENDAHULUAN

Perencanaan struktur atap secara umum terbagi atas perencanaan elemen gording
dan perencanaan elemen profil struktur utama atap. bisa berupa frame (bersifat seperti balok kolom,
momen, gaya geser, dan aksial semua dipertimbangkan dalam perencanaan) maupun rangka batang truss
(dominan menahan gaya aksial saja).

Perencanaan rangka batang atap meliputi antara lain hal - hal berikut :
• Penentuan bentuk susunan rangka kuda - kuda
• Jarak antara rangka kuda - kuda
• demensi profil yangdi gunakan
• Detail sambungan (plat buhul dan las/baut)

Bentuk susunan rangka, demensi profil dan sambungan akan di tentukan terutama pada pembebanan
yang bekerja, sedangkan jarak antara rangka kuda - kuda lebih di tentukan oleh panjang batang gording
yang mampu menahan beban yang bekerja. Karena bentang gording adalah sama dengan jarak antar
kuda - kuda yang berfungsi sebagai tumpuan gording dengan demikian, terlebih dahulu perlu di lakukan
perencanaan gording sebelum masuk di perencanaan profil rangka batang kuda - kuda utama.

Perencanaan struktur gording mencakup hal - hal berikut :


• Jarak antar gording
• demensi profil gording Gording
Sagrod

Penutup Atap
105.420

Bentang kuda - kuda


Ringbalk

Detail susunan tipikal struktur atap


G

G2
7

G2
9
G2
G2

5
3
G2
1
G1
G18 9
K G17 L G16 M G15 N G14 O G13 P G12 Q G11 R G10
0

Menghitung Panjang Batang


Menghitung Struktur Bagian Kiri

G6
F
G5

G4
D 4.075

G29
G3 28
26

G27
C
G25

G2 24
22
G23

B
G21

G1 20
G19

A
G18 K G17 L G16 M G15 N G14 O G13 P

12.075

2 2
(G1=G2=G3=G4=G5=G6) = 12.075 + 5.075

13.0981
= = 2.183023 m
6

12.075
(G13=G14=G15=G16=G17=G18) = = 2.0125 m
6

a. Perbandingan Segitiga 1 b. Perbandingan Segitiga 2


G

G C
G2
B 5.075
G29

B
5.075
G19...?

G29

G1
G19

A A
?

K P G18 K G17 L G

2.013 2.013
12.075 M
AK BK G20 =
G19 = =
AP GP G19 2 + G17 2

2.0125 G19 G20 =


G19 = =
12.075 5.075 0.845833 2 + 2.0125 2

12.075 X G19 = 10.21344 G20 = 2.183 m


10.21344
G19 = = 0.845833 m
12.075
2.2. Perencanaan awal
G
G
c. Perbandingan Segitiga 3 d. Perbandingan Segitiga 4
G

C C
5.075 5.075

G29
G21...?
B

G29
A P A
L G18 K G17 L G16 G

2.013 2.0125
12.075 m

AL CL G22 =
G21 = =
AP GP G21 2 + G16 2

4.025 G21 G22 =


G21 = =
12.075 5.075 1.691667 2 + 2.0125 2

12.075 X G21 = 20.42688 G22 = 2.63 m


20.42688
G21 = = 1.69 m
12.075

G
e. Perbandingan Segitiga 5 f. Perbandingan Segitiga 6
G

D D
C
5.075 5.075

G29
G23...?

G29

A P A
M M G15 G

2.0125 2.0125
12.075 m

AM DM G24 =
G23 = =
AP GP G23 2 + G15 2

6.0375 G23 G24 =


G23 = =
12.075 5.075 2.5375 2 + 2.0125 2

12.075 X G23 = 30.64031 G24 = 3.24 m


30.64031
G23 = = 2.538 m
12.075

G
G
g. Perbandingan Segitiga 7 h. Perbandingan Segitiga 8
G

E E
5.075 5.075

G29
G25...?

G29
A P A
N N G14 G

2.0125 2.0125
12.075 M

AN EN G26 =
G25 = =
AP GP G25 2 + G14 2

8.05 G25 G26 =


G25 = =
12.075 5.075 3.383333 2 + 2.0125 2

12.075 X G25 = 40.85375 G26 = 3.94 m


40.85375
G25 = = 3.383333 m
12.075

G
i. Perbandingan Segitiga 9 j. Perbandingan Segitiga 10
G

F F
5.075 5.075

G29
G27...?

G29

A P A
O O G13 P

2.0125 2.0125
12.075 M

AN EN G28 =
G27 = =
AP GP G27 2 + G13 2

10.0625 G27 G28 =


G27 = =
12.075 5.075 4.229167 2 + 2.0125 2

12.075 X G27 = 51.06719 G28 = 4.68 m


51.06719
G27 = = 4.229167 m
12.075
Menghitung Struktur Bagian Kanan

G7

H
G8
30

G29

G31
I
G9

G33
32
J
P G12 Q G11 R G10

5.075

(G7=G8=G9) = 5.075 2 + 4.075 2

6.508552066
= = 2.169517
3

5.075
(G10=G11=G12) =
3 = 1.7
a. Perbandingan Segitiga 1 b. Perbandingan Segitiga 2
G

G
G29

4.075 I
I
4.075
G33...?
G29

G33
J J
G G11 R
P R
1.692 1.691667
5.075 M
JR IR G32 =
G33 = =
JP GP G33 2 + G11 2

1.691667 G33 G32 =


G33 = =
5.075 4.075 1.358333 2 + 1.691667 2

5.075 X
G33 = 6.893542 G32 = 2.170 m
6.893542
G33 = = 1.358 m
5.075
c. Perbandingan Segitiga 3 d. Perbandingan Segitiga 4
G

G
G29

H 4.075 H
G31...?

4.075
G29

G31

J J
P Q G G12 Q

1.691666667 1.691667
5.075 M
JR IR G30 =
31 = =
JP GP 31 2 + G11 2

3.383333 31 G30 =
31 = =
5.075 4.075 2.716667 2 + 1.691667 2

5.075 X 31 = 13.78708 G30 = 3.200 m


13.78708
31 = = 2.716667 m
5.075
Tabel Rekapitulasi Panjang Batang
Nomor Batang Panajng Batang (m)
G1=G2=G3=G4=G5=G6=G20 2.183
G7=G8=G9=G32 2.170
G10=G11=G12 1.6917
G13=G14=G15=G16=G17=G18 2.0125
G19 0.846
G21 1.692
G22 2.629
G23 2.54
G24 3.239
G25 3.383
G26 3.937
G27 4.229
G28 4.684
G29 5.075
G30 3.200
G31 2.717
G33 1.358

Perhitungan Sudut
Menghitung Struktur Bagian Kiri

B G19 0.846
G1
α tanˉ¹ = = = 22.7965°
G18 2.013
G19

A a

G18 K

B G19 0.846
20 α tanˉ¹ = = = 22.7965°
G17 2.013
G19

K G17

C
22
G21 1.692
α tanˉ¹ = = = 40.0497°
G21

?
G16 2.013
L G16 M
E

24
2
G5

G25 3.383
α tanˉ¹ = = = 59.2547°
a
G15 2.013

M G15 N

G26
2
G5

G25 3.383
α tanˉ¹ = = = 59.2547°
G14 2.013
N G14 O

G29 5.075
G28 α tanˉ¹ = = = 68.3691°
9

G13 2.013
2
G

O G13 P

G30 G29 5.075


α tanˉ¹ = = = 71.5651°
9
G
2

G12 1.692

a
P G12 Q
G33 1.358
α tanˉ¹ = = = 38.7629°
I G11 1.692

G32
3
G3

a
Q G11 R

I
G9
G33 1.358
3

= = = 38.7629
3

α tanˉ¹
G

a
J G10 1.692
R G10

Tabel Rekapitulasi Sudut


Nama Batang Sudut
ABK 22.797
BKL 22.797
CML 40
EMN 59.255
EON 59.255
GOP 68.369
GQP 71.565
IRQ 38.76
IRJ 38.7629

a. Pembebanan

Karena struktur tidak semetriks jadi di hitung sebagian dari struktur tersebut

Pembebanaan yang dihitung pada perencanaan awal sebagian besar sama sama dengan yang di
pakai di perhitungan detail nantinya dengan perbedaan pada beban mati (berat sendiri) gording
yang belum di masukan dalam perhitungan awal, dan akan di berikan dalam perhitungan detail
setelah demensi gording di tentukan.

1). Data perencanaan


Menghitung struktur bagian kiri

• Bentang gording
Jearak total arah x = 17.15 m
jumlah Kuda - kuda = 5
Jarak kuda - kuda = 4 cm
Tirisan kiri = 1 cm
Tirisan kanan = 1 cm
Tirisan depan = 1.5 cm
Tirisan belakang = 1.5 cm

• Jarak sagrod
Sagrod berfungsi membantu menahan lendutan dan momen gording ke arah sumbu lema

Ls = Jarak Kuda - kuda / 2


= 4/ 2
= 2

2). Jarak antar gording

Bentang Kuda - kuda = 17.15 cm


Sudut atap = 22.7965
Panjang sisi miring (Ls) = (17.1500/ 2) x Cos 22.7965 = 7.905178 m
Jarak antar gording (Sg) di ambil = 7.905/ 3 = 2.635059 cm

3). Beban hidup (orang)

Pp sebesar = 100 Kg (ketentuan Tabel 2 SNI 1721 : 1989)

4). Beban hujan

Sudut atap (ꭤ) = 22.797


Beban hujan luasan (Qr) = 40 - (0,8 . s) = 40 - (0.8 x 22.80) = 21.7627828 kg/m²
bbeban hujan merata Wr = Qr . Sg = 21.76278 x 2.63505942 = 57.34623 kg/m²

5). Beban angin

Perhitungan beban angin mengacu pada pasal 27 dan 28 SNI 1727 : 2013,
dengan perhitungan lebih rinci akan di uraikan kemudian dalam perhitungan rangka kuda - kuda

Tekanan angin (Qw) = 45 kg/m²


Beban hujan merata (Ww) = Qw . Sg = 45 x 2.635059 = 118.5777 kg/m

6). Beban terfaktor

Uraian beban penutup atap :


• Sumbu kuat (Wgx) = Wg . Cos ꭤ = 106.5 Cos 22.797 = 98.18093107 Kg/m
• Sumbu lemah (Wgy) = Wg . Sin ꭤ = 106.5 Sin 22.797 = 41.26444929 Kg/m

Uraian beban hujan :


• Sumbu kuat (Wrx) = Wr . Cos ꭤ = 51.12 Cos 22.797 = 47.12684691 Kg/m
• Sumbu lemah (Wry) = Wy . Sin ꭤ = 51.12 Sin 22.797 = 19.80693566 Kg/m

Uraian beban / pekerja :


• Sumbu kuat (Ppx) = Pp . Cos ꭤ = 100 Cos 22.797 = 92.18866767 Kg/m
• Sumbu lemah (Ppy) = Pp . Sin ꭤ = 100 Sin 22.797 = 38.74596177 Kg/m

Kombinasi Pembebanan yang di pakai adalah seperti berikut (mengacu pada SNI 1727 : 2013) :
• 1.2 D + 1.6 Lr + 0.5 W
• 1.2 D + 0.5 Lr + 1.0 W
1.07
D = Beban mati(beban gording, penutup atap)
Lr = Beban hidup atap (hujan, orang/pekerja)
W = Beban angin

Beban merata terfaktor (sumbu kuat)


• Wux = (1.2 x Wgx) + 1.6 x Wrx) + 0.5 x Ww)
(1.2 x 98.1809) + (1.6 x 47.1268) + (0.5 x 118.58) = 252.5089092 kg/m
• Wux = (1.2 x Wgx) + 0.5 x Wrx) + 1.0 x Ww)
(1.2 x 98.1809) + (0.5 x 47.1268) + (1.0 x 118.58) = 259.9582145 kg/m
→ Diambil yang terbesar : Wux = 259.958215 kg/m

beban mati
beban hidup

gording kuda - kuda ?


P cos ? sagrod
gording kuda - kuda

beban angin

gording kuda - kuda

Beban merata terfaktor (sumbu kuat)


• Wuy = (1.2 x Wgy) + 1.6 x Wry)
(1.2 x 41.2644) + (1.6 x 19.8069) = 81.2084362 kg/m
• Wuy = (1.2 x Wgy) + 0.5 x Wry)
(1.2 x 41.2644) + (0.5 x 19.8069) + = 59.420807 kg/m
→ Diambil yang terbesar : Wuy = 81.2084362 kg/m

Beban terpusat terfaktor


• Sumbu kuat : Pux = 1.6 x Ppx
= 1.6 x 92.1886677 = 147.501868 kg
• Sumbu lemah : Puy = 1.6 x Ppy
= 1.6 x 38.7459618 = 61.9935388 kg
Beban beban terfaktor tersebut bekerja ke arah bawah, sedangkan posisi gording membentuk sudut
miring terhadap bidang horizontal

7). Momen lentur dan gaya geser :


Perhitungan momen lentur dan gaya geser ditinjau tehadap sumbu kuat dan sumbuh lemah gording, dengan
tinjauan panjang untuk sumbu kuat (Lx) adalah jarak bentang gording (Lg), sedangkan panjang sumbuh
lemah (Ly) adalah sagrod (Ls).

Momen letur terhadap sumbu kuat :


2
1 1
Mux = x Wux . Lx + x Pux . Lx
Mux = x Wux . Lx + x Pux . Lx
8 4
2
1 1
= x 259.9582 x 4 + x 147.5019 x 4 = 667.42 kg/m
8 4

Momen letur terhadap sumbu lemah :


2
1 1
Muy = x Wuy . Ly + x Puy . Ly
8 4
2
1 1
= x 81.20844 x 2 + x 61.99354 x 2 = 71.60 kg/m
8 4

Gaya geser pada sumbu kuat :


1
Vux = x (Wux . Lx + Pux)
2
1
= x (260.0 x 4 + 147.502) = 593.667363 kg
2

Gaya geser pada sumbu lemah :


1
Vuy = x (Wuy . Ly + Puy)
2
1
= x (81.2 x 2 + 61.994) = 112.205206 kg
2
b. Penentuan Dem
b. Penentuan Demensi profil Gording

Profil gording dapat diperkirakan berdasarkan dari hitungan modulus penampang, untuk kemudia di bandingkan
tabel prifil produsen gording yang bisa memenuhi nilai tersebut.

Tegangan leleh profil (Fy) = 250 Mpa = 2500 kg/cm²

Momen lentur :
• Sumbu kuat (Mux) = 667.42 kg/m = 66741.82973 kg/cm
• Sumbu lemah (Muy) = 71.60 kg/m = 7160.09875 kg/cm

Modulus penampang :
• Sumbu kuat :
Mux 66741.82973
Sux = 2 = = 533.93 kg/cm³
Fy 2 250
• Sumbu lemah :
Muy 7160.09875
Suy = 2 = = 57.28 kg/cm³
Fy 2 250

Pemeriksaan kapasitas tampang diperhitungan detail gording nantinya yang mana akan digabungkan rasio
kapasitas sumbu kuat dan sumbuh lemah secara bersamaan.

Nilai modulus penampang tersebut merupakan nilai minimum yang diperlukan, selanjutnya dapat dicari dalam
tabel profil gording dari produsen jenis profil mana yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Setidaknya
ada dua pilihan profil gording yang bisa memenuhi :

150 x 65 x 20 x 3.2 : Sux = 44,30 kg/cm³ dan Suy = 12,20 kg/cm³


200 x 75 x 20 x 3.2 : Sux = 71,60 kg/cm³ dan Suy = 15,80 kg/cm³
Dalam perhitungan lanjutan berikutnya akan dipakai profil gording tipe C 150 x 65 x 20 x 3.2
penampang profil yang telah dipil selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap kecukupan kapasitas
penampang dalam menahan beban-beban yang bekerja.

2 PEMERIKSAAN PROFIL GORDING

Profil gording yang sudah dipilih berikutnya diperiksa terhadap ketahanan momen lentur, gaya geser dan
lendutan. Perhitungan pembebanan relatif sama dengan perhitungan awal dengan perbedaan berat sendiri
gording kini juga ikut dimasukan dalam beban mati. Jika dalam pemeriksaan profil gording belum
memenuhi persyaratan maka dipilih profil yang lebih besar dan perhitungan pemeriksaan diulang.

a. Data profil terpilih


Data dimensi dan sifat penampang profil gording yang dipakai adalah seperti berikut ini :

• Tinggi total (H) = 150 mm


• Lebar (b) = 65 mm
• Tip (a) = 20 mm
• Tebal (t) = 3.2 mm
• Luas (A) = 0.09567 mm²
• Momen inersia (sb. Kuat, lx) = 3320000.00 mm⁴
• Momen inersia (sb. Kuat, ly) = 538000 mm⁴
• Modulus penampang (sb. Kuat, Sx) = 44300 mm³
• Modulus penampang (sb. Kuat, Sy) = 12200 mm³

• jari - jari garis (sb. Kuat rx) = 58.9 mm


• jari - jari garis (sb. lemah ry) = 23.7 mm
• Jaraktitik berat (Cx) = 21.1 mm
• Berat profil (w) = 7.51 kg/m

b. Pemeriksaan ketahanan lentur

1). Klasifikasi penampang sayap gording (acuan Tabel B4. 1b kasus 10 dalam Sni 1729 : 2015)

Elemen pelat sayap dan pelat badan gording akan di periksa jenis kelangsingannya yang nantinya akan di kelompokan Elemen pelat saya
dalam penampang kompak, tak kompak, atau langsing. Klasifikasi ini akan berpengaruh dalam penentuan dalam dalam penampang
penentuan kapasitas tampang profil. penentuan kapasi

• Kelangsingan penampang sayap :


b 65
λf = = = 20.3125
t 3.2

• Kelangsingan maksimum penampang kompak :


E 200000
λP = 0.38 = 0.38 = 17.4356
fy 250

• Kelangsingan maksimum penampang non kompak :


E 200000
λr = 1.00 = 1.00 = 28.28427
fy 250

→ Karena λp ˂ λF ˂λr maka pelat sayap termasuk jenis non kompak


2). Klasifikasi penampang badan gording (acuan Tabel B4. 1b kasus 15 dalam SNI 1729 : 2015).

• Tinggi pelat badan bersih :


H₁ = H - 2 x t = 150 - 2 x 3.2 = 143.6 mm

• Kelangsingan penampang badan :


H₁ 143.6
λw = = =
t 3.2 44.875

• Kelangsingan maksimum penampang kompak :


E 200000
λP = 3.76 = 3.76 = 54.84524
fy 250

• Kelangsingan maksimum penampang non kompak :


E 200000
λr = 5.70 = 5.70 = 67.52777
fy 250
→ Karena λw ˂ λp maka pelat sayap termasuk jenis kompak

3). Perhitungan sifat penampang (section properties) tambahan :

• Jarak antar titik sayap : •


h₀ = H - t = 150 - 3.2 = 146.8 mm

• Konstanta putir torsi : •


1 1 2
J= 2 (b . t³) + (H - 2.t) . t³ + (b - t) . t³
3 3 3
1 3 1 3 2 3
= 2 65 x 3.2 + 150 - 2 x 3.2 x 3.2 + 65 - 3.2 - 3.2
3 3 3

= 2996.8736 mm⁴

• Konstanta putir lengkung : Konstanta putir le


1 1 2
Cw = ly . h₀² = x 538000 - 146.8 = 112949.76 mm⁶ Cw =
4 4

• Modulus penampang plastis (sb. Kuat) : Modulus penamp


1
Zx = H . t² + a . t (H - a) + t . (b - 2 . t) . (H - t) Zx =
4
1 2
= x 150 x 3.2 + 20 x 3.2 x (150 - 20.00) + 3.2 x (65 - 2 x 3.20) x
4

(150 - 3.2) = 36828.8 mm³


• Modulus penampang plastis (sb. Kuat) : Modulus penamp
Zy = H . t (Cx - ½ .t) + 2 . a . t (b - Cx - ½ . t) + t . (Cx - t)² + t (b - t - Cx)² Zy =

1 1
= 150 x 3.2 x (21.1 - x 3.20) + 2 x 20 x 3.2 x (65 - 21.1 - x 3.20) +
2 2
2 2
3.2 x (21.1 - 3.20) + 3.2 x (65.0 - 3.2 - 21.1)

= 21100.5 mm³

4). Tinjauan kondisi pelelehan (pasal F2. 1 dan F6. 1 SNI 1729 : 2015)

• Momen nominal (sb. kuat, acuan pers, F2- 1 SNI 1729 : 2015) :
Mnx(Y) = Mpx = Fy . Zx = 250 x 36828.8
= 9207200 Nmm = 9.2072 kNm

• Momen nominal (sb. lemah, acuan pers, F2- 1 SNI 1729 : 2015) :
Mny(Y) = Mpy = Fy . Zy = 250 x 21100.5
= 5275120 Nmm = 5.28 kNm

1,6 . Fy . Sy = 1.6 x 250 x 12200


= 4880000 Nmm = 4.88 kNm

Mny(Y) ˃ 1,6 Fy Sy → Mny(Y) dipakai = 4.88 kNm

Subskrip (Y) pada perhitungan di atas untuk menandakan momen nominal kondisi pelelhan (yield). Subskrip (Y) pada

5). Tinjauan tekuk torsi lateral (Sumbu kuat, pasal F2. 2 SNI 1729 : 2015)

• Panjang bentang maksimum balok menahan momen plastis (Pers. F2 - 5 SNI 1729 : 2015) :
E 200000
Lp = 1.76 x ry = 1.76 x 23.7 = 1179.794 mm
fy 250

• Bentang minimum balok yang tahanannya ditentukan momen kritis tekuk torsi lateral :
ly . Cw
r²ts = (Pers. F2 - 7 SNI 1729 : 2015)
Sx

538000 x 112949.76
= = 1171.202 mm²
44300

bꜰ 20.0
→rts =
1 . h .tw 1 6.16448
12 1 + = 12 1 + = 572.8 mm
6 bf . tf 6 64

h₀ ly (Per. F2-7 SNI 1729:2015)


c=
2 Cw

= 146.8 538000
= 33.632
2 112949.76 = 34
J.c 2 2
Lr = E J.c 0,7 fy
1,95.rts + + 6.76
0,7fy Sx.h₀ Sx.h₀ E

(Pers. F2-6 SNI 1792:2015)

= x 200000
1.95 572.8 x
0.7 x 250

= 2996.874 x 34 2996.874 x 34 2 0.7 x 250 2


+ + 6.76
44300 x 146.8 44300 x 146.8 200000

= 79778836060 x 0.0000491 + 0.0000 + 0.0000052


= 3915899.935 mm

• Panjang bentang terhadap sumbu lemah (Ls)

Lp = 1179.794 mm
Ls = 2 mm
Lr = 3915900 mm

→ Lp ˂ Ls ˂ Lr

• Beban mati dengan memasukan beban gording :

Berat sendiri gording (Wp) = 7.51 kg/m


Beban genteng (Wg) = 106.5 kg/m
Beban mati total (WD) = Wp + Wg = 114.01 kg/m

Sumbu kuat (WDx) = Wg COS ꭤ = 114.01 Cos 22.80° = 105.1043 kg/m


Sumbu kuat (WDy) = Wg SIN ꭤ = 114.01 Sin 22.80° = 44.17427 kg/m

Beban merata terfaktor (sumbu kuat) :

Wux = 1.2 x WDx + 1.6 x Wrx + 0.5 x Ww


= (1.2 x 105.104) + (1.6 x 47.127) + (0.5 x 118.578) = 260.817 kg.m
Wux = 1.2 x WDx + 0.5 x Wrx + 1.0 x Ww
= (1.2 x 105.104) + (0.5 x 47.127) + (1.0 x 118.578) = 268.266 kg.m

→ Diambil yang terbesar : W ux = 268.266 kg.m

Beban merata terfaktor (sumbu lemah) :

Wuy = 1.2 x WDy + 1.6 x Wry


= (1.2 x 44.174) + (1.6 x 19.807) = 84.70022 kg.m

Wuy = (1.2 x WDy + 0.5 x Wry


= (1.2 x 44.174) + (0.5 x 19.807) = 62.91259 kg.m

→ Diambil yang terbesar : W ux = 84.700 kg.m


• Momen pada bentang gording (diasumsikan sebagai struktur balok sederhana/simple beam):

Momen pada ¼ bentang (MA) dan ¾ bentang (MC) :


2
MA = MC = 3 1
Wux . Lx + Pux . Lx
32 8
2
= 3 1
268.266 x 3320000.00 + 147.501868
32 8
a - kuda

r atap
1). Data perencanaan
Menghitung struktur bagian kanan

• Bentang gording
Jearak total arah x = 17.15 m
jumlah Kuda - kuda = 5
Jarak kuda - kuda = 4 m
Tirisan kiri = 1 m
Tirisan kanan = 1 m
Tirisan depan = 1.5 m
Tirisan belakang = 1.5 m

• Jarak sagrod
Sagrod berfungsi membantu menahan lendutan dan momen gording ke arah sumbu lema

Ls = Jarak Kuda - kuda / 2


= 4/ 2
= 2

2). Jarak antar gording

Bentang Kuda - kuda = 17.15 cm


Sudut atap = 38.7629
Panjang sisi miring (Ls) = (17.1500/ 2) x Cos 38.7629 = 6.686299 m
Jarak antar gording (Sg) di ambil = 6.686/ 3 = 2.228766 m

3).Beban hidup (orang)

Pp sebesar = 100 Kg (ketentuan Tabel 2 SNI 1721 : 1989)

4).Beban hujan

Sudut atap (ꭤ) = 38.763


Beban hujan luasan (Qr) = 40 - (0,8 . s) = 40 - (0.8 x 38.76) = 8.98966406 kg/m²
bbeban hujan merata Wr = Qr . Sg = 8.989664 x 2.22876632 = 20.03586 kg/m²

5).Beban angin

Perhitungan beban angin mengacu pada pasal 27 dan 28 SNI 1727 : 2013,
dengan perhitungan lebih rinci akan di uraikan kemudian dalam perhitungan rangka kuda - kuda

Tekanan angin (Qw) = 45 kg/m²


Beban hujan merata (Ww) = Qw . Sg = 45 x 2.228766 = 100.2945 kg/m

6). Beban terfaktor

Uraian beban penutup atap :


• Sumbu kuat (Wgx) = Wg . Cos ꭤ = 106.5 Cos 38.763 = 83.0426636 Kg/m
• Sumbu lemah (Wgy) = Wg . Sin ꭤ = 106.5 Sin 38.763 = 66.6795772 Kg/m

Uraian beban hujan :


• Sumbu kuat (Wrx) = Wr . Cos ꭤ = 51.12 Cos 38.763 = 39.8604785 Kg/m
• Sumbu lemah (Wry) = Wy . Sin ꭤ = 51.12 Sin 38.763 = 32.0061971 Kg/m

Uraian beban / pekerja :


• Sumbu kuat (Ppx) = Pp . Cos ꭤ = 100 Cos 38.763 = 77.9743321 Kg/m
• Sumbu lemah (Ppy) = Pp . Sin ꭤ = 100 Sin 38.763 = 62.6099316 Kg/m

Kombinasi Pembebanan yang di pakai adalah seperti berikut (mengacu pada SNI 1727 : 2013) :
• 1.2 D + 1.6 Lr + 0.5 W
• 1.2 D + 0.5 Lr + 1.0 W

D = Beban mati(beban gording, penutup atap)


Lr = Beban hidup atap (hujan, orang/pekerja)
W = Beban angin
Beban merata terfaktor (sumbu kuat)
• Wux = (1.2 x Wgx) + 1.6 x Wrx) + 0.5 x Ww)
(1.2 x 83.0427) + (1.6 x 39.8605) + (0.5 x 100.29) = 213.575204 kg/m
• Wux = (1.2 x Wgx) + 0.5 x Wrx) + 1.0 x Ww)
(1.2 x 83.0427) + (0.5 x 39.8605) + (1.0 x 100.29) = 219.87592 kg/m
→ Diambil yang terbesar : Wux = 219.87592 kg/m

beban mati
beban hidup

gording kuda - kuda ?


P cos ? sagrod
gording kuda - kuda

beban angin

gording kuda - kuda

Beban merata terfaktor (sumbu kuat)


• Wuy = (1.2 x Wgy) + 1.6 x Wry)
(1.2 x 66.6796) + (1.6 x 32.0062) = 131.225408 kg/m
• Wuy = (1.2 x Wgy) + 0 x Wry)
(1.2 x 66.6796) + (0.0 x 32.0062) + = 80.0154926 kg/m
→ Diambil yang terbesar : Wuy = 131.225408 kg/m

Beban terpusat terfaktor


• Sumbu kuat : Pux = 1.6 x Ppx
= 1.6 x 77.9743321 = 124.758931 kg
• Sumbu lemah : Puy = 1.6 x Ppy
= 1.6 x 62.6099316 = 100.175891 kg
Beban beban terfaktor tersebut bekerja ke arah bawah, sedangkan posisi gording membentuk sudut
miring terhadap bidang horizontal

7). Momen lentur dan gaya geser :


Perhitungan momen lentur dan gaya geser ditinjau tehadap sumbu kuat dan sumbuh lemah gording, dengan
tinjauan panjang untuk sumbu kuat (Lx) adalah jarak bentang gording (Lg), sedangkan panjang sumbuh
lemah (Ly) adalah sagrod (Ls).

Momen letur terhadap sumbu kuat :


2
1 1
Mux = x Wux . Lx + x Pux . Lx
Mux = x Wux . Lx + x Pux . Lx
8 4
2
1 1
= x 219.8759 x 4 + x 124.7589 x 4 = 564.51 kg/m
8 4

Momen letur terhadap sumbu lemah :


2
1 1
Muy = x Wuy . Ly + x Puy . Ly
8 4
2
1 1
= x 131.2254 x 2 + x 100.1759 x 2 = 115.70 kg/m
8 4

Gaya geser pada sumbu kuat :


1
Vux = x (Wux . Lx + Pux)
2
1
= x (219.9 x 4 + 124.759) = 502.131306 kg
2

Gaya geser pada sumbu lemah :


1
Vuy = x (Wuy . Ly + Puy)
2
1
= x (131.2 x 2 + 100.176) = 181.313353 kg
2
b. Penentuan Demensi profil Gording

Profil gording dapat diperkirakan berdasarkan dari hitungan modulus penampang, untuk kemudia di bandingkan
tabel prifil produsen gording yang bisa memenuhi nilai tersebut.

Tegangan leleh profil (Fy) = 250 Mpa = 2500 kg/cm²

Momen lentur :
• Sumbu kuat (Mux) = 564.51 kg/m = 56451.07718 kg/cm
• Sumbu lemah (Muy) = 115.70 kg/m = 11570.06493 kg/cm

Modulus penampang :
• Sumbu kuat :
Mux 56451.07718
Sux = 2 = = 451.61 kg/cm³
Fy 2 250
• Sumbu lemah :
Muy 11570.06493
Suy = 2 = = 92.56 kg/cm³
Fy 2 250

Pemeriksaan kapasitas tampang diperhitungan detail gording nantinya yang mana akan digabungkan rasio
kapasitas sumbu kuat dan sumbuh lemah secara bersamaan.

Nilai modulus penampang tersebut merupakan nilai minimum yang diperlukan, selanjutnya dapat dicari dalam
tabel profil gording dari produsen jenis profil mana yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Setidaknya
ada dua pilihan profil gording yang bisa memenuhi :

C 150 x 65 x 20 x 3,2 : Sux = 44,30 kg/cm³ dan Suy = 12,20 kg/cm³


C 200 x 75 x 20 x 3,2 : Sux = 71,60 kg/cm³ dan Suy = 15,80 kg/cm³
Dalam perhitungan lanjutan berikutnya akan dipakai profil gording tipe C 150 x 65 x 20 x 3,2
penampang profil yang telah dipil selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap kecukupan kapasitas
penampang dalam menahan beban-beban yang bekerja.

2 PEMERIKSAAN PROFIL GORDING

Profil gording yang sudah dipilih berikutnya diperiksa terhadap ketahanan momen lentur, gaya geser dan
lendutan. Perhitungan pembebanan relatif sama dengan perhitungan awal dengan perbedaan berat sendiri
gording kini juga ikut dimasukan dalam beban mati. Jika dalam pemeriksaan profil gording belum
memenuhi persyaratan maka dipilih profil yang lebih besar dan perhitungan pemeriksaan diulang.

a. Data profil terpilih


Data dimensi dan sifat penampang profil gording yang dipakai adalah seperti berikut ini :

• Tinggi total (H) = 150 mm


• Lebar (b) = 65 mm
• Tip (a) = 20 mm
• Tebal (t) = 3.2 mm
• Luas (A) = 0.09567 mm²
• Momen inersia (sb. Kuat, lx) = 3320000.00 mm⁴
• Momen inersia (sb. Kuat, ly) = 538000 mm⁴
• Modulus penampang (sb. Kuat, Sx) = 44300 mm³
• Modulus penampang (sb. Kuat, Sy) = 12200 mm³

• jari - jari garis (sb. Kuat rx) = 58.9 mm


• jari - jari garis (sb. lemah ry) = 23.7 mm
• Jaraktitik berat (Cx) = 21.1 mm
• Berat profil (w) = 7.51 kg/m

b. Pemeriksaan ketahanan lentur

1). Klasifikasi penampang sayap gording (acuan Tabel B4. 1b kasus 10 dalam Sni 1729 : 2015)

Elemen pelat sayap dan pelat badan gording akan di periksa jenis kelangsingannya yang nantinya akan di kelompokan
dalam penampang kompak, tak kompak, atau langsing. Klasifikasi ini akan berpengaruh dalam penentuan dalam
penentuan kapasitas tampang profil.

• Kelangsingan penampang sayap :


b 65
λf = = = 20.3125
t 3.2

• Kelangsingan maksimum penampang kompak :


E 200000
λP = 0.38 = 0.38 = 17.4356
fy 250

• Kelangsingan maksimum penampang non kompak :


E 200000
λr = 1.00 = 1.00 = 28.28427
fy 250

→ Karena λp ˂ λF ˂λr maka pelat sayap termasuk jenis non kompak


2). Klasifikasi penampang badan gording (acuan Tabel B4. 1b kasus 15 dalam SNI 1729 : 2015).

• Tinggi pelat badan bersih :


H₁ = H - 2 x t = 150 - 2 x 3.2 = 143.6 mm

• Kelangsingan penampang badan :


H₁ 143.6
λw = = =
t 3.2 44.875

• Kelangsingan maksimum penampang kompak :


E 200000
λP = 3.76 = 3.76 = 54.84524
fy 250

• Kelangsingan maksimum penampang non kompak :


E 200000
λr = 5.70 = 5.70 = 67.52777
fy 250
→ Karena λw ˂ λp maka pelat sayap termasuk jenis kompak

3). Perhitungan sifat penampang (section properties) tambahan :

Jarak antar titik sayap :


h₀ = H - t = 150 - 3.2 = 146.8 mm

Konstanta putir torsi :


1 1 2
J= 2 (b . t³) + (H - 2.t) . t³ + (b - t) . t³
3 3 3
1 3 1 3 2 3
= 2 65 x 3.2 + 150 - 2 x 3.2 x 3.2 + 65 - 3.2 - 3.2
3 3 3

= 2996.8736 mm⁴

Konstanta putir lengkung :


1 1 2
Cw = ly . h₀² = x 538000 - 146.8 = 112949.76 mm⁶
4 4

Modulus penampang plastis (sb. Kuat) :


1
Zx = H . t² + a . t (H - a) + t . (b - 2 . t) . (H - t)
4
1 2
= x 150 x 3.2 + 20 x 3.2 x (150 - 20.00) + 3.2 x (20 - 2 x 3.20) x
4

(150 - 3.2) = 15228.8 mm³


Modulus penampang plastis (sb. Kuat) :
Zy = H . t (Cx - ½ .t) + 2 . a . t (b - Cx - ½ . t) + t . (Cx - t)² + t (b - t - Cx)²

1 1
= 150 x 3.2 x (21.1 - x 3.20) + 2 x 20 x 3.2 x (65 - 21.1 - x 3.20) +
2 2
2 2
3.2 x (21.1 - 3.20) + 3.2 x (65.0 - 3.2 - 21.1)

= 21100.5 mm³

4). Tinjauan kondisi pelelehan (pasal F2. 1 dan F6. 1 SNI 1729 : 2015)

• Momen nominal (sb. kuat, acuan pers, F2- 1 SNI 1729 : 2015) :
Mnx(Y) = Mpx = Fy . Zx = 250 x 15228.8
= 3807200 Nmm = 3.8072 kNm

• Momen nominal (sb. lemah, acuan pers, F2- 1 SNI 1729 : 2015) :
Mny(Y) = Mpy = Fy . Zy = 250 x 21100.5
= 5275120 Nmm = 5.28 kNm

1,6 . Fy . Sy = 1.6 x 250 x 12200


= 4880000 Nmm = 4.88 kNm

Mny(Y) ˃ 1,6 Fy Sy → Mny(Y) dipakai = 4.88 kNm

Subskrip (Y) pada perhitungan di atas untuk menandakan momen nominal kondisi pelelhan (yield).

5). Tinjauan tekuk torsi lateral (Sumbu kuat, pasal F2. 2 SNI 1729 : 2015)

• Panjang bentang maksimum balok menahan momen plastis (Pers. F2 - 5 SNI 1729 : 2015) :
E 200000
Lp = 1.76 x ry = 1.76 x 23.7 = 1179.794 mm
fy 250

• Bentang minimum balok yang tahanannya ditentukan momen kritis tekuk torsi lateral :
ly . Cw
r²ts = (Pers. F2 - 7 SNI 1729 : 2015)
Sx

538000 x 112949.76
= = 1171.202 mm²
44300

bꜰ 20.0
→rts =
1 . h .tw 1 6.16448
12 1 + = 12 1 + = 572.8 mm
6 bf . tf 6 64

h₀ ly (Per. F2-7 SNI 1729:2015)


c=
2 Cw

= 146.8 538000
= 33.632 34
2 112949.76 =
J.c 2 2
Lr = E J.c 0,7 fy
1,95.rts + + 6.76
0,7fy Sx.h₀ Sx.h₀ E

(Pers. F2-6 SNI 1792:2015)

= x 250
1.95 572.8 x
0.7 x 250

= 2996.874 x 34 2996.874 x 34 2 0.7 x 250 2


+ + 6.76
44300 x 146.8 44300 x 146.8 250

= 99723545.075 x 0.0000491 + 0.0000 + 3.3124000


= 4898.18732 mm

• Panjang bentang terhadap sumbu lemah (Ls)

Lp = 1179.794 mm
Ls = 2 mm
Lr = 4898.187 mm

→ Lp ˂ Ls ˂ Lr

• Beban mati dengan memasukan beban gording :

Berat sendiri gording (Wp) = 7.51 kg/m


Beban genteng (Wg) = 0 kg/m
Beban mati total (WD) = Wp + Wg = 7.51 kg/m

Sumbu kuat (WDx) = Wg COS ꭤ = 7.51 Cos 0.00° = 7.51 kg/m


Sumbu kuat (WDy) = Wg SIN ꭤ = 7.51 Sin 0.00° = 0 kg/m

Beban merata terfaktor (sumbu kuat) :

Wux = 0 x WDx + 0 x Wrx + 0 x Ww


= (0.0 x 7.510) + (0.0 x 0.000) + (0.0 x 0.000) = 0.000 kg.m
Wux = 0 x WDx + 0 x Wrx + 0.0 x Ww
= (0.0 x 7.510) + (0.0 x 0.000) + (0.0 x 0.000) = 0.000 kg.m

→ Diambil yang terbesar : Wux = 0.000 kg.m

Beban merata terfaktor (sumbu lemah) :

Wuy = 0 x WDy + 0 x Wry


= (0.0 x 0.000) + (0.0 x 32.006) = 0 kg.m

Wuy = (0.0 x WDy + 0 x Wry


= (0.0 x 0.000) + (0.0 x 32.006) = 0 kg.m

→ Diambil yang terbesar : Wux = 0.000 kg.m


#VALUE!
0

Anda mungkin juga menyukai