a a
Keterangan :
L1 dan L2 = Lebar Bangunan
L1 = 12.075 m
L2 = 5.075 m
H1 = Tinggi Bangunan = 7.075 m
H2 = Tinggi Kap = 4.075 m
I. Bab I PENDAHULUAN
1.1. Perencanaan Struktur Bangunan
1.2. Peraturan Struktur Bangunan Indonesia
1.3. Batas Tinjauan
1.4. Data Stuktur Bangunan
II . BAB II PERHITUNGAN GORDING
2.1. Pendahuluan
2.2. Perencanaan Awal
a. Pembebanan
b. Penentuan Demensi Provil Gording
2.3. Pemeriksaan Profil Gording
a. Data Profil Terpilih
b. Pemeriksaan Ketahanan Lentur
c. Pemeriksaan Ketahan Geser
d. Pemeriksaan Lendutan
e. Hasil Analisis Gording
III. BAB III PEMBEBANAN TRUSS
3.1. Pendahuluan
3.2. Susunan Rangka Kuda - Kuda
3.3. Pembebanan Gavitasi
3.4. Beban Angin
3.5. Perkiraan Penanpang Provil
3.6. Kombinasi Pembebanan Atap
IV. BAB IV DESAIN BATANG TRUSS ATAP
4.1. Pendahuluan
4.2. Hasil Ananlisis Struktur
4.3. desain Batang Tarik
4.4. Desain Batang tekan
4.4.1. Elemen Non Langsing (Non - Slender)
4.4.2. Elemen Langsing (Slender)
V. BAB V DESAIN SAMBUNGAN TRUSS
5.1. Pendahuluan
5.2. Pemisahan / Pemutusan Batang
5.3. Sambungan Baut
5.4. Sambungan Las
VI. BAB VI DESAIN TUMPUAN TRUSS
6.1. Pendahuluaan
6.2. base Plate
6.3. Desain Baut Angkir
6.4. Hasil Perencanaan Base Plate Dan Angkur
Lampiran :
Catatan :
1. X, Y, Dan Z adalah tiga angka terakhir NPM
2. Tugas di buat secara sistematis dan di tulis tangan yang rapi serta di jilid pada kertas ukuran A4
3. Marjin penulisan atas : 3 cm, kanan : 3 cm, bawah : 3 cm, kiri : 4 cm
4. Gambar - gambar konstruksi (lampiran) dibuat dengan skala 1 : 100 di atas kertas kalkir ukuran A3
5. Asistensi di mulai pada saat penerimaan soal
6. tugas berlaku untuk tiga bulan ke depan sejak soal di terima (distempel ole asisten)
7. Tidak ada perpanjangan waktu pengerjaan
BAB I
PENDAHULUAN
Baja merupakan salah satu bahan bangunan yang unsur utamanya terdiri dari besi. Baja ditemukan
ketika dilakukan penempatan dan pemanasan yang menyebabkan tercampurnya besi dengan bahan karbon
pada proses pembakaran, sehingga membentuk baja yang mempunyai kekuatan yang lebih besar dari pada
besi.
Bila dipandingkan dengan bahan konstruksi lainnya, baja lebih banyak memiliki keunggulan-keunggulan yang
tidak terdapat pada bahan-bahan konstruksi lain. Disamping kekuatannya yang besar untuk menahan
kekuatan dan kekuatan tekan tanpa membutuhkan banyak volume, baja juga mempunyai sifa-sifat lain yang
menguntungkan sehingga menjadikannya sebagai salah satu material yang umum di pakai.
b. kemudahan pemasangan
komponen-kompenen baja biasanya mempunyai bentuk standar serta mudah diperoleh dimana saja,
sehinggah satu-satunya kegiatan yang dilakukan d lapangan adalah pemasangan bagian-bagian yang
telah disiapkan.
c. keseragaman
baja dibuat dalam kondisi yang sudah diatur (fabrikasi) sehingga mutunya seragam.
d. daktilitas (kelihatan)
daktilitas adalah sifat dari baja yang dapat mengalami deformasi yang besar dibawah pengaruh
tegangan tarik tanpa hancur atau putus. Daktilitas mampu mencegah robohnya bangunan secara
tiba-tiba.
1200.0000 500
700.0000
85 .00 00
30 0.0 000
1.2. PERATURAN STRUKTUR BANGUNAN INDONESIA
Beberapa peraturan yang berfungsi sebagai pedoman terhadap struktur bangunan di indonesia
(khususnya untuk proses perencanaan) yang berlaku saat ini (sampai buku ini ditulis) adalah seperti
berikut :
a. Peraturan terkait pembebanan struktur
1). SNI 1726:2012 (tata cara perencanaan ketahan gempa untuk struktur bangunan gedung dan
non gedung
Dalam pedoman ini diberikan beberapa ketentuan dan persyaratan untuk perhitungan
pembebanan gempa pada bangunan gedung baik statik dan dinamik, termasuk pula pedoman
untuk sistem struktur penahan beban gempa.
2). SNI 1727:2013 (beban minimun untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain)
Peraturan ini memberikan pedoman mengenai besaran pembebanan pada struktur bangunan,
antara lain mencakup beban hidup pada lantai gedung, beban hujan, beban angin, dan beban-
beban lain, termasuk pula ketentuan untuk kombinasi pembebanan.
Struktur Bangunan yang akan di gunakan dalam proses analisis dan desain memiliki data sebagai berikut
b. Data situasi
• Posisi bangunan : di daerah perkotaan
• Kontur lahan : datar (bukandaerah tebing atau bukit)
• Kecepatan angin : 113 Mph = 50.5 m/detik = 98.2 knot
-keunggulan yang
ngingat baja
mungkinkan
k bentang yang
dimana saja,
n-bagian yang
i indonesia
adalah seperti
gedung dan
ula pedoman
uktur bangunan,
n, dan beban-
ncanaan struktur
emen sperti
dari beton
pada ketentuan
n pembebanan
n hidup, beban
ari peraturan
eter tulangan
yang menyakut
engan materi
bagai berikut
II. BAB II
2.1. PENDAHULUAN
Perencanaan struktur atap secara umum terbagi atas perencanaan elemen gording
dan perencanaan elemen profil struktur utama atap. bisa berupa frame (bersifat seperti balok kolom,
momen, gaya geser, dan aksial semua dipertimbangkan dalam perencanaan) maupun rangka batang truss
(dominan menahan gaya aksial saja).
Perencanaan rangka batang atap meliputi antara lain hal - hal berikut :
• Penentuan bentuk susunan rangka kuda - kuda
• Jarak antara rangka kuda - kuda
• demensi profil yangdi gunakan
• Detail sambungan (plat buhul dan las/baut)
Bentuk susunan rangka, demensi profil dan sambungan akan di tentukan terutama pada pembebanan
yang bekerja, sedangkan jarak antara rangka kuda - kuda lebih di tentukan oleh panjang batang gording
yang mampu menahan beban yang bekerja. Karena bentang gording adalah sama dengan jarak antar
kuda - kuda yang berfungsi sebagai tumpuan gording dengan demikian, terlebih dahulu perlu di lakukan
perencanaan gording sebelum masuk di perencanaan profil rangka batang kuda - kuda utama.
Penutup Atap
105.420
G2
7
G2
9
G2
G2
5
3
G2
1
G1
G18 9
K G17 L G16 M G15 N G14 O G13 P G12 Q G11 R G10
0
G6
F
G5
G4
D 4.075
G29
G3 28
26
G27
C
G25
G2 24
22
G23
B
G21
G1 20
G19
A
G18 K G17 L G16 M G15 N G14 O G13 P
12.075
2 2
(G1=G2=G3=G4=G5=G6) = 12.075 + 5.075
13.0981
= = 2.183023 m
6
12.075
(G13=G14=G15=G16=G17=G18) = = 2.0125 m
6
G C
G2
B 5.075
G29
B
5.075
G19...?
G29
G1
G19
A A
?
K P G18 K G17 L G
2.013 2.013
12.075 M
AK BK G20 =
G19 = =
AP GP G19 2 + G17 2
C C
5.075 5.075
G29
G21...?
B
G29
A P A
L G18 K G17 L G16 G
2.013 2.0125
12.075 m
AL CL G22 =
G21 = =
AP GP G21 2 + G16 2
G
e. Perbandingan Segitiga 5 f. Perbandingan Segitiga 6
G
D D
C
5.075 5.075
G29
G23...?
G29
A P A
M M G15 G
2.0125 2.0125
12.075 m
AM DM G24 =
G23 = =
AP GP G23 2 + G15 2
G
G
g. Perbandingan Segitiga 7 h. Perbandingan Segitiga 8
G
E E
5.075 5.075
G29
G25...?
G29
A P A
N N G14 G
2.0125 2.0125
12.075 M
AN EN G26 =
G25 = =
AP GP G25 2 + G14 2
G
i. Perbandingan Segitiga 9 j. Perbandingan Segitiga 10
G
F F
5.075 5.075
G29
G27...?
G29
A P A
O O G13 P
2.0125 2.0125
12.075 M
AN EN G28 =
G27 = =
AP GP G27 2 + G13 2
G7
H
G8
30
G29
G31
I
G9
G33
32
J
P G12 Q G11 R G10
5.075
6.508552066
= = 2.169517
3
5.075
(G10=G11=G12) =
3 = 1.7
a. Perbandingan Segitiga 1 b. Perbandingan Segitiga 2
G
G
G29
4.075 I
I
4.075
G33...?
G29
G33
J J
G G11 R
P R
1.692 1.691667
5.075 M
JR IR G32 =
G33 = =
JP GP G33 2 + G11 2
5.075 X
G33 = 6.893542 G32 = 2.170 m
6.893542
G33 = = 1.358 m
5.075
c. Perbandingan Segitiga 3 d. Perbandingan Segitiga 4
G
G
G29
H 4.075 H
G31...?
4.075
G29
G31
J J
P Q G G12 Q
1.691666667 1.691667
5.075 M
JR IR G30 =
31 = =
JP GP 31 2 + G11 2
3.383333 31 G30 =
31 = =
5.075 4.075 2.716667 2 + 1.691667 2
Perhitungan Sudut
Menghitung Struktur Bagian Kiri
B G19 0.846
G1
α tanˉ¹ = = = 22.7965°
G18 2.013
G19
A a
G18 K
B G19 0.846
20 α tanˉ¹ = = = 22.7965°
G17 2.013
G19
K G17
C
22
G21 1.692
α tanˉ¹ = = = 40.0497°
G21
?
G16 2.013
L G16 M
E
24
2
G5
G25 3.383
α tanˉ¹ = = = 59.2547°
a
G15 2.013
M G15 N
G26
2
G5
G25 3.383
α tanˉ¹ = = = 59.2547°
G14 2.013
N G14 O
G29 5.075
G28 α tanˉ¹ = = = 68.3691°
9
G13 2.013
2
G
O G13 P
G12 1.692
a
P G12 Q
G33 1.358
α tanˉ¹ = = = 38.7629°
I G11 1.692
G32
3
G3
a
Q G11 R
I
G9
G33 1.358
3
= = = 38.7629
3
α tanˉ¹
G
a
J G10 1.692
R G10
a. Pembebanan
Karena struktur tidak semetriks jadi di hitung sebagian dari struktur tersebut
Pembebanaan yang dihitung pada perencanaan awal sebagian besar sama sama dengan yang di
pakai di perhitungan detail nantinya dengan perbedaan pada beban mati (berat sendiri) gording
yang belum di masukan dalam perhitungan awal, dan akan di berikan dalam perhitungan detail
setelah demensi gording di tentukan.
• Bentang gording
Jearak total arah x = 17.15 m
jumlah Kuda - kuda = 5
Jarak kuda - kuda = 4 cm
Tirisan kiri = 1 cm
Tirisan kanan = 1 cm
Tirisan depan = 1.5 cm
Tirisan belakang = 1.5 cm
• Jarak sagrod
Sagrod berfungsi membantu menahan lendutan dan momen gording ke arah sumbu lema
Perhitungan beban angin mengacu pada pasal 27 dan 28 SNI 1727 : 2013,
dengan perhitungan lebih rinci akan di uraikan kemudian dalam perhitungan rangka kuda - kuda
Kombinasi Pembebanan yang di pakai adalah seperti berikut (mengacu pada SNI 1727 : 2013) :
• 1.2 D + 1.6 Lr + 0.5 W
• 1.2 D + 0.5 Lr + 1.0 W
1.07
D = Beban mati(beban gording, penutup atap)
Lr = Beban hidup atap (hujan, orang/pekerja)
W = Beban angin
beban mati
beban hidup
beban angin
Profil gording dapat diperkirakan berdasarkan dari hitungan modulus penampang, untuk kemudia di bandingkan
tabel prifil produsen gording yang bisa memenuhi nilai tersebut.
Momen lentur :
• Sumbu kuat (Mux) = 667.42 kg/m = 66741.82973 kg/cm
• Sumbu lemah (Muy) = 71.60 kg/m = 7160.09875 kg/cm
Modulus penampang :
• Sumbu kuat :
Mux 66741.82973
Sux = 2 = = 533.93 kg/cm³
Fy 2 250
• Sumbu lemah :
Muy 7160.09875
Suy = 2 = = 57.28 kg/cm³
Fy 2 250
Pemeriksaan kapasitas tampang diperhitungan detail gording nantinya yang mana akan digabungkan rasio
kapasitas sumbu kuat dan sumbuh lemah secara bersamaan.
Nilai modulus penampang tersebut merupakan nilai minimum yang diperlukan, selanjutnya dapat dicari dalam
tabel profil gording dari produsen jenis profil mana yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Setidaknya
ada dua pilihan profil gording yang bisa memenuhi :
Profil gording yang sudah dipilih berikutnya diperiksa terhadap ketahanan momen lentur, gaya geser dan
lendutan. Perhitungan pembebanan relatif sama dengan perhitungan awal dengan perbedaan berat sendiri
gording kini juga ikut dimasukan dalam beban mati. Jika dalam pemeriksaan profil gording belum
memenuhi persyaratan maka dipilih profil yang lebih besar dan perhitungan pemeriksaan diulang.
1). Klasifikasi penampang sayap gording (acuan Tabel B4. 1b kasus 10 dalam Sni 1729 : 2015)
Elemen pelat sayap dan pelat badan gording akan di periksa jenis kelangsingannya yang nantinya akan di kelompokan Elemen pelat saya
dalam penampang kompak, tak kompak, atau langsing. Klasifikasi ini akan berpengaruh dalam penentuan dalam dalam penampang
penentuan kapasitas tampang profil. penentuan kapasi
= 2996.8736 mm⁴
1 1
= 150 x 3.2 x (21.1 - x 3.20) + 2 x 20 x 3.2 x (65 - 21.1 - x 3.20) +
2 2
2 2
3.2 x (21.1 - 3.20) + 3.2 x (65.0 - 3.2 - 21.1)
= 21100.5 mm³
4). Tinjauan kondisi pelelehan (pasal F2. 1 dan F6. 1 SNI 1729 : 2015)
• Momen nominal (sb. kuat, acuan pers, F2- 1 SNI 1729 : 2015) :
Mnx(Y) = Mpx = Fy . Zx = 250 x 36828.8
= 9207200 Nmm = 9.2072 kNm
• Momen nominal (sb. lemah, acuan pers, F2- 1 SNI 1729 : 2015) :
Mny(Y) = Mpy = Fy . Zy = 250 x 21100.5
= 5275120 Nmm = 5.28 kNm
Subskrip (Y) pada perhitungan di atas untuk menandakan momen nominal kondisi pelelhan (yield). Subskrip (Y) pada
5). Tinjauan tekuk torsi lateral (Sumbu kuat, pasal F2. 2 SNI 1729 : 2015)
• Panjang bentang maksimum balok menahan momen plastis (Pers. F2 - 5 SNI 1729 : 2015) :
E 200000
Lp = 1.76 x ry = 1.76 x 23.7 = 1179.794 mm
fy 250
• Bentang minimum balok yang tahanannya ditentukan momen kritis tekuk torsi lateral :
ly . Cw
r²ts = (Pers. F2 - 7 SNI 1729 : 2015)
Sx
538000 x 112949.76
= = 1171.202 mm²
44300
bꜰ 20.0
→rts =
1 . h .tw 1 6.16448
12 1 + = 12 1 + = 572.8 mm
6 bf . tf 6 64
= 146.8 538000
= 33.632
2 112949.76 = 34
J.c 2 2
Lr = E J.c 0,7 fy
1,95.rts + + 6.76
0,7fy Sx.h₀ Sx.h₀ E
= x 200000
1.95 572.8 x
0.7 x 250
Lp = 1179.794 mm
Ls = 2 mm
Lr = 3915900 mm
→ Lp ˂ Ls ˂ Lr
r atap
1). Data perencanaan
Menghitung struktur bagian kanan
• Bentang gording
Jearak total arah x = 17.15 m
jumlah Kuda - kuda = 5
Jarak kuda - kuda = 4 m
Tirisan kiri = 1 m
Tirisan kanan = 1 m
Tirisan depan = 1.5 m
Tirisan belakang = 1.5 m
• Jarak sagrod
Sagrod berfungsi membantu menahan lendutan dan momen gording ke arah sumbu lema
4).Beban hujan
5).Beban angin
Perhitungan beban angin mengacu pada pasal 27 dan 28 SNI 1727 : 2013,
dengan perhitungan lebih rinci akan di uraikan kemudian dalam perhitungan rangka kuda - kuda
Kombinasi Pembebanan yang di pakai adalah seperti berikut (mengacu pada SNI 1727 : 2013) :
• 1.2 D + 1.6 Lr + 0.5 W
• 1.2 D + 0.5 Lr + 1.0 W
beban mati
beban hidup
beban angin
Profil gording dapat diperkirakan berdasarkan dari hitungan modulus penampang, untuk kemudia di bandingkan
tabel prifil produsen gording yang bisa memenuhi nilai tersebut.
Momen lentur :
• Sumbu kuat (Mux) = 564.51 kg/m = 56451.07718 kg/cm
• Sumbu lemah (Muy) = 115.70 kg/m = 11570.06493 kg/cm
Modulus penampang :
• Sumbu kuat :
Mux 56451.07718
Sux = 2 = = 451.61 kg/cm³
Fy 2 250
• Sumbu lemah :
Muy 11570.06493
Suy = 2 = = 92.56 kg/cm³
Fy 2 250
Pemeriksaan kapasitas tampang diperhitungan detail gording nantinya yang mana akan digabungkan rasio
kapasitas sumbu kuat dan sumbuh lemah secara bersamaan.
Nilai modulus penampang tersebut merupakan nilai minimum yang diperlukan, selanjutnya dapat dicari dalam
tabel profil gording dari produsen jenis profil mana yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Setidaknya
ada dua pilihan profil gording yang bisa memenuhi :
Profil gording yang sudah dipilih berikutnya diperiksa terhadap ketahanan momen lentur, gaya geser dan
lendutan. Perhitungan pembebanan relatif sama dengan perhitungan awal dengan perbedaan berat sendiri
gording kini juga ikut dimasukan dalam beban mati. Jika dalam pemeriksaan profil gording belum
memenuhi persyaratan maka dipilih profil yang lebih besar dan perhitungan pemeriksaan diulang.
1). Klasifikasi penampang sayap gording (acuan Tabel B4. 1b kasus 10 dalam Sni 1729 : 2015)
Elemen pelat sayap dan pelat badan gording akan di periksa jenis kelangsingannya yang nantinya akan di kelompokan
dalam penampang kompak, tak kompak, atau langsing. Klasifikasi ini akan berpengaruh dalam penentuan dalam
penentuan kapasitas tampang profil.
= 2996.8736 mm⁴
1 1
= 150 x 3.2 x (21.1 - x 3.20) + 2 x 20 x 3.2 x (65 - 21.1 - x 3.20) +
2 2
2 2
3.2 x (21.1 - 3.20) + 3.2 x (65.0 - 3.2 - 21.1)
= 21100.5 mm³
4). Tinjauan kondisi pelelehan (pasal F2. 1 dan F6. 1 SNI 1729 : 2015)
• Momen nominal (sb. kuat, acuan pers, F2- 1 SNI 1729 : 2015) :
Mnx(Y) = Mpx = Fy . Zx = 250 x 15228.8
= 3807200 Nmm = 3.8072 kNm
• Momen nominal (sb. lemah, acuan pers, F2- 1 SNI 1729 : 2015) :
Mny(Y) = Mpy = Fy . Zy = 250 x 21100.5
= 5275120 Nmm = 5.28 kNm
Subskrip (Y) pada perhitungan di atas untuk menandakan momen nominal kondisi pelelhan (yield).
5). Tinjauan tekuk torsi lateral (Sumbu kuat, pasal F2. 2 SNI 1729 : 2015)
• Panjang bentang maksimum balok menahan momen plastis (Pers. F2 - 5 SNI 1729 : 2015) :
E 200000
Lp = 1.76 x ry = 1.76 x 23.7 = 1179.794 mm
fy 250
• Bentang minimum balok yang tahanannya ditentukan momen kritis tekuk torsi lateral :
ly . Cw
r²ts = (Pers. F2 - 7 SNI 1729 : 2015)
Sx
538000 x 112949.76
= = 1171.202 mm²
44300
bꜰ 20.0
→rts =
1 . h .tw 1 6.16448
12 1 + = 12 1 + = 572.8 mm
6 bf . tf 6 64
= 146.8 538000
= 33.632 34
2 112949.76 =
J.c 2 2
Lr = E J.c 0,7 fy
1,95.rts + + 6.76
0,7fy Sx.h₀ Sx.h₀ E
= x 250
1.95 572.8 x
0.7 x 250
Lp = 1179.794 mm
Ls = 2 mm
Lr = 4898.187 mm
→ Lp ˂ Ls ˂ Lr