Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

1. NAJAH FEBIANA (F0H020038)


2. FERDI HARYANTO (F0H020030)
3. VANISYA DEWI.T (F0H020014)
4. DEPI YUPITA (F0H020016)
5. NURLAILA FITRI (F0H020074)
6. BELLA SAPERA (F0H020066)

DOSEN PENGAMPU:
NURLAILI,S.Sos.,M.Kes

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TA.2021/2022
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis memperoleh kesehatan dan kekuatan untuk dapat
menyelesaikan “Tugas Makalah KONSEP NEONATAL ESENSIAL” Penghargaan yang tulus
dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada seluruh pihak,
khususnya kepada dosen pembibing atas kebijaksanaan dan kesediaannya dalam membimbing
sehingga “Tugas Makalah KONSEP NEONATAL ESENSIAL ” ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun dari segi penyampaian yang
menjadikan Tugas Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diperlukan dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, Agustus 2021

Kelompok 2

DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
 Neonatus merupakan bayi yang berusia antara 0 sampai 1 bulan (28 hari). Walaupun
sebagian proses persalinan terfokus pada ibu tetapi karena proses tersebut merupakan proses
pengeluaran hasil kehainilan (bayi), maka penatalaksanaan suatu  persalinan dikatakan
berhasil apabila selain ibunya, bayi yang dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optima.

Memberikan pertolongan dengan segera, aman dan bersih adalah bagianesensial dan
asuhan bayi baru lahir. Sebagian besar (85%-90%) persalinan adalahnormal, tetapi gangguan
dalam kehainilan dan proses persalinan dapat mempengaruhikesehatan bayi-bayi yang baru
dilahirkan. Sebagian besar kesakitan dan kematian bayi baru lahir disebabkan oleh asfiksia,
hipotermia dan atau infeksi. Kesakitan dankematian bayi baru lahir dapat dicegah bila
asfiksia segera dikenali dan ditatalaksanasecara adekuat, dibarengi pula dengan penccgahan
hipotermia dan infeksi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara mempertahankan status pernafasan ?
2. Bagaimana mempertahankan termoregulasi (suhu) ?
3. Bagaimana mempertahankan nutrisi BBL ?
4. Bagaimana cara mencegah infeksi ?

C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui cara mempertahankan status pernafasan.
2. Agar dapat mengetahui cara mempertahankan termoregulasi (suhu).
3. Agar dapat mengetahui cara mempertahankan nutrisi BBL.
4. Agar dapat mengetahui cara mencegah infeksi.

BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP NEONATALUS ESENSIAL

1. Definisi Adaptasi
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian fungsional neonatus
dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis
ini disebut juga homeostatis. Homeostatis adalah kemampuan mempertahankan fungsi-
fungsi vital, bersifat dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan,
termasuk masa pertumbuhan dan perkembangan intrauterin. Bila terdapat gangguan pada
adaptasi maka bayi akan sakit. Sedangkan pada bayi yang kurang bulan terdapat gangguan
mekanisme adaptasi.

2. Adaptasi / Perubahan Fisiologi Pada Bayi Baru Lahir


Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir meliputi :

a.Perubahan Sistem Respirasi / Pernapasan


Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta
dan setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi. Organ yang
bertanggung jawab untuk oksigensi janin sebelum bayi lahir adalah plasenta. Selama masa
kehamilan bayi mengalami banyak perkembangan yang menyediakan infrastruktur untuk
mulainya proses pernapasan. Pada masa kehamilan di trimester II atau III janin sudah
mengembangkan otot-otot yang diperlukan untuk bernapas, alveoli juga berkembang dan
sudah mampu menghasilkan surfaktan, fosfolipid yang mengurangi tegangan permukaan
pada tempat pertemuan antara udara – alveoli. Ruang interstitial antara alveoli sangat tipis
sehinga memungkinkan kontak maksimum antara kapiler dan alveoli untuk pertukaran
udara.
Pada saat bayi lahir, dinding alveoli disatukan oleh tegangan permukaan cairan
kental yang melapisinya. Diperlukan lebih dari 25 mmHg tekanan negatif untuk melawan
pengaruh tegangan permukaan tersebut dan untuk membuka alveoli untuk pertama kalinya.
Tetapi sekali membuka alveoli, pernapasan selanjutnya dapat di pengaruhi pergerakan
pernapasan yang relatif lemah. Untungnya pernapasan bayi baru lahir yang pertamakali
sangat kuat, biasanya mampu menimbulkan tekanan negatif sebesar 50 mmHg dalam ruang
intrapleura.
Pada bayi baru lahir, kekuatan otot-otot pernapasan dan kemampuan diafragma untuk
bergerak, secara langsung mempengaruhi kekuatan setiap inspirasi dan ekpirasi. Bayi yang
baru lahir yang sehat mengatur sendiri usaha bernapas sehingga mencapai keseimbangan
yang tepat antar-oksigen, karbon dioksida, dan kapasitas residu fungsional. Frekuensi
napas pada bayi baru lahir yang normal adalah 40 kali permenit dengan rentang 30 – 60
kali permenit (pernapasan diafragma dan abdomen) apabila frekuensi secara konsisten
lebih dari 60 kali permenit, dengan atau tanpa cuping hidung, suara dengkur atau retraksi
dinding dada, jelas merupakan respon abnormal pada 2 jam setelah kelahiran.
Rangsangan gerakan pernapasan pertama terjadi karena beberapa hal berikut :
1) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi mekanik)
2) Penurunan PaO2 (konsentrasi oksigen dalam darah arteri) dan peningkatan PaO2
merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus (stimulasi mekanik).
3) Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di dalam uterus (stimulasi
sensorik).
4) Reflekss deflasi Hering Breur : Memendekkan pernapasan (Hering-Breuer reflekss). HB
reflekss inflasi : ekspirasi meningkat ; HB reflekss deflasi : ekspirasi menurun.
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama
sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain
karena adanya surfaktan,juga karena adanya tarikan nafas dan pengeluaran napas dengan
merintih sehingga udara bisa tertahan di dalam. Cara neonatus bernapas dengan cara
bernapas difragmatik dan abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya bernapas
belum teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku,
sehingga terjadi atelektasis. Dalam kondisi seperti ini (anoksia), neonatus masih
mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan metabolisme anaerobik.
Proses perubahan sistem respirasi
1) Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan
kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus
berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan
sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas
sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi
kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak
tercukupinya jumlah surfaktan.
2) Awal adanya napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah (Varney, :
a) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
b) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara mekanis.
Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat
menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang
diperlukan untuk kehidupan.
c) Penimbunan karbondioksida (CO2)
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang
pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi
sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan
janin.
d) Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
3) Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
a) Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
b) Mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin /sfingomielin)
yang cukup dan aliran darah ke paru-paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu
kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30 – 34 minggu
kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan
membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir
pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih
banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi
yang sebelumnya sudah terganggu.
4) Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan
lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru.
Seorang bayi yang dilahirkan secara sectio cesaria kehilangan keuntungan dari kompresi
rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama.
Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan
bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh
pembuluh limfe dan darah.
5) Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardivaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah
paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh
darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga
menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus
dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan
sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
Langkah-Iangkah prosedur resusitasi bayi baru lahir:
1). Persiapan
Perlengkapan resusitasi harus selalu tersedia dan siap digunakan pada setiap
persalinan. Penolong telah mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan DTT/steril.
Persiapan lainnya adalahsebagai berikut:
a. Tempat resusitasi datar, rata, bersih, kering dan hangat
b. Tiga lembar handuk atau kain bersih dan kering
- Untuk mengeringkanbayi
- Untuk menyelimuti tubuh dan kepala bayi
- Untuk ganjal bahu bayi
c. Alat pengisaplender
- Bola karet bersih dan kering
- Pengisap steril
d. Alat penghantar udara/ oksigen
e. lampu 60 watt dengan jarak dari lampu ke bayi sekitar 60 cm
f. Jam
g. Stetoskop

2). Penilaian bayi baru lahir dan segera setelah lahir


1). Sebelumlahir:
a. Apakah bayi cukup bulan?
b. Apakahair ketubanjernih, tidak tercampur mekonium?
2). Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan). Sambilmenempatkan bayi diatas
perut atau dekat perineum ibu, lakukan penilaian (selintas):
a. Apakah bayi menangisatau bernapas/ tidak megap-megap?
b. Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak dengan aktif?

3). Keputusan untuk melakukan resusitasi


lakukan resusitasi jika pada penilaianterdapat keadaansebagai berikut:
1). Jika bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megaptak bernapas dan atau
tonus otot bayi tidak baik. bayi lemas -potong tali pusat, kemudian lakukan
langkahawal resusitasi.
2). Jika air ketuban bereampur mekonium:
Sebelum melakukan langkah awal resusitasi, lakukan penilalan, apakah bayi
menangis atau bernapas/tidak megap-megap.
a. Jika menangis atau bernapas/ tidak megap-megap, klem dan potong tali pusat
dengan cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun, kemudian lakukan
langkah awal resusitasi.
b. Jika megap-megap atau tidak bernapas, lakukan pengisapan terlebih dahulu
dengan membuka lebar, usap mulut dan isap lendir di mulut, klem dan potong
tali pusat dengan eepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun, kemudian
dilakukan langkah awal resusitasi.

4). Tindakan resusitasi


Sambil memotong tali pusat, beritahu ibu dan keluarga bahwa bayi
mengalami masalah sehingga perlu dilakukan tindakan resusitasi, minta ibu dan
keluarga memahami upaya ini dan minta mereka ikut membantu mengawasi ibu.
1). Selimuti bayi dengan handuk/ kain yang diletakkan di atas perut ibu, bagian
muka dan dada bayi tetap terbuka.
2). Pindahkan bayi ke tempat resusitasi
3). Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu yaitu kepala sedikit ekstensi dengan
mengganjal bahu (gunakan handuk/ kain yang telah disiapkan dengan
ketebalan sekitar 3 em dan dapat disesuaikan).
4). Bersihkan jalan napas dengan mengisap lendir di mulut sedalam
<5 em dan kemudian hidung (jangan melewati euping hidung).
5). Keringkan bayi (dengan sedikit tekanan) dan gosok rnuka/dada/ perut/
punggung bayi sebagai rangsangan taktil untuk merangsang pernapasan. Ganti
kain yang basah dengan kain yang bersih dan kering. Selimuti bayi dengan kain
kering, Bagian wajah dan dada terbuka.
6). Reposisikan kepala bayi dan nilai kembali usaha napas. (Langkah 1-6 dilakukan
dalam waktu , 30 menit)
7). Nilai hasil awal, buat keputusan dan lakukan tindakan:
a. Jika bayi bernapas normal/ tidak megap-megap dan atau menangis, lakukan
asuhan pasca resusitasi
b. Jika bayi tidak bernapas spontan atau napas megap- megap, lakukan
ventilasi.

5). Ventilasi
1). Ventllasi dapat dilakukan dengan tabung dan sungkup ataupun dengan balon dan
sungkup. Jika menggunakan tabung dan sungkup:
a. Udara sekitar harus dihirup ke dalam mulut dan hidung penolong kemudian
dihembuskan lagi ke jalan napas bayi melalui mulut- tabung-sungkup
b. Untuk memasukkan udara baru, penolong harus melepaskan mulut dari
pangkal tabung untuk menghirup udara segar dan baru memasukkannya
kernbali ke jalan napas bayi (bila penolong tidak melepaskan mulutnya dari
pangkal tabung, mengambil napas dari hidung dan langsung meniupkan
udara, maka yang masuk adalah udara ekspirasidari paru penolong)
c. Jika menggunakan balon sungkup udara dimasukkan ke bayi dengan
meremasbalon.
2). Pastikan bagian dada bayi tidak terselimuti kain agar penolong dapat menilai
pengembangan dada bayi waktu peniupan udara/ peremasan balon.
3). Pasang sungkup melingkupi hidung, mulut dan dagu (perhatikan perlekatan
sungkup dan wajah bayi).
4). Ventilasi Pereobaan : Tiup pangkal tabung atau remas balon 2 kali dengan
tekanan 30 em air mengalirkanudara ke jalan napasbayi
a. Perhatikan gerakan dinding dada naiknya dinding dada mencerminkan
mengembangnya paru dan udara masukdengan baik
b. Bila dinding dada tidak naik/ mengembangperiksa kernbali:
 Perlekatansungkup, adakahkebocoran?
 Posisikepala, apakahdalam posisi menghindu?
 Apakah ada sumbatan jalan napas oleh lendir pada mulut atau hidung?
Lakukankoreksi dan ulangi ventilasi pereobaan
5). Ventilasi Definitif/ Lanjutan: Setelah ventilasi pereobaan berhasil maka lakukan
ventilasi definitif dengan jalan meniupkan udara pada tabung atau meremas
balon dengan tekanan 20 em air, frekwensi 20 kali dalam waktu 30 detik.
6). Lakukan penilaian ventilasi, buat keputusan dan lanjutan tindakan:
a. Jika bayi bernapas normal dan atau menangis, hentikan ventilasi kemudian
lakukan asuhan pasca resusitasi
b. Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan tindakan ventilasi,
7). Jika bayi belum bernapas spontan atau megap-megap, lanjutkan ventilasi 20
kalt dalam 30 detik selanjutnya dan lakukan penilaian ulang - lihat Langkah
16 bagian 1 dan 2, demikian selanjutnya
a. Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas dan resusitasi telah lebih dari 2
menit - nilai jantung, siapkan rujukan, lanjutkan ventilas
b. Pada penilaian ulang hasil ventilasi berikutnya, selain penilaian napas
lakukan juga penilaian denyut jantunq bayi
c. Jika bayi tidak bernapas dan tidak ada denyut jantung, ventilasi tetap
dilanjutkan tetapi jika hingga 10 menit kemudian bayi tetap tidak bernapas
dan denyut jantung tetap tidak ada, pertimbangkan untuk menghentikan
resusitasi.

6). Tindakan pasca resusitasi


1). Bila resusitasi berhasil, lakukan:
a. Pemantauan tanda bahaya
b. Perawatan tali pusat
c. Inisiasi menyusu dini
d. Pencegahan hipotermi'
e. Pemberian vitamin K1
f. Pencegahan infeksi (Pemberian salep mata dan imunisasi hepatitis B)
g. Pemeriksaan fisik
h. Pencatatan dan pelaporan.
2). Bila perlu rujukan:
a. Konseling untuk merujuk bayi beserta ibu dan keluarga
b. melanjutkan resusitasi
c. Memantau tanda bahaya
d. perawatan tali pusat
e. Mencegah hipotermi
f. Memberikan vitamin K
g. Mencegah infeksi (pemberian salep mata)
h. Membuat surat rujukan
i. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
Jika saat merujuk keadaan bayi membaik dan tidak perlu resusitasi, berikan
vitamin Kl serta salep mata dan susui bayi jika tidak ada kontra indikasi.
3). Bila resusitasi tidak berhasil:
a. Melakukan konseling pada ibu dan keluarga
b. Memberi_kan petunjuk perawatan payudara
c. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
4). Lakukan pencegahan infeksi pada seluruh peralatan resusitasi yang digunakan:
a. Dekontaminasi, pencucian dan DTT terhadap tabung dan sungkup serta alat
penghisap dan sarung tangan yang dipakai ulang
b. Dekontaminasi dan pencucian meja resusitasi, kain dan selimut
c. Dekontaminasi bahan dan alat habis pakai sebelum dibuang ke tempat
aman.
7). Rekam medik tindakan resusitasi Catat secara rinci:
a. Kondisi saat lahir
b. Waktu dan langkah resusitasi
c. Hasil resusitasi
d. Keterangan rujukan apabila dirujuk

b. Perubahan Sistem Termoregulasi / Pengaturan Suhu


Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami
stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan
lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan
ruang bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap
lewat kulit, sehingga mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan yang dingin,
pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang
kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa
menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh, dan
mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, seorang
bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak
menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan
cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin.
Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang
bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh
karena itu, upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan
berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir.
Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir
kelingkunganya :
1) Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke tubuh benda di sekitarnya yang kontak langsung
dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak
langsung). Contoh hilangnya panas tubuh bayi secara konduksi, ialah menimbang bayi
tanpa alas timbangan, tangan penolong yang dingin memegang bayi baru lahir,
menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir.
2) Konveksi
Panas hilang dari bayi ke udara sekitanya yang sedang bergerak (jumlah panas yang
hilang tergantung pada kecepatan dan suhu udara). Contoh hilangnya panas tubuh bayi
secara konveksi, ialah membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela,
membiarkan bayi baru lahir di ruangan yang terpasang kipas angin.
1) Radiasi
Panas di pancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin
(pemindahan panas antar dua objek yang mempunyai suhu berbeda). Contoh bayi
mengalami kehilangan panas tubuh secara radiasi, ialah bayi baru lahir di biarkan dalam
ruangan dengan Air onditioner (AC) tanpa diberikan pemanas (Radiant Warmer), bayi
baru lahir dibiarkan keadaan telanjang, bayi baru lahir ditidurkan berdekatan dengan
ruangan yang dingin, misalnya dekat tembok.
4) Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan kelembapan
udara (perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi uap). Evaporasi
dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai tingkat kelembapan udara, aliran udara yang
melewati apabila bayi baru lahir dibiarkan suhu kamar 250C, maka bayi akan kehilangan
panas melalui konveksi, radiasi dan evaporasi 200 perkilogram berat badan (Per kg BB),
sedangkan yang dibentuk hanya satu persepuluhnya.
Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir, antara lain mengeringkan bayi
secara seksama, menyelimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat,
menutup bagian kepala bayi, menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan
bayinya.

3. Pencegahan Infeksi
Pencegahan Infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus dilakukan pada bayi baru
lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Pada saat penanganan bayi baru
lahir, pastikan penolong untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi. Tindakan Pencegahan
Infeksi pada bayi baru lahir meliputi :
a. Mencuci tangan secara sekasama sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan bayi
b. Memakai sarung tangan bersih saat melayani bayi yang belum dimandikan
c. Memastikan semua peralatan telah disterilkan
d. Memastikan semua perlengkapan bayi dalam keadaan bersih,
e. Memastikan semua alat-alat yang bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih,
f. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudara
g. Membersihkan muka, pantat,dan tali pusat bayi dengan air bersih hangat dan sabun setiap
hari
h. Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi.

1. Prinsip Dasar Pencegahan Infeksi


Prinsip dasar dalam pencegahan infeksi adalah sebagai berikut :
a. Setiap orang (pasien dan petugas pelayanan kesehatan) harus dianggap berpotensi
menularkan infeksi.
b. Cuci tangan adalah prosedur yang paling praktis dalam mencegah kontaminasi silang.
c. Pakailah sarung tangan sebelum menyentuh setiap kulit yang luka, selaput lendir
(mukosa), darah, dan cairan tubuh lainnya (sekret atau ekskret).
d. Gunakanlah pelindung (barier) seperti kacamata (goggles), masker, celemek (apron)
pada setiap kali melakukan kegiatan pelayanan yang diantisipasi dapat terkena percikan
atau terkena darah dan cairan tubuh pasien.
e. Selalu melakukan tindakan/prosedur menurut langkah yang aman, seperti tidak
memebengkokan jarum dengan tangan, memegang alat medik dan memprosesnya
dengan benar, membuang dan memproses sampah medik dengan benar.

2. Upaya Pencegahan Infeksi


a. Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini dilakukan dengan cara merawat tali pusat yang berarti menjaga agar luka
tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau tanah. Pemakaian
popok bayi diletakkan disebelah bawah tali pusat. Apabila tali pusat kotor, cuci luka tali
pusat dengan air bersih yang mengalir dan sabun, segera keringkan dengan kain kasa
kering dan dibungkus dengan kasa tipis yang steril dan kering. Dilarang membubuhkan
atau mengoleskan ramuan, abu dapur dan sebagainya pada luka tali pusat, sebab akan
menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan kematian. Tanda-tanda
infeksi tali pusat yang harus diwaspadai, antara lain kulit sekitar tali pusat berwarna
kemerahan, ada pus/nanah dan bau busuk. Mengawasi dan segera melaporkan ke dokter
jika pada tali pusat ditemukan perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah
atau berbau busuk.
Langkah-langkah perawatan tali pusat :
1) Cuci tangan dengan sabun dan air
2) Membuka pakaian bayi
3) Membersihkan tali pusat dengan kassa dan air DTT dari ujung ke pangkal
4) Mengeringkan tali pusat dengan kassa kering
5) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara tanpa di tutupi
kassa
6) Lipatlah popok di bawah sisa tali pusat
7) Mengenakan pakaian bayi
8) Membereskan alat-alat
9) Menucuci tangan dengan sabun
10) Menginformasikan hasil tindakan
b. Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi baru lahir
atau penyakit infeksi lain adalah meletakkan bayi didada ibu agar terjadi kontak langsung
ibu dan bayi, sehingga menyebabkan terjadinya kolonisasi mikroorganisme yang ada di
kulit dan saluran pencernaan bayi dengan mikroorganisme ibu yang cenderung bersifat
nonpatogen, serta adanya zat antibodi bayi yang sudah terbentuk dan terkandung dalam air
susu ibu.
Langkah-langkah memandikan bayi :
1) Cuci tangan dengan sabun dan air
2) Siapkan keperluan mandi: seperti pakaian bayi lengkap, minyak telon, bedak, sabun,
handuk dan waslap, selimut, perlak, dan tempat pakaian kotor, bak mandi, air hangat
dan dingin.
3) Pastikan ruangan dalam keadaan hangat
4) Siapkan air hangat, tapi tidak terlalu panas dalam bak mandi
5) Lepas pakaian bayi
6) Bersihkan tinja dari daerah pantat sebelum memandikan agar air mandi tetap segar
7) Sanggalah kepala bayi sambil mengusapkan air ke muka, tali pusat, dan tubuh bayi
8) Letakkan bayi pada selembar handuk
9) Sabuni seluruh badan bayi (jangan memberi sabun pada muka dan cuci mukanya
dahulu sampai bersih)
10) Cuci tali pusat dengan air bersih dan sabun, bersihkan dan keringkanseluruhnya
11) Jika bayi laki-laki tarik katup (prepusium) ke belakang dan bersihkan dan bila bayi
perempuan bersihkan labia mayora dan minora
12) Tempatkan bayi kedalam bak mandi sambil menyangga kepala ke punggungnya,
bilaslah dengan sabun dengan cepat, (tidak perlu menghilangkan verniks)
13) Keringkan betul-betul bayi dengan sebuah handuk yang hangat dan kering
14) Tempatkan bayi pada alas dan popok yang hangat dan kering (singkirkan handuk
basah kepinggir)
15) Perawatan tali pusat
16) Kenakan pakaian yang bersih dan kering
17) Bungkuslah bayi dengan selimut yang bersih dan kering
18) Cuci tangan
c. Pencegahan infeksi pada mata
Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah dengan merawat mata bayi baru
lahir dengan mencuci tangan terlebih dahulu, membersihkan kedua mata bayi segera
setelah lahir dengan kapas atau sapu tangan halus dan bersih yang telah dibersihkan
dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir, berikan salep/obat tetes mata
untuk mencegah oftalmia neonatorum (Tetrasiklin 1%, Eritromisin 0,5% atau Nitras
Argensi 1%), biarkan obat tetap pada mata bayi dan obat yang ada di sekitar mata jangan
dibersihkan. Keterlambatan memberikan salep mata, misalnya bayi baru lahir diberi salep
mata setelah lewat 1 jam setelah lahir, merupakan sebab tersering kegagalan upaya
pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir.
Langkah-langkah pemberian obat tetes mata :
1) Memeriksa catatan riwayat kesehatan bayi
2) Menyiapkan alat: Bak instrumen berisi: tetes mata dalam tube, kom berisi kapas air
hangat, sarung tangan, bengkok.
3) Mendekatkan alat
4) Mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan
5) Mengatur posisi bayi : bayi telentang, leher sedikit ekstensi
6) Membersihkan mata dari dalam ke arah luar dengan kapas air hangat
7) Memegang tetes mata dan memposisikan tangan di atas pinggir kelopak mata. Menarik
kelopak mata bawah dan meneteskan obat sesuai dosis dalam sacus konjungtiva
bawah. Bila saat obat diteteskan bayi berkedip, mata terpejam atau tetesan jatuh di luar
sacus konjungtiva, ulangi prosedur
8) Menarik kelopak mata atas dan meneteskan obat sesuai dosis dalam sacus konjungtiva
atas
9) Memejamkan mata bayi. Bila efek obat sistemik, berikan tekanan lembut pada duktus
nasolakrimalis 30-60 detik
10) Mengamati kondisi umum bayi
11) Merapikan bayi dan menyerahkan kembali kepada orangtua
12) Merapikan alat
13) Mencuci tangan
d. Imunisasi
Pada daerah risiko tinggi infeksi tuberkulosis, imunisasi BCG harus diberikan pada bayi
segera setelah lahir. Pemberian dosis pertama tetesan polio dianjurkan pada bayi segera
setelah lahir atau pada umur 2 minggu. Maksud pemberian imunisasi polio secara dini
adalah untuk meningkatkan perlindungan awal. Imunisasi Hepatitis B sudah merupakan
program nasional, meskipun pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Pada daerah
risiko tinggi, pemberian imunisasi Hepatitis B dianjurkan pada bayi segera setelah lahir.
BAB III
PENUTUP

Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari
kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini
disebut juga homeostatis. Homeostatis adalah kemampuan mempertahankan fungsi-fungsi vital,
bersifat dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan, termasuk masa
pertumbuhan dan perkembangan intrauterin. Bila terdapat gangguan pada adaptasi maka bayi
akan sakit. Sedangkan pada bayi yang kurang bulan terdapat gangguan mekanisme adaptasi.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai