Anda di halaman 1dari 3

MINGGU III

KONSEP DAN METODE PENDEKATAN DALAM


PEMBANGUNAN MASYARAKAT

Urgensi partisipasi dalam pembangunan

Menurut Diana Conyers (1954), ada tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat
mempunyai sifat penting:
a. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi,
kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan
serta proyek-proyek akan gagal.
b. Bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa
dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaanya, karena mereka akan lebih mengetahui
seluk beluk proyek tersebut. Berbagai usaha untuk mencapai proyek-proyek swadaya di
negeri berkembang menunjukkan bahwa bantuan masyarakat setempat sangat sulit
diharapkan jika mereka tidak diikutsertakan.
c. Partisipasi menjadi urgen karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi
jika masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat. Dalam konteks ini masyarakat
memiliki hak untuk memberikan saran dalam menentukan jenis pembangunan yang akan
dilaksanakan di daerah mereka. Hal ini selaras dengan konsep man-centered development
yaitu jenis pembangunan yang lebih diarahkan pada perbaikan nasib manusia dan tidak
sekedar sebagai alat pembangunan itu sendiri

Kaitan partisipasi dan pembangunan (Binoro Tjokroamidjojo, 1988), adalah:


1. Keterlibatan aktif atau partisipasi masyarakat tersebut dapat berarti keterlibatan dalam
proses penentuan arah, strategi dan kebijaksanaan pembangunanyang dilakukan oleh
pemerintah. Hal ini terutama berlangsung dalam proses politik tetapi juga dalam proses
sosial hubungan antara kelompok-kelompok kepentingan dalam masyarakat.
2. Keterlibatan dalam memikul beban dan tanggungjawab dalam pelaksanaan pembangunan
.Hal ini dapat berupa sumbangan dalam memobilisasi sumber-sumber pembiayaan dalam
pembangunan, kegiatan produktif yang serasi, pengawasan sosial atas jalannya pembangunan
dan lain-lain.
3. Keterlibatan dalam memetik hasil dan manfaat pembangunan secara berkeadilan. Bagian-
bagian daerah ataupun golongan-golongan masyarakat tertentu dapat ditingkatkan
keterlibatannya dalam bentuk kegiatan produktif mereka melalui perluasan kesempatan-
kesempatan dan pembinaan tertentu.

Keith R. Emrich mengusulkan beberapa pedoman dalam penyusunan kebijaksanaan yang


berisikan peningkatan partisipasi (Inayatullah, 1979), yaitu:
a. Partisipasi harus dimulai dari tingkat paling bawah yaitu mengikutsertakan kelompok
penduduk paling miskin di desa.
b. Partisipasi harus terjadi pada semua tahap proses pembangunan.
c. Suatu dukungan semata-mata bukanlah partisipasi
d. Partisipasi harus mengandung isi berupa program-program nyata di bidang produksi dan
distribusi.
e. Partisipasi harus mengubah loyalitas organisasi atau kelompok yang sudah ada.
f. Peningkatan partisipasi akan mengundang tantangan dari pihak-pihak tertentu.

2. Community Based Training (Pelatihan Berbasis Masyarakat)


Pelatihan ketrampilan pada hakekatnya menempati peran strategis dalam proses
perencanaan sosial, terutama dalam pengembangan sumber daya manusia. Dalam merancang
metode yang relevan dan kurikulum pelatihan pedesaan, ada 4 hal yang perlu
dipertimbangkan :
1. Sifat informal bursa kerja pedesaan menyulitkan indentifikasi syarat-syarat standard
jabatan untuk berbagai jenis kegiatan yang ditujukan untuk menghasilkan pendapatan,
sehingga rancangan pelatihan perlu berpaling dari kategori-kategori konvensional dan
kurikulum yang didesain tersebut harus dapat mengidentifikasi dan memberikan syarat-
sayarat ketrampilan yang dibutuhkan untuk peluang-peluang memperoleh penghasilan
secara musiman dan paruh waktu.
2. Kurikulum pelatihan harus mencerminkan prioritas dan kepentingan kelompok sasaran
yang amat heterogen karena perbedaan karakterisitik ekonomi, sosial dan budaya.
3. Pelatihan teknis hendaknya dirancang berdasarkan teknologi pedesaan yang banyak
disukai, sehingga ketrampilan yang diajarkan dapat langsung diterapkan di lingkungan
yang ada sekaligus dapat mempercepat proses untuk memperbaiki tingkat teknologi
masyarakat secara keseluruhan.
4. Pelatihan ketrampilan hendaknya dilaksanakan secara konsisten, serta mendukung
strategi dan program yang sedang diterapkan guna memperoleh dukungan pihak lain.

Metode Community Based Training, pada intinya berkisar pada enam langkah, yaitu:
1. Perencanaan kelembagaan
2. Peluang-peluang ekonomi dan identifikasi kebutuhan pelatihan
3. Persiapan pelatihan dan pengorganisasian
4. Pemberian pelatihan
5. Bantuan pasca pelatihan
6. Pemantauan dan evaluasi

Perencanaan Kelembagaan
Penilaian kebutuhan/lingkup CBT/Pengaturan administrasi dan
koordinasi/pembentukan dan pelatihan unit nasional dan unit
regional/lokal/kajian ulang terhadap kebijakan/prioritas
pemerintah/identifikasi kelompok sasaran dan wilayah/daerah
prioritas/penyusunan rencana keuangan

Identifikasi peluang-peluang ekonomi dan syarat-syarat


pelatihan
Seleksi lokasi pelatihan/upaya mempersiapkan masyarakat/survey
kebutuhan pelatihan dan peluang-peluang/pendirian unit pelatihan.
regional/local/penyusunan studi kelayakan.

Penyiapan dan Pengorganisasian Pelatihan


Seleksi peserta pelatihan/perekrutan dan pelatihan instruktur/
penyusunan kurikulum dan materi pelatihan.

Penyampaian Pelatihan
Perencanaan kursus pelatihan/persiapan perlengkapan dan tempat
pelatihan/pemberian kursus pelatihan/evaluasi kemajuan yang
dicapai perserta pelatihan.

Anda mungkin juga menyukai