Menurut Diana Conyers (1954), ada tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat
mempunyai sifat penting:
a. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi,
kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan
serta proyek-proyek akan gagal.
b. Bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa
dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaanya, karena mereka akan lebih mengetahui
seluk beluk proyek tersebut. Berbagai usaha untuk mencapai proyek-proyek swadaya di
negeri berkembang menunjukkan bahwa bantuan masyarakat setempat sangat sulit
diharapkan jika mereka tidak diikutsertakan.
c. Partisipasi menjadi urgen karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi
jika masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat. Dalam konteks ini masyarakat
memiliki hak untuk memberikan saran dalam menentukan jenis pembangunan yang akan
dilaksanakan di daerah mereka. Hal ini selaras dengan konsep man-centered development
yaitu jenis pembangunan yang lebih diarahkan pada perbaikan nasib manusia dan tidak
sekedar sebagai alat pembangunan itu sendiri
Metode Community Based Training, pada intinya berkisar pada enam langkah, yaitu:
1. Perencanaan kelembagaan
2. Peluang-peluang ekonomi dan identifikasi kebutuhan pelatihan
3. Persiapan pelatihan dan pengorganisasian
4. Pemberian pelatihan
5. Bantuan pasca pelatihan
6. Pemantauan dan evaluasi
Perencanaan Kelembagaan
Penilaian kebutuhan/lingkup CBT/Pengaturan administrasi dan
koordinasi/pembentukan dan pelatihan unit nasional dan unit
regional/lokal/kajian ulang terhadap kebijakan/prioritas
pemerintah/identifikasi kelompok sasaran dan wilayah/daerah
prioritas/penyusunan rencana keuangan
Penyampaian Pelatihan
Perencanaan kursus pelatihan/persiapan perlengkapan dan tempat
pelatihan/pemberian kursus pelatihan/evaluasi kemajuan yang
dicapai perserta pelatihan.