Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion

Edisi 2, Volume 1, Tahun 2013

TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN HUKUM PEMBUKTIAN TINDAK


PIDANAPERSETUBUHAN TERHADAP ANAK
(Studi Kasus Putusan Nomor. 32/Pid.B/2008/PN PL)

MOH. FAJRI / D 101 07 466

ABSTRAK
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan. Berbicara tentang perlindungan
anak, maka secara hukum telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Pada Pasal 1 Ayat (2) dijelaskan
bahwa: ”perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
Kejahatan terhadap anak-anak ini dilakukan oleh pelaku dengan modus yang
beragam. Tindak pidana kekerasan seksual khususnya terhadap anak, secara
hukum belum sepenuhnya memberikan perlindungan yang optimal terhadap
anak meskipun hal ini telah diatur dalam Pasal 81 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, begitu pula dalam Pasal 287 KUHP.
Tapi kenyataannya tindak kekerasan seksual terhadap anak masih kerap
terjadi. Dalam tulisan ini akan diangkat kasus mengenai kejahatan seksual
terhadap anak dengan memaparkan kasus sebagai berikut: “Awal kejadian
pada hari Senin tanggal 03 Maret 2008 sekitar pukul 12.00 Wita atau setidak-
tidaknya pada suatu waktu tertentu lainnya yang dalam tahun 2008, bertempat
di jalan Tururuka Palu tepatnya di rumah kost Pondok Manggis (sekarang
sudah ditutup) atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain yang masih
daerah hukum Pengadilan Negeri Palu, dimana terdakwa, Razak Malino alias
Ray dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau
membujuk anak yakni Pr. Ramlah Suhar melakukan persetubuhan dengannya
atau dengan oranglain”.Peristiwa di atas sepertinya cukup membuka mata dan
hati kita bahwa sebenarnya masih banyak anak-anak di Indonesia yang perlu
di berikan perhatian lebih agar tidak terjerat dengan tindak pidana maupun
sebagai korban dari kasus tersebut. Sebagai ciri dari tindak pidana dalam
bentuk yang diperberat ialah harus memuat semua unsur yang ada pada
bentuk pokoknya ditambah lagi satu atau lebih unsur khususnya yang bersifat
memberatkan. Unsur khusus yang memberatkan inilah yang dimaksud dengan
dasar peberatan pidana khusus itu. Unsur khusus ini berupa unsur tambahan
atau ditambahkan pada unsur-unsur tindak pidana jenis yang bersangkutan
dalam bentuk pokok, yang dirumuskan menjadi tindak pidana yang berdiri
sendiri dengan diancam dengan pidana yang lebih berat dari bentuk pokoknya.
Jadi untuk membuktikan pidana jenis itu diperberat haruslah membuktikan
unsur-unsur yang ada dalam rumusan bentuk pokoknya terlebih dahulu
(walaupun dalam pasal yang bersangkutan unsur-unsur dalam bentuk pokok
itu tidak diulang dengan merumuskannya lagi, melainkan hanya disebut
kualifikasinya atau disebut pasal bentuk pokoknya), barulah membuktikan
adanya unsur khusus dari bentuk yang diperberat.

1
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 1, Tahun 2013

Kata Kunci : Persetubuhan Terhadap Anak, Penerapan Hukum,


Pembuktian Tindak Pidana

I. PENDAHULUAN berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh,


A. Latar Belakang berkembang dan berpartisipasi serta berhak
Negara Republik Indonesia yang atas perlindungan dari tindak kekerasan dan
berdasarkan atas Pancasila dan Undang- diskriminasi.Memang disadari bahwa secara
Undang Dasar 1945, setiap tingkah laku warga hukum negara kita sebenarnya telah banyak
negaranya tidak terlepas dari segala peraturan- memberikan perhatian terhadap hak-hak anak.
peraturan yang bersumber dari hukum. Hal ini dibuktikan dengan adanya berbagai
Negara Hukum menghendaki agar peraturan perundang-undangan yang secara
hukum senantiasa harus ditegakkan, di khusus mengatur tentang anak. Yaitu,
hormati dan di taati oleh siapapun juga tanpa Undang-undang Nomor 1 Tahun 1979
ada pengecualian. Hal ini untuk menciptakan Tentang Kesejahteraan Anak, ikut serta
kemanan, ketertiban, kesejahteraan dalam Indonesia dalam menandatangani konvensi
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. tentang hak-hak anak (convention on the right
Upaya perlindungan hukum terhadap of the child)sebagai hasil sidangumum
anak telah cukup lama dibicarakan baik di Perserikatan Bangsa Bangsapada Tanggal 26
Indonesia maupun di dunia Internasional. Januari 1990 dan diratifikasi dengan
Pembicaraan mengenai masalah ini tidak akan Keputusan Presiden RI Nomor 36 Tahun
pernah berhenti, karena selain merupakan 1990, serta Undang-Undang Nomor 23 Tahun
masalah universal, juga karena di dunia ini 2002 tentang Perlindungan Anak. Namun
akan selalu di hiasi oleh anak-anak. Selama realitasnya jaminan pemenuhan hak-hak anak
dunia tidak sepi oleh anak-anak, sepanjang agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang,
itulah masalah anak akan selalu dibicarakan. dapat berpartisipasi secara optimal sesuai
Pembicaraan mengenai masalah anak ini dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
menandakan masih adanya kasih sayang atau serta mendapatkan perlindungan dari
cinta kasih diantara umat manusia, khususnya kekerasan dan diskriminasi masih “sebatas
pada orang tua. Anak wajib dilindungi dan di realitas”.Kompleksitas permasalahan
jaga kehormatannya, martabat, serta harga menyertai kehidupan anak, baik dari aspek
dirinya secara wajar, baik itu dalam aspek atau pendidikan, aspek sosial, aspek kesehatan
bidang hukum, ekonomi, politik, sosial, maupun perlakuan yang tidak adil bagi anak
maupun budaya, dengan tidak membedakan bahkan yang lebih menyedihkan lagi anak
adanya perbedaan suku, ras maupun golongan. yang kondisi fisik dan mental masih lemah
Anak merupakan amanah sekaligus kerapkali menjadi korban kejahatan baik
sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang secara langsung atau tidak langsung oleh
senantiasa kita jaga dan kita lindungi, karena orang disekelilingnya maupun lingkunganya
dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan tanpa dapat berbuat sesuatu.
hak-hak sebagai manusia yang harus di Kejahatan terhadap anak-anak ini
junjung tinggi. Hak Asasi Anak merupakan dilakukan oleh pelaku dengan modus yang
bagian dari Hak Asasi Manusia yang termuat beragam. Ada yang menggunakan cara
dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan membujuk korban dengan diberi uang,
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang membelikan sesuatu yang diinginkan korban,
Hak-Hak Anak. atau memang sengaja diajak pelaku untuk
Anak adalah tumpuan masa depan bermain bersama kemudian pelaku melakukan
bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa. kekerasan terhadap mereka. Dengan modus-
Sehingga nasib bagi bangsa, negara, modus tersebut pelaku kemudian melakukan
masyarakat ataupun keluarga secara kejahatan tersebut ditempat yang dianggap
keseluruhan dimasa yang akan datang terletak aman. Dari sekian banyak kasus, mayoritas
ditangan mereka. Oleh karena itu, setiap anak peristiwa kekerasan dialami oleh anak di

2
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 1, Tahun 2013

rumah atau tempat tinggal pelaku. Lebih tragis Sedangkan, E. Utrecht2 memakai istilah
lagi ditengarai di Sekolah Taman Kanak- peristiwa pidana karena istilah peristiwa itu
Kanak Jakarta International School (JIS) di meliputi suatu perbuatan (handelen atau doen)
Jakarta dimana korbannya adalah anak laki- atau suatu melalaikan (verzuim atau nalaten)
laki yang disodomi oleh orang dewasa maupun akibatnya (keadaaan yang
demikian juga anak perempuan di sekolah ditimbulkan oleh karena perbuatan atau
tersebut. melalaikan itu), dan peristiwa pidana adalah
B. Rumusan Masalah suatu peristiwa hukum, yaitu suatu peristiwa
1. Bagaimanakah penerapan hukum pidana kemasyarakatan yang membawa akibat yang
tentang pembuktian putusan Hakim dalam diatur oleh hukum. Kemudian, R. Soesilo3
perkara tindak pidana persetubuhan memakai istilah tindak pidana yang
terhadap anak terhadap kasus No. dirumuskan sebagai berikut: “tindak pidana,
32/Pid.B/2008/PN Palu ? juga disebut delik atau perbuatan yang dapat
2. Apa yang menjadi pertimbangan hakim dihukum atau peristiwa pidana itu adalah
dalam menentukan berat ringannya pidana perbuatan yang bertentangan dengan undang-
yang di jatuhkan dalam kasus tindak pidana undang yang dilakukan dengan kesalahan oleh
persetubuhan anak pada perkara pidana orang yang dapat
No.32/Pid.B/2008/PN Palu ? dipertanggungjawabkan.”Sebelum
membicarakan mengenai penerapan hukum
II. PEMBAHASAN pidana atas tindak pidana kekerasan seksual
Para pakar hukum pidana terhadap anak maka penulis terlebih dahulu
menerjemahkan dengan berbagai istilah dan membahas dasar hukum terhadap
perumusannyapun sesuai dengan sudut perlindungan anak dari korban kekerasan
pandang masing-masing menurut aliran-aliran seksual. Berbicara tentang perlindungan anak,
hukum pidana yang mereka anut. Ada yang maka secara hukum telah diatur dalam
menerjemahkan sebagai peristiwa pidana, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tindak pidana, pelanggaran pidana, perbuatan Tentang Perlindungan Anak. Pada Pasal 1 ayat
pidana, tapi ada pula yang memakai istilah (2) dijelaskan bahwa: ”perlindungan anak
dengan delik itu sendiri. adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
Moeljatno1 menterjemahkan strafbaarfeit melindungi anak dan hak-haknya agar dapat
dengan perbuatan pidana yang mencakup tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi
pengertian kejahatan dan pelanggaran dengan secara optimal sesuai dengan harkat dan
alasan sebagai berikut,“Bahwa perbuatan martabat kemanusiaan, serta mendapat
pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh perlindungan dari kekerasan dan
suatu aturan hukum, larangan mana disertai diskriminasi”. 4

ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, Menurut Arif Gosita5 memberikan
bagi barang siapa yang melanggar perbuatan pengertian tentang perlindungan anak, bahwa:
tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa ”perlindungan anak adalah suatu kegiatan
perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh bersama yang bertujuan mengusahakan
suatu aturan hukum dilarang dan diancam pengamanan, pengadaan dan pemenuhan
pidana asal saja dalam pada itu diingat, bahwa
larangan ditujukan kepada perbuatan (suatu
2
keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh Terpetik Dalam Leden Marpaung, Asas-Asas,
kelakuan orang), sedangkan ancaman Teori, Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta,
2008, Hlm 7
pidananya ditujukan pada orang yang 3
R. Soesilo, KUHP Serta Komentar-
menimbulkan saran-saran yang bersifat Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia,
memaksa yang terdapat di dalamnya”. Bogor, 1996, Hlm 26
4
Pasal 1 ayat (2), Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
1 5
Terpetik Dalam Muhadar, Intisari Hukum Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak,
Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2006, Hlm 27 Akademika Presindo, Jakarta, 2004, Hlm 4

3
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 1, Tahun 2013

kesejahteraan rohaniah dan jasmaniah anak bahwa ia belum waktunya untuk dikawin,
sesuai dengankepentingan hak asasinya”. diancam dengan pidana penjara paling lama
Adapun dasar hukum terhadap 9 (sembilan) tahun.
perlindungan anak dari korban kekerasan 2) penuntutan hanya dilakukan atas
seksual adalah termuat dalam Pasal 81 dan pengaduan, kecuali jika umur perempuan
Pasal 82 Undang-Undang Nomor 23 Tahun itu belum sampai 12 (dua belas) tahun atau
2002 Tentang Perlindungan Anak. Pasal 81 jika salah satu hal berdasarkan Pasal 291
menyatakan: dan Pasal 294.
(1)Setiap orang yang dengan sengaja Pasal 288 KUHP
melakukan kekerasan atau ancaman 1) Barangsiapa dalam perkawinan
kekerasan memaksa anak melakukan besetubuh dengan seorang perempuan
persetubuhan dengannya atau dengan orang yang diketahuinya atau sepatutnya harus
lain, dipidana dengan pidana penjara paling diduganya bahwa yang bersangkutan
lama 15 (lima belas) tahun dan paling belum waktunya untuk dikawin, apabila
singkat 3(tiga) tahun dan denda paling perbuatan mengakibatkan luka-luka
banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta diancam dengan pidana penjara paling
rupiah) dan paling sedikit Rp. lama 4 (empat) tahun.
60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah). 2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka
(2)Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud berat, dijatuhkan pidana penjara paling
dalam ayat (1) berlaku pula bagi setiap lama 8 (delapan) tahun.
orang yang dengan sengaja melakukan tipu 3) Jika mengakibatkan mati, dijauhkan
muslihat, serangkaian kebohongan, atau pidana penjara paling lama 12 (dua
membujuk anak melakukan persetubuhan belas) tahun.
dengannya atau dengan orang lain. Pasal 290 ayat (2) KUHP menyebutkan,
Kemudian Pasal 82 menyatakan bahwa, “Diancam dengan pidana penjara paling
“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan lama 7 (tujuh) tahun: barang siapa
kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan perbuatan cabul dengan
melakukan tipu muslihat, serangkaian seseorang padahal diketahuinnya atau
kebohongan, atau membujuk anak untuk sepatutnya harus didugannya, bahwa
melakukan atau membiarkan dilakukan umurnya belum 15 (lima belas) tahun atau
perbuatan cabul, dipidana dengan pidana kalau umurnya tidak jelas, yang
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan bersangkutan belum waktunya untuk
paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling dikawin”.
banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta Pasal 292 KUHP menyebutkan, “Orang
rupiah) dan paling sedikit Rp. 60.000.000,00 dewasa yang melakukan perbuatan cabul
(enam puluh juta rupiah). dengan orang lain sesama kelamin, yang
Dasar hukum terhadap perlindungan diketahuinya atau sepatutnya harus
anak dari korban kekerasan seksual termuat didugannya belum dewasa, diancam
dalam Pasal 287, Pasal 288, Pasal 290 Ayat dengan pidana penjara paling lama 5
(2), Pasal 292, Pasal 293, Pasal 294 Ayat (1), (lima) tahun”.
dan Pasal 295 KUHP. Pasal 287 KUHP6 Pasal 293 Ayat (1) KUHP, “Barang siapa
menyatakan: dengan hadiah atau perjanjian akan
1) Barangsiapa bersetubuh dengan seorang memberi uang atau barang dengan salah
perempuan diluar perkawinan, padahal memakai kekuasaan yang timbul dari
diketahuinya atau sepatutnya dapat diduga pergaulan atau dengan memperdayakan,
bahwa umurnya belum 15 (lima belas) dengan sengaja membujuk orang dibawah
tahun, atau kalau umurnya tidak jelas, umur yang tidak bercacat kelakuannya,
yang diketahuinya atau patut disangkahnya
6 masih dibawah umur, melakukan
Pasal 287, 288, 290 ayat (2), 292, 293, 294 ayat
(1), 295, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana perbuatan cabul dengan dia, atau

4
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 1, Tahun 2013

membiarkan perbuatan cabul itu dilakukan Menyikapi hal diatas Kristi


7
atas dirinya, dipidana dengan pidana Poerwandari mengemukakan pendapatnya
penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun”. bahwa:”pendekatan seksual yang dilakukan
Pasal 294 Ayat (1) KUHP, “Barang siapa orang dewasa pada anak meski anak tidak
melakukan perbuatan cabul dengan menolaknya harus dilihat dalam kaitannya
anaknya, dengan anak tirinya, anak dengan motivasi atau alasan yang ada dibalik
dibawah pengawasannya, tindakan dan tanggungjawab moral dari si
semuanyadibawah umur yang diserahkan orang dewasa tersebut (pelaku). Dalam hal ini
kepadanya untuk dipeliharanya, dididiknya pelaku tersebut jelas memperlakukan anak
atau dijaganya atau bujangnya atau orang dibawah umur sebagai sasaran pelampiasan
bawahannya, keduanya yang masih pemenuhan kebutuhannya. Artinya pelaku
dibawah umur, dipidana denga pidana telah memperlakukannya sebagai objek,
penjara selama-lamanya 7 (tujuh) tahun”. memanipulasi dan mengeksploitasinya tanpa
Pasal 295 KUHP peduli korban belum memiliki kesiapan untuk
(1)Dipidana: memahami apa yang terjadi, pelaku juga tidak
1. Dengan pidana penjara selama- peduli pada berbagai implikasi yang mungkin
lamanya 5 (lima tahun) barang siapa terjadi pada anak menyusul manipulasi yang
dengan sengaja menyebabkan atau dilakukannya. Karenanya setiap kontak
memudahkan anaknya, anak tirinya seksual yang dilakukan dengan orang dewasa
atau anak piaranya, anak yang (pelaku) terhadap anak dianggap dengan
dibawah pengawasannya, semuanya sendirinya sebagai tindak kekerasan seksual”.
dibawah umur, orang dibawah umur Setelah memahami dasar hukum
yang dipercayakan kepadanya, terhadap perlindungan anak dari korban
dipeliharanya, dididiknya atau kekerasan seksual maka sekarang penulis akan
dijaganya, atau bujangnya atau membahas Penerapan Hukum Pidana Atas
orangbawahannya, keduanya masih tindak pidana persetubuhan terhadap
dibawah umur, sehingga semua orang anak.Awal kejadian pada hari Senin tanggal
tersebut itu melakukan cabul dengan 03 Maret 2008 sekitar pukul 12.00 Wita atau
orang lain. setidak-tidaknya pada suatu waktu tertentu
2. Dengan penjara selama-lamanya 4 lainnya yang dalam tahun 2008, bertempat di
(empat tahun), barang siapa dengan jalan Tururuka Palu tepatnya di rumah kost
sengaja menyebabkan atau Pondok Manggis(sekarang sudah ditutup) atau
memudahkan dalam hal diluar yang setidak-tidaknya pada suatu tempat lain yang
tersebut pada butir 1, orang yang masih daerah hukum Pengadilan Negeri Palu,
dibawah umur yang diketahuinya terdakwa, RazakMalino alias Ray dengan
atau disangkanya bahwa ia dibawah sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian
umur melakukan perbuatan cabul kebohongan, atau membujuk anak yakni Pr.
dengan orang lain. RamlahSuhar melakukan persetubuhan
(2)Kalau melakukan kejahatan itu oleh dengannya atau dengan oranglain, dimana
orang yang bersalah dijadikannya perbuatan terdakwa dilakukan dengan cara
sebagai mata pencaharian atau mengajak korban ke rumah kost Pondok
kebiasaan, maka pidana itu dapat Manggis (sekarang sudah ditutup) untuk
ditambah sepertiganya. menginap selama 2 (dua) malam, selanjutnya
Unsur utama dari tindak pidana terdakwa bersama korban berada di dalam
kekerasan seksual adalah adanya unsur suatu kamar sedang tidur di atas tempat tidur
kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap dan pada waktu sebagaimana diuraikan di atas,
korbannya.
7
Kristi Poerwandari, Anak Perempuan Korban
Kekerasan Seksual, Lutfansah Mediatam, Surabaya,
2003, Hlm 13

5
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 1, Tahun 2013

terdakwa dan korban yang masih berada di memasukkan kemaluannya ke dalam


atas tempat tidur yang sama-sama sudah kemaluan saksi RamlahSuhar meskipun air
terbangun terdakwa mencium pipi, bibir lalu mani terdakwa ditumpahkan di luar kemaluan
pindah ke leher turun ke payudara korban, lalu saksi RamlahSuhar.Adapun penerapan
terdakwa menyuruh korban untuk membuka ketentuan pidana oleh Majelis Hakim
pakaian korban dan mengatakan “ ayo lah” Pengadilan Negeri Palu yang memeriksa dan
lalu korban mengatakan “kalo saya hamil kau mengadili perkara ini pada dasarnya, hakim
mau tanggung jawab” dan dijawab oleh memperhatikan pasal-pasal peraturan
terdakwa “iyo, saya tanggung jawab lah”, perundang-undangan yang bersangkutan
selanjutnya terdakwa menarik turun celana dengan perkara pidana ini yaitu Pasal 81 Ayat
dalam korban kemudian terdakwa membuka (2) Undang-Undang 23 tahun2002 Tentang
pakaiannya dan terdakwa kembali mencium Perlindungan Anak, kemudian hakim
bibir serta mengisap payudara korban, lalu memperhatikan asas “lex specialisderogat lex
terdakwa memasukkan jari tangannya ke generalis” di dalam menerapkan ketentuan
dalam alat kelamin (vagina) korban, kemudian pidana kepada terdakwa di dalam perkara
terdakwa naik ke atas badan korban dan pidana tersebut.
memasukkan alat kelaminnya ke dalam alat Majelis hakim berpendapat, bahwa
kelamin (vagina) korban lalu mendorongnya penuntut umum telah berhasil membuktikan
keluar masuk secara berulang-berulang dakwaannya dan Majelis Hakim juga
sehingga air mani terdakwa mau keluar dan berpendapat bahwa tidak ada diperoleh suatu
tidak lama kemudian terdakwa menarik alat hal-hal apapun ataupun keadaan-keadaan yang
kelaminnya keluar dan mengeluarkan dapat dijadikan alasan pembenar maupun
spermanya di seprei kasur, setelah itu korban alasan pemaaf atas perbuatan terdakwa, oleh
kembali memakai pakaiannya. karenanya terdakwa dinyatakan bersalah dan
Berdasarkan hasil Visum et Repertum harus pula dijatuhi hukuman yang setimpal
no.pol : R-/04/III/2008/Rumkit tanggal 31 dengan kesalahannya berdasarkan Pasal 81
Maret 2008 pada Rumah Sakit Bhayangkara Ayat 2 (dua) Undang-undang No. 23 Tahun
Palu yang dibuat dan ditandatangani oleh Dr. 2002 Tentang Perlindungan Anak.
Abadi Gunawan, Sp.OG, pada pemeriksaan Menurut seorang hakim yang pernah
ditemukan : mengadili perkara tindak pidana persetubuhan
a. Bibir kelamin luar tidak nampak kelainan terhadap anak, yakni Rommel
b. Bibir kelamin dalam tidak nampak kelainan F.Tampubolon,SH. (wawancara tanggal 15
c. Kerampang tidak nampak kelainan Februari 2014) Yakni, “Bahwa penerapan
d. Liang senggama : ketentuan pidana terhadap terdakwa di lihat
- tampak luka robek lama di liang dari tuntutan penuntut umum di dalam surat
senggama pada bagian kanan dan pada dakwaan telah sesuai dengan undang-undang
bagian kiri. yang dilanggar. Apabila suatu tindak pidana
- tidak mengeluarkan darah terbukti maka Majelis Hakim menerapkan
Kesimpulan dari hasil Visum et ketentuan pidana berupa pidana penjara
Repertum itu adalah : terdapat luka terhadap pelaku tindak pidana. Hukuman ini
robekanlama pada liang senggama. sesuai dengan hukuman pokok yang
Unsur dengan sengaja melakukan tipu ditentukan dalam Pasal 10 KUHP”.
muslihat, serangkaian kebohongan atau Sebagaimana diketahui bahwa dalam
membujuk anak melakukan persetubuhan Pasal 10 KUHP mengatur tentang pemidanaan
dengannya atau oranglain disini yaitu dengan yaitu:
menimbang bahwa telah terungkap dalam a. Pidana pokok :
fakta-fakta hukum diatas, bahwa benar ia 1) Pidana mati,
terdakwa telah menyetubuhi saksi 2) Pidana penjara,
RamlahSuhar yang saat itu masih berusia 16 3) Pidana kurungan,
(enam belas) tahun, dimana ia terdakwa telah 4) Denda.

6
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 1, Tahun 2013

- Bahwa terdakwa melakukan hubungan


b. Pidana tambahan : badan hanya satu kali dan setelah itu
1) Pencabutan hak-hak tertentu, terdakwa dan Ramlah pergi jalan-jalan;
2) Perampasan barang-barang tertentu, - Bahwa terdakwa bersama dengan kakak
3) Pengumuman putusan hakim.8 Ramlah mengantar Ramlah pulang
Dengan demikian, hakim diperbolehkan kerumahnya yang sebelumnya berjanji
menjatuhkan hukuman selain yang di untuk bertemu di Mall Tatura Palu;
rumuskan dalam Pasal 10 KUHP. - Bahwa benar terdakwa mau menikahi
Dalam konteks perkara ini, terpidana Ramlah;
dinilai oleh hakim melakukan serangkaian tipu Berdasarkan dengan uraian diatas,
muslihat dan kebohongan kepada korban yang sebagaimana yang dikemukakan sebelumnya,
masih digolongkan sebagai anak dalam maka dapat disimpulkan bahwa dakwaan
Undang-Undang No.23 tahun 2002 Tentang penuntut umum, tuntutan penuntut umum, dan
Perlindungan anak dan menimbulkan kerugian pertimbangan hukum hakim dalam amar
dari si korban maupun keluarganya. Rommel putusan telah menilai bahwa perbuatan
F.Tampubolon,SH. (wawancara tanggal 15 terpidana telah memenuhi unsur dan syarat
Februari 2014) berpendapat bahwa, “untuk dapat dipidananya yang bersangkutan.
perkara persetubuhan terhadap anak ini Pertimbangan hakim dalam menentukan
merupakan aib bagi keluarga si korban dan hukuman yang akan dijatuhkan kepada
terdakwa namun karena tidak ingin terdakwa yang didasarkan dengan hal-hal yang
diselesaikan secara kekeluargaan, maka memberatkan dan meringankan di dalam kasus
terpidana dijatuhkan hukuman sesuai dengan tersebut, serta di dasarkan pada pemeriksaan
Pasal yang dilanggarnya dalam Undang- dalam persidangan, di mana alat bukti yang
Undang no.23 Tahun 2008 Tentang diajukan oleh jaksa penuntut umum, termasuk
Perlindungan Anak”. didalamnya beberapa keterangan saksi yang
Pertimbangan Majelis hakim Pengadilan saling bersesuaian turut menentukan berat
Negeri Palu yang memeriksa dan mengadili ringannya hukuman yang akan di jatuhkan
perkara ini pada dasarnya sebagai berikut : kepada terdakwa. Oleh karena itu, majelis
- Bahwa terdakwa telah menceritakan hakim Pengadilan Negeri Palu dalam amar
masalah ini kepada orang tua terdakwa putusannya menyatakan, bahwa terpidana
- Bahwa benar terdakwa didatangi saksi telah terbukti secara sah dan meyakinkan
Ramlah Suhar yang saat itu mau berangkat bersalah melakukan tindak pidana
ke Kulawi bersama dwi namun tidak jadi, ”persetubuhan terhadap anak”, sebagaimana
lalu terdakwa pergi bersama saksi Ramlah yang dimaksud sdalam Pasal 81 Ayat (2)
Suhar ke jalan Tururuka dan menyewa Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002
tempat kost Tentang Perlindungan Anak dan menghukum
- Bahwa terdakwa tahu alamat rumah saksi terpidana dengan pidana penjara selama 3
Ramlah Suhar; (tiga) tahun dikurangi dengan masa tahanan
- Bahwa terdakwa berhubungan badan kota yang dijalani terdakwa dan denda
dengan Ramlah Suhar siang hari sekitar sejumlah Rp. 60.000.000; subsidair 1(satu)
pukul 11.00-12.oo wita bulan kurungan.
- Bahwa awal kejadiannya terdakwa Menurut salah seorang hakim yang
mencium pipi lalu bibir dan leher kemudian pernah mengadili perkara tindak pidana
mencium payudara Ramlah dan selanjutnya persetubuhan terhadap anak, yaitu Rommel
membuka pakaiannya dan terdakwa F.Tampubolon,SH. (wawancara tanggal 15
melakukan hubungan badan tersebut Februari 2014) mengatakan bahwa,
“perbuatan terpidana berdasarkan alat-alat
bukti, seperti keterangan-keterangan saksi
maupun visum et repertum yang diajukan,
8
Pasal 10, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta fakta-fakta yang terungkap di dalam

7
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 1, Tahun 2013

persidangan, telah memenuhi unsur-unsur pidana dalam membina pelanggar


9
tindak pidana persetubuhan terhadap anak. hukum.P.A.F. Lamintang menyatakan bahwa
Hal ini dapat dinilai dengan melihat dan pada dasarnya terdapat tiga pokok pemikiran
mempertimbangkan perbuatan terpidana yang tentang tujuan yang ingin dicapai dengan
melakukan serangkaian tipu muslihat dan suatu pemidanaan, Pertama, untuk
kebohongan untuk membujuk seorang anak memperbaiki pribadi dari diri penjahat itu
untuk melakukan persetubuhan dengannya sendiri, kedua, untuk membuat orang menjadi
dengan tidak memperdulikan kerugian yang jera dalam melakukan kejahatan-kejahatan,
akan didatangkan dari perbuatannya dan yang ketiga, untuk membuat penjahat-
tersebut”. penjahat tertentu menjadi tidak mampu untuk
Berkenaan dengan berat ringannya melakukan kejahatan-kejahatan lain, yakni
hukuman yang diberikan kepada terdakwa penjahat dengan cara-cara lain sudah tidak
oleh Majelis Hakim di dalam perkara pidana dapat diperbaiki lagi.
tersebut dengan pertimbangan-pertimbangan
lain, dan latar belakang terpidana yang belum III. PENUTUP
pernah melakukan tindak pidana, ataukah A. Kesimpulan
memperhatikan usia terpidana yang masih Berdasarkan hasil penelitian, maka
muda dan berstatus pelajar sehingga masih penulis dapat menarik kesimpulan :
bisa diharapkan untuk memperbaiki 1. Bahwa, penerapan ketentuan pidana oleh
kelakuannya dan juga tentunya penyesalan hakim dalam putusan Nomor.
dari terpidana atas perbuatannya. Persoalan 32/Pid.B/2008/PN Palu ialah dengan
penting yang harus diperhatikan oleh hakim menerapkan ketentuan Pasal 81 Ayat (2)
ialah apakah tindak pidana yang dilakukan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002
oleh terpidana bukanlah tindak pidana yang Tentang Perlindungan Anak bukan Pasal
cenderung menimbulkan keresahan dan 287 KUHP karena dalam ilmu hukum
memungkinkan timbulnya persoalan hukum pidana dikenal asas ”lex specialis derogat
baru jika terpidana hanya dijatuhi hukuman lex generalis”, yang artinya bahwa
berupa pidana minimal. ketentuan khusus mengenyamping
Hakim berpendapat dengan memberikan ketentuan yang lebih umum. Asas ini
pidana minimal singkat kepada terpidana, memberi kepastian kepada aparat penegak
merupakan pelajaran kepada terpidana untuk hukum khususnya Hakim dalam
memperbaiki dirinya kelak yang bersangkutan mengambil keputusan dalam menerapkan
telah menjalani masa pidananya. Pendapat undang-undang yang berlaku.
tersebut didasarkan atas pemikiran bahwa 2. Bahwa pertimbangan hakim dalam
pemidanaan bukanlah merupakan sarana balas menentukan berat dan ringannya pidana
dendam, namun secara substansi lebih yang di jatuhkan dalam kasus tindak pidana
mengedepankan aspek perbaikan kepada persetubuhan anak pada putusan
terpidana.Menurut pandangan penulis sendiri, No.32/Pid.B/2008/PN.Palu kepada
pendapat di atas sejalan dengan pemikiran terpidana didasarkan atas penilaian objektif
yaitu merupakan salah satu efek penjeraan dengan melihat, antara lain latar belakang
baik ditujukan kepada pelanggar hukum itu terpidana belum pernah melakukan tindak
sendiri maupun kepada orang-orang yang pidana, memperhatikan usia terpidana yang
mempunyai potensi dan niat untuk menjadi masih muda sehingga masih bisa
seorang penjahat. Penekanan dari tujuan diharapkan untuk memperbaiki
pemidanaan tersebut adalah perlindungan kelakuannya, terpidana mengakui terus
masyarakat dari perbuatan jahat dan perbaikan terang sehingga memperlancar jalannya
kepada penjahat. Dalam konteks
pengertiannya, tujuan pemidanaan tidak hanya 9
memperbaiki kondisi pemenjaraan, tetapi juga P. A. F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum
Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, !997,
mencari alternatif lain yang bukan bersifat Hlm23

8
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 1, Tahun 2013

persidangan, terpidana bertanggung jawab


dengan mau menikahi saksi korban namun
tidak disetujui oleh orang tuanya serta
terpidana yang masih berstatus pelajar.
B. Saran
Berdasarkan uraian dari pembahasan dan
hasil penelitian, maka penulis menawarkan
saran bahwa perlu ada kerjasama antara
penegak hukum dengan lembaga/pihak lain
(seperti: Komnas Perlindungan Anak, psikolog
dan tokoh masyarakat), perihal sosialisasi
undang-undang perlindungan anak akan
pentingnya perlindungan hak dan kepentingan
anak dari kekerasan seksual. Seyogyanya,
hakim dalam penjatuhan sanksi pidana yang
diawali oleh keyakinan akan terwujudnya
tindak pidana, tidak hanya didominasi oleh
pembuktian dari jaksa penuntut umum tetapi
wajib juga memperhatikan pembuktian yang
diajukan oleh penasihat hukum sekaligus
fakta-fakta yang terungkap di persidangan.
Sepatutnya, pemerintah sudah menyediakan
sarana pemulihan kondisi terdakwa (anak
sebagai korban kekerasan seksual), dengan
melibatkan pskiater maupun psikolog dalam
rangka rehabilitasi dari kondisi fisik dan jiwa
korban (baca:anak) dari tekanan jiwa akibat
peristiwa kekerasan (dari pengalaman
traumatik).

9
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 1, Tahun 2013

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku
Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, Akademika Presindo, Jakarta, 2004.
Kristi Poerwandari, Anak Perempuan Korban Kekerasan Seksual, Lutfansah Mediatam,
Surabaya, 2003.
Leden Marpaung, Asas-Asas, Teori, Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2008.
Muhadar, Intisari Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2006.
P. A. F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung,1997.
R. Soesilo, KUHP Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia,
Bogor, 1996.

B. Peraturan Perundang-Undangan
KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

10
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 1, Tahun 2013

BIODATA

MOH. FAJRI, Lahir di Dusunan, 30 Mei 1988, Alamat Rumah Jalan


Sungai Malino Lorong 1 Nomor 10 Palu Sul-Teng, Nomor Telepon
+6281341463737, Alamat Email arhie_ikppm@yahoo.com

11

Anda mungkin juga menyukai