AKTIVITAS PERTANIAN
Oleh Kelompok: 6
1. Indah Listiyawati 162310101223
2. Faisal Dwi Yuliawan 162310101204
3. Durrotul Qomariyah 162310101290
4. Ula Hovi Roseifa 162310101104
5. Nurul Kholis Irhamna 162310101114
6. M. Anugrah Maulana 162310101213
7. Nanda Ema Evista 14231010
Oleh Kelompok: 6
1. Indah Listiyawati 162310101223
2. Faisal Dwi Yuliawan 162310101204
3. Durrotul Qomariyah 162310101290
4. Ula Hovi Roseifa 162310101104
5. Nurul Kholis Irhamna 162310101114
6. M. Anugrah Maulana 162310101213
7. Nanda Ema Evista 14231010
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................1
BAB 2. KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1 Definisi .........................................................................................
Etiologi ..............................................................................................
2.2 Patofisiologi .....................................................................................
2.3 Tanda dan Gejala .................................................................................
2.4 Prosedur Diagnostik ...........................................................................
2.5 Penatalaksanaan Medis .......................................................................
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian:
3.1.1 Riwayat kesehatan
3.1.2 Pengkajian: Pola Gordon, NANDA
3.1.3 Pemeriksaan fisik
3.2 Analisa data dan masalah
3.3 Pathway
3.4 Diagnosa Keperawatan (NANDA)
3.5 Perencanaan keperawatan (NOC)
3.6 Intervensi Keperawatan (NIC)
3.7 Evaluasi keperawatan (SOAP)
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................11
4.2 Saran ...............................................................................11
ii
1
BAB 1 PENDAHULUAN
Katarak adalah suatu kekeruhan pada lensa mata yang dapat mengakibatkan
gangguan penglihatan. Katarak ditandai dengan adanya lensa mata yang
sebelumnya jernih dan berangsur-angsur menjadi buram pada akhirnya dapat
menyebabkan kebutaan total. Penyebab utama penyakit katarak oleh proses
degenerasi yang berkaitan dengan usia. Selain itu katarak juga disebabkan oleh
virus, genetik, traumatik, obat-obatan steroid dan terpajan sinar ultraviolet
(Ilyas,2007). Katarak menjadi penyakit paling dominan pada mata dan merupakan
penyebab utama dari kebutaan di seluruh dunia. Sekitar 50% dari semua kebutaan
disebabkan oleh katarak, dan 90% diantaranya terdapat di negara berkembang
seperti di Indonesia (Tana.L, 2007).
2
Katarak dapat diatasi dengan cara tidakan pembedahan atau yang sering
disebut dengan operasi. Terdapat dua macam teknik operasi katarak yaitu operasi
katarak ekstrakapsuler dan operasi katarak intrakapsuler. Indikasi dilakukan
3
operasi apabila terjadi hilangnya penglihatan (Smeltzer & Bare, 2001). Teknik ini
membutuhkan waktu yang lama karena harus disayat secara lebar, namun teknik
operasi ini telah diperbaharui dengan teknik Pachoemulsifikasi yaitu teknik
pembedahan yang menggunakan vibrator ultrasonik (laser). Maka dari itu operasi
katarak hanya cukup dibius lokal atau menggunakan tetes mata anti nyeri pada
kornes. Teknik bedah sayatan kecil ini hanya memerlukan waktu 10 menit
(Zahroh,E.2013) Setelah pembedahan, lensa diganti dengan kacamata afakia,
lensa kontak atau lensa tanam intraocular. Dengan peningkatan pengetahuan
mengenai katarak, penatalaksanaan sebelum, selama, dan post operasi, diharapkan
penanganan katarak dapat lebih diperluas sehingga prevalensi kebutaan di
Indonesia dapat diturunkan.
Perawat memiliki peranan yang sangat penting dalam proses perawatan pasien
katarak. Dalam proses perawatan, perawat harus mampu melakukan fungsi
perawat yaitu sebagai edukator yang mana perawat menjelaskan kepada pasien
tentang penngobatan katarak dengan cara pembedahan agar pasien katarak tidak
mengalami kecemasan sehingga saat proses pembedahan berjalan dengan lancar.
4
2.1 Definisi
Katarak berasal dari kata Yunani Katarraktes, Inggris Cataract, dan Latin
cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah
setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya.
Katarak dapat diartikan sebagai kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasilensa, denaturasi protein lensa, ataupun keduanya (Ilyas,2007).
Katara adalah opasitas lensa mata yang menyebabkan kehilangan
transparansinya dan menghambat sinar menuju retina. Kehilangna progresif pada
satu atau kedua mata, kebanyakan orang mengalami cahaya yang menyilaukan
dari sinar yang terang dan lensa terlihat memiliki kabut (Potter & Perry,2005).
Katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh
atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman penglihatan menjadi berkurang.
Katarak terjadi apabila protein lensa secara normal transparan terurai dan
mengalami koagulasi (Corwin,2009).
2.2 Etiologi
Beberapa faktor penyebab dari katarak menurut Ilyas (2007) antara lain
sebagai berikut:
a. Degeneratif (usia), proses degenerasi atau kemunduran serat lensa karena
proses penuaaan dan menjadi penurunan penglihatan;
b. Genetik atau keturunan dengan gangguan penglihatan;
c. Kelainan sistem atau metabolik, misalnya galaktosemia, distrofi miotonik, dan
diabetes melitus yang dapat menyebabkan gangguan metabolisme tubuh secara
umum dan mengakibatkan kelainan serta gangguan retina;
d. Penggunaan obat tertentu misalnya steroid;
e. Trauma atau kecelakaan pada mata dikarenakan cedera yang didapatidari
proses kecelakaan atau benda tajam dan tumpul;
f. Mata tanpa pelindung yang terkena sinar Ultraviolet dalam jangka waktu yang
cukup lama dan radiasi sinar X serta bahan radioaktif;
5
2.3 Patofisiologi
Lensa pada mata normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan dan mempunyai kekuatan yang besar. Komponen pada lensa ada tiga
yaitu pada zona sentral terdapat nucleus, di perifer terdapat korteks dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Ada beberapa faktor
yang menyebabkan terjadinya katarak, seperti bertambahanya usia, nucleus
mengalami perubahan warna mejadi coklat kekuningan dan disekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nuklesus. Opasitas kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna, Nampak seperti
Kristal salju pada jendela. Pupil yang awalnya normal hitam akan tampak
kekuningan, abu-abu atau putih. Perubahan fisik dan kimia juga dapat
mengakibatkan hilangnya tranparasi pada lensa. Perubahan pada serabut halus
multiple (zunula) yang memanjangkan dari badan silier ke daerah diluar lensa, hal
ini mengakibatkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam
protein lensa dapat menyebabakan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan
dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Menurunnya jumlah enzim juga
dapat di akibatkan karena pertambahan usia.
pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat serajat kekeruhan lensa apakah
sesuai dengan visus pasien;
1) Derajat 1 : nukleus lunak, biasanya visus masih lebih baik dari
6/12,tampak sedikit kekeruhan dengan warna agak keputihan. Refluks
fundusmasih mudah diperoleh. Usia penderitanya biasanya kurang dari 50
tahun;
2) Derajat 2 : Nukleus dengan kekerasan ringan, biasanya visus antara 6/12–
6/30, tampak nucleus mulai sedikit berawarna kekuningan. Refleks fundus
masih mudah diperoleh dan paling sering memberikan gambaran seperti
katarak subkapsularis posterior;
3) Derajat 3 : nukleus dengan kekerasan medium, biasanya visus antara 6/30–
3/60, tampak nukleus berwarna kuning disertai kekeruhan korteks yang
berwarna keabu-abuan;
4) Derajat 4: nukleus keras, biasanya visus antara 3/60 – 1/60, tampak
nukleus berwarna kuning kecoklatan. Reflex fundus sulit dinilaie;
5) Derajat 5 ; nukleus sangat keras, biasanya visus hanya 1/60 atau lebih
jelek. Usia penderita sudah di atas 65 tahun. Tampak nucleus berawarna
kecoklatan bahkan sampai kehitaman, katarak ini sangat keras dan disebut
juga sebagai Brunescence cataract atau black cataract.
e. Pemeriksaan funduskopi jika masih memungkinkan;
f. Pemeriksaan penunjang : USG untuk menyingkirkan adanya kelainan lain pada
mata selain katarak;
g. Pemeriksaan tambahan : biometri untuk mengukur power IOL jika pasienakan
dioperasi katarak dan retinometri untuk mengetahui prognosis tajam
penglihatan setelah operasi.
Proses pengobatan pada pasien katarak yaitu melalui proses bedah dan non
bedah. Katarak yang telah matang ( matur ) hanya dapat diatasi melalui proses
bedah. Proses pembedahan yaitu lensa yang telah keruh diangkat dan sekaligus
ditanam lensa intraokuler ataupun memakai kacamata aphakia dan lensa kontak.
Hindari faktor – faktor yang dapat menyebabkan infeksi setelah dilakukan
8
luka operasi dengan menggunakan teknik ini lebih kecil segingga setelah diberi
IOL rehabilitasi lebih cepat. Penyulit pasca bedah lebih sedikit ditemukan
(Lumenta,2006), Dengan teknik phaco, operasi katarak dijalankan cukup
dengan bius lokal atau menggunakan tetes mata anti nyeri pada kornea dan
pasien pun tidak perlu rawat inap. teknik bedah dengan sayatan kecil ini hanya
memerlukan waktu sekitar 10 menit dan waktu pemuliahn yang lebih cepat
(Zahroh,E.2013).
11
KASUS
TN. D seorang petani (65 tahun) dirawat diruang mata karena katarak, besok
diprogramkan menjalani EKEK OS/OD. Tn D mengatakan, bahwa dua bulan ini
pandanganya semakin kabur, sehingga menyebabakan dirinya sering tersandung
atau terjatuh, makanya Tn. D bersedia dioperasi. Pada saat pemeriksaan diketahui.
CT/BT. TTV: TD: 160/90 mmHg, N: 76x/menit, S: 37,5oC, RR: 18x/menit
Pengkajian
Data subjektif
1.pandangan kabur
2.penglihatan dekat
5.nyeri
Data obyektif
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, proses dan
praktik. Jakarta: EGC
Tana,L. 2010. Hubungan Antara Faktor Trauma Tumpul Pada Mata Dengan
Katarak Pada Petani Di Empat Desa Kecamatan Teluk Jambe Barat
Kabupaten Karawang. [Serial Online] https://media.neliti.com/media/
publications/153768-ID-none.pdf [5 November 207]