Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KATARAK AKIBAT

AKTIVITAS PERTANIAN

Oleh Kelompok: 6
1. Indah Listiyawati 162310101223
2. Faisal Dwi Yuliawan 162310101204
3. Durrotul Qomariyah 162310101290
4. Ula Hovi Roseifa 162310101104
5. Nurul Kholis Irhamna 162310101114
6. M. Anugrah Maulana 162310101213
7. Nanda Ema Evista 14231010

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi


Universitas Jember
Program Studi Ilmu Keperawatan
Jember
2017
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KATARAK AKIBAT
AKTIVITAS PERTANIAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Keperawatan Medikal


Bedah-DKMB (KPA 1318)

Oleh Kelompok: 6
1. Indah Listiyawati 162310101223
2. Faisal Dwi Yuliawan 162310101204
3. Durrotul Qomariyah 162310101290
4. Ula Hovi Roseifa 162310101104
5. Nurul Kholis Irhamna 162310101114
6. M. Anugrah Maulana 162310101213
7. Nanda Ema Evista 14231010

Dosen Pembimbing: Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB


NIP 198103192014041001

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi


Universitas Jember
Program Studi Ilmu Keperawatan
Jember
2017

i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................1
BAB 2. KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1 Definisi .........................................................................................
Etiologi ..............................................................................................
2.2 Patofisiologi .....................................................................................
2.3 Tanda dan Gejala .................................................................................
2.4 Prosedur Diagnostik ...........................................................................
2.5 Penatalaksanaan Medis .......................................................................
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian:
3.1.1 Riwayat kesehatan
3.1.2 Pengkajian: Pola Gordon, NANDA
3.1.3 Pemeriksaan fisik
3.2 Analisa data dan masalah
3.3 Pathway
3.4 Diagnosa Keperawatan (NANDA)
3.5 Perencanaan keperawatan (NOC)
3.6 Intervensi Keperawatan (NIC)
3.7 Evaluasi keperawatan (SOAP)
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................11
4.2 Saran ...............................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................12


LAMPIRAN
Lampiran 1...............................................................................................13
Lampiran 2...............................................................................................21
Lampiran 3............................................................................................24

ii
1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mata merupakan alat indra penglihatan yang berfungsi untuk menerima
rangsangan, serta berkas-berkas cahaya. Rangsangan tersebut akan diterima oleh
bagian mata yaitu retina namun sebelumnya akan difokuskan terlebih dahulu oleh
lensa untuk di teruskan kepusat penglihatan (Wijaya dan Putri, 2013). Mata
adalah salah satu dari kelima indra yang penting bagi manusia untuk melakukan
kegiatan sehari-hari seperti dibidang pertanian. Banyak gangguan pada mata
mulai dari yang ringan sampai ke yang berat bahkan dapat mengakibatkan
kebutaan. Kebutaan adalah masalah penglihatan yang dapat menurunkan kualitas
hidup.

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2010 diperkirakan setiap 1


menit terdapat 1 orang yang mengalami kebutaan di Inonesia dengan tingkat
perekonomian yang rendah. Penyebab utama dari kebutaan adalah penyakit
katarak dengan kasus sebanyak 0,78%, glukoma sebanyak 0,12%, kelainan
refraksi sebanyak 0,14% serta penyakit lain yang berhubungan dengan usia lanjut
sebanyak 0,38%.

Katarak adalah suatu kekeruhan pada lensa mata yang dapat mengakibatkan
gangguan penglihatan. Katarak ditandai dengan adanya lensa mata yang
sebelumnya jernih dan berangsur-angsur menjadi buram pada akhirnya dapat
menyebabkan kebutaan total. Penyebab utama penyakit katarak oleh proses
degenerasi yang berkaitan dengan usia. Selain itu katarak juga disebabkan oleh
virus, genetik, traumatik, obat-obatan steroid dan terpajan sinar ultraviolet
(Ilyas,2007). Katarak menjadi penyakit paling dominan pada mata dan merupakan
penyebab utama dari kebutaan di seluruh dunia. Sekitar 50% dari semua kebutaan
disebabkan oleh katarak, dan 90% diantaranya terdapat di negara berkembang
seperti di Indonesia (Tana.L, 2007).
2

Penduduk di Indonesia rentan mengalami penyakit katarak yaitu 15 tahun


lebih cepat dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di daerah tropis lainnya
karena negara Indonesia terletak dekat dengan garis khatulistiwa sehingga
mendapatkan paparan ultraviolet yang terlalu tinggi. Hal ini dapat memicu
terjadinya katarak (Nila,2016).

Kasus terjadinya katarak di Indonesia setiap tahunnya muncul sebanyak


210.000 orang yang mengalami katarak, namun yang sudah dioperasi katarak baru
120.000 dalam setiap tahun (Depkes RI,2016). Hal ini karena penduduk Indonesia
kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani. Petani merupakan orang yang
rentan terkena katarak karena sepanjang hari mereka terpapar cahaya matahari
(sinar ultraviolet) dan para petani di Indonesia masih menggunakan alat-alat
tradisional. Berdasarkan artikel tahun 2010 yang berjudul “Hubungan Antara
Faktor Trauma Tumpul Pada Mata Dengan Katarak Pada Petani Di Empat Desa
Kecamatan Teluk Jambe Barat Kabupaten Karawang” menyatakan bahwa kasus
tarauma mata yang berhubungan dengan pertanian disebabkan karena paparan
bahan kimia yang berasal dari semburan cairan pertanian, benda asing dan juga
debu (Tana,L.2010).

Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah katarak tertinggi di Asia


Tenggara yaitu mencapai 1,5% atau 2 juta jiwa (Firmansyah, 2015). Berdasarkan
data pada tahun 2008, terdapat 5658 kasus katarak yang terdiri dari 3775 kasus
rawat jalan dan 1883 kasus rawat inap di RS Mata ”Dr. YAP” Yogyakarta
(Mawati, 2009). Sedangkan kasus katarak di dunia mancapai 17 juta orang dan
akan meningkat menjadi 40 juta pada tahun 2020. Katarak terjadi 10% orang
Amerika Serikat dan prevalensi ini meningkat sampai sekitar 50% untuk mereka
yang berusia antara 65 dan 74 tahun sedang kan untuk orang yang berusia 75
tahun mencapai 70% (Soehardjo, 2004).

Katarak dapat diatasi dengan cara tidakan pembedahan atau yang sering
disebut dengan operasi. Terdapat dua macam teknik operasi katarak yaitu operasi
katarak ekstrakapsuler dan operasi katarak intrakapsuler. Indikasi dilakukan
3

operasi apabila terjadi hilangnya penglihatan (Smeltzer & Bare, 2001). Teknik ini
membutuhkan waktu yang lama karena harus disayat secara lebar, namun teknik
operasi ini telah diperbaharui dengan teknik Pachoemulsifikasi yaitu teknik
pembedahan yang menggunakan vibrator ultrasonik (laser). Maka dari itu operasi
katarak hanya cukup dibius lokal atau menggunakan tetes mata anti nyeri pada
kornes. Teknik bedah sayatan kecil ini hanya memerlukan waktu 10 menit
(Zahroh,E.2013) Setelah pembedahan, lensa diganti dengan kacamata afakia,
lensa kontak atau lensa tanam intraocular. Dengan peningkatan pengetahuan
mengenai katarak, penatalaksanaan sebelum, selama, dan post operasi, diharapkan
penanganan katarak dapat lebih diperluas sehingga prevalensi kebutaan di
Indonesia dapat diturunkan.

Perawat memiliki peranan yang sangat penting dalam proses perawatan pasien
katarak. Dalam proses perawatan, perawat harus mampu melakukan fungsi
perawat yaitu sebagai edukator yang mana perawat menjelaskan kepada pasien
tentang penngobatan katarak dengan cara pembedahan agar pasien katarak tidak
mengalami kecemasan sehingga saat proses pembedahan berjalan dengan lancar.
4

BAB 2 KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1 Definisi
Katarak berasal dari kata Yunani Katarraktes, Inggris Cataract, dan Latin
cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah
setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya.
Katarak dapat diartikan sebagai kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasilensa, denaturasi protein lensa, ataupun keduanya (Ilyas,2007).
Katara adalah opasitas lensa mata yang menyebabkan kehilangan
transparansinya dan menghambat sinar menuju retina. Kehilangna progresif pada
satu atau kedua mata, kebanyakan orang mengalami cahaya yang menyilaukan
dari sinar yang terang dan lensa terlihat memiliki kabut (Potter & Perry,2005).
Katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh
atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman penglihatan menjadi berkurang.
Katarak terjadi apabila protein lensa secara normal transparan terurai dan
mengalami koagulasi (Corwin,2009).

2.2 Etiologi
Beberapa faktor penyebab dari katarak menurut Ilyas (2007) antara lain
sebagai berikut:
a. Degeneratif (usia), proses degenerasi atau kemunduran serat lensa karena
proses penuaaan dan menjadi penurunan penglihatan;
b. Genetik atau keturunan dengan gangguan penglihatan;
c. Kelainan sistem atau metabolik, misalnya galaktosemia, distrofi miotonik, dan
diabetes melitus yang dapat menyebabkan gangguan metabolisme tubuh secara
umum dan mengakibatkan kelainan serta gangguan retina;
d. Penggunaan obat tertentu misalnya steroid;
e. Trauma atau kecelakaan pada mata dikarenakan cedera yang didapatidari
proses kecelakaan atau benda tajam dan tumpul;
f. Mata tanpa pelindung yang terkena sinar Ultraviolet dalam jangka waktu yang
cukup lama dan radiasi sinar X serta bahan radioaktif;
5

g. Mata terkena bahan kimia;


h. Mengkonsumsi rokok dan alkohol dapat mengakibatkan resiko katarak.
(Mansjoer,2008)

2.3 Patofisiologi

Lensa pada mata normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan dan mempunyai kekuatan yang besar. Komponen pada lensa ada tiga
yaitu pada zona sentral terdapat nucleus, di perifer terdapat korteks dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Ada beberapa faktor
yang menyebabkan terjadinya katarak, seperti bertambahanya usia, nucleus
mengalami perubahan warna mejadi coklat kekuningan dan disekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nuklesus. Opasitas kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna, Nampak seperti
Kristal salju pada jendela. Pupil yang awalnya normal hitam akan tampak
kekuningan, abu-abu atau putih. Perubahan fisik dan kimia juga dapat
mengakibatkan hilangnya tranparasi pada lensa. Perubahan pada serabut halus
multiple (zunula) yang memanjangkan dari badan silier ke daerah diluar lensa, hal
ini mengakibatkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam
protein lensa dapat menyebabakan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan
dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Menurunnya jumlah enzim juga
dapat di akibatkan karena pertambahan usia.

Katarak bilateral dapat disebabakan oleh kejadian truma maupun sistemik


seperti diabetes. Katarak yang bersifat kongenital harus diidentifikasi lebih awal,
karena bila tdak terdiagnosa dapat menyebabkan amblyopia dan kehilangan
penglihatan permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam kejadian katarak
adalah karena radiasi sinar ultraviolet (UV), obat-obatan, alkohol, merokok,
diabetes, dan supan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama
(Smeltzer.2001).

2.4 Tanda dan Gejala


6

Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subyektif. Biasanya


pasien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan
gangguan fungsional sampai derajat tertentu. Temuan obyektif biasanya
meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak
akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan
dipendarkan dan bukan ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan
terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup,
menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat
di malam hari. Pupil yang normalnya berwarna hitam, akan tampak kekuningan,
abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun, dan
ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi (kaca mata) yang sangat
tebal pun tak akan memperbaiki penglihatan.
James et al (2005), menjelaskan ada beberapa tanda dan gejala pada
penderita katarak adalah sebagai berikut:
a. Penglitan menjadi tidak jernih dan terjadi penurunan tajam penglihatan mata
tanpa rasa nyeri;
b. Tajam penglihatan ditempat gelap akan baik namun jika ditempat terang akan
terjadi penurunan penglihatan karena hilangnya kontras;
c. Kelainan refraksi pada mata;
d. Terlihat hitam terhadap reflek fundus saat mata diperiksa oleh oftalmoskopi;
e. Rasa silau pada mata.

2.5 Prosedur Diagnostik


Berikut prosedur diagnostik yang dilakukan diantaranya:
a. Pemeriksaan visus dengan kartu snellen atau chart projector dengan
koreksiterbaik serta menggunakan pinhole;
b. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat segmen anterior;
c. Tekanan intraocular (TIO) diukur dengan tonometer non contact, aplanasiatau
Schiotz;
d. Jika TIO dalam batas normal (< 21 mmHg) dilakukan dilatasi pupil dengan
tetes mata Tropicanamide 0.5%. setelah pupil cukup lebar dilakukan
7

pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat serajat kekeruhan lensa apakah
sesuai dengan visus pasien;
1) Derajat 1 : nukleus lunak, biasanya visus masih lebih baik dari
6/12,tampak sedikit kekeruhan dengan warna agak keputihan. Refluks
fundusmasih mudah diperoleh. Usia penderitanya biasanya kurang dari 50
tahun;
2) Derajat 2 : Nukleus dengan kekerasan ringan, biasanya visus antara 6/12–
6/30, tampak nucleus mulai sedikit berawarna kekuningan. Refleks fundus
masih mudah diperoleh dan paling sering memberikan gambaran seperti
katarak subkapsularis posterior;
3) Derajat 3 : nukleus dengan kekerasan medium, biasanya visus antara 6/30–
3/60, tampak nukleus berwarna kuning disertai kekeruhan korteks yang
berwarna keabu-abuan;
4) Derajat 4: nukleus keras, biasanya visus antara 3/60 – 1/60, tampak
nukleus berwarna kuning kecoklatan. Reflex fundus sulit dinilaie;
5) Derajat 5 ; nukleus sangat keras, biasanya visus hanya 1/60 atau lebih
jelek. Usia penderita sudah di atas 65 tahun. Tampak nucleus berawarna
kecoklatan bahkan sampai kehitaman, katarak ini sangat keras dan disebut
juga sebagai Brunescence cataract atau black cataract.
e. Pemeriksaan funduskopi jika masih memungkinkan;
f. Pemeriksaan penunjang : USG untuk menyingkirkan adanya kelainan lain pada
mata selain katarak;
g. Pemeriksaan tambahan : biometri untuk mengukur power IOL jika pasienakan
dioperasi katarak dan retinometri untuk mengetahui prognosis tajam
penglihatan setelah operasi.

2.6 Penatalaksanaan Medis

Proses pengobatan pada pasien katarak yaitu melalui proses bedah dan non
bedah. Katarak yang telah matang ( matur ) hanya dapat diatasi melalui proses
bedah. Proses pembedahan yaitu lensa yang telah keruh diangkat dan sekaligus
ditanam lensa intraokuler ataupun memakai kacamata aphakia dan lensa kontak.
Hindari faktor – faktor yang dapat menyebabkan infeksi setelah dilakukan
8

pembedahan. Jika gejala katarak tidak terlalu mengganggu, maka tindakan


pembedahan katarak tidak perlu dilakukan. Pengambilan keputusan untuk
menjalani pembedahan sangat individual sifatnya. Dukungan finansial,
psikososial dan konsekuensi pembedahan harus dievaluasi ( Brunner Suddarth,
2002 ).

Penatalaksanaan non bedah dapat membantu klien dengan katarak sebelum


dilakukan tindakan pembedahan. Beberapa tindakan manajemen non bedah yang
terdiri dari tindakan untuk meningkatkan penglihatan dan tindakan untuk
menghambat progresivitas katarak, yaitu :
a. Tindakan peningkatan penglihatan pada awal katarak
1) Penggunaan kacamata dengan koreksi terbaik jika visus mata lebih baik
dari 6/12
2) Penggunaan kacamata gelap yang bertujuan untuk menghindari silau yang
ditimbulkan oleh cahaya dan terpapar oleh sinar ultraviolet ( UV ) yang
lama.
3) Pemberian midriatric untuk memperlebar pupil mata. Pemberian tetes
mata midriatric dapat menstimulasi pelebaran otot iris mata
4) Instruksi illuminasi digunakan untuk melihat kekeruhan pada lensa
b. Tindakan memperlambat progresivitas katarak
1) Pemberian tetes mata
2) Pasien katarak senil tahap awal diberikan cairan topikal
pyridophenoxazine ( 0,75 mg atau 15 ml ) dan cairan topikal anti katarak
yang berisi potaxium iodide ( 3,3% ), sodium chloride ( 0,83% ) dan
calcium chloride ( 1% ). Cairan diberikan 2-3 tetes/hari. Cairan ini sangat
efektif untuk menekan proses cataractogenesis.
3) Pemberian terapi vitamin E
4) Vitamin E diberikan dengan dosis 200 mg 2x/hari selama 6 bulan hingga 1
tahun
5) Pemberian terapi antioksidan oral
6) Antioksidan oral diberikan pada pasien katarak tahap awal berupa kapsul
berisi seng, selenium,vitamin A, B12, dan vitamin E. Kapsul ini diminum
dengan dosis 1 kapsul sehari selama 6 bulan sampai 1 tahun.
9

7) Komponen topikal lain


8) Cairan aspirin topikal 1%, cairan sulindac topikal 1%, cairan glutathione
topikal 1% dan cairan benzyl alcohol 0,07%. Cairan tersebut untuk
memperlambat proses cataractogenesis.

Katarak juga dapat diobati dengan cara pembedahan. Pembedahan dilakukan


bila tajam penglihatan menurun sehingga mengganggu pekerjaan sehari – hari
atau menimbulkan penyulit seperti glaukoma dan uveitis ( Mansjoer, 2008 ).
Terdapat beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu sebagai berikut :

a. Ekstraksi Katarak Intrakapular (EKIK) yaitu pengangkatan lensa dari mata


secara keseluruhan, termasuk kapsul lensa dikeluarkan secara utuh. Dapat
dilakukan pada zonula zinn telah rapuh atau telah terjadi degenerasi serta
mudah diputus. Cara cyro (alat pendingin) atau pinset lensa yang ditempel pada
lensa yang ditempelkan pada lensa kemudian ditarik keluar perlahan-lahan.
Cara ini digunakan pada katarak matur atau luksasio lentis. Ekstraksi katarak
intrakapsular ini tidak boleh dilakukan pada klien yang berusia kurang dari 40
tahun yang masih mempunyai ligamentum kialoidea kapsular atau yang
memiliki kontraindikasi. Penyulit pada pembedahan ini adalah astigmatisma,
glaucoma uveitis, endopthalmitis, dan pendarahan.
b. Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular (EKEK) yaitu tindakan pembedahan pada
lensa katarak. Teknik ini dilakukan dengan pengeluaran isi lensa dengan
memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa lensa atau korteks
lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Teknik ini bisa dilakukan pada
semua stadium katarak kecuali pada luksasio lentis. Pembedahan ini
memugkinkan diberi lensa tanam (IOL) untuk pemulihan visus. Komplikasi
lebih jarang timbul durante operasi dibanding dengan EKIK (Lumenta,2006).
c. Small Incision Cataract Surgery (SICS) yaitu upaya untuk mengeluarkan
nucleus lensa dengan panjang sayatan sekitar 5-6mm dengan inovasi peralatan
yang lebih sederhana, seperti anterior chamber maintainer (ACM), irigating
vectis, nucleus cracer, dan lain-lain (Soekardi& Hutauruk,2004).
d. Fakoemulsifikasi merupakan teknik operasi yang tidak berbeda jauh cara
EKEK, tetapi nucleus lensa diambil dengan alat khusus yaitu emulsifier. Irisan
10

luka operasi dengan menggunakan teknik ini lebih kecil segingga setelah diberi
IOL rehabilitasi lebih cepat. Penyulit pasca bedah lebih sedikit ditemukan
(Lumenta,2006), Dengan teknik phaco, operasi katarak dijalankan cukup
dengan bius lokal atau menggunakan tetes mata anti nyeri pada kornea dan
pasien pun tidak perlu rawat inap. teknik bedah dengan sayatan kecil ini hanya
memerlukan waktu sekitar 10 menit dan waktu pemuliahn yang lebih cepat
(Zahroh,E.2013).
11

KASUS

TN. D seorang petani (65 tahun) dirawat diruang mata karena katarak, besok
diprogramkan menjalani EKEK OS/OD. Tn D mengatakan, bahwa dua bulan ini
pandanganya semakin kabur, sehingga menyebabakan dirinya sering tersandung
atau terjatuh, makanya Tn. D bersedia dioperasi. Pada saat pemeriksaan diketahui.
CT/BT. TTV: TD: 160/90 mmHg, N: 76x/menit, S: 37,5oC, RR: 18x/menit

Pengkajian

Data subjektif

1.pandangan kabur

2.penglihatan dekat

3.perubahan dalam persepsi warna

4.daya penglihatan berkurang sampai kebutaan

5.nyeri

Data obyektif

1.tidak terdapat tanda-tanda peradangan kecuali pada katarak komplikata yang


penyakit intraokulernya masih aktif

2.pada pemeriksaan penyinaran lensa tampak kelabu atau kekeruhan yang


memutih

3.pada pemeriksaan optalmoskop patih jarak tertentu didapatkan kekeruhan yang


berwarna hitam dengan latar belakang berwarna merah

4.pada pemeriksaan refraksi meningkat. Pada penderita yang sebelumnya


menderita presbiopia kemudian menderita katarak, pada stadium awal dapat
membaca tanpa menggunakan kacamata baca.
12

5.observasi terjadinya tanda – tanda glaukoma karena komplikasi katarak


tersering adalah glaukoma seperti adanya rasa nyeri karena peningkatan tio,
kelainan lapang pandang
13

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Firmansyah,B. 2015. Katarak Belum Jadi Prioritas Pemerintah. [Serial Online]


http://m.liputan6.com/health/read/2256722/katarak-belum-jadi-prioritas-
pemerintah [5 November 207]

Ilyas,S. 2007. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia.

James, Bruce. 2006. Lecture Notes: Oftalmologi. Jakarta: Erlangga

Lumenta, Nico. A. 2006. Kenali Jenis Penyakit dan Cara Penyembuhannya


Manajemen Hidup Sehat. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Mansjoer, Arif., dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Medica


Aesculpalus, FKUI.

Mawati, E. D. (2009). Jurnal: Faktor-Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan


Kejadian balai kesehatan mata masyarakat di provinsi Sulawesi Utara.

Nila,F.,M, 2016 Penduduk Indonesia Rentan Terkena Katarak. [Serial Online]


http://www.netralnews.com/news/kesehatan/read/28631/penduduk.indonesi
a.rentan.terkena.katarak [5 November 207]

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, proses dan
praktik. Jakarta: EGC

Soehardjo. (2004). Kebutaan Katarak: Faktor-Faktor Risiko, Penanganan Klinis


dan Pengendalian. Yogyakarta :Universitas GadjahMada.

Smeltzer,S.C., dan Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah


Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC

Tana,L. 2010. Hubungan Antara Faktor Trauma Tumpul Pada Mata Dengan
Katarak Pada Petani Di Empat Desa Kecamatan Teluk Jambe Barat
Kabupaten Karawang. [Serial Online] https://media.neliti.com/media/
publications/153768-ID-none.pdf [5 November 207]

Wijaya dan Putri. (2013). Keperawatan Medikal Bedah : Keperawatan Dewasa.


Yogyakarta: Nuha Medika.
14

World Health Organization 2010. Global Data on Visual Impairment 2010.


[Serialonline]http://www.who.int/blindness/GLOBALDATAFINALforweb.
pdf?ua-1 [5 November 207]

Zahroh, E. 2013. Katarak? Jangan Takut Operasi. [Serial Online]


http://surabaya.tribunnews.com/2013/07/14/katark-jangan-takut-operasi [5
November 207]
15

Anda mungkin juga menyukai