Anda di halaman 1dari 17

Solusi Kenyamanan Thermal Dalam Bangunan Pada Empat Wilayah Iklim Berbeda

(Tropis, SubTropis, Sedang, dan Kutub)

Penulis

Nama :Annaba Qolby Sururi

NPM : 2015012039

Prodi : S1 Arsitektur

Mata Kuliah : Fisika Bangunan

Dosen : M. Shubhi Yuda Wibawa, S.T., M.T.

Nugroho Ifadianto, S.T., M.Sc.

Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Lampung
Bandar Lampung
04 April 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, nikmat serta karunia-Nya yang
tak ternilai dan tak dapat dihitung sehingga penulis bisa menyusun dan menyelesaikan makalah
ini. Makalah yang berjudul “Analisis Bentuk Arsitektur Sebagai Solusi Kenyamanan Thermal
Dalam Bangunan Pada Empat Wilayah Iklim Berbeda” ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Fisika bangunan.

Makalah ini berisikan tentang Analisis Solusi Kenyamanan Thermal Dalam Bangunan Pada
Empat Wilayah Iklim Berbeda. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui fungsi
Thermal pada kenyamanan penghuni, dan menciptakan pelindung sebuah ruangan secara termal
yang mampu melindungi penghuninya dari cuaca yang terlalu dingin atau terlalu panas sesuai
dengan iklim yang ditempati penghuninya.

Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis
mengucapkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini. Penulis pun
berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan sarannya kepada penulis agar di
kemudian hari penulis bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Natar, 04 April 2021

ANNABA QOLBY SURURI

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

BAB I...............................................................................................................................................4

1.1Latar Belakang........................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4

1.3 Tujuan....................................................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................6

2.1 Pengertian dan Aspek-Aspeknya...........................................................................................6

PENGERTIAN KENYAMANAN THERMAL......................................................................6

ASPEK-ASPEK KENYAMANAN THERMAL.....................................................................6

2.2 Kenyamanan Thermal Terhadap Iklim..................................................................................8

IKLIM TROPIS........................................................................................................................8

IKLIM SUBTROPIS..............................................................................................................11

IKLIM SEDANG...................................................................................................................12

IKLIM KUTUB......................................................................................................................14

BAB III..........................................................................................................................................16

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kenyamanan manusia di dalam suatu bangunan dapat dibedakan menjadi kenyamanan termal
(suhu), kenyamanan visual (cahaya) dan kenyamanan akustik (suara). Kenyamanan ini bersifat
subjektif tergantung dari kondisi fisik seseorang, seperti usia, jenis kelamin, warna kulit dan
kemampuan beradaptasi serta kondisi lingkungan. Akan tetapi kenyamanan ini memiliki standar
yang sama di setiap tempat yang harus dipenuhi oleh suatu bangunan. Hal yang akan dibahas kali
ini adalah kenyamanan termal. Kenyamanan termal adalah sebuah kondisi di mana secara
psikologis, fisiologis, dan pola perilaku seseorang akan merasa nyaman untuk melakukan
aktivitas dengan suhu tertentu di sebuah lingkungan.

Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dan meliputi wilayah yang luas, biasanya
dalam kurun waktu yang menjadi acuan penentuan iklim rata-rata berdurasi 30 tahun. Unsur
penyusun iklim sama dengan cuaca. Di bumi, ada 4 iklim yaitu Tropis, SubTropis, Sedang, dan
Kutub. Ditiap tempat dengan iklim yang berbeda pasti berbeda pula kebutuhan ruang yang
diperlukan.

Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang tentang analisis solusi kenyamanan thermal
dalam bangunan pada empat wilayah iklim berbeda untuk mengetahui fungsi Thermal pada
kenyamanan penghuni, dan dapat menciptakan pelindung sebuah ruangan secara termal yang
mampu melindungi penghuninya dari cuaca yang terlalu dingin atau terlalu panas sesuai dengan
iklim yang ditempati penghuninya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan aspek apa saja yang memengaruhi kenyamanan Thermal?

4
2. Bagaimana mendapatkan tingkat kenyamanan bagi penghuni bangunan dengan
mengetahui pengertian dan aspek-aspek kenyamanan tersebut terhadap iklim yang sedang
dihadapi?

1.3 Tujuan

1. Memahami pengertian dan manfaat dari kenyamanan thermal.

2. Mendapatkan tingkat kenyamanan bagi penghuni bangunan dengan mengetahui


pengertian dan aspek-aspek kenyamanan tersebut terhadap iklim yang sedang dihadapi.
3.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Aspek-Aspeknya

PENGERTIAN KENYAMANAN THERMAL


Kenyamanan manusia di dalam suatu bangunan dapat dibedakan menjadi :

 kenyamanan termal (suhu)


 kenyamanan visual (cahaya)
 kenyamanan akustik (suara).

Kenyamanan ini bersifat subjektif tergantung dari kondisi fisik seseorang, seperti usia, jenis
kelamin, warna kulit dan kemampuan beradaptasi serta kondisi lingkungan. Akan tetapi
kenyamanan ini memiliki standar yang sama di setiap tempat yang harus dipenuhi oleh suatu
bangunan.

Kenyamanan termal adalah sebuah kondisi di mana secara psikologis, fisiologis, dan pola
perilaku seseorang akan merasa nyaman untuk melakukan aktivitas dengan suhu tertentu di
sebuah lingkungan. Kenyamanan termal berhubungan dengan iklim dan kalor.

ASPEK-ASPEK KENYAMANAN THERMAL


Ada beberapa aspek yang dapat mempengaruhi kenyamanan termal, yaitu:

a. Suhu Udara

Suhu udara ini erat kaitannya dengan kalor. Kalor tercipta karena adanya perbedaan suhu. Kalor
mengalir dari suhu tinggi ke suhu rendah. Suhu udara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu suhu

6
udara normal dan suhu udara rata-rata (MRT = Mean radiant temperature) yang merupakan suhu
rata-rata lingkungan sekitar seseorang. MRT dapat mempengaruhi tubuh seseorang sebesar 66%.
Kenyamanan termal akan tercipta jika perbedaan antara MRT dan suhu udara normal kurang dari
50. Kenyamanan termal pada manusia adalah pada suhu tubuh 370C dan jika naik sampai 50 atau
turun sampai 20 maka akan timbul ketidaknyamanan atau bahkan kematian. Sedangkan suhu
udara lingkungan dikatakan nyaman pada suhu sekitar 250C, diatas 260C maka tubuh manusia
sudah berkeringat. Maka dari itu, selain kemampuan tubuh manusia untuk mempertahankan suhu
diperlukan juga pengondisian lingkungan yang optimal. Seperti penggunaan pakaian yang tebal
di daerah dingin atau pemakaian kipas angin pada daerah yang panas.

b. Kelembaban Udara

Kelembaban udara adalah kandungan uap air di udara. Kelembaban udara ini mempengaruhi
pelepasan kalor dari tubuh manusia. Kelembaban udara yang tinggi akan menyebabkan kalor di
dalam tubuh manusia sulit dilepaskan sehingga timbul ketidaknyamanan. Begitupun dengan
kelembaban udara yang rendah akan banyak mengambil kalor dari tubuh sehingga akan timbul
kulit kering dan sebagainya.

c. Kecepatan Aliran Angin

Angin adalah udara yang bergerak. Udara yang bergerak ini membantu mempercepat pelepasan
kalor pada permukaan kulit seseorang. Angin akan membantu mengangkat uap-uap air yang
menghambat pelepasan kalor. Akan tetapi jika angin ini terlalu kencang maka kalor yang
dilepaskan tubuh menjadi berlebih sehingga akan timbul kondisi kedinginan yang mengurangi
kenyamanan termal.

d. Radiasi Matahari

Radiasi matahari sampai ke bumi untuk menghangatkan permukaan bumi. Begitupun pada suatu
bangunan, radiasi matahari akan membuat ruangan terasa hangat. Pada siang hari radiasi
matahari ini melimpah sehingga jika terlalu banyak akan mengakibatkan suhu udara di dalam
ruangan meningkat, sebaliknya pada malam hari radiasi matahari sangat minim sehingga

7
menimbulkan kedinginan pada tubuh seseorang. Maka dari itu diperlukan perancangan bangunan
yang dapat mengatasi kelebihan dan kekurangan dari efek radiasi matahari ini.

Keempat aspek tersebut adalah aspek lingkungan, terdapat aspek lain yang merupakan aspek
manusia yaitu:

a. Aktivitas Manusia

Aktivitas manusia pada umumnya menghasilkan kalor yang akan dilepaskan ke lingkungan.
Kalor ini berbeda-beda untuk setiap aktivitas. Aktivitas berat seperti berolahraga, mengangkat
beban dan pekerjaan berat lain yang memerlukan energi yang besar akan menghasilkan kalor
yang besar pula. Sedangkan aktivitas seperti istirahat atau tidur menghasilkan kalor yang
minimum.

b. Pakaian

Kalor yang dilepaskan seseorang ke lingkungan dipengaruhi juga oleh pakaian yang dikenakan.
Ketika pakaian yang dikenakan adalah pakaian yang tipis dan pendek maka pelepasan kalor akan
banyak terjadi. Hal ini biasanya dilakukan di daerah dengan suhu udara yang tinggi. Sebaliknya
jika pakaian yang dipakai adalah pakaian tebal dan panjang maka pelepasan kalor dari kulit akan
minimum. Biasanya pakaian seperti ini dipakai di daerah dengan suhu rendah.

2.2 Kenyamanan Thermal Terhadap Iklim

IKLIM TROPIS

Iklim tropis adalah salah satu jenis iklim yang ada di bumi. Kawasan tropis terletak di daerah
isoterm di bumi bagian utara dan selatan, yaitu 23,5° Lintang Utara – 23,5° Lintang Selatan.
Iklim tropis memiliki ciri antara lain: Rata-Rata suhu udara tinggi, Curah hujan tinggi, Mendapat
sinar matahari sepanjang tahun, Tekanan udara rendah dan perubahannya secara beraturan.

8
Faktor-faktor iklim tersebut berpengaruh sangat besar terhadap aspek kenyamanan fisik manusia
terutama aspek kenyamanan termal.
Dari berbagai penelitian kenyamanan termal yang dilakukan di daerah iklim tropis lembab,
seperti halnya Mom dan Wiesebron di Bandung, Webb, Ellis, de Dear di Singapore, Busch di
Bangkok, Ballantyne di Port Moresby , kemudian Karyono di Jakarta, memperlihatkan rentang
suhu antara 24 hingga 30oC yang dianggap nyaman bagi manusia yang berdiam pada daerah
iklim tersebut. Sementara itu di dalam buku Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi
Energi pada Bangunan Gedung yang diterbitkan oleh Yayasan LPMB – PU dinyatakan bahwa
suhu nyaman untuk orang Indonesia adalah sebagai berikut:
- Sejuk nyaman antara 20,5 - 22,8 oC ET (suhu efektif)
- Suhu nyaman optimal antara 22,8 -25,8 oC ET
- Hangat nyaman antara 25,8 - 27,1 oC ET
Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam kaitannya dengan modifikasi iklim tropis
adalah sebagai berikut:
1. Meminimalkan Perolehan Panas (Heat Gain) Dari Radiasi Matahari Pada
Bangunan
Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, menghalangi radiasi matahari
langsung pada dinding-dinding transparan yang dapat mengakibatkan terjadinya efek
rumah kaca, yang berarti akan menaikkan suhu dalam bangunan. Kedua, mengurangi
transmisi panas dari dinding-dinding masif yang terkena radiasi matahari langsung,
dengan melakukan penyelesaian rancangan tertentu, di antaranya:
a. membuat dinding lapis (berongga) yang diberi ventilasi pada rongganya.

(gambar 1.1 dinding berongga. Sumber: jasaarsitekmalang.net)

9
b. menempatkan ruang - ruang service (tangga, toilet, pantry, gudang, dsb.) pada sisi-sisi
jatuhnya radiasi matahari langsung (sisi timur dan barat)
c. memberi ventilasi pada ruang antara atap dan langit -langit (pada bangunan rendah)
agar tidak terjadi akumulasi panas pada ruang tersebut. Seandainya tidak, panas yang
terkumpul pada ruang ini akan ditransmisikan kebawah, ke dalam ruang di bawahnya.
Ventilasi atap ini sangat berarti untuk pencapaian suhu ruang yang rendah.

(gambar 1.2 ventilasi atap. Sumber: www.beritasatu.com)

2. Memaksimalkan Pelepasan Panas Dalam Bangunan


Hal ini dapat dilakukan dengan pemecahan rancangan arsitektur yang memungkinkan
terjadinya aliran udara silang secara maksimum di dalam bangunan. Alirang udara sangat
berpengaruh dalam menciptakan ‘efek dingin’ pada tubuh manusia, sehingga sangat
membantu pencapaian kenyamanan termal.
3. Rancangan Kota Tropis
Kota tropis memerlukan banyak ruang terbuka yang hijau untuk menurunkan suhu kota
dan sekaligus meningkatkan aliran udara, di mana kecepatan angin di wilayah kota tropis
lembab umumnya rendah. Bangunan perlu diletakkan sedemikian rupa antara yang satu
dengan lainnya agar udara dapat bergerak di antara bangunan. Penempatan massa-massa
bangunan secara rapat tidak mencirikan pemecahan problematik iklim tropis, karena pada
akhirnya akan memperkecil terjadinya aliran udara secara silang di dalam bangunan.

(gambar 1.3 kota tropis. Sumber: simakterus.com)

10
IKLIM SUBTROPIS

Subtropis adalah wilayah bumi yang berada di bagian utara dan bagian selatan setelah wilayah
tropis yang dibatasi oleh garis balik utara dan garis balik selatan pada lintang 23,5° utara dan
selatan. Kondisi iklim subtropis diwarnai dengan gangguan dan rintangan dari alam seperti
badai, hujan salju, atau tornado. Daerah beriklim subtropis memiliki 4 musim yaitu musim semi,
musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Keempat musim di atas memiliki karakteristik
tersendiri, dengan suhu maksimal, suhu minimal, kelembaban, maupun kondisi mahluk hidup
yang berbeda.
Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam kaitannya dengan modifikasi iklim subtropis
adalah sebagai berikut:

 Menciptakan ruang atap pada rumah adalah cara untuk menahan aliran udara dan
memerlukan ventilasi lain.

(gambar 1.4 ruang atap. Sumber: furnizing.com)

 Layout harus tertata berjajar, membentuk blok-blok, agar menciptakan aliran udara yang
deras dan tidak merata. Hal ini bertujuan untuk meminimalisis angin kering untuk masuk
ke tiap ruangan.

11
(gambar 1.5 layout rumah subtropis. Sumber: deagamdesign.com)

 menggunakan dinding yang tebal dan masif, atap kokoh dengan sudut kemiringan yang
tinggi, tidak memiliki banyak bukaan atau lubang ventilasi, serta tidak menggunakan
ovestek. Hal ini terkait dengan suhu ekstrim saat musim dingin. Karena jika atap tidak
kokoh, salju yang menumpuk di atap akan mampu merobohkan rumah.

IKLIM SEDANG

Iklim sedang adalah iklim yang terjadi di kawasan lintang 40o hingga lintang 66,5o di bagian
selatan dan utara bumi. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa sebagian besar penduduk di
belahan bumi utara berada di daerah iklim sedang, antara lain wilayah Eropa dan Amerika Utara,
serta sebagian wilayah di Amerika Selatan. Kondisi iklim sedang masih sesuai dan tidak terlalu
buruk untuk kehidupan manusia. Ciri pada iklim sedang antara lain:

 Iklim sedang mempunyai amplitudo suhu tahunan yang lebih besar daripada amplitudo
suhu harian. Sementara suhu harian rata-rata lebih rendah bila dibandingkan dengan suhu
di iklim tropis.
 Terjadi banyak gerakan udara siklonal disertai tekanan udara yang selalu berubah-ubah.
Selain itu, arah angin seringkali berubah tak menentu dan sering terjadi badai secara tiba-
tiba.

12
 Lokasi kawasan iklim ini berada di garis lintang utara dan lintang selatan membuat
kondisi tekanan udara dan arah angin selalu bertiup tak menentu.

Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam kaitannya dengan modifikasi iklim
sedang adalah sebagai berikut:

 Bangunan sebaiknya tertutup dengan jarak yang rapat antar masing-masing bangunan
agar membatasi aliran udara yang deras.

(gambar 1.6 rumah berdekatan di eropa. Sumber: www.99.co/id/)


 Orientasi bangunan adalah selatan untuk menangkap sinar matahari agar bisa
mendapatkan suhu hangat optimal pada tiap ruangan didalam bangunan.
 Bangunan harus memiliki sekat yang banyak untuk membatasi pertukaran udara dalam
dan luar.
 Ruang di dalam bangunan diberi pemanas listrik atau perapian agar saat musim dingin
suhu ruangan tetap hangat optimal.

(gambar 1.7 perapian dalam rumah. Sumber; arsindociptakarya.com)


 Tidak harus dipersiapkan saluran hujan karena jarangnya intensitas hujan.
 Bangunan berat dengan daya serap panas tinggi.

13
IKLIM KUTUB

Secara garis besar, iklim dingin terjadi di kawasan kutub bumi, yaitu kutub utara dan kutub
selatan. Musim dingin terjadi sepanjang tahun di dua wilayah ini. Bahkan, di beberapa kawasan
suhunya selalu berada di bawah 0 derajat celsius atau membeku. Sementara di sebagian tempat
lainnya tertutup salju dan es dengan lapisan tanah di bagian bawahnya membeku. Ciri dari iklim
kutub antara lain:

 Radiasi panas tidak pernah tegak lurus


 Jumlahnya minim walau di musim panas. Di belahan utara, matahari hanya tampak di
selatan, terbit di timur, tapi tidak pernah tinggi dan sudah turun lagi.
 Pada musim panas matahari tidak pernah tenggelam (kadang-kadang tidak muncul, dan
angin dingin kencang sekali.
 Terang langit sedikit sekali dan iluminasinya rendah, matahari tidak seterang di
khatulistiwa.
 Kelembaban tinggi karena adanya penguapan es.

Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam kaitannya dengan modifikasi iklim
kutub/dingin adalah sebagai berikut:

 Membatasi pertukaran udara dalam dan luar dengan cara menghilangkan ataupun
mengurangi lubang ventilasi, karena pertukaran udara membawa serta energi panasnya.

(gambar 1.8 rumah kutub. Sumber: http://www.home.co.id/)


 Bentuk bangunan rendah, tahan angin, stream line, dan tidak menahan angin dingin.

14
 Bukaan-bukaan untuk menangkap cahaya matahari sudah tidak layak, karena terlalu kecil
pengaruhnya.
 Bahan-bahan yang dipakai mempunyai BJ besar, time lag panjang, konduktivitas panas
kecil, masif dan tebal.
 Banguna cenderung membulat untuk mencegah pengeluaran panas.
 Masa-masa bangunan cenderung disusun kompak menjadi satu dan padat, dengan
bukaan-bukaan tersembunyi dan kecil.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pemaparan diatas yang menjelaskan tentang unsur-unsur yang mempengaruhi iklim
(suhu, kelembaban udara, angin) maka terbentuklah perbedaan iklim di berbagai wilayah di
bumi ini yang didasari oleh beberapa faktor seperti letaknya terhadap garis lintang (iklim
makro) ataupun terhadap keadaan lingkungan sekitar (iklim mikro).

Dari perbedaan tersebut, maka sudah sepantasnya dalam perencanaan dan perancangan
bangunan di wilayah tersebut haruslah memiliki dasar yang kuat seperti aspek kenyamanan
thermal (interior, eksterior, dan selubung bangunan. Sehingga akhirnya, bangunan itu dapat
memberikan kenyamanan yang maksimal bagi penghuni atau pengguna didalamnya tanpa
menjauhkan diri dari iklim yang melingkupinya.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://akasum.wordpress.com/2013/10/25/aspek-kenyamanan-termal-dalam-bangunan/ (diakses
pada 14.00 WIB, 04 April 2021)

http://elangbani.blogspot.com/2012/10/arsitektur-dua-dan-empat-musim.html (diakses pada


13.30 WIB, 05 April 2021)

http://anditriplea.blogspot.com/2011/06/arsitektur-subtropis-dan-dingin.html (diakses pada 18.55


WIB, 05 April 2021)

Tri Harso Karyono Artikel dalam buku Arsitektur dan Kota Tropis Dunia Ketiga: Suatu Bahasan
tentang Indonesia, PT Raja Grafindo

Mangunwijaya, Y.B., (1988), Pengantar Fisika Bangunan, Jembatan, Jakarta.

Karyono, T.H. (2001), Teori dan Acuan Kenyamanan Termis dalam Arsitektur, Penerbit Catur
Libra Optima, Percetakan Olta Printings, Maret 2001, Jakarta.

Heru Sufianto.(1996). Perilaku termal Bangunan Rumah Tinggal di Surabaya Jurnal Teknik
Volume III No.6 Malang : Fakultas Teknik Universitas Barawijaya

17

Anda mungkin juga menyukai