Komposisi cairan tubuh ada yang mengandung elektrolit dan nonelektrolit. Pada
nonelektrolit, tidak bisa disosiasi atau dipindahkan atau diuraikan menjadi kation
dan anion, misalnya glukosa. Ada lagi zat elektrolit seperti asam basa, garam
protein yang dapat diuraikan menjadii kation dan anion. Fungsi umumnya yaitu
kontrol cairan, untuk menjaga osmosis, eksitabilitas, dan pembangkitan potensial
aksi misalnya di saraf ataupun di otot. Kemudian aktivasi sekretori pengeluaran
hormon, dan terkait dengan permeabilitas membran misalnya dalam potensial
istirahat, nah itu fungsi umum dari senyawa elektrolit. Dinyatakan dalam
normalitas, dalam mEq/liter. cara menghitung normalitas sama saja, cuman nanti
tinggal molaritasnya dikaitkan dengan jumlah muatan elektrik dari ion tersebut.
Jadi konsentrasi ion tinggal dilihat saja, kalau kita ingin menghitung ion kalsium,
dilihat, berapa konsentrasi kalsium di dalam plasma nya, ketemu misalnya mg/L.
Nanti tinggal dilihat berapa bobot atom dari kalsium tersebut. Kemudian dilihat
berapa muatan elektrik dari ion tersebut.
Nah lihat gambar di sebelah kanan itu menentukan komposisi dari kompartemen
cairan. Sekarang kita lihat komposisi cairan per kompartemen. Untuk plasma dan
cairan interstesial relatif tidak beda jauh. Kurang lebih natrium sebagai komposisi
kation tertinggi. Kemudian disusul oleh Cl- dan HCO3-. Kita bandingkan coba
dengan komposisi yang ada di cairan intraseluler. Natriumnya kecil sekali
dibandingkan dengan cairan yang ada di cairan ekstraseluler. Sementara yang
tertinggi untuk kation adalah K+. Anionnya dimiliki oleh fosfat dan anion protein.
Sementara berbeda dengan cairan ekstraseluler, anionnya didominasi oleh Cl-.
Konsentrasi Natrium dan kaliumnya antara CIS berlawanan dengan CES, termasuk
juga protein anionnya.
Slide 7
Sekarang masuk ke bagian elektrolit. Elektrolit2 apa yang penting yang ada di
dalam tubuh? Contoh ionnya adalah natrium yang berfungsi dalam pemeliharaan
tekanan osmosis cairan, kemudian dalam keseimbangan asam basa, ada dalam
eksitabilitas saraf. Bagaimana pengaturannya? Yang pertama melalui laju filtrasi
glomerulus. Itu akan menentukan berapa banyak natrium yang terfiltrasi ke dalam
ginjal. Kalau arteriol aferennya kontraksi, berarti resistensinya tinggi, tekanan
kapilernya rendah, LSG nya rendah. Otomatis natriumnya sedikit untuk terfiltrasi.
Kemudian juga dengan pengaturan aldosteron, untuk reabsorpsi diatur oleh
aldosteron, untuk natrium diatur biasanya di sel prinsipal di bagian tubulus distal
dan di bagian duktus kolektivus. Sama juga dengan ANP. Kalau ANP nanti
pengaruhnya untuk ekskresi dari natrium. Kemudian abnormalitasnya, kalau
kelebihan jadi hipernatremia. Kalau kekurangan jadi hiponatremia. Penyebab
hipernatremia misalnya dehidariasi atau administrasi infus NaCl secara berlebih.
Dampaknya seperti gangguan di SSP, bisa smape koma dll. Kemudian
iritabilitas/kepekaan dari neuromuskular bisa naik misalnya kejang. Kemudian
hiponatremia, penyebabnya kehilangan ion natrium kemudian retensi cairan atau
bisa juga hilang ion dan retensi cairan misalnya pada peristiwa muntah, diare,
kelainan ginjal, minum air secara berlebih, pengeluaran ADH secara berlebih.
Dampaknya yaitu disfungsi neurologis karena pembengkakan sel, bisa sampai
metal confuse, kayak orang bingung, dan bisa juga sampai ke syok sirkulasi,
tekanan darahnya rendah.
Slide 8
Slide 9
Yang ketiga untuk kalsium. Perannya dalam kontraksi otot, transmisi impuls,
dalam fungsi jantung dan dalam pembekuan darah. Diatur/diregulasi oleh
hormon, salah satunya paratiroid dan kalsitonin. Paratiroid berperan dalam
stimulasi osteoklas untuk resorpsi, dia juga bisa meningkatkan reabsorpsi dari
ginjal dan meningkatkan produksi kalsitriol tapi kaitannya untuk meningkatkan
absorpsi kalsiumnya dari ssaluran cerna. Sementara diturunkan kadar kalsium dari
darah itu oleh kalsitonin. Nah untuk abnormalitasnya, hiperkalsemia kalau
misalnya >5,2 mEq/L. Kalau hipokalsemia itu kalau <4,5 mEq/L. Penyebabnya
untuk hiperkalsemia misalnya hiperparatiroid, kelebihan vitamin D, gangguan
ginjal misalnya ada penurunan ekskresi. Dampaknya bisa menurunkan
eksitabilitas dari neuromuskular jadi bisa memacu aritmia dari jantung, juga bisa
menyebabkan kelemahan otot skelet, confusion, koma, batu ginjal, mual, dan
muntah. Adapun pada hipokalsemia, misalnya ketika ada luka, dimana kalsium
terperangkap di dalam jaringan yang rusak, hipoparatiroidisme, defisiensi vitamin
D, gangguan ginjal pada tubulus, gagal ginjal, hiperfosfatemia, diare, alkalausis.
Eksitabilitas dari neuromuskular akan meningkat. Bisa memacu tremor, keram di
bagian otot lurik atau otot rangka, tetanus, kejang, penurunan eksitablitas dari
jantung, dan fraktur.
Slide 10
Untuk anion fosfat, berperan sebagai dapar. Diatur oleh hormon paratiroid dan
kalsitriol. Kalsitriol nya mengabsorpsi fosfat dan kalsium dari saluran cerna. Untuk
paratiroid menghambat absorpsi fosfat di ginjal, mengstimulasi reasorpsi
osteoklas dan melepaskan kalsium. Abnormalitasnya, hiperfosfatemia >2,9
mEq/L. Penyebabnya dari gagal ginjal, hipoparatiroid, absorpsi dari usus yang
meningkat. Dampaknya, mirip gejala klinis dengan perubahan kalsium.
Hipofosfatemia <1,6 mEq/L. Penyebabnya karna penurunan absorpsi intestinal,
peningkatan luaran urin, hiperparatiroid. Dampaknya juga sama terkait dengan
gejala klinis perubahan kalsium.
Slide 11
Klorida:
- Peran
- Regulasi
- abnormalitas
Bikarbonat
- peran
- regulasi
- abnormalitas
Magnesium
- peran
- regulasi
- abnormalitas
slide 12
Jadi, nanti dia akan berpindah dari luar ke plasma, dari plasma akan bertukar
lewat membran kapiler ke cairan interstisial, lalu cairan interstisial lewat
membran sel akan bertukar dengan CIS. Nah kemudian bagaimana
perpindahannya? Kalau perpindahannya dari CIS ke CES, itu Cuma tergantung dari
tekanan osmosisnya saja. Tinggal nanti keseimbangan antara hipotonis dan
hipertonis. Adapun untuk cairan plasma ke cairan interstisial ini lewat kapiler.
Pada kapiler ada bberapa tekanan, yang pertama ada tekanan hidariostatik
kapiler, hidariostatik yang diberikan interstisial (nilainya 0 karena tidak ada yang
melewati), kemudian ada tekanan osmosis akibat konsentrasi plasma, dan
tekanan osmosis akibat konsentrasi protein di dalam cairan interstisial. Jadi ada
yang arahnya dari atas ke bwh, ini dari tekanan masuk cairan, otomatis CIS nya
karna ada tekanan ke bagian bawah, trs nnti akan diimbangi kalau ada dari bawah
tekanan ke bgian atas, Cuma disini 0 karena tidak ada cairannya. Kemudian ada
tekanan osmosis akibat konsentrasi plasma, terhadap konsentrasi protein yang
ada di dalam plasma, jadi ketika misal ada protein yang terkandung di dalam
darah, otomatis ada tekanan yang berlawanan trhdp protein tersebut. Kemudian
ada lg tekanna osmosis yang diakibatkan oleh konsentrasi protein di dalam
interstisial. Kalau kita lihat di ujung arteri, tekanan hidariostatik kapilernya
sebesar 35 sementara tekanan yang disebabkan oleh hidariostatik interstisialnya
adalah 0. Kemudian tekanan osmosis yang diakibatkan konsentrasi plasma
sebesar 28, kemudian untuk tekanan osmotik yang diakibatkan oleh cairan
interstisialnya itu nilainya 3. Maka tekanan bersihnya, tinggal tekanan kapilernya
dikurangi tekanan osmotik proteinnya, 35-0 = 35. Kemudian tekanan osmotiknya,
28-3 = 25. Maka masih tersisa sebesar 10 mmHg (35-25 = 10). Jadi, ruahan dari zat
dalam cairan itu akan mengikuti arah dari cairan interstisial atau dia akan masuk
untuk mengalami “filtrasi”. Nah adapun kalau kita lihat di bagian ujung venanya,
dia nanti akan lebih cenderung untuk mengalami arah dari si aliran ruahannya itu
ke dalam kapiler. Atau yang kita sebut dengan istilahnya yaitu absorpsi. Nah kita
lihat disini tekanan hidariostatik kapilernya sebanyak 15, lalu tekanan
interstisialnya sm dengan 0, tekanan osmosis akibat konsentrasi protein plasma
nya 28, dan tekanan osmosis akibat konsentrasi cairan interstisialnya sebesar 3.
Jadi disini -10 mmHg (15-25 = -10). Maka 10 mmHg sebesar tekanan tapi arahnya
masuk ke dalam kapiler yaitu sebagai absorpsi. Jadi pergerakan dari cairan,
kesimpulannya untuk pergerakan antara CIS dan CES itu bergantung pada tek.
osmotik. Tekanan osmotik kaitannya dengan konsentrasi zat terlarut total atau
osmolalitas di dalam dan di luar sel. Sebagaimana dengan osmosis jadi air akan
bergerak dari daerha yang osmolalitasnya rendah ke tinggi. Normalnya,
osmolalitas dari dalam dan luar itu sama, tidak ada penarikan atau pengeluaran
air menuju dan keluar sel. Kalau misalnya ada zat terlarut atau air tidak
bertambah ataupun hilang, otomatis keseimbangan osmosis sementaranya akan
terganggu. Airnya akan bergerak masuk/keluar sampai keseimbangannya terjadi.
Jadi kesimpulannya, base on tekanan osmosisnya. Sementara untuk yang dari
plasma dan cairan interstisial, maka untuk air yang menembus membran lewat sel
kapiler itu diatur oleh 2 tekanan, ada tekanan hidariostatik dan tekanan osmotik.
Kalau ada protein berlebih nanti akan dikeluarkan lewat sistem limfatik.
Peningkatan tekanan hidariostatik kapiler atau penurunan tekanan osmotik oleh
plasma itu akan menyebabkan makin banyak cairan yang bergerak dari kapiler ke
cairan interstisial. Sebaliknya, kalau makin menurun tekanan hidariostatiknya atau
meningkat tekanan osmotik koloidnya, berarti akan menyebabkan pergerakan
cairan interstisial ke dalam kapiler.
Slide 13
Asupan dan luaran cairan. Asupan dari cairan itu beragam. Tapi yang utama untuk
asupan dari cairan itu pertama kita dapatkan dari makanan itu sendiri. Jadi dari
ingesti, dari bisa makan atau bisa dari minuman, itu sebanyak 2,2 L/hari. Makanan
dari mana? Misal dari buah, sayur, atau misal dari daging, ada otot disana. Nah
otot itu 75% atau lebih isinya adalah air. Nah itu bisa diperoleh dari bagian ingesti
yang sebanyak 2,2 L/hari. Nanti kan yang dimkn masuk ke saluran cerna lalu ad
yang diabsorpsi, nah inilah yang membentuk air. Kemudian yang kedua, selain
dari ingesti yaitu produk dari metabolisme, sebesar 0,3 L/hari. Kalau kita jumlah,
inputnya sebanyak 2,5 L/hari. Kemudian bagaimana luarannya? Itu bisa dari
kehilangan, kehilangannya ini ada yang sensible (dirasakan) dan ada yang
insensible (tidak dirasakan). Yang sensible atau yang disengaja, itu cntohnya dari
feses, dari urin, itu jmlh besarnya sebesar 1,5 L. Dari keringat misalnya sekian L,
kemudian dari tinja/feses itu 0,1 L. Ada lg yang insensible loss. Misalnya ketika
bernapas, itu mengeluarkan H2O, itukan tak terlihat. Kecuali misalnyapada musim
dingin, baru terlihat kalau di kaca misalnya ada basah. Jadi brdsrkan konsep
keseimbangan yang di awal, asupan cairan yang lewat ingesti dll ditambah dengan
hasil dari metabolisme itu sebanyak itu setara dengan outapiutnya yaitu yang
berupa water outapiut ditambah water use nya. Kalau setara, misalnya disebut
kesetimbangan. Kalau dari aspek volumenya, kalau misal volume darahnya sama
dengan volume cairannya maka disebut normovolemia. Kalau misalnya terjadi
peningkatan volume darah akibat keseimbangan positif, disebut hipervolemia.
Kalau terjadi penurunan volume darah akibat keseimbangan negatif disebut
hipovolemia.
Slide 14
Sekarang bagaimana strategi untuk pengaturan cairan? Baik di CIS maupun di CES.
Jadi itu sebenernya multisistem, jadi tidak hanya melibatkan satu sistemnya saja.
Dia melibatkan ginjal, jantung, dll. tapi intinya ada di 2 aspek td, ada volume
plasma, ada yang kaitannya dengan konsentrasi zat terlarut dalam plasma.
Ada juga perangsangan yang kaitannya dengan tekanan darah. Ada juga yang
kaitannya dengan ginjal, bagaimana pengaturan Na dan Cl di cairan tubular,
ternyata punya efek juga terhadap aktivasi dengan renin.
GFR dipengaruhi oleh 2 aspek, tekanan filtrasi netto dan satu konstanta yang
menyatakan diameter, tebal, dan permeabilitas dari membran itu sendiri.
Tekanan filtrasi netto dipengaruhi oleh resistensi, ada kaitannya juga dengan
arteriol aferen atau juga eferen. Pada aferen, resistensi meningkat.